Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN AIR LIMBAH REVERSE OSMOSIS MELALUI

ELEKTROLISIS UNTUK MENGHASILKAN ELEKTROLIT


BERNILAI EKONOMI
Nissa M. Janani*1) dan Wahyono Hadi1)
1)
Departemen Teknik Lingkungan,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Kompleks Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya, 60111
*)
E-mail: nissa.mj1@gmail.com

Abstrak

Peningkatan penggunaan reverse osmosis (RO) sebagai metode desalinasi air laut untuk
menghasilkan air bersih mengakibatkan naiknya produksi air limbah proses RO. Limbah yang
merupakan konsentrat air laut tersebut masih memiliki berbagai kandungan mineral yang dapat
diolah untuk dimanfaatkan kembali. Namun, evaporasi yang merupakan pengolahan konvensional
limbah RO menghilangkan seluruh nilai ekonomi yang dimiliki oleh limbah tersebut. Elektrolisis
merupakan metode pengolahan air limbah alternatif yang dapat mengolah air limbah RO.
Elektrolisis limbah RO selama 12 jam dengan Hofmann Electrolysis Apparatus menggunakan
katoda berupa perak dan anoda berupa karbon merubah susunan ion elektrolit limbah RO. Elektrolit
tersebut membentuk desinfektan berupa Ca(OCL) 2 dan NaOCl, garam NaCl, dan beberapa gas
seperti H2, O2, dan Cl2.

Kata kunci: Anoda Grafit, Desinfektan, Elektrolisis, Garam, Katoda Perak.

Abstract
The increase on the use of reverse osmosis (RO) as a sea water desalination method to produce
clean water leads to the increase of RO reject wastewater. This wastewater is concentrated sea
water that contain reusable minerals. Nevertheless, evaporation as conventional RO wastewater
treatment eliminates economical value of the wastewater. Electrolysis is another method of RO
wastewater treatment. Using Hofmann Electrolysis Apparatus with silver cathode and graphite
anode for 12 hours could change the ionic composition of RO wastewater electrolyte. This
electrolyte formed disinfectants such as Ca(OCL)2 and NaOCl, NaCl salt, and several gasses such
as H2, O2, and Cl2.

Key words: Disinfectant, Electrolysis, Graphite Anode, Salts, Silver Cathode.

1. PENDAHULUAN drastis adalah karena volumenya yang dapat


mencapai 70% dari keseluruhan air yang
Peningkatan penggunaan desalinasi, diolah (Rao, 2016). Sehingga dalam satu kali
utamanya dengan metode reverse osmosis pengolahan, reject water yang dihasilkan
(RO) sebagai metode penyediaan air bersih sangat besar. Namun RO tetap menjadi
menyebabkan kenaikan drastis air limbah RO. metode desalinasi yang paling banyak
Salah satu penyebab naiknya limbah RO yang digunakan, salah satu faktornya adalah karena
sering disebut dengan reject water secara tingginya efisiensi reduksi total dissolved
12 Jurnal Purifikasi, Vol. 18 No. 1, Juli 2018: 11-18

solid (TDS) dan salinitasnya, yaitu hingga 2. METODA PENELITIAN


99,6% (Wilf, 2010).
Ide Penelitian
Efisiensi reduksi yang tinggi tersebut
menghasilkan limbah pengolahan dengan Ide penelitian ini berasal dari adanya ion-ion
kandungan TDS dan salinitas yang tinggi. dan mineral pada limbah RO yang memiliki
Sehingga diperlukan pengolahan terlebih potensi pemanfaatan kembali. Ion-ion tersebut
dahulu sebelum limbah dibuang menuju memerlukan pengolahan terlebih dahulu
badan air, untuk mencegah rusaknya untuk menghasilkan produk dengan nilai
ekosistem dan biota pada badan air tersebut. ekonomi. Maka diperlukan penelitian
Saat ini pengolahan yang banyak digunakan mengenai pembentukan ion elektrolit dan
adalah evaporasi dengan menggunakan kolam produk lain yang dapat dihasilkan oleh limbah
untuk menghasilkan garam atau nigari. RO untuk mengetahui potensi pemanfaatan
Bahkan terdapat pula sistem dimana padatan limbah tersebut.
yang dihasilkan oleh proses evaporasi diolah
secara termal dengan insenerasi. Pengolahan Persiapan Penelitian
ini menghilangkan semua nilai ekonomi yang
dimiliki oleh reject water tersebut. Sampel air limbah RO didapatkan dari dua
jenis proses RO pada PLTU Paiton, yaitu
Salah satu industri yang menggunakan SWRO dan BWRO. Pada kedua sampel, diuji
metode RO adalah Pembangkit Listrik Tenaga karakteristik awalnya terlebih dahulu.
Uap (PLTU) Paiton. Dalam siklus PLTU, Karakterisasi limbah dilakukan terhadap
dibutuhkan air demineralisasi yang diperoleh parameter Na+, K+, Mg2+, Ca2+, HCO3 -, Cl-,
dari air tawar untuk menjaga alat-alat dari SO42-, OH-, OCl-, TDS, dan pH. Selain itu
korosi (Indriaty, 2010). Di PLTU Paiton, dilakukan persiapan reaktor elektrolisis
terdapat dua jenis RO, yaitu sea water reverse (Hofmann Electrolysis Apparatus) serta alat
osmosis (SWRO) dan brackish water reverse dan bahan lain yang digunakan untuk analisis
osmosis (BWRO). SWRO merupakan unit sampel.
yang mengolah air laut, sedangkan BWRO
merupakan unit yang mengolah kembali hasil Tabel 1. Karakteristik awal limbah
olahan dari SWRO. Produk BWRO Parameter Satuan BWRO SWRO
digunakan untuk operasional PLTU dan air
domestik. Na+ mg/L 125 7000
Mg2+ mg/L 32.57 1765.71
Penelitian ini akan mempelajari pengolahan Ca+ mg/L 0 400
reject water dengan metode elektrolisis. K+ mg/L 10 1111
Metode ini dipilih karena pada proses HCO3- mg/L 56 132
elektrolisis ion-ion logam akan melekat pada Cl- mg/L 716 17860
permukaan elektroda, sedangkan senyawa SO4- mg/L 17.19 3223.38
organik lainnya akan terkurangi atau OH- mg/L 0 0
terhilangkan toksisitasnya (Mollah dkk., OCl- mg/L 0 0
2004). Kandungan pada elektrolit yang TDS mg/L 1060 26400
dihasilkan oleh elektrolisis bergantung pada Salinitas psu 1,19 33,2
kandungan awalnya. Pada larutan dengan pH - 6.55 8.15
salinitas tinggi dihasilkan elektrolit berupa
basa. Sedangkan pada larutan dengan salinitas Sumber: Hasil analisis
rendah, dapat dihaslkan hipoklori (Abdel-Aal
dkk., 2010).
Janani, Pengolahan Air Limbah Reverse Osmosis 13

Pada akhir proses, dilakukan uji karakteristik


akhir untuk mengetahui perubahan kandungan
Pelaksanaan Penelitian sampel sebelum dan setelah dilakukan
elektrolisis. Perubahan ini dapat menunjukkan
Elektrolisis pada penelitian ini dilakukan seberapa besar pengaruh pengolahan
selama 12 jam. Elektroda yang digunakan elektrolisis terhadap limbah RO serta
adalah Perak (Ag) pada katoda dan Grafit (C) hubungannya terhadap karakteristik sampel
pada anoda dengan ukuran yang sama, yaitu dan tegangan yang digunakan.
dengan diameter 1 cm dan panjang 10 cm.
Pengolahan Data
Selama proses elektrolisis, elektroda akan
dialiri listrik dengan variasi tegangan 6V, 9V Data yang diolah adalah data primer yang di
dan 13,8V. Perlakuan ini berlaku untuk kedua dapatkan selama tahap penelitian inti. Data
variasi jenis sampel (sampel SWRO dan karakteristik elektrolit yang dihasilkan oleh
BWRO). proses elektrolisis dianalisis dengan
menggunakan bar graph stokiometri,
Dilakukan pula pembuktian jenis gas yang sehingga dapat diketahui ikatan-ikatan yang
terbentuk pada masing-masing elektroda terjadi pada senyawa yang ada dalam
dengan menggunakan tabung reaksi dan elektrolit.
sebatang lidi. Tabung reaksi akan digunakan
untuk memerangkap gas yang terbentuk pada 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kedua elektroda. Ujung lidi dibakar namun
api dinyalakan sehingga hanya menghasilkan Operasi Proses Elektrolisis
nyala api. Kemudian ujung lidi tersebut
dimasukkan kedalam tabung reaksi. Jenis Pada elektrolisis, elektroda merupakan salah
nyala api yang terbentuk akan menunjukkan satu faktor utama penentu efektivitas
jenis gas yang terbentuk pada elektroda prosesnya. Elektroda akan dialiri dengan arus
tersebut. listrik searah sehingga menghasilkan gas.
Masing-masing sampel air limbah RO
mengalami kenaikan rata-rata arus listrik
seiring dengan kenaikan tegangan yang
digunakan. Hal ini sesuai dengan Hukum
Ohm, dimana tegangan berbanding lurus
dengan arus dan resistansi. Sehingga pada
nilai resistensi yang sama (sampel atau
elektrolit yang sama), kenaikan tegangan akan
menyebabkan kenaikan arus.

Pada prosesnya, terbentuk gelembung-


gelembung gas pada kedua kompartemen
elektroda. Gelembung tersebut kemudian naik
ke puncak reaktor, terakumulasi, dan menjadi
gas yang tertahan pada kompartemen. Gas
yang diproduksi di masing-masing
kompartemen elektroda diidentifikasi
jenisnya.
Gambar 1. Rangkaian Reaktor Elektrolisis Identifikasi yang telah dilakukan
membuktikan bahwa gas hidrogen terbentuk
14 Jurnal Purifikasi, Vol. 18 No. 1, Juli 2018: 11-18

pada kompartemen katoda, baik pada Grafik tersebut menunjukkan adanya


elektrolisis sampel SWRO maupun BWRO. persamaan dalam tren perubahan TDS dan
Pada kompartemen anoda sampel BWRO salinitas elektrolit. Persamaan tren ini
terbentuk gas oksigen, karena lidi terbakar disebabkan karena TDS dan salinitas
saat dimasukkan pada tabung reaksi. merupakan dua parameter yang saling
Sedangkan pada kompartemen anoda sampel berhubungan. Kecuali pada elektrolisis air
SWRO tidak terindikasi pembentukan limbah SWRO dengan tegangan 13,8V,
oksigen, karena saat lidi dimasukkan dalam terjadi kenaikan TDS dan salinitas jika
tabung reaksi, nyala api langsung mati. dibandingkan dengan karakteristik awalnya.
Namun terdapat bau klor yang sangat Semakin besar tegangan yang digunakan pada
menyengat dari tabung reaksi tersebut. Hal ini elektrolisis, maka produksi hidrogen dan nilai
mengindikasikan gas yang terbentuk bukanlah TDS juga semakin besar (Abdel-Aal dkk.,
oksigen, melainkan gas klor. 2010). Hal ini berkaitan dengan kenaikan
konduktivitas dan Hukum Ohm, dimana nilai
Katoda BWRO Anoda BWRO konduktivitas berbanding terbalik dengan
35000
resistansi dan berbanding lurus dengan
30000
25000
tegangan dan arus.
TDS (MG/L)

20000
15000 Namun pada elektrolisis air limbah SWRO
10000 dengan tegangan 13,8 V terjadi penurunan
5000 nilai TDS dan salinitas pada kedua elektroda.
0 Hal ini dapat disebabkan oleh overpotensial
0 5 10 15
TEGANGAN (V) yang terlalu tinggi pada proses elektrolisis.
Gambar 2. Grafik Perubahan TDS Elektrolit Sehingga banyak ion terlarut yang tereduksi
terhadap Tegangan atau teroksidasi secara lebih sempurna.

Katoda BWRO Anoda BWRO Katoda BWRO Anoda BWRO


50 12

10
40
SALINITAS (PSU)

8
30
PH

6
20
4
10 2

0 0
0 5 10 15 0 5 TEGANGAN (V) 10 15
TEGANGAN (V)

Gambar 3.Grafik Perubahan Salinitas Gambar 4. Grafik Perubahan pH Elektrolit


Elektrolit terhadap Tegangan terhadap Tegangan

Perubahan TDS, Salinitas, dan pH Hal ini didukung dengan terbentuknya


Elektrolit endapan yang melekat pada katoda setelah
proses elektrolisis sampel ini berakhir.
Parameter umum yang digunakan untuk Endapan tersebut berwarna putih dan mulai
melihat perubahan kandungan ion pada terbentuk pada jam ketujuh proses
elektrolit adalah TDS, salinitas, dan pH. Tren elektrolisis.
perubahan parameter tersebut dianalisis dan
diolah menjadi Gambar 2 sampai dengan Selain perubahan pada parameter TDS dan
Gambar 4. salinitas, pH sampel dan elektrolit juga
diamati untuk melihat perubahannya. Grafik
perubahan pH pada elektrolit terdapat pada
Janani, Pengolahan Air Limbah Reverse Osmosis 15

Gambar 4. Berdasarkan pada grafik tersebut, dilakukan konversi dari satuan mg/L menjadi
terjadi kenaikan pH di kompartemen katoda miliekivalen per liter (meq/L). Gambar 5
dan penurunan pH di kompartemen anoda merupakan contoh diagram batang yang telah
pada kedua sampel. Perubahan pH ini dibuat.
berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi
pada masing-masing kompartemen elektroda. Berdasarkan analisis tersebut, senyawa yang
Pada kompartemen katoda terjadi reduksi air terbentuk dengan konsentrasi terbesar pada
yang menyebabkan terbentuknya gas elektrolisis sampel BWRO adalah NaCl,
hidrogen dan ion hidroksida. Ion hidroksida Mg(HCO3)2, NaOH, dan NaHCO3.
tersebut adalah penyebab kenaikan pH Sedangkan pada elektrolisis sampel SWRO,
elektrolit pada kompatemen katoda. senyawa dengan konsentrasi terbesar adalah
Sebaliknya, elektrolit yang terbentuk pada Ca(OCl)2, Mg(OCl)2, dan NaOCl. Elektrolisis
kompatemen anoda mengalami penurunan brine water akan menghasilkan larutan basa.
pH. Pada elektrolisis air limbah BWRO, hal Sedangkan elektrolisis pada air laut akan
ini disebabkan oleh pembentukan ion menghasilkan desinfektan berupa hipoklorit
hidrogen di elektrolit karena terjadinya (Balagopal dkk., 2006). Sampel air limbah
oksidasi air. Sedangkan pada elektrolisis air SWRO yang merupakan konsentrat air laut,
limbah SWRO, air berikatan dengan klorida belum bisa dikategorikan pada brine water.
pada elektrolit yang menyebabkan Hal ini ditunjukkan dengan hasil elektrolisis
terbentuknya asam klorida. Asam klorida sampelnya yang menghasilkan hipoklorit,
tersebut mengakibatkan turunnya pH dari bukan larutan basa. Sedangkan elektrolisis air
sampel awal. limbah BWRO menghasilkan elektrolit
dengan berbagai kandungan ion, salah
satunya adalah garam.

Lebih lanjut, produksi hidrogen sebagai


produk utama elektrolisis dengan air baku air
laut dapat terjadi dengan tiga kemungkinan
(Temeev dkk., 2006):
a. Elektrolisis untuk memproduksi
hidrogen, oksigen, dan berbagai alkali;

Tabel 2. Pembentukan Ion pada Elektrolit


Gambar 5. Diagram Batang Miliekivalen per
Liter Sampel Limbah RO Ion yang Konsentrasi
Sampel
Terbentuk (mg/L)
Perubahan Susunan Ion pada Elektrolit SWRO 6V
Katoda NaOCl 10654.69
Anoda Ca(OCl)2 15393.92
Analisis ionik pada produk elektrolit yang SWRO 9V
dihasilkan oleh elektrolisis dengan air limbah Katoda Ca(OCl)2 13511.60
SWRO dan BWRO dilakukan dengan Anoda Ca(OCl)2 12786.46
parameter ion sebagaimana tertera pada SWRO 13.8V
Metode Penelitian. Hasil analisis ion pada Katoda NaOCl 13813.22
elektrolit diolah dengan menggunakan Anoda Ca(OCl)2 12634.54
bargraph milliequivalent per liter atau BWRO 6V
diagram batang milieekivalen per liter untuk Katoda NaCl 1727.59
mengetahui kemungkinan pembentukan Anoda NaCl 1578.64
senyawa pada elektrolit. Sehingga harus BWRO 9V
Katoda NaCl 1999.81
16 Jurnal Purifikasi, Vol. 18 No. 1, Juli 2018: 11-18

Ion yang Konsentrasi


Sampel
Terbentuk (mg/L) Pembentukan NaCl pada sampel BWRO
Anoda NaCl 1527.31 tersebut berhubungan dengan adanya ion Na+
dan Cl- bebas pada elektrolit sehingga kedua
BWRO 13.8V ion lebih mudah berikatan (Saleet dkk., 2017).
Katoda NaCl 2231.35 Hal ini didukung dengan pembentukan
Anoda NaCl 2272.32 senyawa NaCl pada semua elektrolit hasil
variabel elektrolisis dengan konsentrasi yang
b. Elektrolisis untuk memproduksi besar jika dibandingkan dengan senyawa
hidrogen, oksigen, klorin, dan berbagai lainnya.
alkali;
c. Elektrolisis untuk memproduksi Namun sebagaimana telah digambarkan pada
hidrogen dan natrium hipoklorit diagram batang ion-ion penyusun elektrolit,
(NaOCl). senyawa yang terbentuk masih berada dalam
satu larutan. Sehingga elektrolit tersebut
Maka apabila merujuk pada penjelasan membutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk
tersebut, elektrolisis SWRO mengalami pemurnian ataupun ekstraksinya.
proses ketiga. Sedangkan elektrolisis BWRO
mengalami proses pertama. Berbagai senyawa Mass Balance Elektrolit
yang terbentuk pada elektrolit hasil
elektrolisis air limbah BWRO dan SWRO Mass balance (kesetimbangan massa)
masih memiliki nilai potensi ekonomi dan merupakan analisis terhadap proses
dapat dimanfaatkan kembali. Senyawa yang pengolahan yang digunakan untuk
memiliki potensi pemanfaatan dengan mengetahui aliran massa bahan masuk dan
konsentrasi terbesar pada masing-masing keluar pada proses tersebut, sehingga satuan
variabel terdapat pada Tabel 2. yang digunakan adalah satuan massa
(Sötemann, 2006). Pada proses elektrolisis
Pada sampel SWRO, senyawa dengan yang telah dilakukan, dibuat kesetimbangan
konsentrasi pembentukan terbesar adalah massa berdasarkan pada nilai Total Dissolved
senyawa-senyawa dengan ion hipoklorit Solid (TDS).
(OCl-). Ion hipoklorit tersebut berikatan
dengan ion kalsium (Ca2+), magnesium Parameter TDS digunakan karena TDS
(Mg2+), dan natrium (Na+). Dari ketiga jenis mencakup seluruh ion, garam, dan komponen
senyawa hipoklorit tersebut, senyawa yang terlarut dalam limbah yang digunakan.
Ca(OCl)2 dan NaOCl adalah senyawa- Pengukuran TDS tidak membeda-bedakan
senyawa yang dijual bebas sebagai jenis ion yang terlarut didalamnya.
desinfektan.
Pada input kesetimbangan massa, digunakan
Ca(OCl)2 (kalsium hipoklorit) atau lebih TDS limbah yang diukur tepat sebelum
sering dikenal sebagai kaporit merupakan elektrolisis dilakukan dan dikonversi menjadi
oksidator kuat yang larut dalam air. Kaporit satuan massa, yaitu milligram (mg).
dijual dalam bentuk padat berupa serbuk, Sedangkan output TDS mencakup massa ion
granular, maupun tablet. (TDS) elektrolit, massa komponen yang luruh
atau menempel pada elektroda, massa gas
NaOCl (Natrium Hipoklorit) atau banyak yang diproduksi, dan kehilangan yang ada
dikenal sebagai duclean adalah agen pemutih pada sistem. Data kesetimbangan massa pada
(bleaching) yang banyak digunakan sebagai seluruh perlakuan terdapat pada Tabel 3.
pembasmi kuman, penghilang baum dan Selisih pada Tabel 3 tersebut merupakan
penghilang noda warna. massa yang hilang dalam sistem. Salah
17

Tabel 3. Kesetimbangan Massa Elektrolit


BWRO BWRO BWRO SWRO SWRO SWRO
Variabel
6V 9V 13.8V 6V 9V 13.8V
Awal (mg) 484.55 388.93 369.43 8570.7 8347.5 8056.00
Elektrolit (mg)
Katoda 166.80 158.86 181.48 4180.8 3702.3 3889.60
Anoda 196.22 224.41 274.07 4080.0 3837.7 3599.00
Gas (mg)
Katoda 0.28 1.71 2.88 19.97 35.25 59.09
Anoda 0.40 1.46 2.00 40.57 260.4 559.13
Elektroda (mg)
Katoda 90.00 0.00 1.20 50.00 404.60 59.10
Anoda 10.00 0.00 -92.90 96.00 84.30 -116.90
Total (mg) 463.71 386.45 368.72 8467.3 8324.6 8049.02
Selisih (mg) 20.84 2.48 0.70 103.36 22.83 6.98
Selisih (%) 4% 1% 0% 1% 0% 0%

satunya disebabkan oleh adanya sejumlah semakin besar mengakibatkan elektroda lebih
kecil volume limbah pada reaktor yang berada rentan luruh (Widodo dkk., 2008). Sedangkan
pada rongga penyangga reaktor. Masa yang nilai positif menunjukkan adanya komponen
hilang atau loses tersebut merupakan sebagian yang menempel pada elektroda di akhir
kecil dari limbah yang tidak mengalami proses elektrolisis. Pada penelitian ini tidak
proses pengolahan karena adanya dead zone. dianalisis komponen yang menempel tersebut.
Limbah pada proses elektrolisis ini tidak Namun elektrolisis air alkali dapat
mengalami kontak secara langsung dengan menyebabkan deposisi berupa logam seperti
elektroda dan memiliki outlet yang berbeda besi dan tembaga pada elektrodanya (Hardee
pada reaktor. Kecilnya volume menyebabkan dan Bard, 1976).
TDSnya tidak dapat diukur.
Berdasarkan pada kesetimbangan massa
Nilai negatif pada anoda menunjukkan adanya tersebut, elektrolisis limbah BWRO
sebagian dari elektroda yang meluruh, menunjukkan adanya fluktuasi pada massa
mengakibatkan adanya penambahan massa ion elektrolit. Hal ini berhubungan dengan
ion pada elektrolit. Namun karena massa fluktuasi komponen yang menempel dan
tersebut bukan berasal dari limbah awal, maka meluruh pada elektroda, sehingga massa input
harus dikurangkan. Pada kedua sampel, anoda dan output pada masing-masing sistem masih
luruh pada tegangan tertinggi, yaitu 13,8 V. seimbang. Sedangkan pada sampel SWRO
Hal ini berhubungan dengan kuat hantar terbentuk tren yang stabil pada elektrolit dan
anoda yang berbahan grafit (Yuvaraj dan gasnya, dimana penurunan massa pada
Santhanaraj, 2014). elektrolit akan terjadi seiring dengan naiknya
massa gas yang dihasilkan.
Semakin tinggi tegangan yang digunakan,
maka arus yang dihantarkan oleh elektroda 4. KESIMPULAN
semakin besar. Luruhnya grafit menunjukkan
bahwa material tersebut tidak dapat Elektrolisis SWRO dengan TDS awal 26.
mengimbangi laju arus listrik pada proses. 400mg/L menghasilkan desinfektan berupa
Luruhnya elektroda dapat disebabkan oleh Ca(OCL)2 dengan konsentrasi terbesar
semakin cepatnya perpindahan ion pada 15.393,92 mg/L dan NaOCl dengan
elektrolit seiring dengan naiknya tegangan konsentrasi terbesar 13.813,22 mg/L,
yang digunakan. Frekuensi tumbukan dan sedangkan elektrolisis BWRO dengan TDS
gesekan pada permukaan elektroda yang
18 Jurnal Purifikasi, Vol. 18 No. 1, Juli 2018: 11-18

awal 1.060mg/L menghasilkan garam NaCl Oxygen Production Using a Water


dengan konsentrasi terbesar 2.272,32mg/L. Electrolyzing System”. International
Journal of Applied Engineering
DAFTAR PUSTAKA Research Vol 12, 3730-3739

Abdel-Aal, H.K., Zohdy, K.M., dan Kareem, Sötemann, SW., Wentzel, MC., dan Ekama,
M. Abdel. (2010). “Hydrogen GA.(2006). “Mass Balance-Based
Production Using Sea Water Plant-Wide Wastewater Treatment
Electrolysis”. The Open Fuel Cells Plant Models – Part 4: Aerobic
Journal Vol. 3, 01-07 Digestion of Primary and Waste
Activated Sludges”. Journal of Water
Balagopal, Shekar., Malhotra, Vinod., SA Vol. 32, 297-306
Pendleton, Justin., dan Reid, Kathy Jo.
(2006). “Electrolytic Process to Temeev, A. A., Belokopytov, Viktor P., dan
Produce Sodium Hypohlorite Using Temeev, Sergey A. (2006). “An
Sodium Ion Conductive Ceramic Integrated System of the Floating
Membranes”. United States Patent; US Wave Energy Converter and
8,268,159 B2 Electrolytic Hydrogen Producer”.
Journal of Renewable Energy Vol. 31,
Hardee, K. L. dan Bard, A. J. (1976). 225-239
“Semiconductor Electrodes: V. The
Application of Chemically Vapor Widodo, Didik Setiyo., Gunawan, dan
Deposited Iron Oxide Films to Kristanto, Wahyu Adi. (2008).
Photosensitized Electrolysis”. Journal “Elektroremediasi Perairan Tercemar:
of The Electrochemmical Society Vol. Penggunaan Grafit pada
123, 1024-1026 Elektrodekolorisasi Larutan Remazol
Black B”. Jurnal Kimia Sains dan
Indriaty, Putri Wahyuni. (2010). “Analisis Aplikasi Vol. 11, 34-37
Efisiensi Desalinasi Unit 1 B Pt.
Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Wilf, Mark. (2010). “Future of the Osmotic
Karang”. Jakarta: Universitas Islam Processes”. Journal of Desalination
Negeri Syarif Hidayatullah. and Water Treatment Vol. 15, 292-
298
Mollah, M. Y. A., Morkovsky, P., Gomes, A.
G., Kesmez, M., Parga, J., dan Cocke Yuvaraj, A.L., dan Santhanaraj, D. (2014). „A
D. L. (2004). „Fundamentals, Present Systematic Study on Electrolytic
and Future Perspectives of Production of Hydrogen Gas by Using
Electrocoagulation”. Journal of Graphite as Electrode”. Journal of
Hazard. Materials Vol. B114, 199– Materials Research Vol. 17, 83-87
210

Rao, Sharat V. Agustus (2016). “Reverse


Osmosis Reject Water – Methods of
Disposal”. Indian Plumbing Today,
26-28

Saleet, Hanan., Abdallah, Salah., dan


Yousem, Essaf. (2017). “The Effect of
Electrical Variables on Hydrogen and

Anda mungkin juga menyukai