Briket Batubara
Briket Batubara
Briket Batubara
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna atas
rahmat serta karunianya makalah sederhana ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
batubara dan pemanfaatanya. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
teman atau rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah tentang
“BRIKET BATUBARA” ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca untuk perbaikan kedepannya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik
untuk pembaca maupun kami sendiri yang membuatnya.
Penyusun.
1
DAFTAR ISI
Halaman
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
tidak mau masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah
seperti Briket Batubara.
1.2 Tujuan
1) Mengetahui pengertian briket batubara
2) Mengetahui jenis briket batubara
3) Mengetahui bahan yang digunakan untuk membuat briket batubara
4) Mengetahui proses pembuatan briket batubara
5) Mengetahui keunggulan dan kelemahan briket batubara.
1.4 ManfaatPenulisan
1) Mahasiswa dapat memahami apa itu briket batubara
2) Mahasiswa dapat belajar mengenai briket batu bara
3) Sebagai bahan referensi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.) Tipe Egg ( telor )
Untuk keperluan industri dan rumah tangga, Tipe ini juga dipergunakan untuk
bahan bakar industri kecil seperti untuk pembakaran kapur, bata, genteng, gerabah,
pandai besi dan sebagainya. Tetapi untuk keperluan rumah tangga, jenis ini
mempunyai lebar 32 – 39 mm, panjang 46 -58 mm, dan tebal 20 – 24 mm.
2.3 Bentuk briket batubara
a. Bentuk Telur
briket batubara bentuk telur ini cocok untuk keperluan rumah tangga atau
rumah makan. Berikut gambar dari briket telur,
6
membahayakan bagi pemakainya. Gambar briket bio-batu bara bentuk kenari
7
b. Sekam padi ditimbang sebanyak 5 gr, lalu dicampurkan dengan beaker glass yang
sama dengan batubara
c. Adonan tepung tapioka dibuat dengan cara mencampurkan air sebanyak 30 ml dan
5 gr tepungtapioka. Adonan dibuat hingga menyerupai lem
d. Dilakukan pencampuran antara ketiga jenis bahan tersebut dan diaduk rata,
selanjutnya ditempatkan pada cetakan briket batubara yang telah dipersiapkan
sebelumnya
e. Campurantersebutdicetak dengan menggunakanalat press, setelah jadi maka briket
tersebut dijemur selama 1 jam baru kemudian siap digunakan.
2. Dengan karbonasi
a. Batubara ukuran 170 mesh ditimbangsebanyak 50 gr dan dimasukkan ke dalam
krusibel
b. Krusibeltersebutdipanaskan di dalam oven pada suhu 110oC selama 2 jam
c. Krusibeldikeluarkan dari dalam oven lalu selanjutnya batubara hasil
pemanasantersebutditimbangsebanyak 50 gr dan ditempatkan pada beaker glass
d. Sekampadiditimbangsebanyak 5 gr, lalu dicampurkan dengan beaker glass yang
sama dengan batubara
e. Adonantepungtapiokadibuat dengan caramencampurkan air sebanyak 30ml dan 5
gr tepungtapioka. Adonandibuat hingga menyerupailem
f. Dilakukan pencampuran antara ketiga jenis bahan tersebut dan diaduk rata,
selanjutnyaditempatkan pada cetakan briket batubara yang telah dipersiapkan
sebelumnya
g. Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan alat tekan, setelah jadi maka
briket tersebut di jemur selama 1 jam baru kemudian siap digunakan.
8
f. Tidak berasap dan berbausehingga rasa dan aroma makanan tidak berubah
g. Nyala bara lebih bersih sehingga perabotan dan dapur tetapbersih
h. Abu sisapembakaran dapat dimanfaatkan untuk abugosok dan campuran bahan
bangunan, pupuk tanaman
i. Tidak beracun (tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan).
9
C. Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan di berbagai
daerah seperti Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya dan sangat mengganggu apabila
tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak peternak menggunakan ampas tebu
tersebut untuk bahan pakan ternak, hal ini mungkin karena ampas tebu memiliki serat
kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi ( 19.7%) dengan kadar protein kasar
rendah (28%). Namun limbah ini sangat potensi sebagai bahan tambahan yang
digunakan dalam proses pembuatn briket.
D. Tetes (Molasses)
Molases diperoleh dari proses kristalisasi larutan tebu yang tidak dapat menghasilkan
gula lagi. Molases merupakan larutan kental berwarna coklatkehitaman yang dapat
digunakan sebagai bahan perekat untuk batubara dan bahancampurannya.
Pemilihan perekat berdasarkan pada:
a. perekat harus memiliki daya adhesi yang baik bila dicampur dengan semikokas;
b. perekat harus mudah didapat dalam jumlah banyak dan harganya murah;
c. perekat tidak boleh beracun dan berbahaya. (Subroto, 2006)
10
Rancangan tungku pada dasarnya dibuat untuk mencapai efisiensi
pembakaranyang tinggi. Jenis tungku sangat bergantung pada sektor penggunaannya.
Tungku untuk industri ukurannya lebih besar dari pada tungku rumah tangga. Rata-
rata tungku untuk industri memiliki kapasitas briket batubara 5-10 kg, sedangkan
untuk rumah tangga hanya 1-2 kg.
11
arsen) serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna. Unsur-unsur
ini terbentuk pada saat pembentukan sebagai proses alam.
Dengan demikian sederhana untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang
bersih, semua zat pengotor tersebut harus ditiadakan paling tidak dicegah agar tidak
merebak menjadi polutan yang teremisikan.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari pembakaran briket
batubara.
A. Jenis bahan baku (batubara)
Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus menggunakan bahan
yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi
yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SOx dan NOx pada dasarnya
ditimbulkan dari batubara yang memiliki kadar pengotor yang tinggi.Bahan pengikat
yang berasal dari lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya,
B. Tungku
Tungku yang digunakan hendaknya mampu memfasilitasi pembakaran yang
sempurna, artinya dapat menyeimbangkan aliran udara (oksigen) dengan
baik.Tungku dengan penutup pengurang emisi yang dikembangkan oleh tekMIRA
ternyata sangat membantu mengurangi emisi secara signifikan.
C. Ruangan (dapur) tempat memasak
Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik, artinya udara
segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat
membantumenghindari dampak langsung dari polusi kepada kesehatan
pemasak.Dengan memperhatikan ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat dihindari
berbagai dampak negatif atas penggunaan briket batubara dari pengukuran emisi
(SOx, NOx, dan CO) yang dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa
penggunaan briket batubara secara umum masih aman dengan kadar emisi masih
jauh dibawah ambang batas yang diperkenankan oleh kementrian lingkungan hidup.
Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran biasa yang
memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm dan NOx mencapai 100
ppm. Selang 10 menit kemudian terutama jika pembakaran sempurna emisi ini boleh
dikatakan sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik jika menggunakan tungku
dengan penutup pengurang emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.
12
Tabel 2.2 Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket (Nilai Ekonomi)
No Penggunaan Minyak Tanah Briket penghematan
Rumah Tangga 3
1 Rp 9000/hari Rp.5400/hari Rp 3600
Ltr/hari
WarungMakan 10
2 Rp.30.000 Rp.18.000 Rp.3600
Ltr/hari
Industri Kecil 25
3 Rp.75.000 Rp.45.000 Rp.3.600
Ltr/hari
Industry Menengah
4 Rp.2.000.000 Rp.1.502.450 Rp.3.600
1000 Ltr/hari
5 Nilai Kalori 9000 kkal/ltr 5.400 kkal/ltr
6 ekivalen 1 ltr 1,60 kg
7 Biaya Rp.2.800 Rp.1300
14
Sementara untuk pematian briket batubara, terdapat tiga cara pematian briket.
Ketiga cara tersebut, adalah :
1. Membiarkan briket menyala sampai habis terbakar.
2. Bara briket yang menyala disiram dengan air secukupnya, karena disiram air
maka nyala bara briket akan mati.
3. Ruang pembakaran briket ditutup sampai kedap, sehingga gas oksigen tidak
dapat masuk ke dalam ruang pembakaran.
Pematian bara briket batubara lebih dianjurkan dengan cara menutup ruang
pembakaran agar ruang pembakaran menjadi kedap. Pematian merupakan usaha
untuk menghindarkan terjadi reaksi kimia antara zat organik dengan oksigen
(Waris dan Simanjuntak dalam Tamrin, 2009).
15
a. Memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampur dengan semikokas atau batu bara.
2. Berdasarkan jenis
Jenis bahan baku yang umum dipakai sebagai pengikat untuk pembuatan
briket, yaitu :
a. Pengikat Anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama proses pembakaran
sehingga dasar permeabilitas bahan bakar tidak terganggu. Pengikat anorganik ini
mempunyai kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang berasal dari bahan pengikat
sehingga dapat menghambat pembakaran dan menurunkan nilai kalor. Contoh dari
pengikat anorganik antara lain semen, lempung, natrium silikat.
b. Pengikat Organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran briket
dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari pengikat organik
diantaranya kanji, tar, aspal, amilum, molase dan parafin.
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan
perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan
kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat yang akan
dipilih. Penentuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
kualitas briket ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor harga dan ketersediaannya di
pasaran harus dipertimbangkan secara seksama karena setiap bahan perekat memiliki
daya lengket yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat, 1983).
Menurut Schuchart, dkk. (1996), pembuatan briket dengan menggunakan bahan
perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan
perekat. Disamping meningkatnya nilai kalor dari bioarang, kekuatan briket arang
dari tekanan luar jauh lebih baik (tidak mudah pecah).
16
2.14 Pencetakan Briket
Pencetakan briket bertujuan untuk memperoleh bentuk yang seragam dan
memudahkan dalam pengemasan serta penggunaannya. Dengan kata lain, pencetak
briket akan memperbaiki penampilan dan mengangkat nilai jualnya. Oleh karena itu
bentuk ketahanan briket yang diinginkan tergantung dari alat pencetak yang
digunakan.
Dalam membuat briket alat yang dapat dipergunakan sebagai pengepres yaitu
berupa pengepres dengan pengerak manual (tenaga manusia) dan tekanan tinggi
(sistem hidrolik) yang berfungsi untuk pemadatan dari bahan baku briket tersebut.
17
Moisture yang dikandung dalam briket dapat dinyatakan dalam dua macam :
- Free moisture (uap air bebas)
Free mositure dapat hilang dengan penguapan, misalnya dengan air drying.
Kandungan free mositure sangat penting dalam perencanaan coal handling dan
preparation equipment.
- Inherent mositure (uap air terikat)
Kandungan inherent moisture dapat ditentukan dengan memanaskan briket antara
temperature 104 oC – 110 oC selama satu jam.
b. Kandungan abu
Abu dalam hal ini merupakan bagian yang tersisa dari hasil pembakaran briket. Salah
satu penyusun abu adalah silika, pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor briket
arang yang dihasilkan. Jika bahan pembuatan briket dikarbonisasi terlebih dahulu,
maka semakin banyak penambahan bahan dalam komposisi, maka nilai kadar abu
briket yang dihasilkan akan semakin rendah. Ini disebabkan kandungan yang terdapat
dalam bahan banyak yang terbuang pada proses karbonisasi (Santosa, tanpa tahun).
c. Kandungan zat terbang
Zat terbang terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti hidrogen, karbon
monoksida (CO), dan metana (CH4), tetapi kadang-kadang terdapat juga gas-gas
yang tidak terbakar seperti CO2 dan H2O. Volatille matter adalah bagian dari briket
dimana akan berubah menjadi produk volatile matter (produk) bila briket tersebut
dipanaskan tanpa udara pada suhu lebih kurang 950oC.
d. Kerapatan
Dilakukan dengan mendeterminasi berapa rapat massa biobriket melalui
perbandingan antara massa biobriket dengan besarnya dimensi volumetrik biobriket.
e. Kekuatan
Bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap suatu material sampai
material itu patah. Pengujian ini merupakan respon terhadap beban kejut atau beban
tiba-tiba. (calliester, 2007) ukuran partikel mempengaruhi kekuatan briket yang
dihasilakn karena ukuran yang lebih kecil akan menghasilkan rongga yang lebih
kecil pula sehingga kuat tekan briket akan semakin besar. Sedangkan distribusi
ukuran akan menentukan kemungkinan penyusunan (packing) yang lebih baik.
18
f. Nilai kalor
Nilai kalor dinyatakan sebagai heating value, merupakan suatu parameter yang
penting dari suatu thermal coal. Gross calorific valur diperoleh dengan membakar
suatu sampel briket dalam bomb calorimeter dengan megembalikan sistem ke
ambient temperature. Net calorific value biasanya antara (93-97%) dari gross value
dan tergantung dari kandungan inherent moisture serat kandungan hidrogen dalam
briket.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Briket Batubara merupakan bahan bakarpadat yang terbuat dari Batubara.
Terdapat 2 jenis briket batubara, yaitu; berkarbonasi dan non karbonasi. Bahan briket
batubara, diantaranya; Batubara, Biomassa, Tanah liat, Tepung tapioca, dan Kapur
Briket batubara dibuat dalam 3 proses, yaitu; pencampuran, pencetakan, dan
pengeringan. Briket batubara lebih murah dan lebih aman jika dibandingkan dengan
minyaktanah, akan Tetapi penggunaan briket batubara kurang praktis.
3.2. Saran
Sebaiknya penggunaan briket batubara dapat lebih dibudidayakan, tetapi
akan lebih baik lagi jika pembuatan dan penggunaan briket biomassa yang lebih di
tingkatkan, mengingat batubara juga merupakan bahan tambang yang memiliki
kemungkinan untuk menjadi langka, sedangkan briket biomassa sendiri lebih
ramahlingkunganbila di bandingkan dengan briket batubara karna dapat
menggunakan bahan dari limbah pertanian.
Sebaiknya kami di beriwaktu lebih banyak agar dapat lebih menguasaimateri
tentang Briket Batubara ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
Rumidi, Sukandar., 1995 “ Batubara dan Gambut” Gadjah Mada University press,
Yogyakarta.
K.D Maison, 2006, “Briket Batubara Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah”,
Bandung,
Nn, 2005, “Iptek Indonesia Bidang Energi dan Sumber Daya Alam”, Jakarta,
Nn, 2007, “Kementrian Negara Riset dan Teknologi”, Jakarta,
Setiawan Bambang, 2005, “Kebijakan Umum Pemanfaatan Batubara dan
Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batubara”, Jakarta,
Sipayung Maydin, 2005, “Industri Briket Batubara Nasional”, Bandung.
Sobroto, 2006, “Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara, Ampas
Tebu, dan Jerami”, Surakarta.
21
22