Anda di halaman 1dari 1

LATAR BELAKANG

Kerdil (stunting) pada anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita
(Bawah 5 Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua
tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seyogyanya mendapat perhatian
khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas
seseorang di masa depan.

Penanganan stunting perlu koordinasi antar sektor dan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, Masyarakat Umum,
dan lainnya. Presiden dan Wakil Presiden berkomitmen untuk memimpin langsung upaya
penanganan stunting agar penurunan prevalensi stunting dapat dipercepat dan dapat terjadi
secara merata di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Blora, sebanyak 8,3% dari 45.637 bayi atau 3.000
lebih menderita stunting. Hal ini menjadikan pemerintah daerah berupaya untuk menekan
dengan mengerahkan kepala desa dan camat bergerak cepat mengatasi kondisi ini.

Ada beberapa faktor penyebab stunting di Kabupaten Blora, diantaranya


yang paling besar adalah buruknya pola asuh orangtua terhadap
anaknya. Sedangkan faktor lainnya adalah kondisi lantai rumah yang masih berupa
tanah. Dimana lantai tanah berpotensi memungkinkan hidupnya virus penyakit
lebih lama ketimbang lantai ubin. Selain itu, tidak adanya IMD (Inisiasi Menyusui
Dini), kurangnya pemberian ASI eksklusif, kehamilan dini karena rahim yang
belum siap, tidak punya jamban hingga minimnya ventilasi rumah.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan
terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih. Pola makan yaitu
pengenalan dan pembiasaan pemberian gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Pola asuh
yaitu edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga,
hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi
bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan. Sanitasi yang baik
yaitu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar
sembarangan.

Desa Patalan merupakan salah satu desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Medang
yang memiliki kasus stunting cukup tinggi, hingga Juni 2019 tercatat ada 8 kasus stunting.
Selain itu jumlah kasus diare pada balita di desa Patalan sejak Januari hingga April cukup
banyak yaitu 8 kasus.

Pada saat dilakukan sampling pada warga desa Patalan terutama di wilayah yang
terdapat kasus stunting, dapat diketahui bahwa dari segi pencapaian pemberian ASI Ekslusif
pada anak sudah cukup tinggi. Sedangkan dari segi gizi ibu pada saat hamil juga dijaga dengan
baik. Dari segi sanitasi ternyata dapat diketahui bahwa warga tidak pernah membiasakan diri
mencuci tangan pakai sabun. Alasan warga tidak melakukan cuci tangan pakai sabun adalah
tidak adanya sarana dan modal untuk membuat sarana cuci tangan pakai sabun. Oleh karena itu,
pokja UKM Puskesmas Medang mencanangkan kegiatan inovasi dengan judul “Batu Ceting
(Bersatu Mencegah Stunting) melalui Pembuatan Tempat Cuci Tangan Pakai Sabun B3 (Barang
Bekas dadi Bagas) dengan Memanfaatkan Limbah Galon Bekas.

Anda mungkin juga menyukai