Abstrak
Peningkatan penggunaan reverse osmosis (RO) sebagai metode desalinasi air laut untuk
menghasilkan air bersih mengakibatkan naiknya produksi air limbah proses RO. Limbah yang
merupakan konsentrat air laut tersebut masih memiliki berbagai kandungan mineral yang dapat
diolah untuk dimanfaatkan kembali. Namun, evaporasi yang merupakan pengolahan konvensional
limbah RO menghilangkan seluruh nilai ekonomi yang dimiliki oleh limbah tersebut. Elektrolisis
merupakan metode pengolahan air limbah alternatif yang dapat mengolah air limbah RO.
Elektrolisis limbah RO selama 12 jam dengan Hofmann Electrolysis Apparatus menggunakan
katoda berupa perak dan anoda berupa karbon merubah susunan ion elektrolit limbah RO. Elektrolit
tersebut membentuk desinfektan berupa Ca(OCL) 2 dan NaOCl, garam NaCl, dan beberapa gas
seperti H2, O2, dan Cl2.
Abstract
The increase on the use of reverse osmosis (RO) as a sea water desalination method to produce
clean water leads to the increase of RO reject wastewater. This wastewater is concentrated sea
water that contain reusable minerals. Nevertheless, evaporation as conventional RO wastewater
treatment eliminates economical value of the wastewater. Electrolysis is another method of RO
wastewater treatment. Using Hofmann Electrolysis Apparatus with silver cathode and graphite
anode for 12 hours could change the ionic composition of RO wastewater electrolyte. This
electrolyte formed disinfectants such as Ca(OCL)2 and NaOCl, NaCl salt, and several gasses such
as H2, O2, and Cl2.
20000
15000 Namun pada elektrolisis air limbah SWRO
10000 dengan tegangan 13,8 V terjadi penurunan
5000 nilai TDS dan salinitas pada kedua elektroda.
0 Hal ini dapat disebabkan oleh overpotensial
0 5 10 15
TEGANGAN (V) yang terlalu tinggi pada proses elektrolisis.
Gambar 2. Grafik Perubahan TDS Elektrolit Sehingga banyak ion terlarut yang tereduksi
terhadap Tegangan atau teroksidasi secara lebih sempurna.
10
40
SALINITAS (PSU)
8
30
PH
6
20
4
10 2
0 0
0 5 10 15 0 5 TEGANGAN (V) 10 15
TEGANGAN (V)
Gambar 4. Berdasarkan pada grafik tersebut, dilakukan konversi dari satuan mg/L menjadi
terjadi kenaikan pH di kompartemen katoda miliekivalen per liter (meq/L). Gambar 5
dan penurunan pH di kompartemen anoda merupakan contoh diagram batang yang telah
pada kedua sampel. Perubahan pH ini dibuat.
berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi
pada masing-masing kompartemen elektroda. Berdasarkan analisis tersebut, senyawa yang
Pada kompartemen katoda terjadi reduksi air terbentuk dengan konsentrasi terbesar pada
yang menyebabkan terbentuknya gas elektrolisis sampel BWRO adalah NaCl,
hidrogen dan ion hidroksida. Ion hidroksida Mg(HCO3)2, NaOH, dan NaHCO3.
tersebut adalah penyebab kenaikan pH Sedangkan pada elektrolisis sampel SWRO,
elektrolit pada kompatemen katoda. senyawa dengan konsentrasi terbesar adalah
Sebaliknya, elektrolit yang terbentuk pada Ca(OCl)2, Mg(OCl)2, dan NaOCl. Elektrolisis
kompatemen anoda mengalami penurunan brine water akan menghasilkan larutan basa.
pH. Pada elektrolisis air limbah BWRO, hal Sedangkan elektrolisis pada air laut akan
ini disebabkan oleh pembentukan ion menghasilkan desinfektan berupa hipoklorit
hidrogen di elektrolit karena terjadinya (Balagopal dkk., 2006). Sampel air limbah
oksidasi air. Sedangkan pada elektrolisis air SWRO yang merupakan konsentrat air laut,
limbah SWRO, air berikatan dengan klorida belum bisa dikategorikan pada brine water.
pada elektrolit yang menyebabkan Hal ini ditunjukkan dengan hasil elektrolisis
terbentuknya asam klorida. Asam klorida sampelnya yang menghasilkan hipoklorit,
tersebut mengakibatkan turunnya pH dari bukan larutan basa. Sedangkan elektrolisis air
sampel awal. limbah BWRO menghasilkan elektrolit
dengan berbagai kandungan ion, salah
satunya adalah garam.
satunya disebabkan oleh adanya sejumlah semakin besar mengakibatkan elektroda lebih
kecil volume limbah pada reaktor yang berada rentan luruh (Widodo dkk., 2008). Sedangkan
pada rongga penyangga reaktor. Masa yang nilai positif menunjukkan adanya komponen
hilang atau loses tersebut merupakan sebagian yang menempel pada elektroda di akhir
kecil dari limbah yang tidak mengalami proses elektrolisis. Pada penelitian ini tidak
proses pengolahan karena adanya dead zone. dianalisis komponen yang menempel tersebut.
Limbah pada proses elektrolisis ini tidak Namun elektrolisis air alkali dapat
mengalami kontak secara langsung dengan menyebabkan deposisi berupa logam seperti
elektroda dan memiliki outlet yang berbeda besi dan tembaga pada elektrodanya (Hardee
pada reaktor. Kecilnya volume menyebabkan dan Bard, 1976).
TDSnya tidak dapat diukur.
Berdasarkan pada kesetimbangan massa
Nilai negatif pada anoda menunjukkan adanya tersebut, elektrolisis limbah BWRO
sebagian dari elektroda yang meluruh, menunjukkan adanya fluktuasi pada massa
mengakibatkan adanya penambahan massa ion elektrolit. Hal ini berhubungan dengan
ion pada elektrolit. Namun karena massa fluktuasi komponen yang menempel dan
tersebut bukan berasal dari limbah awal, maka meluruh pada elektroda, sehingga massa input
harus dikurangkan. Pada kedua sampel, anoda dan output pada masing-masing sistem masih
luruh pada tegangan tertinggi, yaitu 13,8 V. seimbang. Sedangkan pada sampel SWRO
Hal ini berhubungan dengan kuat hantar terbentuk tren yang stabil pada elektrolit dan
anoda yang berbahan grafit (Yuvaraj dan gasnya, dimana penurunan massa pada
Santhanaraj, 2014). elektrolit akan terjadi seiring dengan naiknya
massa gas yang dihasilkan.
Semakin tinggi tegangan yang digunakan,
maka arus yang dihantarkan oleh elektroda 4. KESIMPULAN
semakin besar. Luruhnya grafit menunjukkan
bahwa material tersebut tidak dapat Elektrolisis SWRO dengan TDS awal 26.
mengimbangi laju arus listrik pada proses. 400mg/L menghasilkan desinfektan berupa
Luruhnya elektroda dapat disebabkan oleh Ca(OCL)2 dengan konsentrasi terbesar
semakin cepatnya perpindahan ion pada 15.393,92 mg/L dan NaOCl dengan
elektrolit seiring dengan naiknya tegangan konsentrasi terbesar 13.813,22 mg/L,
yang digunakan. Frekuensi tumbukan dan sedangkan elektrolisis BWRO dengan TDS
gesekan pada permukaan elektroda yang
18 Jurnal Purifikasi, Vol. 18 No. 1, Juli 2018: 11-18
Abdel-Aal, H.K., Zohdy, K.M., dan Kareem, Sötemann, SW., Wentzel, MC., dan Ekama,
M. Abdel. (2010). “Hydrogen GA.(2006). “Mass Balance-Based
Production Using Sea Water Plant-Wide Wastewater Treatment
Electrolysis”. The Open Fuel Cells Plant Models – Part 4: Aerobic
Journal Vol. 3, 01-07 Digestion of Primary and Waste
Activated Sludges”. Journal of Water
Balagopal, Shekar., Malhotra, Vinod., SA Vol. 32, 297-306
Pendleton, Justin., dan Reid, Kathy Jo.
(2006). “Electrolytic Process to Temeev, A. A., Belokopytov, Viktor P., dan
Produce Sodium Hypohlorite Using Temeev, Sergey A. (2006). “An
Sodium Ion Conductive Ceramic Integrated System of the Floating
Membranes”. United States Patent; US Wave Energy Converter and
8,268,159 B2 Electrolytic Hydrogen Producer”.
Journal of Renewable Energy Vol. 31,
Hardee, K. L. dan Bard, A. J. (1976). 225-239
“Semiconductor Electrodes: V. The
Application of Chemically Vapor Widodo, Didik Setiyo., Gunawan, dan
Deposited Iron Oxide Films to Kristanto, Wahyu Adi. (2008).
Photosensitized Electrolysis”. Journal “Elektroremediasi Perairan Tercemar:
of The Electrochemmical Society Vol. Penggunaan Grafit pada
123, 1024-1026 Elektrodekolorisasi Larutan Remazol
Black B”. Jurnal Kimia Sains dan
Indriaty, Putri Wahyuni. (2010). “Analisis Aplikasi Vol. 11, 34-37
Efisiensi Desalinasi Unit 1 B Pt.
Pembangkit Jawa Bali UP. Muara Wilf, Mark. (2010). “Future of the Osmotic
Karang”. Jakarta: Universitas Islam Processes”. Journal of Desalination
Negeri Syarif Hidayatullah. and Water Treatment Vol. 15, 292-
298
Mollah, M. Y. A., Morkovsky, P., Gomes, A.
G., Kesmez, M., Parga, J., dan Cocke Yuvaraj, A.L., dan Santhanaraj, D. (2014). „A
D. L. (2004). „Fundamentals, Present Systematic Study on Electrolytic
and Future Perspectives of Production of Hydrogen Gas by Using
Electrocoagulation”. Journal of Graphite as Electrode”. Journal of
Hazard. Materials Vol. B114, 199– Materials Research Vol. 17, 83-87
210