Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN INSIDEN DIARE

PADA ANAK USIA SEKOLAH DI WILAYAH TOHJOYO SINGOSARI KABUPATEN

MALANG

OLEH: PROFESI NERS KELOMPOK IX PKM SINGOSARI

NAMA :
ANJELINA J.PIGI
ARITA VINARIA R. NGUJU
DEBORA BIRI TARA
DOMINGGUS LENDE
HILDEGARDIS MOY
HILARIUS HOLAN HOJA
KRISTINA KONI NGONGO
MUBARACK WATI MENA
RICARDINA D.G.MENEJES
PIPIT HARI
SUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang........................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 2

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 2

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Mencuci Tangan ...................................................... 3

2.1.1. Hasil .......................................................................... 5

2.1.2. Pembahasan ............................................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan dan Saran ........................................................... 8

3.2. Daftar Pustaka ....................................................................... 8

DOKUMENTASI……………………………………………………………... 10
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpah

rahmat, kasih dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makala kelompok ini dengan

baik. Tujuan penyusunan atau pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang

diberikan oleh Dosen pembimbing Institusi dan CI Lahan.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kelemahan atau

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami

terima dengan tangan terbuka demi sempurnanya penyusunan makalah untuk kedepannya.

Semoga tugas makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Singosari, 26 januari 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian integral dari pembangunan

nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan yang dilakukan dapat meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang ditandai dengan tingkat kesehatan penduduk yang

meningkat. Upaya promotif dan preventif dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

bangsa dan masyarakat dapat dilakukan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.

Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, adalah bagian dari Hubungan Antara Perilaku

Mencuci Tangan Dengan Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Tohjoyo singosari.

Perilaku hidup sehat yang merupakan salah satu dari tiga pilar pembangunan bidang

kesehatan yakni perilaku hidup sehat, penciptaan lingkungan yang sehat serta penyediaan

layanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Perilaku

hidup sehat yang sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan pribadi dan

pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi sering (lebih dari 3X) dan dengan

konsistensi yang tidak seperti biasanya (encer) WHO, 2010. Penyebab diare pada anak dapat

disebabkan oleh jenis bakteri, dan virus. Jenis bakteri yang menyebabkan terjadinya diare

adalah E-coll bacteria, salmonella enteritidis bacteria, campylobacter bacteria, shigella


bacteria.selain itu virus yang menyebabkan diare adalah Rotavirus. Adapun faktor yang

berhubungan dengan kejadian diare bisa dilihat dari tiga faktor, yaitu: faktor lingkungan

(sarana air bersih dan jamban); faktor risiko ibu (kurang pengetahuan, perilaku dan hygiene

ibu) dan faktor risiko anak (faktor gizi dan pemberian ASI ekslusif), Adisasmito (2007).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 responden di Tohjoyo gang III Singosari

mengatakan bahwa responden jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan ataupun

sesudah bermain, dan jajan di tempat sembarangan. Dari beberapa responden tersebut

mengatakan 6 reponden mengalami diare karena jajan di tempat umum. Kebiasaan jajan anak

sangat berpengaruh pada penyakit diare. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare lebih

banyak dialami oleh mereka yang tidak higienis dalam kebiasaan membeli jajanan.

Prevelensi diare berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006,

perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah : setelah buang air besar 12%, setelah

membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum memberi makan bayi

7%, dan sebelum menyiapkan makanan 6 % (Depkes, 2008). Cuci tangan pakai sabun

(CTPS) merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit yang ditularkan melalui tangan,

misalnya diare dan infeksi saluran nafas atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku

cuci tangan pada anak SD di Tohjoyo Singosari dalam kategori baik sebesar 53,7 %,

sedangkan diare dalam kriteria rendah sebesar 59,3 %.

Cara-cara untuk mengatasi terjadinya diare adalah dengan cara menerapkan perilaku

hidup bersih sehat seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktifitas, mengkonsumsi

makanan yang sehat, kebersihan lingkungan sekitar, buang sampah tidak sembarangan.

Pengobatan diare pada anak dengan menggunakan oralit ataupun bisa mengkonsumsi obat
herbal misalnya pucuk daun jambu biji dengan cara merebus terlebih dahulu 10-15 menit.

Dalam hal ini diharapkan untuk menumbuhkan kesadaran orang tua maupun anak untuk

dapat berperilaku hidup bersih sehat (wolf, 2010).

1.1.1Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam paplikasi jurnal ini

adalah apakah ada Hubungan Antara Perilaku Mencuci Tangan Dengan Insiden Diare Pada

Anak Usia Sekolah Di Tohjoyo Singosari.

1.1.2 Tujuan dan manfaat

1.1.1 Tujuan secara umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan langkah-langkah mencuci

tangan dengan benar untuk mencegah terjadinya diare Pada Anak Usia Sekolah Di

Tohjoyo Singosari.

1.1.2 Manfaat

Hasil penelitiana ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang Hubungan

Antara Perilaku Mencuci Tangan Dengan Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di

Tohjoyo Singosari, sehingga diharapkan adanya perubahan perilaku anak untuk

memperbaiki kebiasaan hidup yang bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya diare

1.1.2 Metode Aplikasi

Penelitian ini menggunakan metode analisis hubungan yaitu suatu bentuk analisis

variable/data penelitian untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, bentuk atau

arah hubungan diantara variable-variabel, dan besarnya pengaruh variable yang satu

terhadap variable lainnya. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectiona.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Mencuci Tangan

2.1.1 Defenisi Mencuci Tangan

Cuci tangan merupakan tehnik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan

pengontrolan penularan infeksi. Cuci tangan sering dianggap sebagai hal yang sepele di

masyarakat, padahal cuci tangan bisa memberi kontribusi pada peningkatan status

kesehatan masyarakat. Berdasarkan fenomena yang ada terlihat bahwa anak-anak usia

sekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya cuci tangan dalam

kehidupan sehari-hari, terutama ketika di lingkungan sekolah. Mereka biasanya langsung

makan makanan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa cuci tangan terlebih dahulu,

padahal sebelumnya mereka bermain-main. Perilaku tersebut tentunya berpengaruh dan

dapat memberikan kontribusi dalam terjadinya penyakit diare.

Penelitian yang dilakukan oleh Luby, Agboatwalla, Bowen, Kenah, Sharker, dan

Hoekstra (2009), mengatakan bahwa cuci tangan dengan sabun secara konsisten dapat

mengurangi diare dan penyakit pernafasan. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat

mengurangi diare sebanyak 31 % dan menurunkan penyakit infeksi saluran nafas atas

(ISPA) sebanyak 21 %. Riset global juga menunjukkan bahwa kebiasaaan CTPS tidak

hanya mengurangi, tapi mencegah kejadian diare hingga 50 % dan ISPA hingga 45 %

(Fajriyati, 2013). Penelitian oleh Burton, Cobb, Donachie, Judah, Curtis, dan Schmidit
(2011) menunjukkan bahwa cuci tangan dengan menggunakan sabun lebih efektif dalam

memindahkan kuman dibandingkan dengan cuci tangan hanya dengan mengggunakan air.

Masyarakat menganggap CTPS tidak penting, mereka cuci tangan pakai sabun ketika

tangan berbau, berminyak dan kotor. Hasil penelitian oleh kemitraan pemerintah dan

swasta tentang CTPS menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang CTPS sudah

tinggi, namun praktik di lapangan masih rendah. (Mikail, 2011). Tangan adalah bagian

tubuh kita yang paling banyak tercemar kotoran dan bibit penyakit. Ketika memegang

sesuatu, dan berjabat tangan, tentu ada bibit penyakit yang melekat pada kulit tangan kita.

Telur cacing, virus, kuman dan parasit yang mencemari tangan, akan tertelan jika kita

tidak mencuci tangan dulu sebelum makan atau memegang makanan. Dengan cara

demikian umumnya penyakit cacing menulari tubuh kita. Di samping itu, bibit penyakit

juga dapat melekat pada tangan kita setelah memegang uang, memegang pintu kamar

mandi, memegang gagang telepon umum, memegang mainan, dan bagian-bagian di

tempat umum (Potter & Perry, 2005). Melalui tangan kita sendiri segala bibit penyakit itu

juga bisa memasuki mulut, lubang hidung, mata, atau liang telinga, karena kebiasaan

memasukkan jari ke hidung, mengucek mata, mengorek liang telinga, bukan pada waktu

yang tepat (pada saat tangan kotor), dan ketika jari belum dibasuh (belum cuci tangan).

Gerakan Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan cuci tangan dengan sabun,

mulai direncanangkan oleh pemerintah di masa menteri kesehatan Siti Fadilah Supari.

Gerakan yang dicanangkan adalah “Gerakan Nasional Cuci Tangan Pakai Sabun”.

Gerakan ini dilakukan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah untuk pengendalian

risiko penyakit yang berhubungan dengan lingkungan, seperti penyakit diare, penyakit

kecacingan, dan tifoid yang sebenarnya dapat dicegah dengan kebiasaan buang air besar di
jamban, penyediaan air minum dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang

air besar dan sebelum menjamah makanan”. Gerakan serupa pernah dilakukan di

Bangladesh bekerjasama dengan UNICEF, gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan

kebiasaan cuci tangan pada masyarakat, terutama sebelum menyiapkan makanan, sebelum

makan, sebelum memberi makan pada anak, setelah buang air besar dan setelah

membersihkan anus anak (Luby, Halder, Tronchet, Akhter, Bhuiya, & Johnston, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Adisasmito (2007) dengan melakukan studi literatur

penelitian seputar diare, mengatakan bahwa faktor risiko diare bisa dilihat dari tiga faktor,

yaitu: faktor lingkungan (sarana air bersih dan jamban); faktor risiko ibu (kurang

pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu) dan faktor risiko anak (faktor gizi dan pemberian

ASI ekslusif).

Anak usia sekolah merupakan usia yang rawan terhadap berbagai penyakit, terutama

yang berhubungan dengan perut, seperti diare, tipus, kecacingan, dan lain-lain. Kebiasaan

anak-anak mengkonsumsi jajanan secara bebas, ditambah anak-anak tidak melakukan cuci

tangan sebelum makan menyebabkan berbagai kuman penyebab penyakit mudah masuk

ke dalam tubuh, karena tangan adalah bagian tubuh kita yang paling banyak tercemar

kotoran dan bibit penyakit. Kebiasaan anak usia sekolah yang tidak melakukan cuci

tangan sebelum makan dapat menyebabkan anak usia sekolah mudah terserang berbagai

penyakit, terutama yang berhubungan dengan perut, seperti diare, tipus, kecacingan, dan

lain-lain. Data Jatim dalam Angka terkini (2013) dikatakan bahwa pencapaian PHBS

untuk kabupaten Jember adalah 63,80 %, sedangkan perkiraan kejadian diare adalah

97,086 kasus. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti ingin meneliti hubungan antara
perilaku cuci tangan dengan kejadian diare pada anak Sekolah Dasar di jl. Tohjoyo

Singosari kabupaten Malang.

2.1.2 Tatanan Perilaku Hidup Bersih Sehat

1. Indikator Perilaku hidup bersih sehat di sekolah

Perilaku hidup bersh sehat di sekolah merupakan langkah untuk memberdayakan siswa,

guru, dan masyarakat dilingkungan sekolah agar bias dan mau melakukan perilaku hidup

bersih dan sehat dalam menciptakan sekolah yang sehat.

Contoh phbs di sekolah:

a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan

b.Mengkonsumsi jajanan sehat

c. Menggunakan jamban bersih dan sehat

d.Olahraga yang teratur

e. Memberantas jentik nyamuk

f. Membuang sampah pada tempatnya

g.Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan

lingkungan yang sehat.

2.Tatanan phbs rumah tangga

Salah satu tatanan phbs yang utama adalah PHBS rumah tangga yang bertujuan untuk

tahu, mau dan mampu menjalankan perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta

memiliki peran yang aktif pada gerakan di tingkat masyarakat.

Contoh indikatot phbs pada tatanan rumah tangga:

a. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

b.Pemberian asi eksklusif


c. Menimbang bayi dan balita secara berkala

d.Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

e. Menggunakan air bersih

f. Menggunakan jamban sehat

g.Memberantas jentik nyamuk

h.Konsumsi buah dan sayuran

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok di dalam rumah

2.1.3 Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Adapun perilaku hidup bersih sehat menurut Proverawati & Rahmawati (2012) sebagai

berikut:

1). Mencuci tangan

Cuci tangan berfungsih untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang

menempel di tangan, waktu yang tepat untuk mencuci tangan :

a). Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun,dan

lain-lain)

b). Setelah buang air besar

c). Setelah menceboki bayi atau anak

d). Sebelum makan dan menyuapi anak

e). Sebelum memegang makanan.

Manfaat cuci tangan, sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit yang ada di

tangan dan mencegah penularan penyakit seperti diare, kecacingan, penyakit kulit,

kolera, disentri. Cara mencuci tangan yang benar:


a). Cuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

b). Menggosok tangan selama 15-20 deti

c). Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan kuku.

d). Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir

e). Keringkan dengan handuk bersih.

2). Menggunakan Air Bersih dan Sabun

Air adalah kebutuhan dasar yang pergunakan sehari-hari untuk minum, masak,

mandi,berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan

sebagainya, agar tidak terkena penyakit dan terhindar dari penyakit. Sumber-sumber air

minum terdiri dari: air hujan, air sungai, dan danau, mata air, air sumur atau air sumur

pompa, air ledeng atau perusahaan air minum, dan air dalam kemasan. Air bersih dan

sehat yaitu air yang steril, yang digolongkan menjadi dua cara yaitu menggondok atau

mendidihkan air sehingga semua kuman-kuman mati, dan dengan menggunakan zat-zat

kimia seperti gas chloor, kaporit dan lain-lain(Proverawanti & Rahmawati, Syarat-

syarat air bersih dan sehat secara fisik ,secarabakteriologis, secara kimia. Pengelolaan

air minum diantaranya yaitu, pengelolaan secara alamiah, pengelolaan air dengan

menyaring, pengelolaan air dengan mengalirkan udara,dengan memanaskan air sampai

mendidih,air sungai, mata air, air untuk rumah tangga, dan air hujan, (Proverawati &

Rahmawati, 2012).

3). Menggunakan jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran

manusia yang terdiri dari tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa

(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air


untukmembersihkannya. Jenis-jenis jamban terdiri dari: jamban cemplung dan tangki

septik atau leher angsa.

Syarat jamban sehat: (Proverawati & Rahmawati, 2012)

a) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang

penampungan minimal 10 meter)

b) Tidak berbau

c) Kotoran tidak dapat dijamah oleh seragga dan tikus

d) Tidak mencemari tanah sekitarnya

e) Mudah dibersihkan dan aman digunakan

f) Dilengkapi dinding dan tap pelindung

g) Penerangan dan ventilasi yang cukup

h) Lantai kedap air luas ruangan memadai

i) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

4). Kebersihan tempat tinggal atau lingkungan

Kebersihan lingkungan merupakan kegiatan menciptakan atau menjadikan lingkungan

yang bersih, indah, nyaman. Kebersihan lingkungan tentunya bukan di stau tempat saja

misalnya di tempat umum, tempat bekerja, lingkungan sekolah dan sebagainya.

5). Kebersihan diri

Kebersihan diri adalah hal yang paling utama dalam hidup. Tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesejahteraan fisik dan psikis yang optimal.


2.2 Konsep Diare

2.2.1 Defenisi Diare

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi sering (lebih dari 3X) dan dengan

konsistensi yang tidak seperti biasanya (encer). Di tandai dengan mual muntah, mukosa

bibir kering, lemas, nafsu makan berkurang.

2.1.2 Penyebab Diare

Penyebab diare pada anak dapat disebabkan oleh jenis bakteri, dan virus. Jenis

bakteri yang menyebabkan terjadinya diare adalah E-coll bacteria, salmonella enteritidis

bacteria, campylobacter bacteria, shigella bacteria.selain itu virus yang menyebabkan

diare adalah Rotavirus. Penyebab diare yang ditemukan oleh Adisasmito (2007) dengan

melakukan studi literatur penelitian seputar diare, mengatakan bahwa faktor risiko diare

bisa dilihat dari tiga faktor, yaitu: faktor lingkungan (sarana air bersih dan jamban);

faktor risiko ibu (kurang pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu) dan faktor risiko anak

(faktor gizi dan pemberian ASI ekslusif).

2.1.3 Gejala Diare

Gejala yang biasanya ditemukan adalah buang air besar terus menerus disertai dengan

rasa mulas yang berkepanjangan, dehidrasi, mual dan muntah. Tetapi gejala lainnya yang

dapat timbul antara lain pegal pada punggung,dan perut sering berbunyi.

Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang dapat berakibat

kematian, terutama pada anak atau bayi jika tidak segera diatasi.

Gejala dehidrasi pada anak:


a. Lidah dan mulut kering

b.Jika menangis tidak mengeluarkan air mata

c. Popok yang digunakan tidak basah selama 3 jam atau lebih

d.Perut,mata dan pipi cekung

e. Demam tinggi

f. Lesu atau mudah marah

g.Kulit tidak kembali rata jika dicubit

2.1.4 pengobatan diare

1. Tanpa Obat

a. Istirahat

b.Jangan makan gorengan atau makanan yang berlemak, zat yang merangsang

motilitas lambung, contoh : sambel, merica.

c. Tidak dianjurkan minum kopi dan susu, makanan yang dianjurkan adalah roti

panggang, biskuit, apel yang dipotong-potong, bubur yang encer dengan kecap atau

garam

d.Minum banyak air yang sudah dimasak

e. Minuman yang sebaiknya dikonsumsi adalah air teh dengan sedikit gula, kaldu tanpa

lemak, perasan buah-buahan, larutan tepung beras

2. Dengan OBAT

a. Larutan gula garam (oralit, ottolit, parolit)


b. Air rebusan daun jambu biji

c. Arang aktif (karbon, bekarbon, norit)

d. Kaolin (kaopectate)

e. Atapulgit (biodiar, enterogit)

f. Pektin (kaopectate)

g. Loperamid (imodium, imomed)

2.1.5 Pencegahan Diare

a. Sayur mayur dan lalapan dicuci yang bersih

b.Air minum dimasak sampai mendidih

c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum, sesudah makan dan setelah buang air besar

d.Makanan disimpan dengan baik, ditempat tertutup, hindari kontak dengan lalat, dsb.

e. Menjaga kebersihan diri maupun lingkungan

f. Membuang sampah pada tempatnya

g.Mengkonsumsi makanan yang sehat

h.Rajin berolahraga

2.1.6 Pembahasan

Tangan adalah bagian tubuh kita yang paling banyak tercemar kotoran dan bibit

penyakit. Ketika memegang sesuatu, dan berjabat tangan, tentu ada bibit penyakit

yang melekat pada kulit tangan kita. Sehabis memegang pintu kamar kecil (sumber

penyakit yang berasal dari tinja manusia), saat mengeringkan tangan dengan lap di
dapur, memegang uang, lewat pegangan kursi kendaraan umum, gagang telepon

umum, dan bagian-bagian di tempat umum, tangan hampir pasti tercemar bibit

penyakit jenis apa saja. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, adalah bagian dari

perilaku hidup sehat. Cuci tangan dengan betul tidak hanya dipengaruhi oleh cara

mencucinya, tetapi juga oleh air yang digunakan dan lap tangan yang digunakan.

Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006,

perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah : setelah buang air besar 12%,

setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum

memberi makan bayi 7%, dan sebelum menyiapkan makanan 6 % (Depkes, 2008).

Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit

yang ditularkan melalui tangan, misalnya diare dan infeksi saluran nafas atas. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan pada anak Sekolah di Tohjoyo

singosari dalam kategori baik sebesar 53,7 %, sedangkan diare dalam kriteria rendah

sebesar 59,3 %. Kondisi ini didukung oleh penelitian Burton, Cobb, Donachie, Judah,

Curtis, dan Schmidit (2011) dan Pickering, Boehm, Mwanjali, dan Davis, (2010)

menunjukkan bahwa cuci tangan dengan menggunakan sabun lebih efektif dalam

memindahkan kuman dibandingkan dengan cuci tangan hanya dengan mengggunakan

air. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penyediaan sarana air bersih baik itu di

Sekolah Dasar maupun rumah sebagai sarana untuk cuci tangan juga sudah baik.

Anak-anak SD sebagaian besar mempunyai kebiasaan cuci tangan menggunakan kran

dan kamar mandi. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa promosi perilaku cuci

tangan, peningkatan kualitas air bersih dan sanitasi lingkungan telah terbukti

mengurangi kejadian penyakit gastrointestinal, penyakit pernafasan dan menurunkan


absensi murid pada negara berkembang (Chittleborough, Nicholson, Young, Bell &

Campbell, 2013).

Cuci tangan dengan betul tidak hanya dipengaruhi oleh cara mencucinya, tetapi

juga oleh air yang digunakan dan lap tangan yang digunakan. Cuci tangan memakai

sabun mutlak perlu, dan menggunakan sabun bukan sekedar lewat saja. Cuci tangan

yang benar perlu teliti sampai ke bagian-bagian sela jari dan sela kuku. Semua bagian

tangan jangan ada yang lupa untuk disabun, kalau perlu diulang berkali-kali, apalagi

kalau niatnya untuk makan menggunakan tangan (tanpa sendok). Terkadang kita

sudah benar cara mencuci tangan, tapi karena lap yang kita pakai kotor, maka sama

saja cuci tangan kita tidak berguna, karena kita bisa terkena bibit penyakit yang

berasal dari lap yang kotor. Secara ringkas langkah-langkah cuci tangan adalah

sebagai berikut: Langkah 1: basahi tangan seluruhnya; Langkah 2: pakai sabun atau

antiseptik; Langkah 3: gosok benar-benar semua bagian tangan dari langkah pertama

sampai langkah ke enam selama 10-15 detik kemudian keringkan tangan dengan

handuk (lap) kertas dan gunakan handuk untuk menutup keran, bila handuk tidak ada

keringkan dengan udara/dianginkan.

Berdasarkan hasil riset kejadian diare pada anak SD di kabupaten Jember berada

pada kategori rendah 59, 3 %, sedangkan cuci tangan dalam kategori baik 53,7 %.

Hal ini menunjukkan bahwa cuci tangan yang baik dapat menurunkan kejadian diare.

Berdasarkan data juga diperoleh bahwa pencapaian PHBS di Jl. Tohjoyo Singosari

Kabupaten Malang adalah 63,80 % (Jatim dalam angka terkini, 2013). Kondisi

tersebut menggambarkan bahwa perilaku PHBS masyarakat mulai membaik.

Perilaku mencuci tangan yang baik perlu dipertahankan supaya kejadian diare dapat
ditekan. Diare merupakan penyakit yang timbul karena perilaku hidup bersih dan

sehat seseorang.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara perilaku cuci tangan dengan

insiden diare. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi,

Handarsari dan Mahmudah (2010) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara

kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare, 94 % anak SD terbiasa cuci tangan,

sedangkan 6 % tidak terbiasa cuci tangan, kejadian diare selama satu bulan, 96 %

anak tidak mengalami diare dan 4 % anak mengalami diare. Kondisi ini

menggambarkan bahwa cuci tangan dapat menurunkan kejadian diare. Penelitian

serupa yang dilakukan oleh Luby, Agboatwalla, Bowen, Kenah, Sharker, dan

Hoekstra (2009), mengatakan bahwa cuci tangan dengan sabun secara konsisten

dapat mengurangi diare dan penyakit pernafasan. Cuci tangan pakai sabun (CTPS)

dapat mengurangi diare sebanyak 31 % dan menurunkan penyakit infeksi saluran

nafas atas (ISPA) sebanyak 21 %. Riset global juga menunjukkan bahwa kebiasaaan

CTPS tidak hanya mengurangi, tapi mencegah kejadian diare hingga 50 % dan ISPA

hingga 45 % (Fajriyati, 2013). Cuci tangan merupakan tindakan mendasar dalam

perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku cuci tangan tidak akan serta merta

terbentuk pada anak, tanpa ada pembiasaan sejak dini. Penekanan pentingnya cuci

tangan pada anak SD perlu dilakukan secara terus menerus sehingga akan terbentuk

kebiasaan cuci tangan tanpa harus diingatkan lagi.

Berdasarkan fenomena yang ada terlihat bahwa anak-anak usia sekolah

mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya cuci tangan dalam kehidupan

seharihari, terutama ketika di lingkungan sekolah. Mereka biasanya langsung makan


makanan yang mereka beli di sekitar sekolah tanpa cuci tangan terlebih dahulu,

padahal sebelumnya mereka bermain-main. Perilaku cuci tangan diharapkan dapat

menurunkan ketidakhadiran siswa di sekolah karena terkena diare. Tindakan

kampanye cuci tangan perlu dilakukan di kalangan sekolah dasar, karena anak-anak

pada usia ini masih punya kebiasaan untuk jajan di sembarang tempat. Berdasarkan

hasil riset, ketika sekolah mau kreatif untuk melakukan kegiatan misalnya kompetisi

cuci tangan untuk mengingatkan pentingnya cuci tangan, ternyata bisa menurunkan

angka absen siswa dari sekolah (Vindigni, Riley & Jhun, 2011).

Upaya promotif dan preventif dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

bangsa dan masyarakat dapat dilakukan dengan penerapan perilaku hidup bersih dan

sehat. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, adalah bagian dari perilaku hidup

sehat yang merupakan salah satu dari tiga pilar pembangunan bidang kesehatan

yakni perilaku hidup sehat, penciptaan lingkungan yang sehat serta penyediaan

layanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Perilaku hidup sehat yang sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

pemeliharaan kesehatan pribadi dan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat.

Harapannya dengan cuci tangan yang merupakan kegiatan sepele dan bernilai murah

ini apabila dikerjakan secara rutin oleh seluruh masyarakat akan menurunkan

berbagai penyakit menular dan meningkatkan status kesehatan masyarakat.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tentang hubungan perilaku cara mencuci tangan dngan insiden kejadian diare pada anak
sekolah di tohjoyo gang III singosari kabupaten malang ,

Menyimpulkan bahwa

1. Kondisi perilaku mencuci tangan dengan insiden kejadian diare pada anak tohjoyo gang
III singosari kabupaten malang masuk kategori kotor (100%)
2. Hampir seluruhnya anak sekolah mengalami kejadian diare ditohjoyo gang III singosari
Kabupaten malang
3. Ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare pada anak sekolah
di tohjoyo gang III singosari kabupaten malang
Didapatkan p value (0,0001<(0,050).

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil konseling keluarga tentang pencegahan diare dengan cara mencuci tangan

pada anak di tohjoyo gang iii singosari menyimpulkan bahwa:

1. Sebelum diberikan konseling tentang pencegahan diare dengan cara mencuci tangan,

keluarga tidak memahami cara mencuci tangan yang baik dan benar

2. Sesudah diberikan konseling tentang pencegahan diare dengan cara mencuci tangan

keluarga memahami cara mencuci tangan dengan baik sesudah beraktifitas

3. Berdasarkan konseling keluarga yang diberikan dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

pemahaman sebelum dan sesudah konseling.


3.2 SARAN

1. Bagi instansi puskesmas

Memberikan solusi dan informasi bagi keluarga tentang efektifitas konseling keluarga

tentang pencegahan diare

2. Bagi masyrakat

Masyarakat dapat memahami apa yang sedang dialaminya sehingga mampu melakukan

secara mandiri untuk mencegah terjadinya diare.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. (Juni 2007). Faktor risiko diare pada bayi dan balita di indonesia: systematic

review penelitian akademik bidang kesehatan masyarakat. Makara Kesehatan, (11)1, 1-10

Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Judah, G., Curtis, V & Schmidit, W. (2011). The effect of

handwashing with water or soap on bacterial contamination of hands. Int. J. Environ. Res.

Public Health, 8 , 97-104. doi:10.3390/ ijerph8010097

Chittleborough, C.R., Nicholson, A.L., Young, E., Bell, S & Campbell, R. (2013).

Implementation of an educational intervention improve hand washing in primary schools:

process evaluation within a randomized controlled trial. BMC Public Health, 13:757, 2-11

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Strategi nasional: sanitasi total berbasis

masyarakat. Jakarta: DepartemenKesehatanRI


Fazriyati,W.(2013).KebiasaanCTPSdiRStekaninfeksinosokomial.http://health.kompas.com/rea

d/2013/09/26/1643106/Kebiasaan.CTPS.di.RS. Tekan.Infeksi.Nosokomial. diunduh, 01

November 2013

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan

Informasi Kesehatan (Triwulan II), 1-39

Luby, S.P., Agboatwalla, M., Bowen, A., Kenah, E., Sharker, Y & Hoekstra, R.M. (2009).

Difficulties in Maintaining Improved Handwashing Behavior, Karachi, Pakistan. Am. J.

Trop. Med. Hyg, 81(1), 140–145

Luby, S.P., Halder, A.K., Tronchet, C., Akhter, S., Bhuiya, A & Johnston, R. B. (2009).

Household Characteristics Associated with Handwashing with Soap in Rural

Bangladesh. Am. J. Trop. Med. Hyg, 81(5), 882–887. doi:10.4269/ ajtmh.2009.09-0031

Luby, S.P., Halder, A.K., Huda, T.M.N., Unicomb, L & Johnston, R.B. (2011). Using child

health outcomes to identify effective measures of.


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai