5.1 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan EDTA
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesadahan air
3. Menentukan dampak dari keberadaan ion – ion kalsium (Ca2+),
Magnesium ( Mg2+) , Klorida ( CL- )
4. Mengetahui kandungan kalsium kalsium (Ca2+), Magnesium
( Mg2+) , Klorida ( CL- )
5. Mengetahui apa saja alat dan bahan yang digunakan pada
percobaan kali ini.
5.2 Dasar Teori
Untuk mengetahui air formasi secara cepat dan praktis digunakan
sistem klasifikasi dari air formasi air, hal ini dapat memudahkan pengerjaan
pengindetifikasian sifat-sifat air formasi. Dimana kita dapat memplot hasil
analisa air formasi tersebut kedalam grafik, hal ini akan memudahkan kita
dalam korelasi terhadap lapisan-lapisan batuan dari sumur secara tepat.
Kalsium (Latincalcis, bermaksud "kapur") telah diketahui sejak
abad pertama apabila orang Romawi kuno menyediakan kapur dalam bentuk
kalsium oksida. Namun hanya pada tahun 1808 di England, seorang ilmuan
Sir Humphrey Davy telah mengasingkannya dengan mengelektrolisiskan
campuran kapur dan raksa oksida. Pada masa itu mencoba untuk
mengasingkan kalsium apabila ia terdengar bahwa Berzelius dan Pontin
telah menyediakan kalsium amalgam dengan mengelektrolisiskan kapur
dalam raksa, lantas ia telah mencobanya sendiri. Telah menggunakan
elektrolisis sepanjang hayatnya dan telah menemui atau mengasingkan
magnesium, strontium dan barium.
Kalsium adalah unsur yang agak lembut, kelabu dan kelogamanan
yang boleh disari melalui elektrolisiskalsium florida. Ia terbakar dengan
warna menyalaa kuning-kemerahan dan membentuk salutan nitrida putih.
Kalsium penting untuk pengecutan otot, pengaktifan oosit, membentuk
tulang dan gigi yang kuat, pembekuan darah, penghantaran impuls saraf,
pengantar aturan degupan jantung dan keseimbangan bendalir dalam sel.
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan
satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-.
Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida, contohnya adalah
garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl.
Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na2+ dan Cl−.
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu
atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti
klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling
sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl),
sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
Sedangkan untuk menentukan kandungan Ca2+ (kalsium) perlu
terlebih dahulu ditentukan kesadahan totalnya. Unsur ion baku dalam air
formasi adalah Cl-, yang konsentrasinya lemah sampai pekat.
Kalsium dan magnesium kedua-duanya membentuk garam
kompleks EDTA pada pH 10. Sementara itu, hanya kalsium yang
membentuk garam kompleks pada pH 12 dikarenakan adanya pengendapan
magnesium sebagai Mg(OH)2. KOH diperlukan untuk menaikkan pH dan
menghindari terjadinya kopresipitasi, sehingga penitaran EDTA pada pH
tersebut hanya dikonsumsi oleh kalsium saja.
Oleh sebab itu dengan titrasi dua percontoh menggunakan larutan
standar EDTA, yang satu pada pH 10 dan lainnya pada pH 12, kalsium dan
magnesium dapat ditentukan secara bersamaan. Nilai minimum pH
ditentukan dari tetapan kondisionalnya Keff. Pada pH 12 Mg2+ mengendap
sebagai Mg(OH)2 lebih dahulu karena memiliki Keff yang lebih besar dari
Ca2+. EDTA adalah senyawa yang stabil, mudah larut dan menunjukkan
komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas komplek dapat diatur dengan
pengendalian pH, misalnya Ca, Mg, Cr, Ba dapat dititrasi pada pH 11.
Mn2+, Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V dapat dititrasi pada pH 4–7,
sedangkan logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V dan Th
tulang dan gigi yang kuat, pembekuan darah, penghantaran impuls saraf,
pengantar aturan degupan jantung dan keseimbangan bendalir dalam sel.
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan
satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl -.
Garam dari asam klorida HCl mengandung ion klorida, contohnya adalah
garam meja, yang adalah natrium klorida dengan formula kimia NaCl.
Dalam air, senyawa ini terpecah menjadi ion Na2+ dan Cl−.
Kata klorida dapat pula merujuk pada senyawa kimia yang satu
atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti
klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling
sederhana dari suatu klorida anorganik adalah hidrogen klorida (HCl),
sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah
klorometana (CH3Cl), atau sering disebut metil klorida.
Sedangkan untuk menentukan kandungan Ca2+ (kalsium) perlu
terlebih dahulu ditentukan kesadahan totalnya. Unsur ion baku dalam air
formasi adalah Cl-, yang konsentrasinya lemah sampai pekat.
Kalsium dan magnesium kedua-duanya membentuk garam
kompleks (EDTA) pada pH 10. Sementara itu, hanya kalsium yang
membentuk garam kompleks pada pH 12 dikarenakan adanya pengendapan
magnesium sebagai Mg(OH)2. KOH diperlukan untuk menaikkan pH dan
menghindari terjadinya kopresipitasi, sehingga penitaran EDTA pada pH
tersebut hanya dikonsumsi oleh kalsium saja.
Oleh sebab itu dengan titrasi dua percontoh menggunakan larutan
standar EDTA, yang satu pada pH 10 dan lainnya pada pH 12, kalsium dan
magnesium dapat ditentukan secara bersamaan. Nilai minimum pH
ditentukan dari tetapan kondisionalnya Keff. Pada pH 12 Mg2+ mengendap
sebagai Mg(OH)2 lebih dahulu karena memiliki Keff yang lebih besar dari
Ca2+.
EDTA adalah senyawa yang stabil, mudah larut dan menunjukkan
komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas komplek dapat diatur dengan
pengendalian pH, misalnya Ca, Mg, Cr, Ba dapat dititrasi pada pH 11. Mn 2+,
Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti dan V dapat dititrasi pada pH 4–7,
sedangkan logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V dan Th
lebih mudah mengendap daripada Ag2CrO4. Pada metoda Mohr, semua ion
Cl- akan bereaksi lebih dahulu dengan ion Ag+ dari AgNO3, ion K2CrO4 yang
ditambahkan sebagai indikator, tidak akan mengendap sebagai Ag2CrO4
sampai semua ion Cl- terendapkan sebagai AgCl. Tetesan terakhir yang
membentuk Ag2CrO4 menandakan semua Cl- sudah terbentuk menjadi AgCl
dan volume AgNO3 yang digunakan setara dengan jumlah Cl- terkandung di
dalam larutan percontoh. Larutan pada penetapan Cl- cara Mohr harus
bersifat netral atau sedikit basa sehingga diperlukan pengaturan pH 6,0–8,5
tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan terendapkan sebagai Ag(OH),
sebaliknya jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat
sebab konsentrasi CrO4 berkurang. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator
berwarna harus lebih larut sebanding endapan utama yang terbentuk selama
titrasi.
23 Tiang Statif
24 Tissue
5.3.2 Bahan
1. Air Formasi
2. Aquadest
3. Indikator Phenolphthalein (PP)
4. Larutan AgNO3 0,1 N
5. Larutan EDTA 0,01 N
6. Larutan K2CrO4 5%
7. Larutan NaOH 20%
8. Larutan NH4OH 25%
5.4 Prosedur percobaan
5.4.1 Penentuan ion Kalsium (Ca2+ )
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
1,1 x 1000
=
10
= 550 Mg/L
b) [Ca2+] (Me/L) =
Ca (Mg/L) x valensi
Ar Ca
55 0 x2
=
40
= 27,5 Me/L
Ar Cl = 35,5 mL
−¿
Ditanya : a. Konsentrasi Cl ¿ (Mg/L) = …?
−¿
b. Konsentrasi Cl ¿ (Me/L) = …?
−¿
Jawab : a. [ Cl ¿ ] (Mg/L) =
4 x 35,5 x 1000
=
2
= 16330 Mg/L
−¿
b. [ Cl ¿ ] (Me/L) =
Ca (Mg/L) x valensi
Ar Ca
16330
=
35,5
= 460 Me/L
Anion Kation
Ion Me/L Ion Me/L
Clˉ 460 Ca2+ 27,5
SO42ˉ 0,92 Mg2+ 0
CO3ˉ 2,003 Ba2+ 0
HCO3ˉ 1,75 Fe3+ 0,53
OHˉ 0
464,67 ∑ 28,3
∑
3
= 464,673- 28,3
= 446,373 Me/L
= 446,373 x 23
= 10036,579 Mg/L
Tabel 5.2
Tenaga Ion
Kons
Ion
Me/L (A)
Na+ 436,373 1
Ca2+ 27,5
Mg2+ 0
Clˉ 460
HCO3- 1,75
CO5 2,003
SO4 0,92
Tenaga Ion = Konsentrasi ion (Mg/L) x Faktor Konversi ion (ppm)= 0,481
Mg.ppm/L
3,256 3,56
2+
Na 5 Clˉ
Fe3+ CO3ˉ
15 10 5 0,53 2 5 10 15
Grafik 5.3 Diagram Stiff
= 2,26
SI > 0 maka air formasi mengandung endapan.
b) SI pada 50°C = pH - K pada
30°C - PCa - PAlka
= 10 - 3,22 - 1,87 – 2,57
= 2,34
SI > 0 maka air formasi mengandung endapan.
c) SI pada 80°C = pH - K pada
50°C - PCa - PAlka
= 10 – 3,12 - 1,87 - 2,57
= 2,49
SI > 0 maka air formasi mengandung endapan.
sampel air formasi lebih dari nol, artinya sampel air formasi
mengandung endapan
5.8.2 Analisa Kesalahan
Pada saat percobaan Penentuan terdapat Analisa Kimia Air
Formasi II beberapa kesalahan, antara lain :
1. Salah dalam penggunaan Balp.
2. Balp kemasukan sehingga tidak dapat digunakan.
3. Kurang kondusif saat berada di laboratorium.
5.9 Kesimpulan
Dalam percobaan Analisa Kimia Air Formasi II dapat diambil
kesimpulan, diantaranya :
1. EDTA adalah salah satu jenis asam amino polikalibrasi yang sering
kali digunakan sebagai titran dalam titrasi.
2. Kesadahan air adalah kandungan mineral – mineral tertentu di
dalam air , umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk
garam karbonat.
3. Kandungan kalsium (Ca) yaitu sebesar 750 Me/L atau 35 Meq/L,
(CL) nya yaitu sebesar 12655,75 Me/L atau 336,5 Meq/L,
4. Dampak dari Ion Kalsium dan Magnesium dalam air yaitu
menyebabkan endapan.
5. Alat yang digunakan yaitu Balp , Buret , Corong gelas , Gelas
kimia , Gelas ukur , neraca digital , pH paper , Pipet tetes , Pipet
volumetric , Spatuala , Tiang statif , Tissue. Bahan yang digunakan yaitu
Air formasi , Aquadest , Indikator phenolphylene , Larutan AgNO3 0,1 N ,
Larutan EDTA 0,01 N , Larutan NaOH 20 % , Larutan NH4 OH 25 %