Anda di halaman 1dari 22

BAB V

ANALISA KIMIA AIR FORMASI II

5.1 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan EDTA
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesadahan air
3. Menentukan dampak dari keberadaan ion – ion kalsium (Ca2+),
Magnesium ( Mg2+) , Klorida ( CL- )
4. Mengetahui kandungan kalsium kalsium (Ca2+), Magnesium
( Mg2+) , Klorida ( CL- )
5. Mengetahui apa saja alat dan bahan yang digunakan pada
percobaan kali ini.
5.2 Dasar Teori
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan
sistem klasifikasi dari air formasi air, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengindetifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot hasil
analisa air formasi tersebut kedalam grafik, hal ini akan memudahkan kita
dalam korelasi terhadap lapisan-lapisan batuan dari sumur secara tepat.
Kalsium (Latincalcis, bermaksud "kapur") telah diketahui sejak
abad pertama apabila orang Romawi kuno menyediakan kapur dalam bentuk
kalsium oksida. Namun hanya pada tahun 1808 di England, seorang ilmuan
Sir Humphrey Davy telah mengasingkannya dengan mengelektrolisiskan
campuran kapur dan raksa oksida. Pada masa itu mencoba untuk
mengasingkan kalsium apabila ia terdengar bahwa Berzelius dan Pontin
telah menyediakan kalsium amalgam dengan mengelektrolisiskan kapur
dalam raksa, lantas ia telah mencobanya sendiri. Telah menggunakan
elektrolisis sepanjang hayatnya dan telah menemui atau mengasingkan
magnesium, strontium dan barium.
Kalsium adalah unsur yang agak lembut, kelabu dan kelogamanan
yang boleh disari melalui elektrolisiskalsium florida. Ia terbakar dengan
warna menyalaa kuning-kemerahan dan membentuk salutan nitrida putih.
Kalsium penting untuk pengecutan otot, pengaktifan oosit, membentuk

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir60


2

tulang dan gigi yang kuat, pembekuan darah, penghantaran impuls saraf,
pengantar aturan degupan jantung dan keseimbangan bendalir dalam sel.
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan
satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-.
Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida, contohnya adalah
garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl.
Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na2+ dan Cl−.
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu
atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti
klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling
sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl),
sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
Sedangkan untuk menentukan kandungan Ca2+ (kalsium) perlu
terlebih dahulu ditentukan kesadahan totalnya. Unsur ion baku dalam air
formasi adalah Cl-, yang konsentrasinya lemah sampai pekat.
Kalsium dan magnesium kedua-duanya membentuk garam
kompleks EDTA pada pH 10. Sementara itu, hanya kalsium yang
membentuk garam kompleks pada pH 12 dikarenakan adanya pengendapan
magnesium sebagai Mg(OH)2. KOH diperlukan untuk menaikkan pH dan
menghindari terjadinya kopresipitasi, sehingga penitaran EDTA pada pH
tersebut hanya dikonsumsi oleh kalsium saja.
Oleh sebab itu dengan titrasi dua percontoh menggunakan larutan
standar EDTA, yang satu pada pH 10 dan lainnya pada pH 12, kalsium dan
magnesium dapat ditentukan secara bersamaan. Nilai minimum pH
ditentukan dari tetapan kondisionalnya Keff. Pada pH 12 Mg2+ mengendap
sebagai Mg(OH)2 lebih dahulu karena memiliki Keff yang lebih besar dari
Ca2+. EDTA adalah senyawa yang stabil, mudah larut dan menunjukkan
komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas komplek dapat diatur dengan
pengendalian pH, misalnya Ca, Mg, Cr, Ba dapat dititrasi pada pH 11.
Mn2+, Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V dapat dititrasi pada pH 4–7,
sedangkan logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V dan Th

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


3

dititrasi pada pH 1–4. EDTA sebagai garam natrium merupakan standar


primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut.
Titrasi kompleksometri dapat digunakan pada penentuan beberapa
logam pada operasi skala semi mikro. Indikator di dalam kompleksometri
menggunakan indikator yang juga bersifat pengompleks dan komplek
logamnya memiliki warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri,
indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator yang berbeda
Murexide dipilih sebagai indikator pada penetapan Ca karena memiliki
keefektifan pada pH 6,0–13,0 dan pada pH penetapan Ca dikondisikan pada
pH tersebut, sedangkan EBT yang digunakan untuk penetapan Mg memiliki
kisaran efektif pada pH 8,0–10,5. Ca ditetapkan langsung sehingga
perhitungan yang dipergunakan langsung dari volume yang digunakan
EDTA untuk membentuk komplek Ca-EDTA yang terpenuhi pada waktu
warna larutan sudah menjadi ungu anggur.
Mg ditetapkan secara tidak langsung dimana larutan yang
mengandung Ca-Mg langsung dititrasi oleh EDTA dengan indikator EBT
dan ditambahkan buffer untuk mempertahankan kondisi pH larutan pada pH
10 sehingga Ca dan Mg tetap pada ion-ion dalam larutan sehingga pada
waktu dititrasi membutuhkan volume penitar yang lebih besar karena
membutuhkan EDTA untuk mengkomplekskan Ca-Mg-EDTA. Volume Ca-
Mg-EDTA dikurangi volume Ca-EDTA maka akan didapat volume Mg-
EDTA. Pada umumnya klorida selalu terdapat dalam air formasi.
Konsentrasi klorida berkisar dari yang sangat encer sampai pekat
dan kemungkinan dapat menyebabkan masalah pembuangan yang serius.
Konsentrasi klorida digunakan untuk memperkirakan harga Resistivity dari
air formasi dan membedakan antara formasi-formasi bawah permukaan
(subsurface formations). Pada metoda ini, titrasi Cl dengan AgNO3
dilakukan dengan indikator K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan
baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag yang berlebih
diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah-cokelat.
Ksp AgCl adalah 1,5×10-10 sedangkan Ksp Ag2CrO4 adalah
2,4×10-12, karena Ksp (konstanta hasil kali kelarutan) AgCl lebih besar

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


4

yang berarti lebih mudah mengendap daripada Ag2CrO4. Pada metoda


Mohr, semua ion Cl- akan bereaksi lebih dahulu dengan ion Ag+ dari
AgNO3, ion K2CrO4 yang ditambahkan sebagai indikator, tidak akan
mengendap sebagai Ag2CrO4 sampai semua ion Cl- terendapkan sebagai
AgCl. Tetesan terakhir yang membentuk Ag2CrO4 menandakan semua Cl-
sudah terbentuk menjadi AgCl dan volume AgNO3 yang digunakan setara
dengan jumlah Cl- terkandung di dalam larutan percontoh. Larutan pada
penetapan Cl- cara Mohr harus bersifat netral atau sedikit basa sehingga
diperlukan pengaturan pH 6,0–8,5 tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag
akan terendapkan sebagai Ag(OH), sebaliknya jika larutan terlalu asam
maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4 berkurang.
Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut sebanding
endapan utama yang terbentuk selama titrasi.
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan
sistem klasifikasi dari air formasi air, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengindetifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot hasil
analisa air formasi tersebut kedalam grafik, hal ini akan memudahkan kita
dalam korelasi terhadap lapisan-lapisan batuan dari sumur secara tepat.
Kalsium (Latincalcis, bermaksud "kapur") telah diketahui sejak
abad pertama apabila orang Romawi kuno menyediakan kapur dalam
bentuk kalsium oksida. Namun hanya pada tahun 1808 di England, seorang
ilmuan Sir Humphrey Davy telah mengasingkannya dengan
mengelektrolisiskan campuran kapur dan raksa oksida. Pada masa itu
mencoba untuk mengasingkan kalsium apabila ia terdengar bahwa
Berzelius dan Pontin telah menyediakan kalsium amalgam dengan
mengelektrolisiskan kapur dalam raksa, lantas ia telah mencobanya sendiri.
Telah menggunakan elektrolisis sepanjang hayatnya dan telah menemui atau
mengasingkan magnesium, strontium dan barium.
Kalsium adalah unsur yang agak lembut, kelabu dan kelogamanan
yang boleh disari melalui elektrolisiskalsium florida. Ia terbakar dengan
warna menyalaa kuning-kemerahan dan membentuk salutan nitrida putih.
Kalsium penting untuk pengecutan otot, pengaktifan oosit, membentuk

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


5

tulang dan gigi yang kuat, pembekuan darah, penghantaran impuls saraf,
pengantar aturan degupan jantung dan keseimbangan bendalir dalam sel.
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan
satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl -.
Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida, contohnya adalah
garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl.
Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na2+ dan Cl−.
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu
atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti
klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling
sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl),
sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
Sedangkan untuk menentukan kandungan Ca2+ (kalsium) perlu
terlebih dahulu ditentukan kesadahan totalnya. Unsur ion baku dalam air
formasi adalah Cl-, yang konsentrasinya lemah sampai pekat.
Kalsium dan magnesium kedua-duanya membentuk garam
kompleks (EDTA) pada pH 10. Sementara itu, hanya kalsium yang
membentuk garam kompleks pada pH 12 dikarenakan adanya pengendapan
magnesium sebagai Mg(OH)2. KOH diperlukan untuk menaikkan pH dan
menghindari terjadinya kopresipitasi, sehingga penitaran EDTA pada pH
tersebut hanya dikonsumsi oleh kalsium saja.
Oleh sebab itu dengan titrasi dua percontoh menggunakan larutan
standar EDTA, yang satu pada pH 10 dan lainnya pada pH 12, kalsium dan
magnesium dapat ditentukan secara bersamaan. Nilai minimum pH
ditentukan dari tetapan kondisionalnya Keff. Pada pH 12 Mg2+ mengendap
sebagai Mg(OH)2 lebih dahulu karena memiliki Keff yang lebih besar dari
Ca2+.
EDTA adalah senyawa yang stabil, mudah larut dan menunjukkan
komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas komplek dapat diatur dengan
pengendalian pH, misalnya Ca, Mg, Cr, Ba dapat dititrasi pada pH 11. Mn 2+,
Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V dapat dititrasi pada pH 4–7,
sedangkan logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V dan Th

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


6

dititrasi pada pH 1-4. EDTA sebagai garam natrium merupakan standar


primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut.
Titrasi kompleksometri dapat digunakan pada penentuan beberapa
logam pada operasi skala semi mikro. Indikator di dalam kompleksometri
menggunakan indikator yang juga bersifat pengompleks dan komplek
logamnya memiliki warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri,
indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator yang berbeda
Murexide dipilih sebagai indikator pada penetapan Ca karena memiliki
keefektifan pada pH 6,0–13,0 dan pada pH penetapan Ca dikondisikan pada
pH tersebut, sedangkan EBT yang digunakan untuk penetapan Mg memiliki
kisaran efektif pada pH 8,0–10,5. Ca ditetapkan langsung sehingga
perhitungan yang dipergunakan langsung dari volume yang digunakan
EDTA untuk membentuk komplek Ca-EDTA yang terpenuhi pada waktu
warna larutan sudah menjadi ungu anggur.
Mg ditetapkan secara tidak langsung dimana larutan yang
mengandung Ca-Mg langsung dititrasi oleh EDTA dengan indikator EBT
dan ditambahkan buffer untuk mempertahankan kondisi pH larutan pada pH
10 sehingga Ca dan Mg tetap pada ion-ion dalam larutan sehingga pada
waktu dititrasi membutuhkan volume penitar yang lebih besar karena
membutuhkan EDTA untuk mengkomplekskan Ca-Mg-EDTA. Volume Ca-
Mg-EDTA dikurangi volume Ca-EDTA maka akan didapat volume Mg-
EDTA. Pada umumnya klorida selalu terdapat dalam air formasi.
Konsentrasi klorida berkisar dari yang sangat encer sampai pekat
dan kemungkinan dapat menyebabkan masalah pembuangan yang serius.
Konsentrasi klorida digunakan untuk memperkirakan harga Resistivity dari
air formasi dan membedakan antara formasi-formasi bawah permukaan
(subsurface formations). Pada metoda ini, titrasi Cl dengan AgNO 3
dilakukan dengan indikator K2CrO4. Pada titrasi ini akan terbentuk endapan
baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag yang berlebih
diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah-cokelat.
Ksp AgCl adalah 1,5×10-10 sedangkan Ksp Ag2CrO4 adalah 2,4×10-
12
, karena Ksp (konstanta hasil kali kelarutan) AgCl lebih besar yang berarti

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


7

lebih mudah mengendap daripada Ag2CrO4. Pada metoda Mohr, semua ion
Cl- akan bereaksi lebih dahulu dengan ion Ag+ dari AgNO3, ion K2CrO4 yang
ditambahkan sebagai indikator, tidak akan mengendap sebagai Ag2CrO4
sampai semua ion Cl- terendapkan sebagai AgCl. Tetesan terakhir yang
membentuk Ag2CrO4 menandakan semua Cl- sudah terbentuk menjadi AgCl
dan volume AgNO3 yang digunakan setara dengan jumlah Cl- terkandung di
dalam larutan percontoh. Larutan pada penetapan Cl- cara Mohr harus
bersifat netral atau sedikit basa sehingga diperlukan pengaturan pH 6,0–8,5
tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan terendapkan sebagai Ag(OH),
sebaliknya jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat
sebab konsentrasi CrO4 berkurang. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator
berwarna harus lebih larut sebanding endapan utama yang terbentuk selama
titrasi.

5.3 Alat dan Bahan


5.3.1 Alat
1 Balp
2 Buret
3 Corong Gelas
4 Gelas Kimia
5 Gelas Ukur
6 Labu Erlenmeyer
7 Neraca Digital
8 Pipet Tetes
9 Pipet Volumetrik
10 Spatula
11 Tiang Statif
12 Tissue
13 Balp
14 Buret
15 Corong Gelas
16 Gelas Kimia
17 Gelas Ukur
18 Labu Erlenmeyer
19 Neraca Digital
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volumetrik
22 Spatula

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


8

23 Tiang Statif
24 Tissue
5.3.2 Bahan
1. Air Formasi
2. Aquadest
3. Indikator Phenolphthalein (PP)
4. Larutan AgNO3 0,1 N
5. Larutan EDTA 0,01 N
6. Larutan K2CrO4 5%
7. Larutan NaOH 20%
8. Larutan NH4OH 25%
5.4 Prosedur percobaan
5.4.1 Penentuan ion Kalsium (Ca2+ )
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.

Mengambil sampel air formasi sebanyak 10 mL dengan


menggunakan gelas ukur.

Menuangkan 10 mL sampel air formasi tersebut ke dalam labu


erlenmeyer.

Mengambil larutan NH4OH 25% sebanyak 3 mL menggunakan pipet


volumetrik dan balp.

Memasukkan larutan NH4OH yang sudah diambil ke dalam labu


erlenmeyer yang berisi air formasi.

Menggoyangkan larutan yang berada di dalam labu erlenmeyer


sampai terjadi perubahan warna sampel air formasi menjadi keruh.

Mengindikasikan adanya kandungan ion kalsium (Ca2+) pada sampel


air formasi tersebut.

Mencatat hasil perubahan warna atau indikasi sebagai analisa


kualitatif kandungan ion kalsium (Ca2+).

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


9

Mencuci alat-alat yang telah digunakan untuk digunakan kembali.


Mengambil 10 mL sampel air formasi dengan menggunakan gelas
ukur.

Menuangkan air formasi yang sudah diambil 10 mL ke dalam labu


erlenmeyer.

Mengambil 1 mL NaOH 20% dengan menggunakan pipet


volumetrik dan balp kemudian memasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang berisi air formasi.

Menambahkan indicator phenolphthalein sebanyak 2 tetes ke dalam


larutan tersebut, dan terjai perubahan warna menjadi ungu.

Menuangkan larutan EDTA 0,01 N ke dalam buret sampai skala 0.

Menitrasi sampel air formasi tersebut dengan larutan EDTA 0,01 N


sampai warna sampel air formasi tersebut menjadi warna ungu
bening.

Mencatat banyaknya volume larutan EDTA 0,01 N yang digunakan


untuk titrasi, sebagai hasil pengamatan analisa ion kalsium secara
kuantitatif.

Membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang telah


digunakan.

5.4.2 Penentuan Ion Klorida ( Cl- )

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam


praktikum.

Mengambil 10 mL air formasi dengan menggunakan gelas ukur.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


10

Memasukkan air formasi tersebut ke dalam labu erlenmeyer.

Menambahkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak satu tetes


menggunakan pipet tetes ke dalam labu erlenmeyer.

Menggoyangkan labu erlenmeyer tersebut sampai terjadi indikasi


atau perubahan warna.

Mengamati air formasi yang berada di dalam labu erlenmeyer


akan menjadi keruh dan terdapat endapan.

Mencatat hasil pengamatan dengan indikasi atau perubahan warna


sebagai analisa kualitatif ion klorida.

Mencuci alat-alat yang telah digunakan untuk digunakan kembali.

Mengambil 10 mL air formasi dengan menggunakan gelas ukur.

Memasukkan air formasi tersebut ke dalam labu erlenmeyer.


Mengambil 1 mL larutan K2CrO4 5% menggunakan pipet
volumetrik dan balp kemudian memasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang berisi air formasi.

Memasukkan larutan AgNO3 0,1 N ke dalam buret dengan


menggunakan corong gelas sampai skala nol.

Menitrasi larutan tersebut dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai air


formasi tersebut terdapat tetesan merah bata.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


11

Mencatat volume AgNO3 0,1 N yang digunakan untuk titrasi,


sebagai hasil pengamatan analisa ion klorida secara kuantitatif.

Membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang telah


digunakan.

5.5 Hasil Pengamatan


5.5.1 Penentuan Ion Kalsium (Ca2+ )
a. Kualitatif
Volume Sampel = 2 mL
Volume NH4OH 1 M = 3 mL
Indikasi = Sampel air formasi berubah
menjadi keruh.
b. Kuantitatif
Volume Sampel = 2 mL
Volume AgNO3 0,23 N = 1 Tetes
Indikator Phenolphylene = 2 Tetes
Volume EDTA 0,01 N = 1,1 ml
Indikasi = Sampel air formasi berubah
5.5.2 Penentuan Ion Klorida (Cl- )
a. Kualitatif
Volume Sampel = 2 mL
Volume AgNO3 0,1 N = 1 tetes
Indikasi = Sampel air formasi berubah
menjadi keruh.
b. Kuantitatif
Volume Sampel = 2 mL
Volume K2CrO4 5% = 1 mL
Volume AgNO3 0,1 N = 4 mL
Indikasi = Sampel air formasi
berubah menjadi tetesan
warna merah bata.
5.6 Pengolahan Data
5.6.1 Konsentrasi Ion Kalsium (Ca2+ )
Diketahui : V titrasi EDTA 0,01 N = 1,1 mL
Volume Sampel = 2 mL
Ar Ca = 40
Ditanya : a. Konsentrasi Ca2+ (Mg/L) = …?
b. Konsentrasi Ca2+ (Me/L) = …?

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


12

Jawab : a. [Ca2+] (Mg/L) =

Volume titrasi EDTA x 1000


Volume sampel

1,1 x 1000
=
10

= 550 Mg/L

b) [Ca2+] (Me/L) =

Ca (Mg/L) x valensi
Ar Ca

55 0 x2
=
40

= 27,5 Me/L

5.6.2 Konsentrasi Ion Klorida (Cl- )


Diketahui : V titrasi AgNO3 = 4 mL
Volume Sampel = 2 mL

Ar Cl = 35,5 mL

−¿
Ditanya : a. Konsentrasi Cl ¿ (Mg/L) = …?
−¿
b. Konsentrasi Cl ¿ (Me/L) = …?
−¿
Jawab : a. [ Cl ¿ ] (Mg/L) =

Volume titrasi AgNO 3 x 1000


Volume sampel

4 x 35,5 x 1000
=
2

= 16330 Mg/L

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


13

−¿
b. [ Cl ¿ ] (Me/L) =

Ca (Mg/L) x valensi
Ar Ca

16330
=
35,5

= 460 Me/L

5.6.3 Konsentrasi Anion dan Kation


Tabel 5.1
Konsentrasi Anion dan Kation yang Terkandung
dalam Air Formasi

Anion Kation
Ion Me/L Ion Me/L
Clˉ 460 Ca2+ 27,5
SO42ˉ 0,92 Mg2+ 0
CO3ˉ 2,003 Ba2+ 0
HCO3ˉ 1,75 Fe3+ 0,53
OHˉ 0
464,67 ∑ 28,3

3

5.6.4 Konsentrasi Na+

Diketahui : ∑Anion = 464,673 Me/L

∑Kation = 28,3 Me/L


Ar Na = 23

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


14

Ditanya : a) Konsentrasi Na+ (Me/L) = ...?


b) Konsentrasi Na+ (Mg/L) = ...?

Jawab : a) [Na+] (Me/L) = ∑anion - ∑kation

= 464,673- 28,3

= 446,373 Me/L

b) [Na+] (Mg/L) = Na (Me/L) x Ar Na

= 446,373 x 23
= 10036,579 Mg/L

5.6.5 Konsentrasi Tenaga Ion

Tabel 5.2
Tenaga Ion

Kons
Ion
Me/L (A)

Na+ 436,373 1

Ca2+ 27,5

Mg2+ 0
Clˉ 460
HCO3- 1,75
CO5 2,003
SO4 0,92

Tenaga Ion = Konsentrasi ion (Mg/L) x Faktor Konversi ion (ppm)= 0,481
Mg.ppm/L

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


15

5.6.5 Diagram Stiff

3,256 3,56
2+
Na 5 Clˉ

Ca2+x10 3,5 7,5 HCO3


ˉ

Mg2+ 0,92 SO4-

Fe3+ CO3ˉ
15 10 5 0,53 2 5 10 15
Grafik 5.3 Diagram Stiff

5.6.7 Nilai Kelarutan ( K ) berdasarkan Temperatur

Diketahui : ∑ Tenaga Ion (μ) = 0,481


Temperatur Pertama = 20°C
Temperatur Kedua = 25°C
Temperatur Ketiga = 30°C
Ditanya : a. Kelarutan (K) pada Temperatur 20°C = …?
b. Kelarutan (K) pada Temperatur 25°C = …?
c. Kelarutan (K) pada Temperatur 30°C = …?

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


16

Jawab : a. Kelarutan (K) pada Temperatur 20°C = 3,3


b. Kelarutan (K) pada Temperatur
30°C = 3,22
c. Kelarutan (K) pada Temperatur
50°C = 2,12

Grafik 5.2 Konstanta Terhadap Temperature

5.6.8 Nilai Pca dan P alka

Diketahui : Konsentrasi (Ca2+) = 550 Mg/L


Total Konsentrasi Alkalinitas = 166,795 Mg/L
Ditanya : a. PCa = ...?
b. PAlka = ...?
Jawab : Berdasarkan grafik nilai PCa dan Palka dengan
memplot nilai konsentrasi (Ca2+) dan total konsentrasi
alkalinitas maka didapat :
a. PCa = 1,87
b. PAlka = 2,57
c.
5.6.9 Nilai Stabilitas Indeks (SI)

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


17

Diketahui : pH sampel air formasi = 10


Kelarutan (K) pada Temperatur 20°C = 3,3
Kelarutan (K) pada Temperatur 25°C = 3,22
Kelarutan (K) pada Temperatur 30°C = 3,12
PCa = 1,87
Palka = 2,57
Ditanya : a. Stabilitas Indeks (SI) pada Temperatur 20°C = ...?
b. Stabilitas Indeks (SI) pada Temperatur 25°C = ...?
c. Stabilitas Indeks (SI) pada Temperatur 30°C = ...?
Jawab : a. SI pada 20°C = pH - K pada 20°C - PCa - PAlka

= 10 - 3,3 – 1,87 – 2,57

= 2,26
SI > 0 maka air formasi mengandung endapan.
b) SI pada 50°C = pH - K pada
30°C - PCa - PAlka
= 10 - 3,22 - 1,87 – 2,57
= 2,34
SI > 0 maka air formasi mengandung endapan.
c) SI pada 80°C = pH - K pada
50°C - PCa - PAlka
= 10 – 3,12 - 1,87 - 2,57
= 2,49
SI > 0 maka air formasi mengandung endapan.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


18

Grafik 5.3 Stabilitas Indeks terhadap Temperature

5.7 Kesimpulan Pengolahan Data


Dari hasil pengolahan data di atas maka dapat disimpulkan
hubungan antara variabel , diantaranya :
Tabel 5.4 Analisa Kimia Air Formasi
Temperatur pH K PcaP Alk SI SIFAT
20 9 3,14 3,141,767 1,527 Basa
25 9 3,061 3,0611,767 1,606 Basa
30 9 2,95 2,951,767 1,717 Basa

5.8 Analisa Data


5.8.1 Analisa Percobaan
Pada praktikum analisa fluida reservoir percobaan kelima
berjudul analisa kimia air formasi II. Tujuan dari percobaan ini
untuk mengetahui penentuan kandungan kalsium pada air formasi,
mengetahui penentuan kandungan klorida pada air formasi,
mengetahui penentuan konsentrasi dari kalsium dan klorida,
mengetahui nilai anion dan kation, mengetahui penentuan stabilitas

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


19

indeks serta mengetahui penentuan kadar Na2+, Pca, Palka dan


menentukan tenaga ion.
Pada percobaan kali ini, alat-alat yang digunakan adalah
balp, buret, corong gelas, gelas kimia, gelas ukur, labu erlenmeyer,
neraca digital, pipet tetes, pipet volumetrik, spatula, tiang statif dan
tissue. Sedangkan untuk bahan-bahan yang digunakan antara lain
air formasi, aquadest, indikator phenolphthalein (PP), larutan
AgNO3 0,1 N, larutan EDTA 0,01 N, larutan K2CrO4 5%, larutan
NaOH 20% dan larutan NH4OH 25%.
Prosedur untuk menentukan ion kalsium (Ca2+) adalah
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum,
mengambil sampel air formasi sebanyak 10 mL dengan
menggunakan gelas ukur, menuangkan 10 mL sampel air formasi
tersebut ke dalam labu erlenmeyer, mengambil larutan NH4OH
25% sebanyak 3 mL menggunakan pipet volumetrik dan balp,
memasukkan larutan NH4OH yang sudah diambil ke dalam labu
erlenmeyer yang berisi air formasi, menggoyangkan larutan yang
berada di dalam labu erlenmeyer sampai terjadi perubahan warna
sampel air formasi menjadi keruh, mengindikasikan adanya
kandungan ion kalsium (Ca2+) pada sampel air formasi tersebut,
mencatat hasil perubahan warna atau indikasi sebagai analisa
kualitatif kandungan ion kalsium (Ca2+), mencuci alat-alat yang
telah digunakan untuk digunakan kembali, mengambil 10 mL
sampel air formasi dengan menggunakan gelas ukur, menuangkan
air formasi yang sudah diambil 10 mL ke dalam labu erlenmeyer,
mengambil 1 mL NaOH 20% dengan menggunakan pipet
volumetrik dan balp kemudian memasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang berisi air formasi, menambahkan indicator
phenolphthalein sebanyak 2 tetes ke dalam larutan tersebut, dan
terjai perubahan warna menjadi ungu, menuangkan larutan EDTA
0,01 N ke dalam buret sampai skala 0, menitrasi sampel air formasi
tersebut dengan larutan EDTA 0,01 N sampai warna sampel air

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


20

formasi tersebut menjadi warna ungu bening, mencatat banyaknya


volume larutan EDTA 0,01 N yang digunakan untuk titrasi, sebagai
hasil pengamatan analisa ion kalsium secara kuantitatif,
membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
Sedangkan, untuk menentukan ion klorida (Cl-),
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum,
mengambil 10 mL air formasi dengan menggunakan gelas ukur,
memasukkan air formasi tersebut ke dalam labu erlenmeyer,
menambahkan larutan AgNO3 0,1 N sebanyak satu tetes
menggunakan pipet tetes ke dalam labu erlenmeyer,
menggoyangkan labu erlenmeyer tersebut sampai terjadi indikasi
atau perubahan warna, mengamati air formasi yang berada di dalam
labu erlenmeyer akan menjadi keruh dan terdapat endapan,
mencatat hasil pengamatan dengan indikasi atau perubahan warna
sebagai analisa kualitatif ion klorida, mencuci alat-alat yang telah
digunakan untuk digunakan kembali, mengambil 10 mL air formasi
dengan menggunakan gelas ukur, memasukkan air formasi tersebut
ke dalam labu erlenmeyer, mengambil 1 mL larutan K2CrO4 5%
menggunakan pipet volumetrik dan balp kemudian memasukkan ke
dalam labu erlenmeyer yang berisi air formasi, memasukkan
larutan AgNO3 0,1 N ke dalam buret dengan menggunakan corong
gelas sampai skala nol, menitrasi larutan tersebut dengan larutan
AgNO3 0,1 N sampai air formasi tersebut terdapat tetesan merah
bata, mencatat volume AgNO3 0,1 N yang digunakan untuk titrasi,
sebagai hasil pengamatan analisa ion klorida secara kuantitatif serta
membersihkan dan merapihkan kembali alat dan bahan yang telah
digunakan.
Pada penentuan kandungan ion kalsium (Ca2+) secara
kualitatif dengan menggunakan sampel air formasi sebanyak 10 mL
ditambahkan 3 mL larutan NH4OH didapatkan indikasi warna
sampel air formasi berubah menjadi keruh, artinya sampel air

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


21

formasi mengandung ion kalsium (Ca2+). Sedangkan secara


kuantitatif dengan menggunakan sampel air formasi sebanyak 10
mL ditambahkan 1 mL larutan NaOH didapatkan indikasi warna
sampel air formasi berubah menjadi ungu muda. Berdasarkan
pengolahan data konsentrasi ion kalsium (Ca2+) setelah menitrasi
sampel air formasi sebanyak 10 mL dengan larutan EDTA 3,8 mL,
didapatkan ion (Ca2+) yang terdapat pada sampel air formasi
sebesar 380 Mg/L dan 9,5 Me/L.
Pada penentuan kandungan ion klorida (Cl-), secara
kualitatif dengan menggunakan sampel air formasi sebanyak 10 mL
ditambahkan 1 mL larutan AgNO3 didapatkan indikasi warna air
formasi menjadi keruh dan terdapat endapan, yang artinya sampel
air formasi mengandung ion klorida (Cl-). Sedangkan secara
kuantitatif dengan menggunakan sampel air formasi sebanyak 10
mL ditambah dengan larutan K2CrO4 sebanyak 1 mL dan larutan
AgNO3 sebanyak 0,8 mL didapatkan indikasi warna sampel air
formasi berubah menjadi tetesan warna merah bata. Berdasarkan
analisa pengolahan data secara kuantitatif, yaitu dengan cara
menitrasi sampel air formasi sebanyak 10 mL dengan larutan
AgNO3 sebanyak 0,8 mL didapatkan ion klorida (Cl-) sebesar 80
Mg/L dan 2,25 Me/L.
Selain itu juga, berdasarkan pengolahan data didapat
Berdasarkan data konsentrasi (Ca2+) sebesar 550 Mg/L dan 27,5
Meq/L. Harga kelarutan pada suhu 20°C, yaitu sebesar 3,3, harga
kelarutan pada suhu 25°C sebesar 3,22, dan harga pada suhu 30°C
sebesar 2,12. PCa dan PAlka didapatkan nilai sebesar 1,87 dan 2,57.
Dilihat dari harga kelarutan, PCa dan PAlka yang didapat, stabilisasi
indeks (SI) pada suhu 20°C lebih besar dari 0 yaitu sebesar 2,26,
artinya air formasi mengandung endapan, sama halnya pada suhu
25°C yang sebesar 2,34, air formasi mengandung endapan juga
terdapat pada suhu 30°C yaitu sebesar 2,49 stabilisasi indeks

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir


22

sampel air formasi lebih dari nol, artinya sampel air formasi
mengandung endapan
5.8.2 Analisa Kesalahan
Pada saat percobaan Penentuan terdapat Analisa Kimia Air
Formasi II beberapa kesalahan, antara lain :
1. Salah dalam penggunaan Balp.
2. Balp kemasukan sehingga tidak dapat digunakan.
3. Kurang kondusif saat berada di laboratorium.

5.9 Kesimpulan
Dalam percobaan Analisa Kimia Air Formasi II dapat diambil
kesimpulan, diantaranya :
1. EDTA adalah salah satu jenis asam amino polikalibrasi yang sering
kali digunakan sebagai titran dalam titrasi.
2. Kesadahan air adalah kandungan mineral – mineral tertentu di
dalam air , umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk
garam karbonat.
3. Kandungan kalsium (Ca) yaitu sebesar 750 Me/L atau 35 Meq/L,
(CL) nya yaitu sebesar 12655,75 Me/L atau 336,5 Meq/L,
4. Dampak dari Ion Kalsium dan Magnesium dalam air yaitu
menyebabkan endapan.
5. Alat yang digunakan yaitu Balp , Buret , Corong gelas , Gelas
kimia , Gelas ukur , neraca digital , pH paper , Pipet tetes , Pipet
volumetric , Spatuala , Tiang statif , Tissue. Bahan yang digunakan yaitu
Air formasi , Aquadest , Indikator phenolphylene , Larutan AgNO3 0,1 N ,
Larutan EDTA 0,01 N , Larutan NaOH 20 % , Larutan NH4 OH 25 %

Laporan Resmi Praktikum Analisa Fluida Reservoir

Anda mungkin juga menyukai