Briket Batubara

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna atas
rahmat serta karunianya makalah sederhana ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
batubara dan pemanfaatanya. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
teman atau rekan yang telah membantu dalam penyusunan makalah tentang
“BRIKET BATUBARA” ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca untuk perbaikan kedepannya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik
untuk pembaca maupun kami sendiri yang membuatnya.

Makassar, 14 Mei 2018

Penyusun.

1
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... 1


DAFTAR ISI .............................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 3
1.2 Tujuan .................................................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Briket Batubara ................................................................. 5
2.2 Jenis dan ukuran Briket Batubara ........................................................ 5
2.3 Bentuk Briket Batubara ....................................................................... 6
2.4 Bahan Briket Batubara ......................................................................... 7
2.5 Proses Pembuatan Briket Batubara ...................................................... 7
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Briket Batubara ..................................... 8
2.7 Komposisi Briket Batubara ................................................................. 9
2.8 Tungku Briket Batubara ....................................................................... 10
2.9 Dampak Lingkungan Pembakaran briket ............................................. 11
2.10 Pengeringan Hasil Briket Batubara .................................................... 13
2.11 Uji Kualitas Briket Batubara ............................................................. 14
2.12 Penyalaan dan Pematian Briket Batubara .......................................... 14
2.13 Perekat Briket ..................................................................................... 15
2.14 Pencetakan Briket ............................................................................... 17
2.15 Pengeringan Briket ............................................................................. 17
2.16 Parameter Kualitas Briket .................................................................. 17
2.17 Pembakaran Briket ............................................................................. 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 20
3.2 Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Potensi Batubara Indonesia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan
lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembagan dan
pemanfaatanya untuk meningkatkan peranan batubara menjelang tinggal landas pada
wala Pelita VI. Salah satu dukungan yang disarangkan adalah pemantapan
perencanaan dan pelaksanaan produksi secara terpadu, sehingga kapasitas produksi
selalu dapat memenuhi peningkatan permintaan batubara baik dari dalam negeri
maupun di luar negeri ( Kesimpulan Lokakarya Energi, di Jakarta 10 Agustus 1988 ).
Sebetulnya di Indonesia telah mengembangkan Briket Batubara sejak tahun 1994
namun tidak dapat berkembang dengan baik mengingat Minyak Tanah
masihdisubsidisehinggaharganyamasih sangat murah, sehingga masyarakat lebih
memilih minyak Tanah untuk bahan bakarsehari-hari. Bahan bakar minyak yang
mengalamikrisis, mengakibatkan subsidi BBM dikurangi, selain itu juga
cadangan minyak dalam negeri juga semakin sedikit dan makin menipis,
diperkirakan cadangan minyak yang ada kurang lebih 9 miliar barel
(DitjenMigas), dengan produksiminyak 1,07 jutabarel/tahun, makacadangan yang
ada hanya mencukupi untuk 10 tahun ke depan, artinya kalau dalam beberapa
tahun kedepan tidak ditemukancadangan baru makanegara kita akan semakin
mengalami krisis energi, khususnya minyak bumi.
Minyak tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban
yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya meningkat
pesat menjadi lebih dari 49 trilun rupiah per tahun dengan penggunaan lebih
kurang 10 juta kilo liter per tahun. Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga
BBM dalam hal ini Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang
murah dan mudah di dapat. Dengan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005, mau

3
tidak mau masyasrakat harus berpaling pada bahan bakar alternatif yang lebih murah
seperti Briket Batubara.

1.2 Tujuan
1) Mengetahui pengertian briket batubara
2) Mengetahui jenis briket batubara
3) Mengetahui bahan yang digunakan untuk membuat briket batubara
4) Mengetahui proses pembuatan briket batubara
5) Mengetahui keunggulan dan kelemahan briket batubara.

1.3 Rumusan Masalah


1) Apakah yang dimaksud dengan briket batubara?
2) Apa saja jenisjenis briket batubara?
3) Apa saja bahan yang digunakan dalam briket batubara?
4) Bagaimanacarapembuatan briket batubara?
5) Apa saja keunggulan dan kelemahan briket batubara?

1.4 ManfaatPenulisan
1) Mahasiswa dapat memahami apa itu briket batubara
2) Mahasiswa dapat belajar mengenai briket batu bara
3) Sebagai bahan referensi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Briket Batubara


Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang
paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan
briket biomassa. Antara tahun 2008-2012, briket menjadi salah satu agenda riset
energi Institut Pertanian Bogor. Bahan baku briket diketahui dekat dengan
masyarakat pertanian karena biomassa limbah hasil pertanian dapat dijadikan briket.
Penggunaan briket, terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat
menggantikanpenggunaan bahan bakarfosil.
Briket Batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari Batubara,
dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka. Bahan bakar padat ini
merupakan bahan bakar alternatif atau merupakan pengganti Minyak Tanah sepeti
untuk: Pengolahan Makanan, Pengeringan, Pembakaran dan Pemanasan. Briket batu
baramurah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal dalam waktu yang
relative singkat mengingat teknologi dan peralatan yang digunakan relative
sederhana.Bahan baku utama Briket Batubara adalah Batubara yang sumbernya
berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama lebih kurang 150
tahun.

2.2 Jenis Briket


Dikenal 2 jenis Briket yaitu :
1.) Tipe Yontan ( silinder )
Untuk Keperluan rumah tangga, tipe ini lebih dikenal dan populer disebut
yontan, suatu nama lokal, berbentuk silinder dengan garis tengah 150 mm, tinggi 142
mm, berat 3,5 kg dan lubang – lubang sebanyak 22 lubang.

5
2.) Tipe Egg ( telor )
Untuk keperluan industri dan rumah tangga, Tipe ini juga dipergunakan untuk
bahan bakar industri kecil seperti untuk pembakaran kapur, bata, genteng, gerabah,
pandai besi dan sebagainya. Tetapi untuk keperluan rumah tangga, jenis ini
mempunyai lebar 32 – 39 mm, panjang 46 -58 mm, dan tebal 20 – 24 mm.
2.3 Bentuk briket batubara
a. Bentuk Telur
briket batubara bentuk telur ini cocok untuk keperluan rumah tangga atau
rumah makan. Berikut gambar dari briket telur,

Gambar 1. Briket Terkarbonisasi. Gambar 2. Briket Non karbonisasi.

b. Bentuk kubus dan Bentuk selinder


Briket batubara bentuk kubus dan silinder digunakan untuk kalangan industri
kecil/menengah. Gambar briket batubara bentuk kubus dan silinder

Gambar 4. Bentuk kubus Gambar 5. Briket silinder.

c. Bentuk Kenari (Briket Bio-Batubara)


Briket bio-batubara ini sangat aman dan nyaman dalam pemakaiannya karena
tidak didominasi oleh hal-hal yang berkenaan dengan zat kimia yang dapat

6
membahayakan bagi pemakainya. Gambar briket bio-batu bara bentuk kenari

Gambar 5. Briket bentuk kenari.

d. briket bentuk sarang tawon

Gambar 6. Briket sarang tawon

2.4 Bahan Briket Batubara


1. Batubara, sebagai bahan utamapembuatan briket batubara
2. Biomassa (serbukkayukeras), sebagai bahan untuk mempercepat dan memudahkan
proses pembakaran
3. Tanah liat, sebagai bahan pengeras sekaligus perekat
4. Tepung tapioka, sebagai bahan perekat utama
5. Kapur ( lime ), sebagai bahan imbuhan yang digunakan untuk mengikat racun dan
mengurangi bau belerang.
2.5 Proses Pembuatan Briket Batubara
1. Tanpa karbonasi
a. Batubara ukuran 170 mesh ditimbang sebanyak 50 gr dan ditampung di dalam
beaker glass 500ml

7
b. Sekam padi ditimbang sebanyak 5 gr, lalu dicampurkan dengan beaker glass yang
sama dengan batubara
c. Adonan tepung tapioka dibuat dengan cara mencampurkan air sebanyak 30 ml dan
5 gr tepungtapioka. Adonan dibuat hingga menyerupai lem
d. Dilakukan pencampuran antara ketiga jenis bahan tersebut dan diaduk rata,
selanjutnya ditempatkan pada cetakan briket batubara yang telah dipersiapkan
sebelumnya
e. Campurantersebutdicetak dengan menggunakanalat press, setelah jadi maka briket
tersebut dijemur selama 1 jam baru kemudian siap digunakan.

2. Dengan karbonasi
a. Batubara ukuran 170 mesh ditimbangsebanyak 50 gr dan dimasukkan ke dalam
krusibel
b. Krusibeltersebutdipanaskan di dalam oven pada suhu 110oC selama 2 jam
c. Krusibeldikeluarkan dari dalam oven lalu selanjutnya batubara hasil
pemanasantersebutditimbangsebanyak 50 gr dan ditempatkan pada beaker glass
d. Sekampadiditimbangsebanyak 5 gr, lalu dicampurkan dengan beaker glass yang
sama dengan batubara
e. Adonantepungtapiokadibuat dengan caramencampurkan air sebanyak 30ml dan 5
gr tepungtapioka. Adonandibuat hingga menyerupailem
f. Dilakukan pencampuran antara ketiga jenis bahan tersebut dan diaduk rata,
selanjutnyaditempatkan pada cetakan briket batubara yang telah dipersiapkan
sebelumnya
g. Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan alat tekan, setelah jadi maka
briket tersebut di jemur selama 1 jam baru kemudian siap digunakan.

2.6 Keunggulan Dan Kelemahan penggunaan Briket Batubara


1. Keunggulan
a. Lebih murah
b. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran yang
lama.
c. Tidak beresiko meledak/terbakar
d. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga
e. Sumber Batubara berlimpah.

8
f. Tidak berasap dan berbausehingga rasa dan aroma makanan tidak berubah
g. Nyala bara lebih bersih sehingga perabotan dan dapur tetapbersih
h. Abu sisapembakaran dapat dimanfaatkan untuk abugosok dan campuran bahan
bangunan, pupuk tanaman
i. Tidak beracun (tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan).

2. Kelemahan briket batubara


a. Dalam penggunaan
Salah satu masalah dalam penggunaanBriket Batubara adalah
masalahkepraktisan, Briket Batubara memang dinilaikurangpraktis dalam
penggunannya.
b. Dalam penyalaan
Sulit untuk penyalaan dan terkadang membutuhkan waktu yang lama untuk
mancapai titik panas yang diinginkan.

2.7 Komposisi Briket Batubara


Proses pembriketan batubara dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengolahan batubara, dimana briket yang dihasilkan mempunyai bentuk, ukuranfisik,
sifat kimia tertentu dengan menggunakan teknik yang tepat.
A. Batubara
Briket batubara dapat dibuat dari bermacam-macam rank batubara, tergantungpada
jenis batubara yang ada, misalnya: lignite, sub-bituminous, bituminous,
semiantrasit dan anthrasite. Kualitas briket batubara dapat dipengaruhi oleh kualitas
batubara yang digunakan. Batubara yang mengandung zat terbang yang terlalu tinggi
cenderung mengeluarkan asap hitam dan berbau tidak sedap. Batubara yang
digunakan pada penelitian ini adalah batubara jenis semi antrasit.
B. Jerami
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai potensi yang
cukup besar sebagai sumber bahan bakar. Ketersediaan limbah ini biasanya padasaat
musim kering dimana persediaan hijauan telah berkurang baik kualitas
maupunkuantitasnya.

9
C. Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan di berbagai
daerah seperti Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya dan sangat mengganggu apabila
tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak peternak menggunakan ampas tebu
tersebut untuk bahan pakan ternak, hal ini mungkin karena ampas tebu memiliki serat
kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi ( 19.7%) dengan kadar protein kasar
rendah (28%). Namun limbah ini sangat potensi sebagai bahan tambahan yang
digunakan dalam proses pembuatn briket.

D. Tetes (Molasses)
Molases diperoleh dari proses kristalisasi larutan tebu yang tidak dapat menghasilkan
gula lagi. Molases merupakan larutan kental berwarna coklatkehitaman yang dapat
digunakan sebagai bahan perekat untuk batubara dan bahancampurannya.
Pemilihan perekat berdasarkan pada:
a. perekat harus memiliki daya adhesi yang baik bila dicampur dengan semikokas;
b. perekat harus mudah didapat dalam jumlah banyak dan harganya murah;
c. perekat tidak boleh beracun dan berbahaya. (Subroto, 2006)

2.8 Tungku Briket Batubara


Penggunaan briket batubara harus dibarengi serta disiapkan kompor atau
tungku, jenis dan ukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada
prinsipnyatungku terdiri atas 2 jenis.
A. Tungku Portabel, umumnya memuat briket antara 1 s/d 8 kg serta dapat
dipindah pindahkan.Jenis ini digunakan untuk keperluan rumah tangga atau rumah
makan.
B. Tungku Permanen, memuat lebih dari 8 kg briket dibuat secara permanen. Jenis
ini dipergunakan untuk industri kecil/menengah.
Persyaratan tungku harus memiliki:
1. ada ruang bakar untuk briket
2. adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan
melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder.
3. ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar briket.

10
Rancangan tungku pada dasarnya dibuat untuk mencapai efisiensi
pembakaranyang tinggi. Jenis tungku sangat bergantung pada sektor penggunaannya.
Tungku untuk industri ukurannya lebih besar dari pada tungku rumah tangga. Rata-
rata tungku untuk industri memiliki kapasitas briket batubara 5-10 kg, sedangkan
untuk rumah tangga hanya 1-2 kg.

Gambar 7. Tungku Briket.


Jenis tungku yang sudah banyak di pasaran saat ini terbuat dari bahan tembikar
(tanah liat), selain murah juga sudah terbukti keandalannya, terutama dalam menekan
laju emisi. Jenis tungku ini dilengkapi dengan penutup untuk memperoleh suhu yang
sesuai dengan kebutuhan produksi, tungku untuk industri biasanya dilengkapi dengan
blower. Kinerja (performance) dalah karakteristik pembakaran yang ditentukan oleh
faktor waktu, suhu, dan kualitas udara. Pembakaran briket batubara dipengaruhi oleh
jumlah briket batubara yang dibakar dan jenis tungku yang digunakan. (K.D
Maison,2006)

2.9 Dampak Lingkungan Pembakar Briket


Nilai strategis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar
seringterkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi dan sisa
pembakaran,yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh kepada kesehatan
manusia.Selain itu, pembakaran batubara dengan jumlah yang sangat banyak akan
mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain berupa gas rumah kaca seperti
CO2dan lain-lain.
Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara antara lain
partikel halus, belerang, NOx, dan trace element (seperti flourin, selenium, dan

11
arsen) serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara sempurna. Unsur-unsur
ini terbentuk pada saat pembentukan sebagai proses alam.
Dengan demikian sederhana untuk mendapatkan kondisi pembakaran yang
bersih, semua zat pengotor tersebut harus ditiadakan paling tidak dicegah agar tidak
merebak menjadi polutan yang teremisikan.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari pembakaran briket
batubara.
A. Jenis bahan baku (batubara)
Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus menggunakan bahan
yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang digunakan, semakin sedikit emisi
yang ditimbulkan. Emisi berbahaya, seperti gas SOx dan NOx pada dasarnya
ditimbulkan dari batubara yang memiliki kadar pengotor yang tinggi.Bahan pengikat
yang berasal dari lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya,
B. Tungku
Tungku yang digunakan hendaknya mampu memfasilitasi pembakaran yang
sempurna, artinya dapat menyeimbangkan aliran udara (oksigen) dengan
baik.Tungku dengan penutup pengurang emisi yang dikembangkan oleh tekMIRA
ternyata sangat membantu mengurangi emisi secara signifikan.
C. Ruangan (dapur) tempat memasak
Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik, artinya udara
segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat
membantumenghindari dampak langsung dari polusi kepada kesehatan
pemasak.Dengan memperhatikan ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat dihindari
berbagai dampak negatif atas penggunaan briket batubara dari pengukuran emisi
(SOx, NOx, dan CO) yang dilakukan tekMIRA, diperoleh kesimpulan bahwa
penggunaan briket batubara secara umum masih aman dengan kadar emisi masih
jauh dibawah ambang batas yang diperkenankan oleh kementrian lingkungan hidup.
Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran biasa yang
memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm dan NOx mencapai 100
ppm. Selang 10 menit kemudian terutama jika pembakaran sempurna emisi ini boleh
dikatakan sudah tidak terdeteksi. Kondisi yang terbaik jika menggunakan tungku
dengan penutup pengurang emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.

12
Tabel 2.2 Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket (Nilai Ekonomi)
No Penggunaan Minyak Tanah Briket penghematan
Rumah Tangga 3
1 Rp 9000/hari Rp.5400/hari Rp 3600
Ltr/hari
WarungMakan 10
2 Rp.30.000 Rp.18.000 Rp.3600
Ltr/hari
Industri Kecil 25
3 Rp.75.000 Rp.45.000 Rp.3.600
Ltr/hari
Industry Menengah
4 Rp.2.000.000 Rp.1.502.450 Rp.3.600
1000 Ltr/hari
5 Nilai Kalori 9000 kkal/ltr 5.400 kkal/ltr
6 ekivalen 1 ltr 1,60 kg
7 Biaya Rp.2.800 Rp.1300

2.10 Pengeringan Hasil Briket Batubara


Umumnya kadar air briket batubara hasil cetakan masih sangat tinggi sehingga
briket batubara bersifat basah dan lunak. Oleh karena itu, briket batubara perlu
dikeringkan. Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air dan mengeraskannya
hingga aman dari gangguan jamur dan benturan fisik, berdasarkan caranya,
dikenal 2 metode pengeringan yakni penjemuran dengan sinar matahari dan
pengeringan buatan (Kurniawan dan Marsono, 2008).
1. Penjemuran
Briket batubara dapat dikeringkan dengan penggunaan sinar matahari atau di
jemur, caranya adalah hasil cetakan briket batubara disusun rapi dalam
tampah atau keranjang kawat yang berlubang, lalu dihamparkan di tempat
terbuka sehingga sinar matahari bebas masuk. Selama penjemuran, briket
batubara dibolak-balik agar panasnya merata atau keringnya bersamaan.
Biasanya dalam tempo 2 - 3 hari, briket batubara sudah kering dan keras.
Apabila cuaca tiba-tiba mendung, dipersiapkan lembaran plastik bening agar
tidak terkena air hujan.
2. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan sering diterapkan untuk menurunkan kadar air briket
batubara dengan cepat tanpa terhalang oleh faktor iklim dan cuaca. Adapun
salah satu sarana pengeringan buatan adalah oven. Oven menggunakan
elemen pemanas sebagai komponen utamanya. Sumber pemanas yang
dipakai berasal dari kayu bakar, minyak tanah, atau tenaga listrik. Prinsip
kerjanya dengan cara menghembuskan udara panas menuju tumpukan
13
cetakan briket batubara yang baru menggunakan blower atau kipas angin.
2.11 Uji Kualitas Briket Batubara
Uji kualitas briket batubara perlu dilaksanakan guna mengetahui apakah briket
batubara yang dibuat dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Parameter yang
diamati mencakup lama penyalaan dan daya tahan batubara hingga menjadi abu.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sebuah batubara seberat 200 g sanggup
mendidihkan air sebanyak 2 liter dalam waktu 45 menit. Apabila sampel yang di
uji berbeda-beda hasilnya, perlu diteliti ulang terhadap faktor-faktor penyebabnya
(Kurniawan dan Marsono, 2008).

2.12 Penyalaan dan Pematian Briket Batubara


Pada pembakaran awal briket batubara diperlukan bahan penyulut yang mudah
terbakar. Untuk pembakaran awal dapat dilakukan dengan bahan penyulut yang
mudah terbakar seperti tatalan kayu atau merendam beberapa buah briket dengan
minyak tanah.
Pemakaian briket batubara hampir sama dengan arang kayu, tetapi setelah
menyala suhunya lebih tinggi dan pembakarannya lebih lama sehingga lebih
hemat. Pada pembakaran awal briket batubara diperlukan bahan penyulut yang
mudah terbakar. Bahan penyulut yang digunakan biasanya adalah burner, minyak
tanah atau bara api. Penggunaan bahan-bahan penyulut tersebut relatif murah.
Untuk penyalaan briket batubara pada pembakaran awal yaitu dengan
menggunakan minyak tanah, tahap pertama adalah dengan memasukkan briket
batubara ke dalam penyulut (minyak tanah) dan didiamkan selama 5 - 10 menit
agar minyak tanah tersebut dapat meresap ke seluruh permukaan briket batubara.
Setelah briket dimasukkan ke dalam minyak tanah maka selanjutnya adalah
mengangkat dan meniriskan briket tersebut dengan menggunakan penjepit agar
minyak tanah yang berada di dalam briket tidak menetes. Langkah selanjutnya
adalah memindahkan briket batubara ke dalam tungku secara bertahap dengan
menggunakan penjepit, setelah itu briket batubara tersebut disulut (dibakar)
(Purnomo, 2009).

14
Sementara untuk pematian briket batubara, terdapat tiga cara pematian briket.
Ketiga cara tersebut, adalah :
1. Membiarkan briket menyala sampai habis terbakar.
2. Bara briket yang menyala disiram dengan air secukupnya, karena disiram air
maka nyala bara briket akan mati.
3. Ruang pembakaran briket ditutup sampai kedap, sehingga gas oksigen tidak
dapat masuk ke dalam ruang pembakaran.
Pematian bara briket batubara lebih dianjurkan dengan cara menutup ruang
pembakaran agar ruang pembakaran menjadi kedap. Pematian merupakan usaha
untuk menghindarkan terjadi reaksi kimia antara zat organik dengan oksigen
(Waris dan Simanjuntak dalam Tamrin, 2009).

2.13 Perekat briket


Pada proses pembriketan, bahan baku yang telah dilakukan pengecilan
dengan ukuran tertentu kemudian akan ditambahkan bahan perekat sehingga bahan
baku tersebut dapat menyatu. Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki
kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah
lain dari perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan
cement. Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani seperrti kulit,
kuku, urat, otot dan tulang yang digunakan dalam industri kayu. Mucilage adalah
perekat yang dipersiapkn dari getah dan air yang diperuntukkan terutama untuk
perekat kertas. Paste adalah perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan
campuran pati dan air dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang
digunakan untuk perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan
pelarut (Ruhendi, dkk, 2007).
Untuk merekatkan partikel-partikel zat dalam bahan baku pada proses pembuatan
briket maka diperlukan zat pengikat sehingga dihasilkan briket yang kompak.
Berdasarkan fungsi dari pengikat dan kualitasnya, pemilihan bahan pengikat dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Berdasarkan sifat / bahan baku perekatan briket
Adapun karakteristik bahan baku perekatan untuk pembuatan briket adalah sebagai
berikut :

15
a. Memiliki gaya kohesi yang baik bila dicampur dengan semikokas atau batu bara.

b. Mudah terbakar dan tidak berasap.

c. Mudah didapat dalam jumlah banyak dan murah harganya.

d. Tidak mengeluarkan bau, tidak beracun dan tidak berbahaya.

2. Berdasarkan jenis
Jenis bahan baku yang umum dipakai sebagai pengikat untuk pembuatan
briket, yaitu :
a. Pengikat Anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama proses pembakaran
sehingga dasar permeabilitas bahan bakar tidak terganggu. Pengikat anorganik ini
mempunyai kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang berasal dari bahan pengikat
sehingga dapat menghambat pembakaran dan menurunkan nilai kalor. Contoh dari
pengikat anorganik antara lain semen, lempung, natrium silikat.
b. Pengikat Organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran briket
dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari pengikat organik
diantaranya kanji, tar, aspal, amilum, molase dan parafin.
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan
perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan
kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak pada jenis bahan perekat yang akan
dipilih. Penentuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
kualitas briket ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor harga dan ketersediaannya di
pasaran harus dipertimbangkan secara seksama karena setiap bahan perekat memiliki
daya lengket yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat, 1983).
Menurut Schuchart, dkk. (1996), pembuatan briket dengan menggunakan bahan
perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan
perekat. Disamping meningkatnya nilai kalor dari bioarang, kekuatan briket arang
dari tekanan luar jauh lebih baik (tidak mudah pecah).

16
2.14 Pencetakan Briket
Pencetakan briket bertujuan untuk memperoleh bentuk yang seragam dan
memudahkan dalam pengemasan serta penggunaannya. Dengan kata lain, pencetak
briket akan memperbaiki penampilan dan mengangkat nilai jualnya. Oleh karena itu
bentuk ketahanan briket yang diinginkan tergantung dari alat pencetak yang
digunakan.
Dalam membuat briket alat yang dapat dipergunakan sebagai pengepres yaitu
berupa pengepres dengan pengerak manual (tenaga manusia) dan tekanan tinggi
(sistem hidrolik) yang berfungsi untuk pemadatan dari bahan baku briket tersebut.

2.15 Pengeringan Briket


Pengeringan adalah pemindahan air keluar dari bahan sesuai dengan yang
diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan antara lain
adalah luas bahan yang dikeringkan, suhu ruang pengeringan, kecepatan aliran udara,
dan tekanan udara dalam ruang pengering (Supriyono, 2003). Kadar air briket sangat
mempengaruhi nilai kalor atau nilai panas yang dihasilkan. Tingginya kadar air
briket akan menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas
yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang
ada sebelum kemudian menghasilkan panas yang dapat dipergunakan sebagai panas
pembakaran (Hendra dan Darmawan, 2000).
Pengeringan dapat dilakukan dengan alat pengering seperti oven, atau dengan
penjemuran. Suhu pengeringan dengan oven umumnya 60 oC dengan lama
pengeringan 24 jam. Jika dilakukan penjemuran, lama penjemuran briket cukup tiga
hari dalam kondisi cuaca yang cerah (Achmad, 1991). Keuntungan pengeringan
dengan matahari adalah tidak membutuhkan alat khusus dan biaya tambahan untuk
pemanas. Kerugiannya adalah membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama,
areal penjemuran yang luas, serta sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca setempat.
Karenanya pengeringan dengan cara ini kurang memberikan hasil yang optimal.

2.16 Parameter Kualitas Briket


Parameter kulitas briket yang akan mempengaruhi pemanfaatannya antara lain :
a. Kandungan air

17
Moisture yang dikandung dalam briket dapat dinyatakan dalam dua macam :
- Free moisture (uap air bebas)
Free mositure dapat hilang dengan penguapan, misalnya dengan air drying.
Kandungan free mositure sangat penting dalam perencanaan coal handling dan
preparation equipment.
- Inherent mositure (uap air terikat)
Kandungan inherent moisture dapat ditentukan dengan memanaskan briket antara
temperature 104 oC – 110 oC selama satu jam.
b. Kandungan abu
Abu dalam hal ini merupakan bagian yang tersisa dari hasil pembakaran briket. Salah
satu penyusun abu adalah silika, pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor briket
arang yang dihasilkan. Jika bahan pembuatan briket dikarbonisasi terlebih dahulu,
maka semakin banyak penambahan bahan dalam komposisi, maka nilai kadar abu
briket yang dihasilkan akan semakin rendah. Ini disebabkan kandungan yang terdapat
dalam bahan banyak yang terbuang pada proses karbonisasi (Santosa, tanpa tahun).
c. Kandungan zat terbang
Zat terbang terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti hidrogen, karbon
monoksida (CO), dan metana (CH4), tetapi kadang-kadang terdapat juga gas-gas
yang tidak terbakar seperti CO2 dan H2O. Volatille matter adalah bagian dari briket
dimana akan berubah menjadi produk volatile matter (produk) bila briket tersebut
dipanaskan tanpa udara pada suhu lebih kurang 950oC.
d. Kerapatan
Dilakukan dengan mendeterminasi berapa rapat massa biobriket melalui
perbandingan antara massa biobriket dengan besarnya dimensi volumetrik biobriket.
e. Kekuatan
Bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap suatu material sampai
material itu patah. Pengujian ini merupakan respon terhadap beban kejut atau beban
tiba-tiba. (calliester, 2007) ukuran partikel mempengaruhi kekuatan briket yang
dihasilakn karena ukuran yang lebih kecil akan menghasilkan rongga yang lebih
kecil pula sehingga kuat tekan briket akan semakin besar. Sedangkan distribusi
ukuran akan menentukan kemungkinan penyusunan (packing) yang lebih baik.

18
f. Nilai kalor
Nilai kalor dinyatakan sebagai heating value, merupakan suatu parameter yang
penting dari suatu thermal coal. Gross calorific valur diperoleh dengan membakar
suatu sampel briket dalam bomb calorimeter dengan megembalikan sistem ke
ambient temperature. Net calorific value biasanya antara (93-97%) dari gross value
dan tergantung dari kandungan inherent moisture serat kandungan hidrogen dalam
briket.

2.17 Pembakaran Briket


Menurut Himawanto D. A. (2005), mekanisme pembakaran biomassa terdiri
dari tiga tahap yaitu pengeringan (drying), devolatilisasi (devolatilization), dan
pembakaran arang (char combustion).
a. Pengeringan (drying)
Dalam proses ini bahan bakar mengalami proses kenaikan temperatur yang akan
mengakibatkan menguapnya kadar air yang berada pada permukaan bahan bakar
tersebut, sedangkan untuk kadar air yang berada di dalam akan menguap melalui
pori-pori bahan bakar padat tersebut. (Borman dan Ragland, 1998).
b. Devolatilisasi (devolatilization)
Setelah proses pengeringan, bahan bakar mulai mengalami dekomposisi, yaitu
pecahnya ikatan kimia secara termal dan zat terbang (volatile matter) akan keluar
dari partikel. Volatile matter adalah hasil dari proses devolatilisasi.
c. Pembakaran arang (char combustion)
Sisa dari pirolisis adalah arang (fixed carbon) dan sedikit abu, kemudian partikel
bahan bakar mengalami tahapan oksidasi arang yang memerlukan 70% - 80% dari
total waktu pembakaran.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Briket Batubara merupakan bahan bakarpadat yang terbuat dari Batubara.
Terdapat 2 jenis briket batubara, yaitu; berkarbonasi dan non karbonasi. Bahan briket
batubara, diantaranya; Batubara, Biomassa, Tanah liat, Tepung tapioca, dan Kapur
Briket batubara dibuat dalam 3 proses, yaitu; pencampuran, pencetakan, dan
pengeringan. Briket batubara lebih murah dan lebih aman jika dibandingkan dengan
minyaktanah, akan Tetapi penggunaan briket batubara kurang praktis.

3.2. Saran
Sebaiknya penggunaan briket batubara dapat lebih dibudidayakan, tetapi
akan lebih baik lagi jika pembuatan dan penggunaan briket biomassa yang lebih di
tingkatkan, mengingat batubara juga merupakan bahan tambang yang memiliki
kemungkinan untuk menjadi langka, sedangkan briket biomassa sendiri lebih
ramahlingkunganbila di bandingkan dengan briket batubara karna dapat
menggunakan bahan dari limbah pertanian.
Sebaiknya kami di beriwaktu lebih banyak agar dapat lebih menguasaimateri
tentang Briket Batubara ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Rumidi, Sukandar., 1995 “ Batubara dan Gambut” Gadjah Mada University press,
Yogyakarta.
K.D Maison, 2006, “Briket Batubara Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah”,
Bandung,
Nn, 2005, “Iptek Indonesia Bidang Energi dan Sumber Daya Alam”, Jakarta,
Nn, 2007, “Kementrian Negara Riset dan Teknologi”, Jakarta,
Setiawan Bambang, 2005, “Kebijakan Umum Pemanfaatan Batubara dan
Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batubara”, Jakarta,
Sipayung Maydin, 2005, “Industri Briket Batubara Nasional”, Bandung.
Sobroto, 2006, “Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara, Ampas
Tebu, dan Jerami”, Surakarta.

21
22

Anda mungkin juga menyukai