Anda di halaman 1dari 111

LAPORAN

PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN


DI RUANG GEDUNG E LANTAI 3
RSUD CIBABAT- CIMAHI BANDUNG

OLEH:

1. DEDI M. BENYAMIN
2. HELMI FANGIDAE
3. NOPRI B PACH
4. SONYA A. FOLLA
5. YULFI DAFA

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan keperawatan di rumah sakit bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia, yang diberikan dalm bentuk asuhan keperawatn,dilakukan melalui
proses pengkajian terhadap penyebab utam tidak terpenuhi kebutuhan dasar
manusia, penentuan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan dan pengevaluasian. Seluruh proses diatas disebut proses keperawatan.
Perawat sebagai salah satu profesi yang berperan penting dalam
penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.Pelayanan keperawatan
di rumah sakit merupakan bagian dari integral dari pelayanan kesehatan yang
mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan rumah
sakit.Sehingga setiap upaya untuk peningkatan pelayanan rumah sakit juga diikuti
upaya peningkatan profesionalitas dan kualitas pelayanan keperawatan.
Untuk menjadikan perawat sebagai tenaga professional maka perlu dilakukan
pembinaan secara terus menrus secara berkesinambungan, sehingga menjadikan
perawat sebagai tenaga kerja yang perlu diperhatikan, diakui, dan dihargai
keprofesionalannya yang dapat dicapai melalui sistem penerapan sistem
manajemen keperawatan. Penerapan sistem manajemen keperawatan
membutuhkan kemampuan manajerial yang tangguh dimana dapat dimiliki melalui
berbagai cara salah satunya dengan meningkatkan keterampilan melalui bangku
kuliah yang harus dilalui lewat pembelajaran dilahan praktik.
Mananjemen menurut Nursalam (2007) merupakan suatu pendekatan yang
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi, didalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating,
ControlingI) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-
keterampilan teknis, hubungan antara manusia, konseptual yang mendukung
asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi
masyarakat.
Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin,
dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga
dan masyrakat (Nursalam cit Gilies, 2007). Hal ini menunjukkan bahwa manajemen
keperawatan mendapat prioritas utama dalam penegembangan keperawatan
dimasa depan karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap
perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara professional
dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Model praktek keperawatan professional (MPKP) adalah satu sistem (struktur,
proses dan nilai-nialai professional), yang memfasilitasi perawat professional,
mengatur pemberian asuhan keperawatan, termaksud lingkungan tempat asuhan
tersebut diberikan (Sitorus, 2006). Model ini merupakan penataan struktur dan
proses pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga
memungkinkan pemberian asuhan keperawatan professional. Terdapat empat
komponen utama dalam model praktik keperawatan professional, yaitu sebagai
berikut: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan, proses
keperawatan, dokumnetasi keperawatan.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional,
sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaiamana yang terjadi
didalam proses keperawatan, didalam manajemen keperawatanpun terdiri dari
pengkajian, analisa SWOT, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Metode
penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat ada kejelasan antara pembuat
perencanaan asuhan dan pelaksana.
Mahasiswa praktik program studi profesi Ners STIKes Budi Luhur dituntut
mampu mengaplikasikan langsung pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang
manajerial di ruangan E3 RSUD Cibabat-Cimahi Bandung dengan bimbingan dari
pembimbing akademik dan pembimbing lapangan/klinik.

1.2 Waktu Pelaksanaan


Tempat praktik mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
dilakukan diruangan E3 RSUD Cibababt-Cimahi Bandung, berlangsung mulai
tanggal 16 Januari-16 Februari 2017.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen selama 4 minggu diharapkan
mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan diruangan E3
RSUD Cibabat-Cimahi Bandung.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan diruangan E3 RSUD
Cibabat-Cimahi Bandung mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian tentang gambaran umum ruang rawat inap
kelas 2 (ruang E3) dan unsur 6 M
2. Melakukan analisa dari aspek manajemen diruang E3 menggunakan
analisa SWOT
3. Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan diruangan itu
4. Melakasanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan
yang telah disusun sesuai prioritas diruangan itu.
1.4 Manfaat
1.4.1Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP yang
diaplikasikan di ruang E3
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MAKP diruang E3
4. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi
5. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan professional ruang E3
1.3.2 Bagi Perawat Ruangan
1. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada diruang E3 yang berkaitan dengan pelaksanaan MAKP
2. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat
1.3.3 Bagi Keluarga
1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukkan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan pelaksanaan model MAKP.
1.4 Cara Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data yang digunakan untuk indentifikasi
masalah dilakukan dengan metode:
1. Observasi dilakukan untuk memperoleh kondisi fisik ruangan, proses
pelayanan, keadaan inventaris ruangan dan asuhan keperawatan yang
langsung dilakukan ke pasien.
2. Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat primer, perawat
pelaksana, keluarga pasien untuk mengumpulkan data terkait 6M.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MANAJEMEN
1. Definisi Manajemen
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pengertian manajemen,
yaitu sebagai berikut :
a. Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Hersey
and Blancchard, dalam buku Suchri Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2007).
b. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang lain (G.R. Terry, dalam buku Suchri Suarli dan
Yanyan Bahtiar, 2007).
c. Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu
kelompok dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan dengan seefesien
mungkin (H.Weihrich dan H. Koontz, dalam buku Suchri Suarli dan
Yanyan Bahtiar, 2007).
d. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatatan diorganisasi. Didalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan POAC (Planing, Organizing, Actuating,
Controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant dan Massey (1999) (dalam Nursalam, 2012).
e. Manajemen adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekaryaan
melalui orang lain. Manajemen yang efektif merupakan kombinasi dari
ilmu pengetahuan dan seni dalam pelaksanaannya. Ilmu manajemen
adalah cara-cara yang rasional, bertumpu pada logika, bersifat objektif,
dan sistematis. Sedangkan seni manajemen adalah cara-cara
memecahkan permasalahan dengan intuisi, pengalaman, dan pandangan
pribadi. Manajer mengandalkan keterampilan konseptual dan hubungan
antar pribadi (Gillies (1986) dalam Nursalam (2012).
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi menajemen secara ringkas adalah sebagai berikut :
a. Perencaanan (Planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Sedangkan menurut Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan
bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah membuat suatu
rencana untuk memberikan pandangan kedepan. Perencanaan
merupakan fungsi manajemen yang penting karena mengurangi risiko
pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu mengantisipasi
jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Perencanaan ialah, “suatu keputusan untuk masa yang akan


datang. Artinya, apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang
akan dan harus dilakukan untuk mencapai tujan tertentu”. Secara umum,
perencanaan dapat ditinjau sebagai suatu :

1) Proses : pemilihan dan pengembangan tindakan yang paling


menguntungkan untuk mencapai tujuan.
2) Fungsi : pemimpin dengan kewenangannya dapat mengubah kegiatan
dan tujuan yang harus dicapai organisasi.
3) Keputusan : apa yang akan dilakukan untuk waktu yang akan datang.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengertian pengorganisasian dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu secara statis dan dinamis. Organisasi dilihat secara statis, yaitu
sebagai wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan secara dinamis, yaitu bahwa organisasi merupakan
suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk
mencapai tujuan tertentu. (Suchri Suarli dan Yanyan Bachtiar, 2007).

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk


tujuan mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian
aktivitas yang tepat dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun
horisontal yang bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi
(Swansburg, 2000).

Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya sebagai berikut :


1) Organisasi (harus) mempunyai tujuan yang jelas (Clearly Objective)
2) Adanya skala hierarki (The Scalar Principle)
3) Adanya kesatuan komando atau perintah (Unity Of Command)
4) Pelimpahan wewenang (Deliegation Of Authority)
5) Adanya pertanggungjawaban (Responsibility)
6) Pembagian kerja (Division Of Work)
7) Rentang kendali (Span Of Control)
8) Fungsionalisasi (Functionalitation)
9) Adanya pemisahan tugas (Task Sparation)
10) Fleksibilitas atau kelenturan (Flexsibility)
11) Keseimbangan (Balance)
12) Kepemimpinan (Leadership)
c. Penggerak (Actuating)
Penggerakan adalah melakukan kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas,
demi tercapainya tujuan bersama. Penggerakan ini, seringkali terjadi
hambatan karena yang digerakan adalah manusia, yang mempunyai
keinginan pribadi, sikap, dan perilaku yang khusus.

d. Pengendalian (Controling)
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai
dengan rencana apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat.
Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.

Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah hasil


pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman,
ketentuan, kebijakasanaan, tujuan, sasaran yang sudah ditentukan
sebelumnya. (Suchri Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2007).

Fungsi manajemen di dalam keperawatan menurut Nursalam (2007)


diantaranya adalah :

1) Menurut Gr. Terry


POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling)
2) Menurut Henry Fayol
POCCC (Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controling)
3) Menurut Luter Gulliek
POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Derecting, Coordinating,
Reporting, Budgeting)
4) Menurut Koont O'Donnell
POSDC (Planning, Organizing, Staffing, Derecting, Controling).
Secara umum fungsi manajemen di dalam keperawatan
menggunakan sistem POAC yaitu Planning (seorang manajer hendaknya
dapat menjalankan suatu perencanaan mengenai tenaga, anggaran, bahan,
peralatan, metode dan pemasaran), Organizing (mampu menyusun atau
mengatur staf), Actuating (hendaknya manajer diharapkan mampu
menggerakan orang lain melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki), Controling (seorang manajer hendaknya mampu
mengendalikan dan mengawasi proses manajemen) (Nursalam, 2007).

3. Tingkatan Manajemen
a. First Line Management (manajemen operasional) merupakan manajemen
tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi
karyawan non manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka
sering disebut supervisor, manajer shift, manajer kantor, manajer
departemen, atau mandor (Foreman).
b. Middle Management (manajemen tingkat menengah) mencakup semua
manajemen yang berada di antara manajer pertama dan manajer puncak
yang bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajer menengah yaitu kepala bagian, pemimpin proyek,
manajer pabrik, atau manajer divisi.
c. Top Management (manajemen puncak), dikenal pula dengan istilah
Executive Officer bertugas merencanakan kegiatan dan strategi
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan secara
umum dan mengarahkan jalannya perusahaan secara umum dan
mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (
Chief Executive Officer ), CIO (Chief Information Officer) dan CFO ( Chief
Financial Officer).
B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan seefisien mungkin
bagi individu, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1986).
Manajemen keperawatan adalah perencanaan, perencanaan adalah
yang utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari
manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata yang
sering dilaksanakan dalam penulisan, meskipun banyak orang dalam
perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab dari
perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan (Swansburg,
2000).
Pada hakikatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara professional yang akhirnya keduanya saling menopang. Sebagaimana
dalam proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari:
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil.
2. Tujuan Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan yang umumnya ditetapkan oleh bidang
keperawatan meliputi:
a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit
b. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan
mendidik perawat yang mempunyai sikap profesional dan bertanggung
jawab dalam pekerjaan
c. Meningkatkan komunikasi antar staf
d. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan
kenyamanan klien
e. Meningkatkan hubungan dengan klien, keluarga, dan masyarakat
f. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf keperawatan.
Dengan demikian setiap kegiatan keperawatan diarahkan pada pencapaian
tujuan dan merupakan upaya manager keperawatan untuk selalu
mengkoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan proses pencapaian tujuan
melalui interaksi, komunikasi dan integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan
yang terlibat.
3. Proses Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian- Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada
suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
agumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan
dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan,
bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok pasien.
Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat
pelayanan diruangan atau sebagian pendekatan system yang
disampaikan oleh Gillies (1989) (dalam Nursalam, 2012).
b. Perencanaan
1) Definisi
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
(Siagian, 2001).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan yaitu:
a) Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
b) Menegakan tujuan
c) Mengalokasikan anggaran belanja
d) Membuat pola struktur organisasi
e) Menegakan kebijaksanaan
f) Prosedur operasional untuk mencapai visi misi yang ditetapkan
2) Tujuan perencanaan menurut Douglas
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran
dan tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel dan
fasilitas yang tersedia
d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
e) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga
membantu elemen perubahan
f) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah
g) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif
3) Langkah – langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan
b) Kumpulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimpinan menetapkan alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang
4) Tahapan dalam perencanaan
a) Pengumpulan data
 Sensus pasien harian
 Kapasitas tempat tidur
 BOR
 Rata- rata lama dirawat
 Kecenderungan populasi pasien
 Perkembangan teknologi
 Ketenagaan
b) Analisa lingkungan
 Internal : Strength, Weakness
 Eksternal : Opportunity, Threats
c) Pengorganisasian data
d) Pilih data penunjang dan penghambat
e) Pembuatan rencana
5) Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang
lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas
bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan
yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi
dalam komponen fungsi yang terdiri atas kepemimpinan, komunikasi
dan motivasi (Nursalam, 2002).
6) Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk
menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan
(Nursalam, 2002).
4. Visi, Misi Dan Filosofi Keperawatan
Visi adalah perawat/ manajer keperawatan harus mempunyai suatu
pandangan dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses
perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, sosial, ekonomi, politik yang akan berdampak pada pelayanan
kesehatan.
Misi adalah sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga
dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan indonesia agar
terus berjalan dan berkesinambungan.
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan
dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk
berfikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam Nursalam, 2002).
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/ rumah sakit
ditekankan pada :
a. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menentukan
kehidupannya
b. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama,
suku, warna kulit, status dan jenis kelamin.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan indvidu.
d. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan lain.
e. Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada dalam mencapai tujuan organisasi.
f. Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua pelayanan
keperawatan yang diberikan.

C. KONSEP MANAJEMEN UNIT


Pada model praktik keperawatan profesional harus mampu memberikan
asuhan keperawatan profesional dan untuk itu diperlukan penataan 5 komponen
utama terdiri dari Man, Money, Metode, Material, dan Market (Hoffart & Woods,
1996, dalam Suarli dan Bahtiar, 2007).
1. Sumber Daya Manusia (Man)
a. Tenaga Perawat
Jumlah tenaga perawat keseluruhan (Profesional lanjut, Profesional
pemula, vokasional dan lain-lain). Jenis ketenagaan atau pendidikan,
keterampilan khusus yang dimiliki perawat yang dapat melalui kursus
atau pendidikan dan pealatihan. Jumlah tenaga professional lainnya yang
terkait meliputi : Dokter, Ahli Gizi, Petugas Lab, Tenaga Administrasi dan
Cleaning Service (Nursallam, 2007).
Cara Menghitung Tenaga Perawat :
1) Cara rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai
denominator personal yang diperlukan. Metoda ini paling sering
digunakan karena sederhana dan mudah. Metoda ini hanya
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui
produktivitas SDM rumah sakit, kapan personal tersebut dibutuhkan
oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang membutuhkan, dapat
juga dengan menggunakan kemampuan dan sumber daya untuk
perencanaan personal terbatas, jenis, tipe, dan volume pelayanan
kesehatan yang relatif stabil.
2) Cara need
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja
yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk
menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu
gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama
di rumah sakit. Misalnya saja untuk klien yang berobat jalan, ia akan
melalui/mendapatkan pelayanan, antara pembelian karcis,
pemeriksaan perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan laboratorium,
apotik dan sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang
diperlukan agar pelayanan itu berjalan dengan baik, (Hundgins (1992))
menggunakan standar waktu pelayanan pasien sebagai berikut :

Tabel 2.1 Standar Waktu Pelayanan Pasien

Tugas Lama waktu (menit) untuk


pasien
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten 18 11
dokter 51 0
Penyuluhan 5 7
Laboratorium

Untuk pasien rawat inap, Douglas (1984) dalam Nursalam (2012)


menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai
berikut :
a) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam
b) Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam
c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam
Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori
tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a) Kategori I : Self Care/ perawatan mandiri
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan
secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan
orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan
biasanya ringan dan simpel.
b) Kategori II : Intermediet Care/ perawatan sedang
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi
waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan
kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar
mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan
pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi,
fungsi fisiologis, status emosinal, kelancaran drainage atau infus.
Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support
emosi 5-10 menit/shift atau 30-60 menit/shift dengan
mengobservasi side efek obat atau reaksi alergi.
c) Kategori III : Intensive care/ perawatan total
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri, semua
dibantu oleh perawat, penampian sakit berat, pasien memerlukan
observasi terus-menerus.
Klasifikasi Klien Berdasarkan Derajat Ketergantungan
a) Perawatan Minimal
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil
 Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
b) Perawatan Parsial
 Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
 Folly Cateter, Intake Output dicatat
 Klien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
c) Perawatan Total
 Segalanya diberi bantuan
 Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, intravena terapi
 Pemakaian suction
 Gelisah/ disorientasi
3) Cara Demand
Cara Demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut
kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko
(1992) dalam Nursalam (2012), setiap klien yang masuk ruang gawat
darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
a) Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
b) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit
c) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
4) Cara Gillies
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
pelayanan, yaitu:
a) Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh
perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan
fisik, psikologis, dan spiritual.
b) Perawatan tidak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan,
serta melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha
Detroit (Gillies, 1989) = 38 menit/ klien/hari, sedangkan menurut
Wolfe & Young (Gillies, 1989) = 60 menit/klien/hari dan penelitian di
Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies,
1994).
c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi:
aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies (1994) (dalam (2012)), waktu yang dibutuhkan
untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/klien/hari.
d) Cara Swansburg (1999)

Jumlah rata-rata pasien/ hari x jumlah perawat/ pasien/hari


Jam kerja/ hari

e) Metoda Formulasi Nina


Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung
kebutuhan tenaga.
 Tahap I: Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam
per klien.
 Tahap II: Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk
seluruh klien dalam satu hari.
 Tahap III: Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh klien
selama setahun.
 Tahap IV: Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam
perawatan yang dibutuhkan selama setahun.
 Tahap V: Didapat E = jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan
f) Metoda Hasil Lokakarya Keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989),
rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan
tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :

Jam perawatan 24 jam x 7 (tempat tidur x BOR) + 25%


Hari kerja efektif x 40 jam

Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari


Gillies (1989) di atas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu
25% untuk penyesuaian (sedangkan angka 7 pada rumus tersebut
adalah jumlah hari selama satu minggu).
Jumlah hari libur dalam setahun:
 Rata-rata hari minggu pertahuan : 52 Hari
 Libur Nasional : 15 Hari
 Cuti Sakit : 7 Hari
 Jumlah Hari Pertahun : 365 Hari
 Jam Kerja Produktif : 7 Jam
5) Standar ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan
bidan menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan- Med
Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada
masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer
keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses
manajemen keperawatan bergantung pada posisi manajer dalam struktur
organisasi. Berdasarkan hasil penelitian Swansbrung (1990), bahwa lebih
dari 80% waktu digunakan manajer untuk berkomunikasi, 16% untuk
membaca, dan 9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam
komunikasi merupakan kiat sukses bagi seorang manajer keperawatan.
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat dan
pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang bekerja
sama (Tappen, 1995 dalam Nursalam, 2007). Komunikasi juga merupakan
suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan
menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Menurut Johson (1981) Komunikasi adalah alat atau cara seseorang
mengirim pesan ke orang lain dan mengharapkan respon dari orang
tersebut. Dalam kontek manajemen manajer mengirimkan berita kepada
bawahannya baru dapat dikatakan berkomunikasi bila bawahannya
menerima dan mengerti pesan yang disampaikan dan memiliki persepsi
yang sama diantara keduanya.
1) Tujuan Komunikasi menurut Effendy (2000) ada 4, yaitu :
a) Mengubah sifat orang
b) Mengubah opini atau pendapat/pandangan
c) Mengubah perilaku
d) Mempengaruhi
Dalam konteks manajemen dan kepemimpinan komunikasi
digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi pikiran, pengetahuan
dan perilaku bawahan dalam upaya untuk mencapai tujuan
organsasi secara efektif dan efisien.
2) Hambatan Komunikasi
Secara objektif hambatan yang secara tidak disengaja
keberadaannya (faktor lingkungan, kurang kemapuan, waktu yang
tidak tepat, media tidak cocok). Secara subjektif hambatan yang
secara sengaja dibuat sehingga menimbulkan gangguan (pertentangan
kepentingan, prejudis, iri hati).
a) Faktor komunikator
 Keterampilan yang kurang dalam penyampaian isi pesan
 Penggunaan media tidak tepat
 Tidak bisa memanipulasi kondisi lingkungan yang tidak kondusif
 Kurang kemampuan dalam merumuskan tujuan komunikasi ke
dalam pesan yang disampaikan
b) Faktor komunikan
 Selektifitas
 Antisipasi terhadap isi pesan
 Komunikan mempunyai anggapan-anggapan tertentu terhadap
komunikator
3) Faktor Pendukung
a) Komunikator
 Kepercayaan terhadap komunikator, faktor ahli dalam bidangnya,
faktor apakah komunikator adalah orang yang dipercaya atau
tidak
 Daya tarik komunikator
b) Komunikan
 Komunikan benar-benar mengerti isi pesan
 Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan
itu sesuai dengan tujuannya
 Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan
itu bersangkutan dengan kepentingan dirinya
 Komunikan mampu menepati baik secara mental maupun secara
fisik.
Baik model ohio state maupun model Kepemimpinan
Situasional, keempat kuadrannya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Telling
 Digunakan untuk kondisi struktur tugas tinggi dan
pertimbangan rendah
 Komunikasi satu arah
 Manajer memerintahkan bawahan tentang apa, bagaimana,
dimana, bawahan harus melakukan tugasnya.
b) Selling
 Digunakan pada struktur tugas tinggi dan pertimbangan/
hubungan rendah
 Sebagian besar arahan masih dibuat oleh manajer
 Komunikasi dilakukan dengan dua arah
c) Partisipasi
 Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/
hubungan tinggi
 Pimpinan dan bawahan bersama-sama membuat keputusan
melalui komunikasi dua arah
 Manajer hanya memfaasilitasi karena bawahan memiliki
kemampuan dan pengetahuan dalam menyelesaikan
masalah yang ada
d) Delegasi
 Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/
hubungan rendah
 Bawahan diberi kesempatan untuk memainkan kemampuan
yang dimilikinya
 Dituntut bawahan memiliki kemampuan tinggi dalam
menyelesaikan masalah.
4) Faktor Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Pesan dapat berupa pesan verbal, tertulis, ataupun nonverbal, proses
ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana
komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan dan
penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca,
suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah harus peka terhadap
faktor internal dan eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang
ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
5) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat
kompleks, manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui
beberapa tahap di bawah ini (Nursalam, 2007):
a) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yamg akan terkena dampak dari pengambilan
keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan
informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
b) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai
bagian proses yang tidak terpisahkan dalam kebijakan organisasi.
Jika bagian lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi,
manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta
umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu
perubahan atau tindakan.
c) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat
d) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat, salah satu cara untuk melakukannya pada
proses ini adalah meminta penerima pesan untuk mengulangi
pesan atau instruksi yang disampaikan.
e) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manajer, hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua
informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukan rasa
menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.
6) Model komunikasi (Nursalam, 2007)
a) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam
organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap
organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam
mengkomunikasikan pelaksanaaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal.
Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya pada
stafnya. Menurut Asosiasi pendidikan kesehatan di Amerika (1988)
komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi meliputi:
 Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai
menulis.
 Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu
dipertimbangkan dampaknya.
 Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, tulisan
yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan
memungkinkan untuk dibaca orang lain.
 Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting,
temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan,
sehingga orang lain mudah mengerti.
b) Komunikasi secara langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan
dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga
melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik
kepada individu dalam kelompok dan presentasi secara formal
(Nursalam, 2007).
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Pelaku asertif
adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan
individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,
jujur dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan
orang lain yang diajak berkomunikasi. Hal yang harus dihindari
pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan agresif, khususnya
agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika individu
tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan berkomunikasi,
sedangkan komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior
terhadap topik yang dibicarakan (Nursalam 2007).
c) Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap tubuh atau
body language. Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi
terhadap pesan yang diterima atau disampaikan, maka komunikasi
non verbal lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan
komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang
membahayakan jika komunikasi nonverbal disalah artikan tanpa
adanya penjelasan secara verbal (Nursalam 2007). Manajer yang
efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal, agar
individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas
(Nursalam 2007)
c. Gaya Kepemimpinan
Gaya diartikan sebagai sutu cara penampilan karakteristik atau
tersendiri. Menurut Follet (1940), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa
yang tersendiri dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa
menimbulkan isu sampingan. Gillies (1970), menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu
sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman
bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian
seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bevariasi dan berbeda-
beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang
dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain :
1) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannebbau dan Warrant H. Schmitdt
dalam Nursalam (2002)
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat
dijelaskan melalui titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada
atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut
dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi.
Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibandingkan dengan kepentingan individu, maka
pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai
pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisispasi, maka
pemimpin dapat menerapkan gaya partisispasinya.
2) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya
kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :
a) Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan
yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui
ancaman dan hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke
bawah (Top-Down).
b) Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat
tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman
tetapi tidak selalu dan memperbolehkan komunikasi ke atas.
Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan
wewenang meskipun dalam pengambilan keputusan masih
melakukan pengawasan yang ketat.
c) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan cukup
besar. Pemimpin menggunakan balasan (Insentif) untuk
memotivasi bawahan dan kadang-kadang mengunakan ancaman
atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan
spesifik yang dbuat oleh bawahan.
d) Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap
bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan
insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan, komunikasi dua arah
dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
3) Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Teori ini dkemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya
The Human Side Interprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku
seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua
kutub utama yaitu sebagai teori X dan Y. Teori X mengasumsikan
bahwa bawahan itu tidak menyukai pekaryaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab cenderung menolak perubahan, dan lebih
suka dipimpin dari pada memimpin. Sebaliknya teori Y
mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja, bisa menerima
tanggung jawab mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi dan kreatif. Dari teori ini gaya kepemimpinan dibagi
menjadi 4 macam :

a) Gaya Kepemimpinan Diktator


Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan
ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan
bentuk dari pelaksanaan teori.
b) Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan
gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala
keputusan berada ditangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan, gaya ini juga merupakan pelaksanaan
dari teori X.
c) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam
pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara
musyawarah, gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai
dengan teori Y.
d) Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala
keputusan diserahkan pada bawahan, gaya kepemimpinan ini
sesuai dengan teori Y (Azwar, 1996).
4) Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi pengharapan, Robert House dalam
Nursalam (2002) mengemukakan 4 gaya kepemimpinan yaitu :
a) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa
pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
b) Suportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
bersikap ramah terhadap bawahan.
c) Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk
mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan
sebuah keputusan.
d) Berorientasi Tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut
dengan seoptimal mungkin, (Sujak, 1990).
5) Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997)
meliputi :
a) Instruksi
 Tinggi tugas dan rendah hubungan
 Komunikasi searah
 Pengambilan keputusan berada pada pimpinan dan peran
bawahan sangat minimal
 Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi uang
spesifik serta mengawasi dengan ketat.
b) Konsultasi
 Tinggi tugas dan tinggi hubungan
 Komunikasi dua arah
 Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan cukup besar, bawahan diberi kesempatan untuk
memberi masukan dan menampung keluhan.
c) Partisipasi
 Tinggi hubungan tapi rendah tugas
 Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan
dalam pengambilan keputusan
d) Delegasi
 Rendah hubungan dan rendah tugas
 Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan
bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi
delegasi untuk mengambil keputusan
6) Gaya kepemimpinan menurut Lippits dan K. White, (1989), (dalam
Nursalam, 2007).
Terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu: Otoriter, Demokrasi, dan
Liberal yang mulai dikembangkan di universitas lowa.

a) Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Wewenang mutlak berada pada pimpinan
 Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
 Kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan
 Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada
bawahan
 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahan dilakukan sacara ketat
 Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
 Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan
saran, pertimbangan atau pendapat
 Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
 Lebih banyak kritik dari pada pujian
 Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa
syarat
 Pimpinan menuntut kesetian tanpa syarat
 Cendurung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
 Kasar dalam bersikap
 Tanggng jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan
b) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokrasi adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang
akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan. Gaya kepemimpinan ini memilki ciri-ciri sebagai berikut:
 Wewenang pimpinan tidah mutlak
 Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
 Keputusan dilihat bersama antara pimpinan dan bawahan
 Komunikasi bertanggung jawab baik
 Pengawasan dilakukan secara wajar
 Prakarsa dapat datang dari bawahan
 Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan
saran dan pertimbangan
 Pujian dan kritik seimbang
 Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam
batas masing-masing
 Pimpinan meminta kesetian bawahan secara wajar
 Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak
 Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati
dan saling menghargai.
 Tangung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara
bersama-sama
c) Liberal atau Laissez Fair
Kepimpinan gaya liberal atau Laissez Fair adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaannya dilakukan lebih banyak diseahkan kepada
bawahan. Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
 Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan
 Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahan
 Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
 Prakarsa selau berasal dari bawahan
 Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
 Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
 Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
 Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh
perorangan.
7) Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan
wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
a) Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
atau pekaryaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan
dalam memimpin. Pimpinan menentukan semua tujuan yang akan
dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya
kepada kepentingan tugas. Motivasi dengan reward dan
punishment.
b) Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang mengahrgai sifat dan
kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan
pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok
untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan
pengontrolan penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya
dan terbuka.
c) Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis yaitu
pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan
kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf
diminta saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf
terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.
d) Bebas tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri
kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf atau
bawahan mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan caranya sendiri.
Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian
secara minimal.
2. Material
a. Pengadaan peralatan mempertimbangkan aspek :
1) Alat Tenun :
a) Menyerap keringat /air
b) Mudah dibersihkan
c) Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan
d) Pilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien
e) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
f) Tidak menyebabkan iritasi/perlukaan kulit
2) Alat pencatatan dan pelaporan :
a) Bahasa sederhana dan mudah dimengerti.
b) Mudah diisi.
c) Ukuran, jenis, kertas dan desain terstandar

3) Alat kesehatan :
a) Mudah dibersihkan
b) Tidak mudeah berkarat.
c) Ukuran standar secara umum.
d) Aman penggunaan baik bagi petugas dan klien.
e) Tidak berfrungsi sebgai mediator kuman.
f) Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan
Agronomi.
g) Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan alat.
h) Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan standar
peralatan keperawatan :
1) Kebijakan rumah sakit yang menyangkut pengadaan peralatan
keperawatan serta prioritas yang menjadi pertimbangan dalam
mengambil keputusan.
2) Tingkat hunian Bed Occupancy Rate (BOR) dan Turn Over Interval
(TOI) yang tertinggi.
3) Pola penyakit dan jenis pelayanan akan berpengaruh terhadap
pengadaan peralatan keperawatan dan kebidanan yang
dipergunakan baik jenis, jumlah dan kualitas peralatan.
4) System pemeliharaan peralatan keperawatan.
5) Adanya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan
dalam pengelolaan peralatan keperawatan.
6) Pemilihan jenis peralatan keperawatan mempertimbangkan klien,
petugas, institusi, dan bangsa pasar.
c. Persyaratan Teknis Sarana Bangunan Instalasi Rawat Inap
1) Lokasi.
2) Denah
3) Kebutuhan minimal luas ruangan pada bangunan rawat inap

Tabel 2.2 Kebutuhan minimal luas ruangan pada bangunan


rawat inap

No Nama Ruang Luas Satuan

1 Ruang Rawat Inap :


a. VIP M2/tempat tidur
b.Kelas I 18
M2/tempat tidur
c.Kelas II 12
d.Kelas III 10 M2/tempat tidur
8
M2/tempat tidur

2 Ruang pos perawat 20 M2

3 Ruang Konsultasi 20 M2

4 Ruang Tindakan 9 M2

5 Ruang administrasi 12 M2

6 Ruang dokter 18 M2

7 Ruang perawat 9 M2

8 Ruang ganti/loker 9 M2

9 Ruang kepala rawat 12 M2


inap
10 Ruang linen bersih 18 M2

11 Ruang linen kotor 9 M2

12 Spoelhoek 9 M2

13 Kamar mandi/toilet 25 M2

14 Pantry 9 M2

15 Ruang 9 M2
janitor/service
16 Gudang bersih 18 M2

17 Gudang kotor 18 M2

4) Pos Perawat (Nurse Station).


Lokasi Pos perawat sebaiknya tidak jauh dari ruang rawat inap
yang dilayaninya, sehingga pengawasan terhadap pasien menjadi
lebih efektif dan efisien.
5) Lantai
a) Lantai harus kuat dan rata, tidak berongga
b) Bahan penutup lantai dapat terdiri dari bahan vinyl yang rata
atau keramik dengan nat yang rata sehingga abu dari kotoran-
kotoran tidak bertumpuk, mudah dibersihkan, tidak mudah
terbakar.
c) Pertemuan dinding dengan lantai harus melengkung (Hospital
Plint), agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi
tempat sarang abu dan kotoran.
6) Langit-langit.
Langit-langit harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak
menghasilkan debu atau kotoran lain.

7) Pintu
Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda,
masing-masing dengan lebar 90 cm dan 40 cm, pada sisi pintu
dengan lebar 90 cm, di pasang kaca intai, pintu masuk ke kamar
mandi umum, minimal lebarnya 85 cm, pintu masuk ke kamar mandi
pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1 kamar mandi
berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.

8) Kamar mandi
9) Jendela
Lebih disukai menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah
pemeliharaannya, dan cukup rapat.
d. Persyaratan Teknis Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap
1) Persyaratan keselamatan bangunan.
Pelayanan pada bangunan instalasi rawat inap, termasuk
“daerah pelayanan kritis”, sesuai SNI 03 – 7011 – 2004, Keselamatan
pada bangunan fasilitas kesehatan”.

a) Struktur bangunan.
b) Sistem proteksi petir.
c) Sistem proteksi Kebakaran.
d) Sistem kelistrikan.
 Sumber daya listrik.
 Jaringan.
 Terminal
 Kotak Kontak (stop kontak)
 Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu
kutub pembumian terpisah yang mampu menjaga resistans
yang rendah dengan kontak tusuk pasangannya.
 Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih
berat dari udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila
dibuka, Kotak kontak listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di
atas permukaan lantai, dan harus dari jenis tahan ledakan.
 Jumlah kotak untuk setiap tempat tidur di daerah pelayanan
kritis, minimal 4 buah, sesuai SNI 03 – 7011 – 2004,
Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan”
 Saklar
Saklar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus
memenuhi SNI 04–0225–2000, Persyaratan Umum Instalasi
Listrik (PUIL 2000), atau pedoman dan standar teknis yang
berlaku.

 Pembumian
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan
petugas, sistem harus memastikan bahwa tidak ada bagian
peralatan yang dibumikan melalui tahanan yang lebih tinggi dari
pada bagian lain peralatan yang disebut dengan sistem
penyamaan potensial pembumian (Equal Potential Grounding
System). Sistem ini memastikan bahwa hubungan singkat ke
bumi tidak melalui pasien.

 Peringatan
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam
pemakaian listrik membawa akibat bahaya sengatan listrik,
padamnya tenaga listrik, dan bahaya kebakaran.
Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus
hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas. Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem kelistrikan pada bangunan instalasi rawat
inap mengikuti :

e. Sistem gas medik dan vakum medik.


1) Vakum, udara tekan medik, oksigen, dan nitrous oksida disalurkan
dengan pemipaan ke ruang bedah. Outlet-outletnya bisa dipasang di
dinding, pada langit-langit, atau digantung di langit-langit.
2) Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-
ruang lain, sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan
alarm bel berbunyi, pasokan oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup
alirannya dari panel-panel yang berada di koridor-koridor, Bel dapat
dimatikan, tetapi lampu indikator yang memonitor
gangguan/kerusakan yang terjadi tetap menyala sampai
gangguan/kerusakan teratasi.
3) Selama terjadi gangguan, dokter anestesi dapat memindahkan
sambungan gas medisnya yang semula secara sentral ke silinder-
silinder gas cadangan pada mesin anestesi.
f. Persyaratan kesehatan bangunan dan sanitasi.
1) Sistem ventilasi
2) Sistem Sanitasi.
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan
instalasi rawat inap harus dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem
pembuangan air kotor atau air limbah, kotoran dan sampah, serta
penyaluran air hujan.

3) Persyaratan kenyamanan
4) Sistem pengkondisian udara.
5) Kebisingan
6) Getaran.
7) Persyaratan kemudahan.
g. Sarana Dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum)
Departemen Kesehatan Ri Sekertariat Jenderal Pusat Sarana,
Prasarana dan Peralatan Kesehatan 2012.
1) Ruang pasien rawat inap
Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan
keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24
jam, untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan
dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan
fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya.
2) Ruang Pos Perawat.
Ruang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan
dan pelayanan keperawatan (Pre dan Post Conference, pengaturan
jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
3) Ruang Konsultasi
Ruang untuk melakukan konsultasi oleh tenaga kesehatan
kepada pasien dan keluarganya.
4) Ruang Tindakan.
Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa
tindakan invasive ringan maupun non-invasive.
5) Ruang administrasi
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya
pelayanan pasien di ruang rawat inap. Ruang ini berada pada bagian
depan ruang rawat inap dengan dilengkapi loket/counter, meja kerja,
lemari berkas/arsip, dan telepon/interkom, kegiatan administrasi
meliputi :
a) Pendataan pasien
b) Penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila
diperlukan tindakan bedah).
c) Rekam medis pasien.
6) Ruang Dokter.
Ruang Dokter terdiri dari 2 ruangan, yaitu kamar kerja dan kamar
istirahat/kamar jaga, pada kamar kerja harus dilengkapi dengan
beberapa peralatan dan furnitur, sedangkan pada kamar istirahat
hanya diperlukan sofa dan tempat tidur. Ruang Dokter dilengkapi
dengan bak cuci tangan (Wastafel) dan toilet.
7) Ruang perawat.
Ruang untuk istirahat perawat/petugas lainnya setelah
melaksanakan kegiatan pelayanan pasien atau tugas jaga. Ruang
perawat harus diatur sedemikian rupa untuk mempermudah semua
pihak yang memerlukan pelayanan pasien sehingga apabila ada
keadaan darurat dapat segera diketahui untuk diambil tindakan
terhadap pasien.
8) Ruang Loker
Ruang ganti pakaian Dokter, perawat dan petugas rawat inap.
9) Ruang kepala rawat inap
Ruang tempat kepala rawat inap melakukan manajemen asuhan
dan pelayanan keperawatan, diantaranya pembuatan program kerja
dan pembinaan
10) Ruang linen bersih.
uang untuk menyimpan bahan-bahan linen bersih yang akan
digunakan di ruang rawat.
11) Ruang linen kotor.
Ruangan untuk menyimpan bahan-bahan linen kotor yang telah
digunakan di ruang rawat inap sebelum di bawa ke ruang cuci
(laundri).
12) Poolhoek
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien
khusnya yang berupa cairan. Spoelhoek dalam, bentuk bak atau
kloset dengan leher angsa (water seal). Pada ruang spoehoek juga
harus disediakan kran air bersih untuk mencuci tempat cairan atau
cuci tangan. Ruang tempat spoelhoek ini harus menghadap
keluar/berada di luar area rawat inap ke arah koridor kotor.
Spoelhoek dihubungkan ke septic tank khusus atau jaringan IPAL.
13) Kamar Mandi/Toilet
Fasilitas diatur sesuai kebutuhan, dan harus dijaga
kebersihannya karena dengan kamar mandi/toilet yang bersih citra
rumah sakit khususnya ruang rawat inap akan baik, terdiri dari toilet
pasien dan toilet staf.
14) Pantri
Tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka
yang ada di ruang rawat inap rumah sakit.
15) Ruang Janitor
Ruang tempat menyimpan dan mencuci alat-alat pembersih
ruangan rawat inap.
16) Gudang bersih
Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-
barang/bahan-bahan dan peralatan untuk keperluan ruang rawat
inap.
17) Gudang kotor.
Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-
barang/bahan-bahan bekas pakai.
18) Bangunan gedung.
Adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap
dalam suatu lingkungan, di atas tanah/perairan, ataupun di bawah
tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya
19) Standar peralatan keperawatan
Tabel 2.3 Alat Keperawatan di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Ratio Pasien :
Alat

1. Tensimeter 2/ruangan

2. Stetoskop 2/ruangan

3. Timbangan berat badan/tinggi 1/ruangan


badan

4. Irrigator set 2/ruangan

5. Sterilisator 1/ruangan
6. Tabung oksigen + flow meter 6/ruangan

7. Slim Zuiger 2/ruangan

8. V C set 2/ruangan

9. Gunting Verband 2/ruangan

10. Korentang dan semptung 2/ruangan

11. Bak instrument besar 2/ruangan

12. Bak instrument sedang 2/ruangan

13. Bak instrument kecil 2/ruangan

14. Blas spuit 2/ruangan

15. Gliserin spuit 2/ruangan

16. Bengkok 2/ruangan

17. Pispot 1:1/2

18. Urinal 1:1/2

19. Thermometer 1:1

20. Standar infuse 1:1

21. Eskap 1:1/4

22. Masker o2 6/ruangan

23. Nasal kateter 6/ruangan

24 Reflek hammer 1/ruangan

Tabel 2.4 Alat Tenun


No Nama barang Ratio

1. Gordyn 1:2
2. Baju pasien 1:5

3. Sprei besar 1:5

4. Manset dewasa 1:1/4

5. Penutup sprei 1:5

6. Piyama 1:5

7. Selimut wol 1:1

8. Selimut buasa 1:5

9. Sarung bantal 1:6

10. Sarung guling 1:3

11. Sarung kasur 1:1

12. Sarung buli-buli 1:1/4


panas

13. Sarung eskap 1:1/4

14. Sarung windring 1:1/10

15. Sarung O2 1:1/3

16. Taplak meja 1:3


pasien

17. Taplak meja 1:3


teras

18. Vitrase 1:2

19. Tutup alat 1:2

20. Steek laken 1:6-8

21. Handuk 1:3


22. Waslap 1:%

23. Barak short 1:1/2

24. Handuk fontanin 1:1/5

25. Lap piring 1:1/4

26. Lap kerja 1:1/2

27. Masker 1:5

28. Duk bolong 1:1/3

29. Duk 1:1/3

Tabel 2.5 Alat Rumah Tangga


No Nama Barang Ratio

1. Kursi roda 2-3/ruangan


2. Komot 1/ruangan
3. Lemari obat emergency 1/ruangan
4. Light cast 1/ruangan
5. Meja pasien 1:1
6. Over bed table 1:1
7. Standar infuse 2-3/ruangan
8. Standar baskom double 4-6/ruangan
9. Baskom mandi 8-12/ruangan
10. Lampu sorot 1/ruanga
11. Lampu senter 1-2/ruangan
12. Lampu kunci duplikat 1/ruangan
13. Nampan 2-3/ruangan
14. Temat tidur fungsional 1:1
15. Tempat tidur biasa 1:1/2
16. Troly obat 1/ruangan
17. Troly balut 1/ruangan
18. Troly pispot 1/ruangan
19. Troly suntik 1/ruangn
20. Timbangan BB/TB 1/ruanan
21. Dorongan O2 1/ruanga
22. Piring makan 1
23. Piring snack 1:1
24. Gelas 12
25. Tatakan dan tutup gelas 1:2
26. Sendok 12
27. Garpu :2
28. Kran air 1:1
29. Bak 5/ruangan
30. Tepat sampah pasien 1:1
31 Tempat sampah besar tertutup 4/ruangan
32 Senter 2/ruangan

Tabel 2.6 Alat Pencatatan dan Pelaporan


No Nama barang Ratio

1. Formulir pengkajian awal 1:1


2. Formulir rencana keperawatan 1:5
3. Formulir catatan perkembangan 1:10
4. pasien 1:10
5. Formulir observasi 1:1
6. Formulir resume keperawatan 1:10
7. Formulir catatan pengobatan 1:1
8. Formulir medic lengkap 1:3
9. Formulir laboratorium lengkap 1:2
10 Formulir rontgen 1:1
. Formulir permintaan darah 5lembar/bln
11 Formulir keterangan kematian 10 buku/bln
. Resep 1:5
12 Formulir konsul 1:1
. Formulir permintaan makanan 1:1
13 Formulir permintaan obat 10/ruangan/tahu
. Buku ekspedisi n
.

3. Metode (Method)
a. Konsep Metode Praktek Keperawatan Profesional
1) Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan adalah deskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada
filosofi, konsep dan teori keperawatan. Era globalisasi dan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).
2) Tujuan MPKP
a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawata.
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan.
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
Ada lima komponen MPKP :
 Nilai professional
 Pendekatan manajemen
 Metode pemberian asuhan keperawatan
 Hubungan professional
 System penghargaan dan kompensasi
3) Macam Metode Penugasan Dalam Keperawatan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu
menggunakan salah satu metode pendekatan di bawah ini :
a) Metode fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga
ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
 Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan
perawatan pasein, membuat penugasan, melakukan supervisi,
menerima instruksi dokter.
 Perawat staf, tugasnya :
 Melakukan askep langsung pada pasien
 Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu
tenaga keperawatan
 Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan
askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan
pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan
sederhana (ADL).
 Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan
mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan
alat tenun bersih.
 Tenaga Administrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi
informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan,
mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat
rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-
obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala
ruangan.
 Kerugian metode fungsional:
 Pasien mendapat banyak perawat.
 Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
 Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
 Pelayanan terputus-putus
 Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
 Kelebihan dari metode fungsional :
 Sederhana
 Efisien.
 Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
 Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah
selesai tugas.
 Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
 Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau
peserta didik yang praktek untuk keterampilan tertentu.
b) Metode penugasan pasien/metode kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan
untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh
kepala ruangan untuk memberi asuhan keperrawatan langsung
kepada pasien yang ditugaskan.
Kekurangan metode kasus :
 Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat
yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan
secara menyeluruh
 Membutuhkan banyak tenaga.
 Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
 Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama
perawat penaggung jawab klien bertugas.
Kelebihan metode kasus:
 Kebutuhan pasien terpenuhi.
 Pasien merasa puas.
 Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
 Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
c) Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya. Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh
pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan
kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan
keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
 Ketua tim
 Pelakaana perawatan
 Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan
asuhan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang
tersedia.

Kelebihan metode tim:

 Saling memberi pengalaman antar sesama tim.


 Pasien dilayani secara komfrehesif
 Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
 Terciptanya kerja sama yang baik .
 Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal
 Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode tim:

 Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang


bukan menjadi tanggung jawabnya.
 Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk
rapat tim ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat
mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar anggota tim
terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.
 Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman
selalu tergantung atau berlindung kepada anggota tim yang
mampu atau ketua tim.
 Akontabilitas dalam tim kabur.
d) Metode Perawatan Primer
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan
terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama
pasien dirawat
Tugas perawat primer adalah :
 Menerima pasien
 Mengkaji kebutuhan
 Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
 Mengkoordinasi pelayanan
 Menerima dan menyesuaikan rencana
 menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :

 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat


 Ada otonomi
 Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :

 Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.


 Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
 Perawat profesional sebagai primer dan perawat non
profesional sebagai asisten.
Kepala bangsal :

 Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer


 Orientasi dan merencanakan karyawan baru
 Menyusun jadwal dinas
 Memberi penugasan pada perawat asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer:

 Mendorong kemandirian perawat.


 Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
 Berkomunikasi langsung dengan Dokter
 Perawatan adalah perawatan komfrehensif
 Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau
diterapkan.
 Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
 Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima
asuhan keperawatan.
Kelemahan dari metode perawat primer:
 Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat,
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
 Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
e) Metode Modul (Distrik)
Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan
Metode perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok
perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.
Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat
primer. Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan
situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf yang ada harus berimbang
sesuai dengan yang telah dibahas pembicaraan yang sebelumnya.
4) Kelebihan dan kekurangan MPKP
a) Kelebihan model praktek keperawatan professional :
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
 Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberikan kepuasan pada anggota tim
 Bila diimplementasikan di RS dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan
 Ruang MPKP merupakan lahan praktek yang baik untuk proses
belajar
 Ruang rawat MPKP sangat menunjang program pendidikan
Nursing
b) Kekurangan model praktek keperawatan professional :
 Komunikasi antar anggota tim terutama dalam bentuk
konferensi tim, membutuhkan waktu dimana sulit
melaksanakannya pada waktu-waktu sibuk.
 Akuntabilitas pada tim.
 Beban kerja tinggi
 Pendelegasian tugas terbatas
 Kelanjutan keperawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien tugas.
5) karateristik MPKP
a) Langkah-langkah implementasi MPKP tahap persiapan :
 Pembentukan Team
Terdiri dari koordinator departemen, kepala ruang rawat perawat
ruangan, ketua MPKP.
 Rancangan Penilaian Mutu
Kelompok kerja yang membuat rencana asuhan keperawatan
yang meliputi kepuasan klien.
 Presentasi MPKP
Untuk mendapatkan nilai dukungan dari semua yang terlibat
pada saat presentasi.
 Penetapan Tempat Implementasi
Dalam menentukan tempat implementasi perlu memperhatikan :
mayoritas tenaga perawat apakah ada staf baru.
 Identifikasi jumlah klien Kelompok klien terdiri dari 3 kriteria,
yaitu : minimal, parsial, dan total)
 Penetapan tenaga keperawatan
 Penetapan jenis tenaga
 Kepala Ruang Rawat
 Clinical Care Manager
 Perawat Primer
 Perawat Asociate
 Pengembangan standar asuhan keperawatan bertujuan untuk
mengurangi waktu perawat untuk menulis, sehingga waktunya
habis untuk melakukan tindakan keperawatan
 Penetapan format dokumentasi keperawatan
 Identifikasi fasilitas
 Badgoe atau kartu nama tim
 Papan nama
 Papan MPKP
b) Tahap pelaksanaan :
 Pelatihan MPKP
 Memberikan bimbingan kepada PP dalam melakukan konferensi
 Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan ronde PA
 Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar
Renpra
 Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak dengan
klien
 Member bimbingan dalam melakukan presentasi dalam tim
 Memberikan bimbingan kepada CCM dalam bimbingan PP dan
PA
 Memberi bimbingan tentang dokumentasi keperawatan
c) Tahap evaluasi :
 Memberikan instrument evaluasi kepuasan klien / keluarga
untuk setiap klien pulang
 Mengevaluasi kepatuhan perawat terhadap standar penilaian
 Penilaian infeksi nosokominal di ruang rawat
 Penilaian rata-rata lama hari rawat
6) Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MPKP) Tim.
a) Tanggung Jawab Kepala Ruangan
 Perencanaan
 Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
 Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi
dan persiapan pulang bersama ketua tim.
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
 Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
 Mengikuti visit dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
 Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
 Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
 Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan.
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
 Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk RS.
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri.
 Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan.
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah
sakit.
 Pengorganisasian
 Merumuskan metode penugasan yang digunakan
 Merumuskan tujuan metode penugasan.
 Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
 Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari dan lain-lain
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
 Mendelegasikan tugas kepala ruangan kepada ketua tim jika
kepala ruangan tidak ada ditempat.
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
 Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
 Pengarahan
 Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim.
 Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
 Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
 Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
 Pengawasan
 Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
 Melalui supervisi :
 Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengawasi kelemahannya yang ada saat
itu juga.
 Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
 Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim.
 Audit keperawatan.
b) Tanggung Jawab Ketua Tim
 Mengkaji setiap pasien dan menetapkan rencana keperawatan.
 Mengkoordinasi rencana keperawatan dengan tindakan medik.
 Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota
tim dan memberikan bimbingan melaui pre atau post
conference.
 Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil
yang diharapkan serta mendokumentasikannya.
c) Tanggung Jawab Anggota Tim
 Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun.
 Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang
telah diberikan berdasarkan respon pasien.
 Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan.
 Menghargai bantuan dan bimbingan dari ketua tim.
Pelaksanaan model tim tidak dibatasi oleh suatu pedoman
yang kaku. Model tim dapat diimplementasikan pada tugas pagi,
sore, dan malam, apakah terdapat 2 atau 3 tim tergantung pada
jumlah dan kebutuhan serta jumlah dan kualitas tenaga
keperawatan. Umumnya satu tim terdiri dari 3-5 orang tenaga
keperawatan untuk 10-20 pasien.
Berdasarkan hasil penelitian Lambertson seperti dikutip oleh
Douglas (1984), menunjukkan bahwa model tim bila dilakukan
dengan benar merupakan model asuhan keperawatan yang tepat
dalam meningkatkan pemanfaatan tenaga keperawatan yang
bervariasi kemampuannya dalam memberikan asuhan
keperawatan. Hal ini berarti bahwa model tim dilaksanakan dengan
tepat pada kondisi dimana kemampuan tenaga keperawatan
bervariasi.
Kegagalan penerapan model ini, jika penerapan konsep tidak
dilaksanakan secara menyeluruh/ total dan tidak dilakukan pre atau
post conference dalam sistem pemberian asuhan keperawatan
untuk pemecahan masalah yang dihadapi pasien dalam penentuan
strategi pemenuhan kebutuhan pasien.

b. Konsep Diskusi Refleksi Kasus


1) Definisi Diskusi Refleksi Kasus
Diskusi refleksi kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran
dalam merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan yang aktual
dan menarik dalam memberikan dan mengelola asuhan keperawatan
di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada
pemahaman standar yang ditetapkan.
2) Tujuan Diskusi Refleksi Kasus
a) Mengembangkan profesionalisme perawat
b) Salah satu wahana untuk menyelesaikan masalah dengan
mengacu pada standar keperawatan yang telah ditetapkan
3) Manfaat Diskusi Refleksi Kasus
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) mempunyai manfaat sebagai
berikut:
a) Meningkatkan aktualisasi diri perawat
b) Membangkitkan motivasi belajar perawat
c) Belajar untuk menghargai kolega untuk lebih sabar dan
meningkatkan kerjasama
d) Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat
tanpa merasa tertekan
e) Memberikan masukan kepada pimpinan.
4) Langkah-Langkah Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus
Memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan, topik-topik
bahasan yang diterapkan untuk didiskusikan dalam DRK antara lain:
a) Pengalaman pribadi perawat yang aktual dan menarik dalam
menangani kasus / pasien di lahan klinis
b) Pengalaman dalam mengelola pelayanan keperawatan dan isu-isu
stategis
c) Pengalaman yang masih relevan untuk dibahas dan akan
memberikan informasi berharga untuk meningkatkan mutu
pelayanan
d) Proses diskusi akan memberikan ruang dan waktu bagi setiap
peserta untuk merefleksikan pengalaman, pengetahuan serta
kemampuannya dan mengarahkan maupun meningkatkan
pemahaman perawat terhadap standar yang akan mengacu
mereka untuk melakukan kinerja yang bermutu tinggi
5) Menyusun jadwal kegiatan
Jadwal kegiatan DRK adalah daftar kegiatan yang harus dilaksanakan
dalam waktu kurun waktu yang telah ditetapkan dan disepakati.
Kegiatan DRK disepakati dalam kelompok kerja. Kegiatan DRK
dilakukan minimal satu kali dalam satu bulan dan sebaiknya jadwal
disusun untuk kegiatan satu tahun, dengan demikian para peserta
yang telah ditetapkan akan mempunyai waktu yang cukup untuk
mempersiapkannya. Setiap bulan ditetapkan dua orang yang bertugas
sebagai penyaji dan fasilitator/moderator selebihnya sebagai peserta
demikian seterusnya, sehingga seluruh anggota kelompok akan
mempunyai kesempatan yang sama. Peserta dalam kelompok
diupayakan antara 5-8 orang.
6) Waktu pelaksanaan DRK
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut minimal
60 menit dengan perincian sebagai berikut:
a) Pembukaan : 5 menit
b) Penyajian : 15 menit\
c) Tanya jawab : 30 menit
d) Penutup/kesimpulan : 10 menit
7) Peran masing-masing peserta dalam DRK
Dalam Diskusi Refleksi Kasus ditetapkan suatu aturan main yang
harus dipatuhi oleh semua peserta agar diskusi tersebut dapat
terlaksana dengan tertib. Ada 3 peran yang telah disepakati dan
dipahami dalam melaksanakan DRK yaitu:
8) Peran penyaji
 Menyiapkan kasus klinis keperawatan yang pernah dialami ataupun
pernah terlibat di dalamnya yang merupakan kasus yang menarik
bagi kasus yang lalu maupun kasus-kasus saat ini. Selain kasus
klinis dapat pula dipilih kasus management dan pengalaman
keberhasilan dalam pelayanan.
 Menjelaskan menjelaskan kasus yang telah disiapkan. Alokasi
waktu 15 menit
 Menyimak pertanyaan yang disampaikan peserta
 Memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan dan
pegalamannya yang telah dilakukan dan merujuk pada standar
yang relevan atau SOP yang berlaku
 Mencatat hal-hal penting selama proses DRK
9) Peran moderator:
 Mempersiapkan ruangan diskusi dengan mengatur posisi tempat
duduk dalam bentuk lingkaran sehingga peserta dapat saling
bertatapan muka dengan leluasa.
 Membuka pertemuan
 Mengucapkan selamat datang
 Menyampaikan tujuan pertemuan
 Membuat komitmen bersama dengan seluruh anggota diskusi
tentang lamanya waktu diskusi atau kontrak waktu
 Menyampaikan tata tertib diskusi
 Selama penyajian kasus tidak boleh ada interupsi
 Yang berbicara hanya satu orang dalam satu saat
 Peserta boleh bertanya tanpa memojokkan/ menyalahkan
satu sama lain
 Tidak ada yang mendominasi dalam diskusi
 Mempersilahkan penyaji untuk menyampaikan kasusnya selama
15 menit
 Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan
pertanyaan secara bergilir selama 30 menit
 Mengatur lalu lintas pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan
klarifikassi jika ada yang kurang jelas
 Merangkum hasil diskusi
 Melakukan refleksi terhadap proses diskusi dengan meminta
peserta untuk menyampaikan pendapat dan komentarnya
tentang diskusi tersebut
 Membuat kesimpulan hasil refleksi dan menyampaikan isu-isu
yang muncul
 Meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya
 Menutup pertemuan dengan memberikan penghargaan kepada
seluruh peserta dan berjabat tangan
 Membuat laporan hasil diskusi sesuai format dan menyimpan
laporan DRK pada arsip yang telah ditentukan bersama.
10) Peran peserta
 Mengikuti kegiatan smpai selesai diakhiri dengan mengisi daftar
hadir
 Memberikan perhatian penuh selama kegiatan
 Mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan
minimal satu pertanyaan dengan alokasi waktu seluruhnya 30
menit,
 Dalam mengajukan pertanyaan agar merujuk pada standar
 Tidak dibenarkan untuk mengajukan pertanyaan / pernyataan yang
sifatnya memojokkan / menyalahkan
 Tidak dibenarkan untuk mendominasi pertanyaan
 Pertanyaan berupa klarifikasi dan tidak bersifat menggurui
11) Penyusunan laporan hasil DRK
Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya adalah menyusun
laporan DRK, agar kegiatan DRK dapat diketahui dan dibaca oleh
pimpinan, anggota kelompok atau teman sejawat lainnya maka
kegiatan tersebut harus dicatat/ didokumentasikan sebagai laporan.
Bentuk laporan dikemas dengan menggunakan suatu format antara
lain berisikan:
12) Nama peserta yang hadir
13) Tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan
14) Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskusi
15) Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah
c. Konsep Timbang Terima
1) Pengertian Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Timbang terima pasien harus dilakukan
seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan saat itu Informasi yang
disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau
dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam 2007).
2) Tujuan
a) Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
informasi yang penting.
b) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
c) Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien
d) Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh
perawat dinas berikutnya
e) Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

3) Manfaat
a) Bagi Perawat
 Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
 Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab
antar perawat
 Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
b) Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap

Alur timbang terima

PASIEN

DIAGNOSA MEDIS DIAGNOSA KEPERAWATAN


MASALAH KOLABORATIF (DIDUKUNG DATA)

RENCANA TINDAKAN

TELAH DILAKUKAN BELUM DILAKUKAN

PERKEMBANGAN KEADAAN PASIEN

MASALAH :

1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALH BARU

d. Konsep Supervisi
1) Pengertian
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor
mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan,
dalam peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu
setiap saat (Depkes, 2000). Supervisi adalah suatu teknik pelayanan
yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama (H. Burton, dalam Pier AS, 1997).
2) Tujuan
a) Mengoreintasi staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Melatih staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
c) Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari
dan mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksanaan
asuhan keparawatan.
d) Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksanaan
keperawatan dalam memberikan asuhan
e) Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman
3) Prinsip
a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan, hubungan antara manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepimimpinan.
c) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar.
d) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisior dan perawat pelaksana.
e) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang
spesifik.
f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreativitas, dan motivasi.
g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat, dan manajer.
4) Pelaksanaan Supervisi
a) Kepala ruangan
 Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan
dalam pelayanan keperawatan pada klien diruang perawatan.
 Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
 Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan diruang perawatan sesuai dengan tugas yang
didelegasikan.
b) Pengawas keperawatan
Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan kepada
kepala ruangan yang ada diinstalasinya.
c) Kepala seksi keperawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung.
5) Langkah-langkah Supervisi
a) Pra-Supervisi
 Supervisior menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
 Supervisior menetapkan tujuan
b) Pelaksanaan supervisi
 Supervisior menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
 Supervisior mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan.
 Supervisior memanggil Ka.tim dan PA untuk mengadakan
pembinaan dan klasifikasi permasalahan.
 Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
memvalidasi data sekunder
c) Pasca-Supervisi-3F
 Supervisior memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
 Supervisior memberikan feedback dan klarifikasi
 Supervisior memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan.
6) Peran Supervisior dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Peran dan fungsi supervisior dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya
yang tersedia (Nursalam, 2007)

7) Manajemen pelayanan keperawatan


Tanggung jawab supervisior dalam supervisi keperawatan adalah:
a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan.
b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan.
c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur
pelayanan keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain
yang terkait.
8) Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu
perencanaan, dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan
anggaran keperawatan.
c) Memberi justifikasi projeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat
terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi
penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat. Kegagalan
supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan
keperawatan.
9) Teknik supervisi (Nursalam, 2007)
Proses supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok, yaitu:
a) Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b) Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding
untuk menetapkan pencapaian.
c) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan
kualitas asuhan.
10) Area supervisi
a) Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada
klien.
b) Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c) Sikap penghargaan terhadap pekarya misalnya kejujuran dan
empati.
11) Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
a) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisior dapat terlibat dalam kegiatan,
umpan balik dan perbaikan.
Proses supervisi keperawatan meliputi:
 Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisior.
 Selama proses, supervisior dapat memberi dukungan,
reinforcement, dan petujuk.
 Setelah selesai, supervisior dan perawat pelaksana
melakukan diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang
telah sesuai dan memperbaiki yang masih kurang.
Reinfocement pada aspek yang positif sangat penting
dilakukan oleh supervisior.
b) Supervisi tidak langsung
e. Konsep Konferensi
1) Tujuan dilkakukan konferensi
a) Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah di
buat oleh PP.
b) Menetapkan klien yang menjadi tangung jawab masing – masing
PA
c) Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada
hari itu. Tindakan didasarkan pada renpra yang ditetapkan pleh
PP.
d) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tangung
jawabnya.
2) Panduan bagi PP dalam melakukan konferensi :
a) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal dinas
b) Konferensi dihadiri oleh PP dan PA dalam tim masing – masing.
c) Penyampaian perkembangan dan masalah klien bersarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas
malam .
3) Hal yang disampaikan oleh PP meliputi :
a) Keadaan umum klien
b) Keluhan klien
c) Tanda – tanda vital kesadaran
d) Hasil pemeriksaan laboratorium / diagnostik terbaru
e) Masalah keperawatan
f) Rencana keperawatan hari ini
g) Perubahan terapi medis
h) Rencana medis
i) PP mendiskusikan dan mendengarkan PP tentang masalah yang
terkait dengan keperawatan klien meliputi :
 Keluhan klien terkait dengan pelayanan, seperti : keterlambatan
karena kesalahn pemberian makan, kebisingan pengunjung lain,
ketidak hadiran dokter visite.
 Ktepatan pemberian infus
 Ketepatan pemantauwan asupan dan keluaran cairan
 Ketepatan pemberian obat oral atau injeksi
 Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
 Ketepan dokumentasi
 Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
 Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran
dan kemajuan masing – masing PA
 Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan.
f. Orientasi Pasien Baru
Orientasi terhadap pasien baru adalah pemberian informasi kepada
pasien baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan
oleh rumah sakit. Informasi adalah pesan atau isi berita yang ingin
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain dengan harapan orang
tersebut mengetahui dan mengerti akan maksud dan tujuan dari isi pesan
atau berita yang disampaikan. Orientasi terhadap pasien baru merupakan
usaha memberikan informasi/sosialisasi kepada pasien dan
keluargatentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan selama
di rumah sakit (Ragusti, 2008).

Hal –hal yang perlu diperhatikan :

1) Orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24 jam pertama)
dan kondisi pasien sudah tenang.
Orientasi dilakukan oleh PP (perawat primer). Bila PP tidak ada
PA (Perawat asosiet) dapat memberikan orientasi untuk pasien
dankeluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh
PPsesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang bertanggung
jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan Orientasi
diberikan pada pasien dan didampingi anggota keluarga yang
dilakukan di kamar pasien dengan menggunakan format orientasi.
Selanjutnya pasien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap
format orientasi yang ditempelkan di kamar pasien.

2) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada pasien
dan keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci
pasien
3) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang
mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan ,
sekaligus menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan
pasien dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien.
4) Pada saat penggantian dinas (di kamar pasien), ingatkan pasien nama
perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan pasien atau
keluarga melihat pada daftar nama tim.
g. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien
dilibatkan untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
akan tetapi pada kasus terntentu harus dilakukan oleh penanggung jawab
dengan melibatkan seluruh anggota tim yang jaga.

1) Karakteristik :
a) Klien dilibatkan secara langsung.
b) Klien merupakan fokus kegiatan.
c) Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama.
d) Kosuler memfasilitasi kreatifitas.
e) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah
2) Tujuan
a) menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b) Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
c) Meningkatkan vadilitas data klien
d) Menilai kemampuan justifikasi
e) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f) Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
3) Manfaat
a) masalah pasien dapat teratasi
b) kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c) terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d) terjalinya kerja sama antar tim kesehatan
e) perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar.
4) Kriteria pasien
pasien yang dipilih dilakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
 Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
dilakukan tindakan keperawatan
 Pasien dengan kasus baru atau lengkap
 Peran masing – masing angota tim :
 Perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang
bias disebutkan antara lain :
 Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
 Menjelaskan masalah keperawatan utama
 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan
 Menjelaskan tindakan selanjtunya
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
 Peran perawat primer lain dan atau konsuler
 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta,tindakan yang rasional,
 Mengarahkan dan koreksi
 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
 Peran PP dalam ronde dengan PA
 Bimbingan PP melakukan ronde dengan PA
Ronde keperawatan bersama PA sebaiknya juga
dilakukan stiap hari , ronde ini penting selain untuk
supervise kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk
memperoleh tambahan data tentang kondisi klien.
 Panduan PP dalam melakukan ronde PA
 PP menentukan 2 – 3 klien yang akan di ronde
 Sebaiknya di pilih klien yang membutuhkan perawatan
khusu dengan masalah yang relative kompleks.
 Ronde dilkukan setiap hari, terutama pada waktu
ketika intensitas kegiatan diruangan
 Waktu yang dilakukan uantuk melakukan keseluruhan
ronde kurang lebih 1 jam.
 PP mempersentasikan masukan kepada PA dan
memberikan pujian pada hal – hal tertentu.
 Masalah yang sensitive sebaiknya tidak didiskusikan
dihadapan klien.
 Kriteria Evaluasi
 Struktur
 Persyaratan administrative (Informed Consent, alat,
dan lainya)
 Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan
ronde
 Persiapan dilakukan sebelumya
 Proses
 Serta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
 Seluruh peserta aktiv dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.

 Hasil
 Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
 Masalah pasien dapat teratasi
 Perawat dapat :
 Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
 Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
 Meningkatkan kemampuan validitas pasien
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien
 Meningkatkan kemampuan justifikasi
 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
 Langkah – langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
Bagan 2.1 Langkah-Langkah Ronde Keperawatan

Tahap Pra PP

Persiapan pasien

Persipan pasien : informed consent

- Hasil pengkajian/validasi data


- Hasil pengkajian/ validasi data

Tahap
Penyajian masalah - Apa diagnosis
pelaksanaan keperawatan ?
dinurse - Apa data yang
station mendukung?
- Bagaimana
intervensi yang
dilakukan?
- Apa hambatan
temukan?

tahap pelaksanaan

di kamar pasien Validasi data

Lanjutkan – diskusi di
Nurse station

Kesimpulan dan
pasca rounde rekomendasi solusi
masalh
keterangan :

 Pra – ronde
 Menetukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
 Menentukan tim rode
 Mencari sumber atau literatur
 Membuat proposal
 Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian.
 Diskusi :

 Pelaksanaan ronde

 Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan


pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan.
 Diskusikan antara angota tim tentang kasus tersebut
 Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor atau karu tentang
masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan

 Pasca ronde

 Evaluasi, revisi dan perbaikan


 Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis; intervesi
keperaawatan selanjutnya.

h. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengolahan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam,2002).

1) Tujuan
a) Tujuan umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat7
b) Tujuan khusus benar sesuai dengan prinsip 6 T + 1 W dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan.
c) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer
dan perawat assosiate dalam penerapan prinsip 6 T + 1 W
d) Meningkatkan kepuasan kerja
e) Pasien dan keluarga atas asuhan keperawatanyang diberikan.
f) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat
dalam pengelolaan sentralisasi obat.
g) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi
2) Peran
a) Perawat PP dan PA
 Menjelaskan tujuan dilaksanakan sentralisasi obat
 Menjelaskan manfaat dilaksanakanya sentralisasi obat
 Memfasilitasi pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat.
 Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
terapi.
b) Perawat PP dan supervisor
 Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
malpraktek
 Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
 Memotivasi pasien untuk mematuhi program.

4. MONEY
a. Pengertian manajemen keungan
Pengertian manajemen keuangan cukup beragam sesuai dengan
pihak yang menafsirkan. Menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto manajemen
keuangan adalah “ semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan
usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dan usaha
untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”. Dari aspek
manajemen pengertian tersebut berarti manajemen keuangan menyangkut
kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan
perusahaan.
b. Fungsi manajemen keungan
1) Perencanaan Keuangan
a) Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-
kegiatan lainnya untuk periode tertentu
b) Penganggaran Keuangan
c) Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail
pengeluaran dan pemasukan.
2) Pengelolaan Keuangan
Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana
yang ada dengan berbagai cara

3) Pencarian Keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk
operasional kegiatan perusahaan.

4) Penyimpanan Keuangan
Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana
tersebut dengan aman.

5) Pengendalian Keuangan
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem
keuangan pada paerusahaan.

6) Pemeriksaan Keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada
agar tidak terjadi penyimpangan. Dalam menjalankan fungsinya, tugas
manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok
perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Aktivitas rumah sakit ditinjau dari sudut manajemen keuangan


menjadi tugas manajer keuangan. Tugasnya antara lain adalah
sebagai berikut ;

a) Perolehan dana dengan biaya murah


b) Penggunaan dana efektif dan efisien
c) Analisis laporan keuangan
d) Analisis lingkungan internal dan eksternal yang berhubungan
dengan keputusan rutin dan khusus.

5. Market
Dalam Suprihanto (1997) dalam terjemahan marketing for Health Care
Organization menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu analisis,
perencanaan, pengimplementasian, dan pengendalian program-program yang
diformulasikan dengan hati-hati untuk menghasilkan pertukaran nilai secar
sukarela dengan target pasar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi.

Dalam Tjiptono (2005) dinyatakan beberapa definisi oleh beberapa para


ahli pemasaran yakni diantaranya :

a. pemasaran terdiri dari semua aktifitas yang dirancang untuk menghasilkan


dan memfasilitasi setiap pertukaran yang dimaksudkan untuk memuaskan
kebutuhan atau keinginan konsumen (kotler, 1972)
b. pemasaran merupakan proses dimana struktur permintaan terhadap
produk dan jasa antisifasi dan diperluas melalui konsepsi, promosi,
distribusi dan pertukaran barang (Carman, 1973).
Menurut Rowland (1984) menyatakan bahwa peran SIM (Sistem Internal
Manajemen) di Rumah SAkit dapat pada fungsi medical maupun fungsi bisnis
untuk setiap fungsi SIM dapat berperan baik dengan system perencanaan
operasional system pengawasan serta perencanaan strategis dengan bahasa
yang sedikit berbeda, JR Griffith juga mengemukakan behwa perkembangan
SIM dirumah sakit dapat mencakup realated system.

Pemasaran harus bertitik tolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen


dengan memperkirakan sekaligus menentukan kebutuhan dan keinginan
konsumen serta penyerahan barang dan jasa yang memuaskan secara efektif
dan efisien. Pada era global yang sangat kompetitif pemasaran diibaratkan
sebagai denyut jantung bagi kelangsungan perusahaan. Sudah bukan
zamannya lagi apabila sebuah perusahaan hanya memperlihatkan berapa
banyaknya barang yang bisa diproduksi dan kemudian memproduksinya. Agar
bisa bertahan didalam pasar yang peka terhadap perubahan dalam
persaingan yang sangat ketat, sebuah persaingan pertama-tama menentukan
”apa yang bisa dijual, berapa banyak yang bisa dijual, dan strategi apa yang
harus didaya gunakan untuk memikat konsumen”.

Dengan berbagai macam pengartian pemasaran dan pasar sebagai objek


pemasaran, perusahaan atau organisasi hendaknya mampu memahami
dengan lebih mendalam sehingga apa yang ingin ditawarkan perusahaan atau
organisasi dapat diterima oleh pasarnya. Demikian pula untuk memasarkan
jasa layanan rumah sakit harus mampu memperhatikan apa yang
sesungguhnya dijual atau ditawarkan dan siapa yang menjadi pasar
sasarannya.

Berkembang tidaknya suatu perusahaan, tergantung dari keberhasilan


perusahaan tersebut dalam menjual produk/jasanya kepada pelanggan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan harus mengetahui apa dan
bagaimana memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan.
Konsep Barber Johnson di Negara-negara maju digunakan dalam manajemen
rumah sakit untuk menilai efisiensi manajemen keperawatan. Indicator-
indikator yang digunakan meliputi antara lain :

a. Angka hunian penderita rawat inap (Bed Occupancy Rate = BOR)


b. Lama rata-rata perawatan penderita di Rumah Sakit (Length Of Stay =
LOS)
c. Frekuensi penggunaan tempat tidur rata-rata/tahun oleh berbagai
penderita (Bed Turn Over = BTO)
d. Maupun rata-rata lama sebuah tempat tidur berada dalam keadaan
kosong (Turn Over Interval).
Konsep Barber Johnson tersebut untuk jelasnya dapat digambarkan
melalui suatu standar grafik dengan daerah penilaian efisiensi yang sudah
ditetapkan oleh dua indicator (TOI dan LOS) secara korelatif menurut tingkat
BOR dan BTO.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran RSUD Cibabat Kota Cimahi


1) Sejarah singkat
Sejarah berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat yang terletak
di Jalan Amir Mahmud no.140 Cimahi ini semula sejak sekitar 1943 yang
saat itu masih bertempat di kediaman Mr. Rydee dimana pada saat masa
itu masih dalam pendudukan kolonial Jepang. Pada masa ini bernama
Klinik Kesehatan Masyarakat dan Tahanan Perang Belanda. Lalu pada
kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 berganti nama menjadi
Klinik Kesehatan Plus Markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan
berubah nama menjadi Klinik Kesehatan Plus Markas BKR dan Markas
Palang Merah Indonesia (PMI) pada tahun 1947. Lalu menjadi Rumah
Sakit Pembantu Cibabat dibawah koordinasi Kantor Kesehatan Kab.
Bandung pada tahun 1949. Lalu pada tahun 1978 menjadi Rumah Sakit
Umum (RSU) Kelas D dibawah koordinasi Dinas Kesehatan Kab.
Bandung. RSU Kelas D – Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas
Kesehatan Kab. Bandung pada tahun 1985. Kemudian untuk RSU
Pemerintah Daerah Kelas C – Unit Pelaksana Daerah (UPD) Kab.
Bandung di tahun 1987. RSUD Kelas C – Unit Swadana Daerah (USD)
Kab. Bandung tahun 1996. Pada tahun 2001 menjadi RSUD Kota Cimahi
Kelas B Non Pendidikan, dan semenjak tahun 2009 sampai sekarang
menjadi Badan Pelayanan Umum Daerah (BLUD).
2) Visi, Misi dan Tujuan R.S.U.D. Cibabat
Visi dari R.S.U.D. Cibabat adalah “Mewujudkan Pelayanan Kesehatan
Prima Tahun 2012.” Dengan Motto “Mitra Anda Menuju Sehat” Sementara
misinya adalah “Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Untuk
Kepuasan Pelanggan.” Jadi dalam jangka pendek satu tahun kedepan
Rumah Sakit Cibabat akan meningkatkan pelayanan rumah sakit agar
orang-orang yang berobat merasa nyaman akan pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit, dengan falsafah antara lain; Kualitas
Pelayanan Kesehatan Tujuan Utama, Kepuasan Pelanggan Paling
Utama, Pegawai Modal Utama, Kerjasama Kunci Utama.
3) Tujuan
Adapun tujuan dari RSUD Cibabat diantaranya :
1. Meningkatkan mutu, efisiensi dan akuntabilitas pelayanan kesehatan.
2. Mewujudkan pelayanan kesehatan paripurna sesuai kebutuhan
masyarakat.
3. Meningkatkan profesionalisme pegawai.
4. Mewujudkan kemandirian rumah sakit.

4) Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 9 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota


Cimahi.
2. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 Lembaga Teknis Daerah dan
Kantor Pelayanan Perijinan terpadu Kota Cimahi.
3. Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 6 Tahun 2008 Tentang Penetapan
Tarip Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi.
4. Peraturan Walikota Cimahi Nomor. 20 Tahun 2008 tentang
Penetapan Tarip Pelayanan Kesehatan Kelas II, II dan VIP, Tindakan
Medik dan Pelayanan Non Kesehatan RSU Cibabat Cimahi.
5. Kep Menkes RI Nomor 39/Menkes/SK/2002 tentang Pe-ningkatan
Kelas RSU Cibabat Milik Pemerintah Kabupaten Bandung menjadi
Rumah Sakit Kelas B.
6. Keputusan Walikota Cimahi Nomor : 900/Kep.201-059/2009 Tentang
RSUD Cibabat Cimahi Sebagai Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).

3.2 Hasil kajian analisis ruangan E Lantai 3 RSUD Cibabat


1. Sumber daya manusia (Man)
A. Ketenagaan
1) Struktur organisasi
Ruangan E3 RSUD Cibabat dipimpin oleh kepala ruangan dan
dibantu oleh 2 ketua tim, 16 perawat pelaksana. Adapun struktur
organisasinya adalah:
Kepala Ruangan
( Isyah Lepyanti Skep Ns )

Katim 1 Katim 2
(Sudarman Skep ) ( Lina Herlina Amd kep)

Anggota tim 1 Anggota tim 2


( 8 orang ) ( 8 orang )

Saran/Masukan :

1) Jumlah tenaga keperawatan di ruangan E3 RSUD Cibabat

a) Keperawatan

No. Kualifikasi Jumlah Masa kerja Status Kepegawaian


1. Ners 5 > 5 tahun: 3 PNS:3
< 5 tahun : 2
2. D3 12 > 5 tahun : 8 PNS: 7
< 5 tahun : 4 Non PNS: 8
3. Skep 2 > 5 tahun: 2 PNS ; 1

b) Non keperawatan

No. Kualifikasi Jumlah Status Kepegawaian


1. Tenaga Administrasi 1 Non PNS
2. Cleaning Service 3 Non PNS
Saran/ masukan : peningkatan pendidikan perawat
No. Nama perawat J pendidikan Jabatan Status kepegawaian Lama kerja Pelatihan
k
PNS Non PNS

1. Isah Lepyanti P S.Kep, Ns Kepala Ruangan  Etika keperawatan dan


komunikasi, Pencegahan
dan pengendalian infeksi
RS, Pelatihan CI,
Pelatihan managemen
ruangan, PPGD, DOT,
SP2KP, BHD, Code blue.

2. Sudarman L S.Kep KA TIM  PPGD, CI, Wound care

Managemen ruangan

SP2KP, Spiritual care,


preceptor Mentorship,
K3, komunikasi efektif,
pembacaan efektif, Code
blue
3. Lina Herlina M P D III  komunikasi efektif,
preceptor Mentorship,
BHD, Code blue

4. Iceu Herliana P D III  Modern woundcare ,


komunikasi efektif, BHD,
Code blue

5. Indra Ahmad L D III TKH BHD, komunikasi efektif.

6. Rossye Maelani P S.Kep,Ns 

7. Maya Maryani P S.Kep, Ns TKH

8. Agus Sutardi L S.Kep, Ns  komunikasi efektif, K3


BHD, enil

9. Nunik Anggraeni P S.Kep, Ns 

10. Siska Fausia P D III TKK

11. Ai Nurhayati P D III  komunikasi efektif, BHD,


kemoterapi.

12. Herpin Friadi L D III TKK komunikasi efektif, BHD,


DOTS, Disaster plan,
Apar.

13. Rina Agustina P D III  Perinatologi, DOT,


Spritual Care, PPI, BHD,
komunikasi efektif.

14. Iin Setiawati P D III TKH BHD, komunikasi efektif.

15. Ana Verina P D III  BHD, komunikasi efektif.

16. Yiyin Yinawati P D III  Customer Service, BHD,


komunikasi efektif,
Woundcare.

17. Ratih Pradipda P DIII TKH BHD, komunikasi efektif.

18. Ahmad Hidayat L D III TKH Custemer Service, PPGD

Spritual Care, komunikasi


efektif, preceptor
Mentorship, BHD, Code
blue.
19. Liska Kustina P S.Kep TKH BHD, komunikasi efektif.
3) Kebutuhan tenaga

a. Metode Douglas

Tabel . kebutuhan tenaga perawat tiap sif berdasarkan tingkat


ketergantungan pasien di ruang E3 RSUD Cibabat

Shift Klasifikasi Jmlh pasien Rata- Rata-rata nilai Jumlah


ketergantungan 17/01 18/01 19/01 rata ketergantungan perawat
jumlah
pasien

Pagi Mandiri 20 14 22 19 19x0,17= 3,23 3


Partial 4 3 3 3 3 x0,27= 0,81 1
Total 4 6 3 4 4x0,36=1,44 1
Jml pasien 28 23 28 26 5,48 5
Sore Mandiri 23 17 23 21 21 x0,15= 3,15 3
Partial 2 5 3 3 3x0,15=0,45 0
Total 4 2 3 3 3x0,30=0,9 1
Jmlh pasien 29 24 29 27 4,5 4
Malam Mandiri 21 19 16 19 19x0,07=1,33 1
Partial 7 4 8 6 6x0,10=0,6 1
Total 4 5 5 5 5x0,20=1 1
Jmlh pasien 32 28 29 30 3 3
Rata-rata jumlah 30 25 29 28 4 4
pasien

Total tenaga perawat:


Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang
Malam : 3 orang
12 Orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari: 86x12
279
: 3,69 dibulatkan menjadi (4 orang)
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang E3
adalah 12 orang + 4 orang lepas dinas + kepala ruang adalah 17 orang.
 Kajian Man terhadap Ketenangaan (wawancara)
Berdasarkan hasil wawancara terhadap kepala ruangan ada 9
pertanyaan yang ditanya kepada kepala ruangan yakni :
1. Bagaimana struktur organisasi yang telah berjalan di ruangan, apakah
ibu sudah merasa puas dan sesuai dengan kemampuan perawat di
bidangnya?
Jawab : saya merasa puas dengan struktur organisasi yang telah
dilakukan di ruangan ini, untuk soal kemampuan perawat diruangan ini
akan di lihat pada setiap kinerja perawat yang dibuat.
2. Bagaimana pembagian tugas yang dilakukan di ruangan ?
Jawab: pembagian tugas di ruangan ini dilakukan berdasarkan shif dan
beban kerja dimana shif pagi memiliki beban kerja yang lebih besar
sehingga untuk yang dinas pagi ada 5 perawat yang bertugas, untuk shif
siang ada 4 orang dan shif malam ada 3 orang.
3. Bagaiman kinerja ketua tim? Apakah kompeten dengan tugasnya atau
tidak?
Jawab: saya puas dengan kinerja ketua tim, mereka benar-benar
melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab.
4. Menurut anda, apakah anda perlu meningkatkan kemampuan kerja
melalui pendidikan atau kemampuan tambahan ?
Jawab; ya, saya rasa saya perlu meningkatkan kemampuan kerja saya
melalui tugas belajar dan pelatihan.
5. Apakah Rumah Sakit memberikan kebijakan mendapatkan pelatihan
atau pendidikan ?
Jawab : ya, rumah sakit memang memberikan kebijakan untuk
melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan namun biasanya kuota
untuk orang yang mengikutinya dibatasi.
6. Bagaimana jumlah pendapatan yang diterima sesuai dengan latar
belakang pendidikan?
Jawab : jumlah pendapatan yang di terima biasanya diberikan secara
rata dan sesuai dengan UMR baik yang PNS maupun yang non PNS.
7. Apakah setiap perawat ada kesempatan untuk mengambil cuti?
Jawab : setiap perawat diberikan kesempatan untuk mengambil cuti
tahunan minimal 12 hari.
8. Bagaimana tingkat beban kerja di ruangan ini ?
Jawab : tingkat beban kerja di ruangan ini di lihat dari jumlah bed di
ruangan yakni 32 bed dan jumlah perawat ada 19 dan pembagian shif
nya maka1 perawat dapat menangani 8 pasien (1: 8)
9. Apakah jumlah pasien dan perawat di ruangan ini sudah sesuai ?
Jawab : belum, saya rasa belum sesuai karena terdapat shift tertentu
yang jumlah perawatnya hanya 3 orang sedangkan ada 4 kamar,
sehingga untuk satu perawat bisa menangani lebih dari 8 pasien.

4) BOR pasien di ruang E3


Tabel BOR ruang E3 RSUD Cibabat tanggal 17/01/2017
No Sift Kelas 3 BOR
1 Pagi 32 28/32X100% =87,5%
2 Sore 32 29/32X100% =90,6%
3 Malam 32 32/32X100% =100%

Tabel BOR ruang E3 RSUD Cibabat tanggal 18/01/2017


No Sift Kelas 3 BOR
1 Pagi 32 23/32X100% =71,8%
2 Sore 32 24/32X100% =75%
3 Malam 32 28/32X100% =87,5%

Tabel BOR ruang E3 RSUD Cibabat tanggal 19/01/2017


No Sift Kelas 3 BOR
1 Pagi 32 28/32X100% =87,5%
2 Sore 32 29/32X100% =90,6%
3 Malam 32 29/32X100% =90,6%
6) Perhitungan beban kerja perawat
Tabel pelaksanaan tindakan keperawatan langsung pada sif pagi di ruang
E3 RSUD Cibabat tanggal 18/01/2017
No. Keperwatan Non keperawatan

Direct care waktu Indirect care Waktu Kegiatan Waktu

1. Mengajarkan 15 Melakukan overan 20 Pergi 20 menit


cara menit menit keperluan
mencuci pribadi
tangan
2. Pemasangan 25 Istirahat 30 menit
infuse menit siang
(Makan )
3. Pengambilan 3 Persiapan pasien 10 Duduk 15 menit
sampel menit ke endoskopi menit main
darah handpone
4. Pemberian 25 Visit dokter 15 Duduk di 10 menit
obat menit menit nurse
station
5. Observasi 12 Pendokumentasian 160
pasien (ganti menit asuhan menit
cairan keperawatan /8
infuse, pasien
perbaiki
infuse, dan Mengantar pasien 45
uff infus) ke Endoskopi menit
6 Pengukuran 15
TTV
Jumlah 95 250 75 menit
menit menit
Berdasarkan tabel di atas maka disimpulkan Perhitungan beban kerja perawat
adalah 7 Jam.
7) Gaya kepemimpinan
Dalam kepemimpinan pada ruangan E3 pemimpin memiliki
wewenang mutlak dalam mengatur setiap anggota perawat pada
ruangan dan tugas-tugas yang diberikan dilaksanakan secara instruktif.
Peranan pemimpin sangatlah besar dalam setiap kelompok karena
pemimpin selalu memperhatikan kinerja kelompok serta
tanggungjawab atas keberhasilan organisasinya.
Dalam mengambil keputusan kadang-kadang dibuat oleh
pemimpin dan anggota dimana komunikasinya tidak berlangsung satu
arah tetapi berlangsng dua arah antara pemimpin dan anggota.
Anggota diberikan kesempatan untuk memberikan saran atau
pendapat dalam pertimbangan sebelum pimpinan mengambil suatu
keputusan.
Dalam kerja sama Tim pimpinan tidak menuntut presetasi
sempurna dari anggota, prakarsa (upaya) yang dilakukan tidak hanya
berasal dari pimpinan melainkan juga partisipasi aktif dari anggota
lainnya. Dalam organisasi kepala ruangan kadang-kadang melakukan
pengawasan kegiatan serta tingkah laku anggota dengan ketat, tetapi
pimpinan tidak menjadikan anggotanya sebagai alat untuk mencapai
sebuah keberhasilan karena pemimpin percaya anggotanya tidak
mementingkan kepentingan pribadi dan menganggap anggotanya
sudah dewasa dalam berpikir dan bertindak.
Dalam menjalankan tugas tidak adanya paksaan, ancaman
serta hukuman kalaupun ada hanya diberikan peringatan halus seperti
surat peringatan. Dan pada proses akhir evaluasi mengenai kinerja
perawat pemimpin tidak hanya mengkritik tetapi ada juga pujian yang
diberikan kepada anggotanya dengan harapan semua yang dijalankan
dan diupayakan dapat mencapai tujuan organisasi yang dibentuk
bersama dapat tercapai.

8) Kepuasan perawat

Hasil tingkat kepuasan perawat terhadap hasil kinerja selama menjadi


perawat di RSUD Cibabat dari total 10 perawat yang menjadi
responden, 8 diantaranya (80%) puas, dan 2 responden (20%)
mengatakan cukup puas. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kepuasan
perawat terhadap hasil kinerja diruangan E3 adalah puas.

2. Material
a. Penataan gedung dan lokasi/denah ruangan
Lokasi penera pan proses manajerial keperawatan dilakukan pada
ruangan E3 dengan uraian sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatas dengan gedung mushollah
- Sebelah selatan berbatasan dengan gedung D
- Sebelah timur berbatasan dengan rumah warga
- Sebelah barat berbatasan dengan gedung C
- Penataan gedung sudah sesuai dengan peruntukan pelayanan
karena sudah di fasilitasi dengan lift dan tangga darurat sehingga
akses pelayan mudah.
-
b. Fasilitas
1) Fasilitas untuk pasien
Tabel. 1.1 daftar fasilitas untuk pasien di ruang E3 RSUD Cibabat
No. Nama barang Juml kondisi Ideal usulan
ah
1. Tempat tidur 32 Baik 1:1 -
2. Meja pasien 32 Baik 1:1 -
3. Kursi 32 Baik 1:1 -
4. Kamar 8 Cukup 1:5 -
Mandi/WC baik
5. Handrab 5 Baik 1/ruangan -
6. Jam dinding 4 3 baik 1/ruangan ditambah
7. Kursi roda 1 Baik 2- Ditambah
3/ruangan
8. Brankar 2 Baik 1/ruangan -
9. Laken 74 Baik
10. Stik laken 12 Baik
11. Kasur/ spon 34 Baik
12. Duc bolong 3 Baik
kecil
13. Gorden 56 Baik
14. Scherm 1 Baik
15. Bantal 32 Baik
2) Fasilitas untuk petugas kesehatan
- Ruangan kepala ruangan menjadi satu dengan ruang
konseling
- Kamar mandi/WC perawat ada 1
- Nurse station bersebelahan dengan kepala ruangan
- Gudang berada dibelakang administrasi
- Ruang ganti berada di belakang nurse station
- Terdapat TV, dan dapur
3) Alat kesehatan yang ada diruang E3 RSUD Cibabat
Tabel 1.2 daftar alat kesehatan di ruang E3 RSUD Cibabat
No. Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Stetoskop 3 Baik 2/ ruangan
2. Spignomanometer 3
3. Lemari Es 1 Baik 1/ruangan -
4. Ambu bag 1 Baik
5. Tempat sampah 4 Baik
pasien
6. Tabung O2 28 Baik
7. Korentang 1 Baik
8. Bengkok 4 Baik
9. Bak instrument 2 Baik
10. Kacamata google 1 Baik
11. Pispot 24 Baik
12. Suction pump polt 1 Baik
13. Gunting perban 1 Baik
14. Troli 3 Baik
15. Alat EKG 4 Baik
16. Alat WSD 1 Baik
17. Alat Nebuliser 1 Baik
18. Bak tindakan 5 Baik
19. Lemari obat 2 Baik
pasien
20. Kunci inggris 1 Baik
22. Stretcher 1 Baik
23. Pulse oximetri 1 Baik
pocket
24. Thermometer 1 Baik
digital
25. Tromol 1 Baik
26. Standar infuse 32 Baik 1/ pasien
27. Kursi lipat 9 Baik
28. Manometer O2 Baik
lengkap
29. Gerosan obat 2 Baik
30. Lemari 1 Baik
penyimpaam
dokumetasi
pasien
31. Telepon 1 Baik 1/ruangan
32. Computer 1 set Baik 1/ruangan
33. Alat pemadam 1 Baik 1/ruangan
kebakaran
34. Lemari obat 2 Baik
pasien
4) Alat/ bahan sehabis pakai
a. Masker
b. Sarung tangan
c. Alcohol swab
d. Spuit
e. Kasa
f. Plester
g. Hipafix
h. Selang kateter
i. Selang NGT

5) Adminisrasi penunjang RM
a. Buku injeksi
b. Buku visit dokter ada 7
c. Buku laporan
d. SOP
e. Leaflet
3. Money
NO KONDISI OPTIMAL BELUM BELUM KETERANGAN
KEUANGAN UNIT (2) OPTIMAL ADA (0)
(1)
1. Penyusunan -
anggaran
2. Pertanggung -
jawaban keuangan
kegiatan 2 minggu
setelah kegiatan
3. Penggnaaan -
keuangan efektif
(perbedaan 10%
darianggaran)
4. Penggunaan -
keuangan efisien
5. Saldo optimal -
dengan peningkatan
pertahun
6. Hibah 2 Biasanya hibah
depkes/dinkes Depkes diberikan
ke RS baru ke
ruangan
7. Hibah 2 Biasanya
Pemda/Pemprov diajukan proposal
setempat jika disetujui
maka akan
diberikan biaya.
8. Hibah luar negeri 2 Biasanya ke RS ,
misalnya
pemberian
Ambulans.
9. Adanya sponsor 0 -
instansi kerjasama
10. Adanya remunirasi
11. Gaji pegawai diatas 2 PNS sesuai
UMR pangkat dan
golongan,
sedangkan
honorer diatas
UMR kota
Bandung
12 Gaji pegawai 2 Ya, gaji yang
menunjukan terima sesuai
penghargaan dengan profesi.
profesi
13. Adanya tunjangan 2 Ya ada, seperti
kesehatan pegawai BPJS, ASKES
14. Adanya tunjangan 2 Ya ada, Seperti
hari tua pegawai TASPEN dan
JHT
15 Adanya 2 Ya
peningkatan gaji per
tahun
16. BOR pasien diatas/ 2 Ya
sama dengan >70%

Penyusunan anggaran di ruangan tidak ada, biasanya di bagian


keuangan RS, sumber dana berasal dari dana APBN, APBD, DAK, Dana
operasional RS, system penggunaannya melalui usulan dari ruangan – ruangan
kemudian ke bagian keuangan dan di proses lalu dapat berikan ke ruangan
dalam bentuk alat, anggaran pelatihan dll. Biasanya hibah Depkes dan Hibah
Pemprov/Pemda setempat diberikan ke RS kemudian ke ruangan tetapi
sebelumnya harus diajukan proposal jika disetujui maka akan diberikan biaya.
Adapun hibah dari luar negeri ke RS misalnya pemberian Ambulans. Untuk
remunerasi belum optimal karena belum dibahas bersama.

Gaji PNS sesuai pangkat dan golongan, sedangkan honorer diatas UMR
kota Bandung, gaji yang di terima sesuai dengan profesinya. Adapun tunjangan
kesehatan dan tunjangan hari tua bagi pegawai seperti BPJS, ASKES, TASPEN
dan JHT dan untuk peningkatan gaji pegawai pertahun terdapat peningkatannya.
Dan BOR pasien di ruangan E3 > 70 % yang artinya sudah sesuai dengan
standar NASIONAL.

4. Metode
Metode yang digunakan di ruangan E3 adalah metode TIM (2 TIM)
1) Timbang terima (Operan Dinas)
Timbang terima (Operan Dinas) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Tujuannya untuk mengkomunikasikan keadaan pasien
dan menyampaikan informasi yang penting.
Kegiatan operan diruang E3 yang dilakukan oleh kelompok sudah
dilakukan sesuai dengan STANDART operasional prosedur yang sudah
disepakati oleh kelompok dengan menerapkan prinsip operan, namun
masih belum optimal, antara lain : pada saat melakukan timbang terima
hanya dilakukan di ruang Nurse station tidak ke tempat tidur pasien dan
perawat tidak memperkenalkan diri ke pasien terkait perawat selanjutnya
yang bertangung jawab. Dengan presentase 88%
2) Pre Post Conference
Pre Post Conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap
hari, dilakukan sebelum (Pre) atau setelah (Post) melakukan operan
dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan. Tujuan
untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan
dan merencanakan evaluasi hasil, mempersiapkan hal-hal yang akan
ditemui di lapangan dan memberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang keadaan pasien.
Kegiatan Pre Post conference bejalan dengan baik mulai dari
persiapan perlengkapan (status pasien) dan petugas masing-masing,
dalam pelaksanaan kegiatan conference dilakukan setiap hari mulai dari
menyampaikan perkembangan dan permasalah pasien, berdiskusi
mengenai masalah klien dan post conference dengan mengingatkan
tentang kedisplinan, ketelitian dan kejujuran dalam menjalankan tugas.
Dengan presentase 100%.
3) Supervisi
Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar merekan dapat melaksanakan
tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Tujuan
memberikan bantuan kepada bawahan sehingga bawahan memiliki bekal
yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas dengan hasil yang baik.
Selama dinas di ruangan E3 belum ada supervisi yang dilakukan di
ruangan.
4) Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru sudah dijalankan namun pada persipan alat
tidak ada set pemeriksaan fisik (timbangan BB dan TB). Dengan
presentase 94%.
Saran/ masukan : disarankan pada saat penerimaan pasien baru
diharapkan perawat meperkenalkan ruangan dan alat yang ada di
ruangan.
5) Perencanaan pasien pulang (Discharge planning)
Perencanaan pasien pulang (Discharge planning) yaitu menyiapkan
klien yang akan pulang karena sudah sembuh atau melanjutkan
perawatannya di rumah (home care). Tujuan menyiapkan klien untuk
kembali ke lingkungan tempat tinggalnya dan menyiapkan keluarga untuk
melakukan perawatan lanjutan yang masih diperlukan bagi klien di rumah.
Perencanaan pasien pulang (Discharge planning) di ruangan sudah di
jalankan pada saat pasien pulang di beri pendidikan kesehatan kepada
keluarga dan pasien namun saat pulang tidak ada perawat yang
mengantarkan sampai pintu keluar serta perawat tidak menjelaskan
tindakan apa yg dilakukan jika gejala pasien terjadi kembali. Dengan
presentase 92,3 %.
6) Sentralisasi obat
Sentralisasi obat sudah dijalankan dengan baik dimana dari pihak
farmasi lansung datang membawa obat beserta resepnya. Dengan
presentase 100%.
7) Pelaksanaan universal precaution
Pelaksanaan universal precaution sudah dilakukan dengan baik
dimana sarung tangan, masker,tempat sampah medis dan benda tajam
tersedia dan mudah didapat. Perawat mencuci tangan setelah tindakan,
menggunakan masker pada saat yang tepat sesuai kebutuhan. Dengan
prsentase 88,2%.
8) Audit dokumentasi askep
Audit dokumentasi askep sudah dijalankan dengan baik dimana data
dalam pengkajian l cfvengkap (data biodata, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, data biologis (Fisik), data psikososial-spiritual,
pola hidupi/pola aktivitas sehari-hari, data respon nyeri, dalam data
diagnose sesuai dengan prioritas masalah dan dirumuskan dengan benar
(PES), untuk perencanaan rencana keperawatan disusun menurut
prioritas masalah, terdapat tujuan yang harus di capai, mencakup tindakan
mandiri perawat dan tindakan kolaboratif. Untuk pelaksanaan terdapat
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaborasi, tercatat hasil observasi
atau respon pasien terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan dan
tercantum nama dan paraf perawat setiap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan dan untuk evaluasi diagnosa keperawatan dievaluasi setiap
hari, diagnose keperawatan yang teratasi, teratasi sebagian dan yang
tidak teratasi tercantum dalam dokumentasi, tercantum nama dan waktu
pelaksanaan evaluasi, tercantum nama dan paraf perawat yang
melakukan evaluasi. Dengan presentase 100%.

5. Mutu
1) Perhitungan Tempat Tidur Terpakai (BOR)

Ruangan Bed Bed*Hari Hari rawat BOR%


Kelas 3 32 2.912 2.652 91.07

2) Perhitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)


KODE NAMA
NO AV LOS
SUBUNIT SUBUNIT
1 2E330 Rawat inap Gd. 3,56
E/LT-3/Kls-3

3) Perhitungan Tempat Tidur Tidak Terisi (TOI)

KODE NAMA
NO TOI
SUBUNIT SUBUNIT
1 2E330 Rawat inap Gd. 0,52
E/LT-3/Kls-3

INDIKATOR KEPERAWATAN

1. Keselamatan pasien ( diobervasi selama 4 hari) :


a. Dekubitus : 0
b. Kesalahan dalam pemberian obat : 0
c. Pasien jatuh : 0, resiko jatuh 4
d. Kejadian Nosokomial
a. Flebitis : 1
b. Isk : 0
c. Infeksi Luka Operasi : 0
2. Perawatan diri ( berdasarkan pembagian kuesioner)
Indek A: 5 (21%)
Index B : 11 (46%)
Index G : 8 (33%)
Ket A: mandi dalam hal makan, BAB, BAK, mengenakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah, mandi.
Ket B: Mandiri semua kecuali salah satu fungsi diatas.
Ket G : ketergantungan untuk semua fungsi diatas.
Dari hasil pengkajian diperoleh sebagian besar tingkat ketergantungan
pasien adalah index B (46%). Peran perawat di ruangan E3 dapat
menganjurkan dan memandirikan keluarga untuk memenuhi kebutuhan ADL
yang tidak dapat di lakukan oleh pasien sehingga kebutuhan pasien dapat
terpenuhi.
3. Kepuasaan pasien
Berdasarkan hasil dari pembagian kuesioner pada 10 responden didapatkan
hasil :
Sangat puas : 3 responden (30%)
Puas : 5 responden (50%)
Tidak puas : 2 responden (20%)
Dari hasil kuisoner tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan
perawat yang dibagikan kepada 10 responden sebagian besar menyatakan
bahwa pelayanan perawat di ruangan E3 yaitu puas sebanyak 5 orang (50%)
sehingga perawat perlu meningkatkan pemberikan penjelasan setiap
prosedur tindakan dan sikap perawat selama memberikan asuhan
keperawatan agar pasien dan keluarga merasa sangat puas.
4. Kecemasan
Berdasarkan hasil dari kuisoner 10 responden didapatkan :
a. Terdapat 4 (40%) orang mengalami kecemasan sedang dengan scoring
60-74
b. Terdapat 3 (30%) orang mengalami kecemasan ringan dengan scoring
45-59
c. Terdapat 3 (30%) orang mengalami kecemasan berat dengan scoring 75-
80
Dari hasil kuisoner tentang kecemasan pasien dibagikan kepada 10
responden sebagian besar menyatakan mengalami kecemasan sedang
yaitu 4 orang (40%) sehingga perawat perlu meningkatkan sikap caring
(empati) agar pasien tidak merasa takut, gelisah, cemas selama dalam
proses perawatan di RS.
5. Kenyamanan
4 orang mengalami nyeri berat ( 40%)
2 orang mengalami nyeri sedang (20%)
3 orang yang mengalami nyeri ringan (30%)
1 orang tidak nyeri (10%)

Dari hasil kuisoner tentang kenyaman pasien dibagikan kepada 10


responden sebagian besar menyatakan mengalami nyeri berat yaitu 4
orang (40%) sehingga peran perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan selain diberikan secara farmakologi bisa juga dengan non
farmakologi seperti distraksi dan relaksasi agar pasien mampu
mengendalikan rasa nyerinya.
6. Pengetahuan
a) Berdasarkan hasil dari kuisoner 10 responden tentang pengetahuan
pasien terhadap perawatan spiritual yaitu
6 orang pengetahuan baik (60%)
2 orang pengetahuan cukup (20%)
2 orang pengetahuan kurang (20%)

Maka disimpulkan pengetahuan pasien sebagian besar sudah baik


yaitu 6 orang (60%).

b) Berdasarkan hasil dari kuisoner 5 responden tentang pengetahuan


perawat terhadap kompetensi perawatan spiritual perawat yaitu 5 orang
pengetahuan baik (50%).

6. Marketing

INSTRUMEN KAJIAN MARKETING

1. Tempat(place)

Tersedia akses mudah di RS untuk sampai ke ruang E3,di fasilitasi


dengan menggunakan lift dan tangga darurat, serta tersedia petunjuk alur
ruangan sejak pertama kali masuk RS, diruangan E3 juga masing-masing
kamar diberi nomor , nomor tempat tidur dan juga tersedia denah ruangan.

Visi dan misi RS dapat terlihat jelas didepan RS, sedangkan untuk visi
dan misinya dari ruangan belum optimal karena belum ditempel atau dipajang
di tembok ruangan.kotak saran terlihat jelas, tersediadi depan bagia
administrasi dan selalu dipantau isinya.

2. Pengembangan promosi (promotion)


RSUD cibabat sudah mempunyai sosialisasi unggulan yang dapat
dibaca saat masuk RS, sedangkan untuk ruangan belum ada sosialisasi
unggulan. RSUD cibabat juga melakukan kerjamsama dengan RS Hasan
Sadikin.
Leaflet 10 besar kasus ruangan tersedia di nurse station. Untuk
pengembangan kerja sama pasien kontraktor biasanya menggunakan BPJS,
Kartu sehat serta asuransi swasta, dan stiap pasien pulang diberikan angket
kepuasan pasien per periodic (6 bulan sekali), sedangkan BOR nya > 85%.
3. Harga (price)

Biaya perawatan dari ruangan disesuaikan denan kelas/ fasilitas


kesehatan yang digunakan atau yang dipakai oleh setiap pasien rawat inap,
biaya dari setiap kelas sudah tercatat jelas.

4. Produk unggulan
Program unggulan ruangan belum ada, hanya memaksimalkan pasien
safety dan hand higine. Homecre/ homevisit belum ada dari ruangan kepada
pasien yan membutuhkan perawatan lanjutan dirumah. Bagi perawat ada
pengembangan atau pelatihan. Setiap pasien yang dirawat selalu diberikan
kenyamanan terhadap tindakan dan ligkungan dari ruangan tersebut. Untuk
pengembangan pengendalian infeksi nosokomial biasanya dari tim PPI.

Berdasarkan kuesioner didapatkan hasil 88% yang artinya sudah optimal.


Keterangan ;

85% - 100% = optimal


< 85% = belum optimal

Analisa SWOT
Tabel Analisa SWOT

No. Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X


rating KET

1. Sumber daya manusia


(M1) S-W
a. internal faktor
Strength 2,8-3= -0,2
1) Seluruh perawat telah 0,3 3 0,9
menerapkan metode
asuhan keperawatan
tim
2) seluruh perawat 0,2 3 0,6
memiliki masa
jabatan rata-rata > 5
tahun
3) Adanya system 0,2 2 0,4
pengembangan staf
berupa pelatihan
4) Jenis ketenangaan 0,3 3 0,9
S1 : 2,Ners : 5, D3:
12, Administrasi : 1,
Cs :3
TOTAL: 1 2,8
WEAKNES
1) Sebagian besar 0,6 3 1,8
perawat masih
dengan tingkat
pendidikan D III
2) Sebagian perawat 0,4 3 1,2
belum mengikuti
pelatihan MAKP
TOTAL 1 3
b. eksternal factors
(EFAS)
OPPORTUNITY O-T
1) Adanya kesempatan 0,4 3 1,2 2,7-2,6= -
untuk melanjutkan 0,1
pendidikan ke
jenjang yang lbih
tinggi.
2) Adanya kesempatan 0,3 2 0,6
untuk mengikuti
pelatihan yang
dibiayai oleh RS
3) Adanya program 0,3 3 0,9
akreditasi RS dari
pemerintah dimana
MAKP merupakan
salah satu penilaian
TOTAL 1 8 2,7

THREATENED
1) Adanya tuntutan 0,2 3 0,6
tinggi dari masyarakat
untuk pelayanan yang
lebih professional
2) Makin tingginya 0,2 3 0,6
kesadaran
masyarakat akan
hukum
3) Makin tinggi 0,4 2 0,8
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
4) Persaingan antar RS 0,2 3 0,6
yang semakin kuat
TOTAL 1 11 2,6
2. Sarana dan prasarana S-W
(M2) 3,2- 3= 0,2
a. internal faktor
STRENGTH
1) Mempunyai sarana 0,2 4 0,8
dan prasarana yang
memadai untuk
pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan
termasuk sarana dan
prasarana universal
precaution untuk
perawat.
2) Tersedianya nurse 0,2 3 0,6
station
3) Semua perawat 0,2 4 0,8
mengerti cara
menggunakan semua
alat-alat perawatan
4) Rs pemerintah Tipe B 0,2 2 0,4
sebagai RS Non
Pendidikan dan
rujukan.
5) Terdapat administrasi 0,2 3 0,6
penunjang (buku
injeksi, Buku Visit,
SOP dll) yang
memadai.
TOTAL 1 16 3,2
Weakness
1) Kurangnya wastafel 0,5 3 1,5
untuk pasien dan
keluarga/
pengunjung.
2) belum ada ruang 0,5 3 1,5
linen bersih dan linen
kotor
TOTAL 1 6 3
Eksternal Faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY O-T
3-2,5 = 0,5
1) Adanya kesempatan 0,4 3 1,2
penyediaan bahan
habis pakai
2) Adanya lemari obat 0,3 3 0,9
3) Adanya penyediaan 0,3 3 0,9
alat steril untuk
tindakan steril.
TOTAL 1 9 3
THREATENED
1) Makin tinggi 0,5 2 1
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
2) Adaya tuntutan tinggi 0,5 3 1,5
dari masyarakat untuk
melengkapi sarana
dan prasarana
TOTAL 1 5 2,5
3)

3. METHODE(M3) S-W
1. MAKP 2.9 -3 = -0,1
a. internal faktor
STRENGTH
1) sudah ada model 0,2 3 0,6
asuhan keperawatan
yaitu MAKP tim
2) Model asuhan 0,2 3 0,6
keperawatan yang
digunakan sesuai
dengan visi,misi RS
3) Semua perawat 0,1 3 0,3
mengerti dan
memahami model
yang digunakan
4) Terlaksananya 0,1 2 0,2
komunikasi yang
adekuat: perawat dan
tim kesehatan
lainnya.
5) Ketenangaan 0,1 3 0,3
keperawatan sudah
memenuhi syarat
untuk MAKP (Skep
Ners > 4 orang).
6) RS memilki visi, misi 0,2 3 0,6
dan motto sebagai
acuan melaksanakan
kegiatan pelayanan
7) Mempunyai standar 0,1 3 0,3
asuhan keperawatan.
TOTAL 1 20 2.9
WEAKNESS
1) Mayoritas ketenagaan 1 3 3
kerja pendidikan D III
TOTAL 1 3 3
b. Eksternal faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,3 3 0,9 O- T
praktik yang 3-2,4 =0,6
membantu
pelaksanaan asuhan
keperawatan
sehingga
mengurangi beban
kerja perawat.
2) Kepercayaan dari 0,4 3 1,2
masyarakat dan
pasien cukup baik
3) Adanya kebijakan 0,3 3 0,9
pemerintah tentang
profesionalisme
TOTAL 1 9 3

TREATENED
1) Persaingan dengan 0,4 3 1,2
rumah sakit swasta
yang semakin ketat
2) Adanya tuntutan 0,3 2 0,6
masyarakat yang
semakin tinggi
terhadap peningkatan
pelayanan
keperawatan yang
lebih professional
3) Makin tinggi 0,3 2 0,6
kesadaran
masyarakat tentang
pentingnya kesehatan
TOTAL 1 7 2,4

2. Timbang terima
a. Internal faktor
(IFAS)
STRENGTH
1) Kepala ruangan 0,2 3 0,6 S-W
memimpin timbang
terima setiap pagi 2,8-3 = -0,2
2) Adanya laporan jaga 0,2 3 0,6
setiap shiff
3) Timbang terima 0,1 4 0,4
merupakan kegiatan
rutin yang dilakukan
tiap hari
4) Hampir semua 0,1 3 0,3
perawat mengikuti
timbang terima. Dan
memahami proses
timbang terima
5) Laporan timbang 0,2 3 0,6
terima yang
disampaikan dapat
menggambarkan
kondisi pasien
6) Kemampuan 0,1 2 0,2
komunikasi yang baik
7) Ada buku khusus 0,1 2 0,2
untuk pelaporan
timbangt terima.
TOTAL 1 20 2.8

WEAKNESS
1) Saat timbang terima 0,4 3 1,2
dilakukan di ruang
nurse station
2) Pelaksanaan timbang 0,6 3 1,8
terima belum optimal
khususnya shiif pagi
ke sore dan sore ke
malam.
TOTAL 1 6 3
b. Eksternal faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5 O-T
Skep melakukan 3- 2,4= 0,6
praktik menejemen
keperawatan
2) Adanya kerjasama 0,5 3 1,5
yang baik antara
mahasiwa dan
perawat ruangan.
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1) Adanya tuntutan yang 0,4 3 1,2
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan
keperawatan yang
professional
2) Meningkatnya 0,6 2 1,2
kesadaran
masyarakat tentang
tanggung gugat
perawat sebagai
pemberi asuhan
keperawatan
TOTAL 1 5 2,4

3. Penerimaan pasien S-W


baru 3-3 =0
a. internal faktor
(IFAS)
STRENGTH
1) Adanya komunikasi 0,4 3 1,2
awal yang efektif
untuk membina
hubungan saling
percaya
2) Terdapat administrasi 0,6 3 1,8
penunjang (lembar
penerimaan pasien
baru)
TOTAL 1 6 3
WEAKNESS
1) Sebagian pasien tidak 1 3 3
diorentasikan
ruangan setelah
masuk
TOTAL 1 3 3
b. ekternal faktor
(IFAS)

OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,3 2 0,6 O-T
Ners yang melakukan 2,7-3= -0,3
praktik manajemen
2) Meningkatnya
pemahaman pasien 0,4 3 1,2
dan keluarga tentang
perawatan di rumah
sakit
3) Adanya kerjasama 0,3 3 0,9
yang baik antara
mahasiswa dan
perawat.
TOTAL 1 8 2,7

THREATENED
1) Makin tinggi 0,5 3 1,5
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
2) Adanya tuntutan 0,5 3 1,5
tinggi dari masyarakat
untuk meningkatkan
pelayan kesehatan
TOTAL 1 9 3

Sentralisasi obat
a. internal faktor S-W=
(IFAS) 3,5-2=1,5
STRENGTH
1) Tersedianya sarana 0,2 4 0,8
dan prasarana untuk
pengelolaan
sentralisasi obat
2) Pengetahuan perawat 0,3 4 1,2
tentang proses
sentralisasi obat baik
3) Adanya lembar 0,2 3 0,6
pendokumentasian
obat ( oral dan
parenteral) yang
diterima di setiap
status pasien
4) Sudah dilaksanakan 0,1 3 0,3
kegiatan sentralisasi
obat oleh perawat
berkolaborasi dengan
depo farmasi
5) Adanya kemauan 0,1 3 0,3
perawat dalam
melakukan
sentralisasi obat
6) Adanya buku injeksi 0,1 3 0,3
dan obat oral.
TOTAL 1 20 3,5

WEAKNESS
1) Pelaksanaan 1 2 2
sentarlisasi obat
menggunakan system
UDD dan prakteknya
ODD
TOTAL 1 2 2
b. Ekternal faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5 O-T
Ners yang melakukan 3- 3= -1,5
praktik manajemen
2) Adanya kerjasama
yang n baik antara 0,5 3 1,5
mahasiswa dan
perawat.
TOTAL 1 6 3

THREATENED

1) Adanya tuntutan 1 3 3
tinggi dari masyarakat
untuk meningkatkan
pelayan kesehatan

TOTAL 1 3 3

Discharge planning
a. internal faktor
(IFAS)
STENGTH
1) Tersedianya sarana 0,4 3 1,2
dan prasarana untuk S-W
discharge planning 2,7-4= -1,3
(format atau kartu
DP)
2) Adanya kartu control 0,3 3 0,9
berobat
3) Perawat memberikan 0,3 2 0,6
pendidkan kesehatan
secara informal
kepada pasien dan
keluarga selama di
rawat.

TOTAL 1 8 2,7

WEAKNESS
1) Tidak tersedianya 1 4 4
leaflet untuk pasien
pulang
TOTAL 1 4 4

b. Ekternal faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,4 3 1,2
Ners yang
melakukan praktik O-T
manajemen 2,8-3 = -0,2
2) Adanya kerjasama
yang baik antara 0,4 3 1,2
mahasiswa dan
perawat.
3) Kemauan 0,2 2 0,4
pasien/keluarga
terhadap anjuran
perawat.
TOTAL 1 8 2,8

THREATENED
1) Adanya tuntutan 0,4 3 1,2
tinggi dari masyarakat
untuk meningkatkan
pelayan kesehatan
2) Persaingan RS yang 0,4 3 1,2
semakin ketat
3) Makin tingginya 0,2 3 0,6
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
TOTAL 1 9 3

Dokumentasi
keperawatan
a. internal faktor
(IFAS)
STRENGTH
1) Tersedianya sarana 0,2 3 0,6
dan prasarana untuk
dokumentasi untuk
tenaga kesehatan
(sarana administrasi
penunjang)
2) Sudah adanya format 0,2 3 0,6
asuhan keperawatan
3) Adanya kesadaran 0,2 3 0,6
perawat tentang
tanggung jawab dan
tanggung gugat
4) Kelengkapan 0,2 3 0,6
pengisian
dokumentasi perawat
sudah baik yaitu
100%
5) Dokumentasi 0,2 3 0,6
keperawatan yang
dilakukan pengkajian,
dokumentasi,
perencanaan dan
evaluasi
menggunakan SOAP

TOTAL 1 15 3
WEAKNESS

b. Ekternal faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY
1) Adanya program 0,5 3 1,5
pelatihan
2) Kerjasama yang baik 0,5 3 1,5 O-T
antara perawat dan 3-3 = 0
mahasiswa

TOTAL 1 6 3

THREATENED
1) Tingkat kesadaran 0,5 3 1,5
masyarakat (pasien
dan keluarga) akan
tanggung jawab dan
tanggung gugat
2) Persaingan RS yang 0,5 3 1,5
semakin ketat
TOTAL 1 6 3

Pre Post Conference S-W


a. internal faktor 2,4- 1,2 =
(IFAS) 1,2
STRENGTH
1) Tersedianya sarana 0,5 3 1,5
dan prasarana
(sarung tangan,
masker, baju
pelindung, tempat
sampah medis, safety
box).
2) Perawat memahami 0,5 3 1,5
standar universal
precaution

TOTAL 1 6 3

WEAKNESS
1) perawat tidak 1 2 2
mencuci tangan
sebelum melakukan
tindakan dengan
menggunakan sabun
atau cairan
disinfektan.
TOTAL 1 2 2

b. Ekternal faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY O-T
1) Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5 3-2= 1
Ners yang
melakukan praktik
manajemen
2) Adanya kerjasama 0,5 3 1,5
yang baik antara
mahasiswa dan
perawat.
TOTAL 1 6 3

THREATENED
1) Adanya tuntutan 1 2 2
tinggi dari
masyarakat untuk
meningkatkan
pelayan kesehatan
TOTAL 1 2 2
Kegiatan pre S-W=
conference 3-0= 3
a. internal faktor
(IFAS)
STRENGTH
1) Tersedianya sarana 0,5 3 1,5
dan prasarana (status
pasien, dll)
0,5 3 1,5
2) Perawat mengerti
tentang kegiatan
conference
TOTAL 1 6 3

WEAKNESS
-

b. Ekternal faktor
(EFAS)

OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5 O–T
Ners yang melakukan 3-2= 1
praktik manajemen
2) Adanya kerjasama
yang baik antara 0,5 3 1,5
mahasiswa dan
perawat.
TOTAL 1 6 3

THREATENED
1) Adanya tuntutan yang 1 2 2
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan yang lebih
professional.

TOTAL 1 2 2
4 Keuangan M4 S-W
. a. Internal faktor 2,7- 4 = 1,3
(IFAS)
Strength
1) Ada pendapatan dari 0,3 3 0,9
jasa medic untuk
pasien dengan biaya
ASKES, BPJS, KIS
2) Adanya bantuan dari 0,3 3 0,9
Pemda, Dinkes dll
untuk RS
3) Ada peningkatan gaji 0,4 3 0,9
pertahun
TOTAL 1 9 2,7
Weakness
1) Belum adanya 1 4 4
remunirasi
TOTAL 1 4 4
Ekternal factor
Opportunity O-T
1) Pengeluaran 1 3 3 3-2= 1
berpusat pada RS
TOTAL 1 3 3

Treantened
1) Adanya tuntutan yang 1 2 2
tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan kesehatan
yang lebih
professional sehingga
membutuhkan
pendanaan yang
lebih besar untuk
mendanai saranaan
prasarana
TOTAL 1 2 2
5 Mutu (M5) S-W
. Internal faktor 3,1- 3 = 0,1
Streangth
1) Kepuasan pasien 0,2 3 0,6
terhadap pelayanan
kesehatan di rumah
sakit
2) Rata- rata BOR baik 0,3 4 1,2
3) Sebagai tempat
praktik mahasiswa
4) Adanya variasi 0,2 2 0,4
karakteristik dari
pasie (umum, BPJS,
ASKES)
5) Standar 0,3 3 0,9
pengelolaan
pencegahan infeksi
TOTAL 1 12 3,1
Weakness
1) Belum ada ruang 1 3 3
isolasi
TOTAL 1 3 3
Ekternal faktor
Opportunity
1) Mahasiswa 0,5 3 1,5
keperawatan praktik O-T
manajemen 3-3 =0
2) Kerja sama yang 0,5 3 1,5
baik antara
mahasiswa dan
perawat
TOTAL 1 6 3
Threathened
1) Adanya peningkatan 0,75 3 2,25
standar masyarakat
yang harus dipenuhi
2) Persaingan RS 0,25 3 0,75
dalam memberikan
pelayanan
kesehatan
TOTAL 1 6 3
6 Marketing
. Internal faktor
Streangth
1) Akses mudah di RS 0,4 3 1,2 S-W
2) Tersedia leaflet di 0,3 3 0,9 2,7- 4= -1,3
ruangan
3) Biaya perawatan dari 0,3 2 0,6
ruangan disesuaikan
denan kelas/ fasilitas
kesehatan
TOTAL 1 8 2,7

Weakness
1) Belum ada sosialisasi 0,5 4 2
unggulan di ruangan
2) Visi misi dan motto 0,5 4 2
belum terlihat di
ruangan
TOTAL 1 8 4
Eksternal faktor
oppurtunity

1) Mahasiswa 0,5 3 1,5


keperawatan praktik
manajemen
2) Kerja sama yang 0,5 3 1,5
baik antara mahasiswa
dan perawat

TOTAL 1 6 3
Threathened
1) Adanya peningkatan 0,75 3 2,25 O-T
standar masyarakat 3-3 =0
yang harus dipenuhi
2) Persaingan RS dalam 0,25 3 0,75
memberikan pelayanan
kesehatan
TOTAL 1 6 3

Anda mungkin juga menyukai