OLEH:
1. DEDI M. BENYAMIN
2. HELMI FANGIDAE
3. NOPRI B PACH
4. SONYA A. FOLLA
5. YULFI DAFA
A. KONSEP MANAJEMEN
1. Definisi Manajemen
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pengertian manajemen,
yaitu sebagai berikut :
a. Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan atau usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Hersey
and Blancchard, dalam buku Suchri Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2007).
b. Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan
menggunakan orang lain (G.R. Terry, dalam buku Suchri Suarli dan
Yanyan Bahtiar, 2007).
c. Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu
lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama di dalam suatu
kelompok dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan dengan seefesien
mungkin (H.Weihrich dan H. Koontz, dalam buku Suchri Suarli dan
Yanyan Bahtiar, 2007).
d. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatatan diorganisasi. Didalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan POAC (Planing, Organizing, Actuating,
Controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant dan Massey (1999) (dalam Nursalam, 2012).
e. Manajemen adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekaryaan
melalui orang lain. Manajemen yang efektif merupakan kombinasi dari
ilmu pengetahuan dan seni dalam pelaksanaannya. Ilmu manajemen
adalah cara-cara yang rasional, bertumpu pada logika, bersifat objektif,
dan sistematis. Sedangkan seni manajemen adalah cara-cara
memecahkan permasalahan dengan intuisi, pengalaman, dan pandangan
pribadi. Manajer mengandalkan keterampilan konseptual dan hubungan
antar pribadi (Gillies (1986) dalam Nursalam (2012).
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi menajemen secara ringkas adalah sebagai berikut :
a. Perencaanan (Planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).
Sedangkan menurut Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan
bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah membuat suatu
rencana untuk memberikan pandangan kedepan. Perencanaan
merupakan fungsi manajemen yang penting karena mengurangi risiko
pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu mengantisipasi
jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d. Pengendalian (Controling)
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai
dengan rencana apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat.
Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
3. Tingkatan Manajemen
a. First Line Management (manajemen operasional) merupakan manajemen
tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi
karyawan non manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka
sering disebut supervisor, manajer shift, manajer kantor, manajer
departemen, atau mandor (Foreman).
b. Middle Management (manajemen tingkat menengah) mencakup semua
manajemen yang berada di antara manajer pertama dan manajer puncak
yang bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang
termasuk manajer menengah yaitu kepala bagian, pemimpin proyek,
manajer pabrik, atau manajer divisi.
c. Top Management (manajemen puncak), dikenal pula dengan istilah
Executive Officer bertugas merencanakan kegiatan dan strategi
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan secara
umum dan mengarahkan jalannya perusahaan secara umum dan
mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (
Chief Executive Officer ), CIO (Chief Information Officer) dan CFO ( Chief
Financial Officer).
B. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir,
memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan seefisien mungkin
bagi individu, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1986).
Manajemen keperawatan adalah perencanaan, perencanaan adalah
yang utama untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari
manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau konsep nyata yang
sering dilaksanakan dalam penulisan, meskipun banyak orang dalam
perawatan menggunakan perencanaan secara informal, tanggung jawab dari
perencanaan tidak dituliskan, kemungkinan tidak dilaksanakan (Swansburg,
2000).
Pada hakikatnya proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan
secara professional yang akhirnya keduanya saling menopang. Sebagaimana
dalam proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri dari:
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil.
2. Tujuan Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan yang umumnya ditetapkan oleh bidang
keperawatan meliputi:
a. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit
b. Meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi keperawatan dengan
mendidik perawat yang mempunyai sikap profesional dan bertanggung
jawab dalam pekerjaan
c. Meningkatkan komunikasi antar staf
d. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan
kenyamanan klien
e. Meningkatkan hubungan dengan klien, keluarga, dan masyarakat
f. Meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf keperawatan.
Dengan demikian setiap kegiatan keperawatan diarahkan pada pencapaian
tujuan dan merupakan upaya manager keperawatan untuk selalu
mengkoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan proses pencapaian tujuan
melalui interaksi, komunikasi dan integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan
yang terlibat.
3. Proses Manajemen Keperawatan
a. Pengkajian- Pengumpulan Data
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada
suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
agumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan
dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan,
bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua
kelompok pasien.
Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat
pelayanan diruangan atau sebagian pendekatan system yang
disampaikan oleh Gillies (1989) (dalam Nursalam, 2012).
b. Perencanaan
1) Definisi
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
(Siagian, 2001).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan yaitu:
a) Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
b) Menegakan tujuan
c) Mengalokasikan anggaran belanja
d) Membuat pola struktur organisasi
e) Menegakan kebijaksanaan
f) Prosedur operasional untuk mencapai visi misi yang ditetapkan
2) Tujuan perencanaan menurut Douglas
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran
dan tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personel dan
fasilitas yang tersedia
d) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
e) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga
membantu elemen perubahan
f) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah
g) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol yang efektif
3) Langkah – langkah perencanaan
a) Pahami dan tentukan misi, filosofi dan tujuan
b) Kumpulkan data
c) Analisa
d) Buat alternatif
e) Pilih dan usulkan alternatif
f) Pimpinan menetapkan alternatif
g) Susun rencana
h) Kaji ulang
4) Tahapan dalam perencanaan
a) Pengumpulan data
Sensus pasien harian
Kapasitas tempat tidur
BOR
Rata- rata lama dirawat
Kecenderungan populasi pasien
Perkembangan teknologi
Ketenagaan
b) Analisa lingkungan
Internal : Strength, Weakness
Eksternal : Opportunity, Threats
c) Pengorganisasian data
d) Pilih data penunjang dan penghambat
e) Pembuatan rencana
5) Pelaksanaan
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang
lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas
bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan
yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi
dalam komponen fungsi yang terdiri atas kepemimpinan, komunikasi
dan motivasi (Nursalam, 2002).
6) Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk
menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi
faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan
(Nursalam, 2002).
4. Visi, Misi Dan Filosofi Keperawatan
Visi adalah perawat/ manajer keperawatan harus mempunyai suatu
pandangan dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses
perubahan yang terjadi saat ini dan yang akan datang yaitu tentang
penduduk, sosial, ekonomi, politik yang akan berdampak pada pelayanan
kesehatan.
Misi adalah sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi
keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga
dan mengawasi suatu proses profesionalisasi keperawatan indonesia agar
terus berjalan dan berkesinambungan.
Filosofi keperawatan adalah pernyataan keyakinan tentang keperawatan
dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk
berfikir dan bertindak (Chitty, 1997 dalam Nursalam, 2002).
Filosofi pelayanan keperawatan pada tatanan klinik/ rumah sakit
ditekankan pada :
a. Hak pasien untuk mendapatkan pelayanan dan menentukan
kehidupannya
b. Setiap pasien harus dihargai sama tanpa membeda-bedakan agama,
suku, warna kulit, status dan jenis kelamin.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan harus ditujukan pada pemenuhan
kebutuhan indvidu.
d. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan lain.
e. Perlunya koordinasi dan kerjasama dalam memanfaatkan sumber daya
yang ada dalam mencapai tujuan organisasi.
f. Perlunya evaluasi secara terus-menerus terhadap semua pelayanan
keperawatan yang diberikan.
a) Telling
Digunakan untuk kondisi struktur tugas tinggi dan
pertimbangan rendah
Komunikasi satu arah
Manajer memerintahkan bawahan tentang apa, bagaimana,
dimana, bawahan harus melakukan tugasnya.
b) Selling
Digunakan pada struktur tugas tinggi dan pertimbangan/
hubungan rendah
Sebagian besar arahan masih dibuat oleh manajer
Komunikasi dilakukan dengan dua arah
c) Partisipasi
Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/
hubungan tinggi
Pimpinan dan bawahan bersama-sama membuat keputusan
melalui komunikasi dua arah
Manajer hanya memfaasilitasi karena bawahan memiliki
kemampuan dan pengetahuan dalam menyelesaikan
masalah yang ada
d) Delegasi
Digunakan pada struktur tugas rendah dan pertimbangan/
hubungan rendah
Bawahan diberi kesempatan untuk memainkan kemampuan
yang dimilikinya
Dituntut bawahan memiliki kemampuan tinggi dalam
menyelesaikan masalah.
4) Faktor Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yang mudah sehingga orang
lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan pemberi pesan.
Pesan dapat berupa pesan verbal, tertulis, ataupun nonverbal, proses
ini juga melibatkan suatu lingkungan internal dan eksternal, dimana
komunikasi dilaksanakan. Lingkungan internal meliputi: nilai-nilai,
kepercayaan, temperamen, dan tingkat stress pengirim pesan dan
penerima pesan, sedangkan faktor eksternal meliputi: keadaan cuaca,
suhu, faktor kekuasaan, dan waktu. Kedua belah harus peka terhadap
faktor internal dan eksternal, seperti persepsi dari komunikasi yang
ditentukan oleh lingkungan eksternal yang ada.
5) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat
kompleks, manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui
beberapa tahap di bawah ini (Nursalam, 2007):
a) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yamg akan terkena dampak dari pengambilan
keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan
informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
b) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai
bagian proses yang tidak terpisahkan dalam kebijakan organisasi.
Jika bagian lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi,
manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta
umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu
perubahan atau tindakan.
c) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat
d) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat, salah satu cara untuk melakukannya pada
proses ini adalah meminta penerima pesan untuk mengulangi
pesan atau instruksi yang disampaikan.
e) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manajer, hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua
informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukan rasa
menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.
6) Model komunikasi (Nursalam, 2007)
a) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam
organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap
organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam
mengkomunikasikan pelaksanaaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal.
Manajer harus terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya pada
stafnya. Menurut Asosiasi pendidikan kesehatan di Amerika (1988)
komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi meliputi:
Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai
menulis.
Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu
dipertimbangkan dampaknya.
Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, tulisan
yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan
memungkinkan untuk dibaca orang lain.
Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting,
temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan,
sehingga orang lain mudah mengerti.
b) Komunikasi secara langsung
Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan
dan bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga
melakukan komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik
kepada individu dalam kelompok dan presentasi secara formal
(Nursalam, 2007).
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Pelaku asertif
adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan
individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,
jujur dan dengan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan
orang lain yang diajak berkomunikasi. Hal yang harus dihindari
pada komunikasi secara asertif adalah pasif dan agresif, khususnya
agresif yang tidak langsung. Komunikasi pasif terjadi jika individu
tidak tertarik terhadap topik atau karena enggan berkomunikasi,
sedangkan komunikasi agresif terjadi jika individu merasa superior
terhadap topik yang dibicarakan (Nursalam 2007).
c) Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan
menggunakan ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap tubuh atau
body language. Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi
terhadap pesan yang diterima atau disampaikan, maka komunikasi
non verbal lebih mengandung arti yang signifikan dibandingkan
komunikasi verbal. Tetapi akan menjadi sesuatu yang
membahayakan jika komunikasi nonverbal disalah artikan tanpa
adanya penjelasan secara verbal (Nursalam 2007). Manajer yang
efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal, agar
individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas
(Nursalam 2007)
c. Gaya Kepemimpinan
Gaya diartikan sebagai sutu cara penampilan karakteristik atau
tersendiri. Menurut Follet (1940), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa
yang tersendiri dari ahli dengan hasil akhir yang dicapai tanpa
menimbulkan isu sampingan. Gillies (1970), menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu
sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman
bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian
seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bevariasi dan berbeda-
beda. Menurut para ahli, terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang
dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain :
1) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannebbau dan Warrant H. Schmitdt
dalam Nursalam (2002)
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat
dijelaskan melalui titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada
atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut
dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi.
Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibandingkan dengan kepentingan individu, maka
pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai
pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisispasi, maka
pemimpin dapat menerapkan gaya partisispasinya.
2) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2002) mengelompokkan gaya
kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :
a) Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan
yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui
ancaman dan hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke
bawah (Top-Down).
b) Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat
tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman
tetapi tidak selalu dan memperbolehkan komunikasi ke atas.
Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan
wewenang meskipun dalam pengambilan keputusan masih
melakukan pengawasan yang ketat.
c) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan cukup
besar. Pemimpin menggunakan balasan (Insentif) untuk
memotivasi bawahan dan kadang-kadang mengunakan ancaman
atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan
spesifik yang dbuat oleh bawahan.
d) Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap
bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan
insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan, komunikasi dua arah
dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
3) Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Teori ini dkemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya
The Human Side Interprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku
seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua
kutub utama yaitu sebagai teori X dan Y. Teori X mengasumsikan
bahwa bawahan itu tidak menyukai pekaryaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab cenderung menolak perubahan, dan lebih
suka dipimpin dari pada memimpin. Sebaliknya teori Y
mengasumsikan bahwa bawahan itu senang bekerja, bisa menerima
tanggung jawab mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi dan kreatif. Dari teori ini gaya kepemimpinan dibagi
menjadi 4 macam :
a) Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Wewenang mutlak berada pada pimpinan
Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
Kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada
bawahan
Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau
kegiatan para bawahan dilakukan sacara ketat
Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan
saran, pertimbangan atau pendapat
Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
Lebih banyak kritik dari pada pujian
Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa
syarat
Pimpinan menuntut kesetian tanpa syarat
Cendurung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
Kasar dalam bersikap
Tanggng jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh
pimpinan
b) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokrasi adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang
akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan. Gaya kepemimpinan ini memilki ciri-ciri sebagai berikut:
Wewenang pimpinan tidah mutlak
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada
bawahan
Keputusan dilihat bersama antara pimpinan dan bawahan
Komunikasi bertanggung jawab baik
Pengawasan dilakukan secara wajar
Prakarsa dapat datang dari bawahan
Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan
saran dan pertimbangan
Pujian dan kritik seimbang
Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam
batas masing-masing
Pimpinan meminta kesetian bawahan secara wajar
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan
bertindak
Terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati
dan saling menghargai.
Tangung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara
bersama-sama
c) Liberal atau Laissez Fair
Kepimpinan gaya liberal atau Laissez Fair adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja
sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaannya dilakukan lebih banyak diseahkan kepada
bawahan. Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada
bawahan
Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh
bawahan
Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
Prakarsa selau berasal dari bawahan
Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh
perorangan.
7) Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan
wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
a) Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
atau pekaryaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan
dalam memimpin. Pimpinan menentukan semua tujuan yang akan
dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi diberikan hanya
kepada kepentingan tugas. Motivasi dengan reward dan
punishment.
b) Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang mengahrgai sifat dan
kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan
pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok
untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan
pengontrolan penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya
dan terbuka.
c) Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis yaitu
pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan
kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf
diminta saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf
terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.
d) Bebas tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri
kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf atau
bawahan mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan caranya sendiri.
Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian
secara minimal.
2. Material
a. Pengadaan peralatan mempertimbangkan aspek :
1) Alat Tenun :
a) Menyerap keringat /air
b) Mudah dibersihkan
c) Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan
d) Pilihan warna memperhatikan aspek psikologis pasien
e) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman
f) Tidak menyebabkan iritasi/perlukaan kulit
2) Alat pencatatan dan pelaporan :
a) Bahasa sederhana dan mudah dimengerti.
b) Mudah diisi.
c) Ukuran, jenis, kertas dan desain terstandar
3) Alat kesehatan :
a) Mudah dibersihkan
b) Tidak mudeah berkarat.
c) Ukuran standar secara umum.
d) Aman penggunaan baik bagi petugas dan klien.
e) Tidak berfrungsi sebgai mediator kuman.
f) Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan
Agronomi.
g) Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan alat.
h) Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menentukan standar
peralatan keperawatan :
1) Kebijakan rumah sakit yang menyangkut pengadaan peralatan
keperawatan serta prioritas yang menjadi pertimbangan dalam
mengambil keputusan.
2) Tingkat hunian Bed Occupancy Rate (BOR) dan Turn Over Interval
(TOI) yang tertinggi.
3) Pola penyakit dan jenis pelayanan akan berpengaruh terhadap
pengadaan peralatan keperawatan dan kebidanan yang
dipergunakan baik jenis, jumlah dan kualitas peralatan.
4) System pemeliharaan peralatan keperawatan.
5) Adanya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan
dalam pengelolaan peralatan keperawatan.
6) Pemilihan jenis peralatan keperawatan mempertimbangkan klien,
petugas, institusi, dan bangsa pasar.
c. Persyaratan Teknis Sarana Bangunan Instalasi Rawat Inap
1) Lokasi.
2) Denah
3) Kebutuhan minimal luas ruangan pada bangunan rawat inap
3 Ruang Konsultasi 20 M2
4 Ruang Tindakan 9 M2
5 Ruang administrasi 12 M2
6 Ruang dokter 18 M2
7 Ruang perawat 9 M2
8 Ruang ganti/loker 9 M2
12 Spoelhoek 9 M2
13 Kamar mandi/toilet 25 M2
14 Pantry 9 M2
15 Ruang 9 M2
janitor/service
16 Gudang bersih 18 M2
17 Gudang kotor 18 M2
7) Pintu
Pintu masuk ke ruang rawat inap, terdiri dari pintu ganda,
masing-masing dengan lebar 90 cm dan 40 cm, pada sisi pintu
dengan lebar 90 cm, di pasang kaca intai, pintu masuk ke kamar
mandi umum, minimal lebarnya 85 cm, pintu masuk ke kamar mandi
pasien, untuk setiap kelas, minimal harus ada 1 kamar mandi
berukuran lebar 90 cm, diperuntukkan bagi penyandang cacat.
8) Kamar mandi
9) Jendela
Lebih disukai menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah
pemeliharaannya, dan cukup rapat.
d. Persyaratan Teknis Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap
1) Persyaratan keselamatan bangunan.
Pelayanan pada bangunan instalasi rawat inap, termasuk
“daerah pelayanan kritis”, sesuai SNI 03 – 7011 – 2004, Keselamatan
pada bangunan fasilitas kesehatan”.
a) Struktur bangunan.
b) Sistem proteksi petir.
c) Sistem proteksi Kebakaran.
d) Sistem kelistrikan.
Sumber daya listrik.
Jaringan.
Terminal
Kotak Kontak (stop kontak)
Setiap kotak kontak daya harus menyediakan sedikitnya satu
kutub pembumian terpisah yang mampu menjaga resistans
yang rendah dengan kontak tusuk pasangannya.
Karena gas-gas yang mudah terbakar dan uap-uap lebih
berat dari udara dan akan menyelimuti permukaan lantai bila
dibuka, Kotak kontak listrik harus dipasang 5 ft ( 1,5 m) di
atas permukaan lantai, dan harus dari jenis tahan ledakan.
Jumlah kotak untuk setiap tempat tidur di daerah pelayanan
kritis, minimal 4 buah, sesuai SNI 03 – 7011 – 2004,
Keselamatan pada bangunan fasilitas kesehatan”
Saklar
Saklar yang dipasang dalam sirkit pencahayaan harus
memenuhi SNI 04–0225–2000, Persyaratan Umum Instalasi
Listrik (PUIL 2000), atau pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
Pembumian
Kabel yang menyentuh lantai, dapat membahayakan
petugas, sistem harus memastikan bahwa tidak ada bagian
peralatan yang dibumikan melalui tahanan yang lebih tinggi dari
pada bagian lain peralatan yang disebut dengan sistem
penyamaan potensial pembumian (Equal Potential Grounding
System). Sistem ini memastikan bahwa hubungan singkat ke
bumi tidak melalui pasien.
Peringatan
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam
pemakaian listrik membawa akibat bahaya sengatan listrik,
padamnya tenaga listrik, dan bahaya kebakaran.
Kesalahan dalam instalasi listrik bisa menyebabkan arus
hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas. Ketentuan
lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pemeliharaan sistem kelistrikan pada bangunan instalasi rawat
inap mengikuti :
3) Persyaratan kenyamanan
4) Sistem pengkondisian udara.
5) Kebisingan
6) Getaran.
7) Persyaratan kemudahan.
g. Sarana Dan Prasarana Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum)
Departemen Kesehatan Ri Sekertariat Jenderal Pusat Sarana,
Prasarana dan Peralatan Kesehatan 2012.
1) Ruang pasien rawat inap
Ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan
keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24
jam, untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan
dengan nama sendiri-sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan
fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya.
2) Ruang Pos Perawat.
Ruang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan
dan pelayanan keperawatan (Pre dan Post Conference, pengaturan
jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien.
3) Ruang Konsultasi
Ruang untuk melakukan konsultasi oleh tenaga kesehatan
kepada pasien dan keluarganya.
4) Ruang Tindakan.
Ruangan untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa
tindakan invasive ringan maupun non-invasive.
5) Ruang administrasi
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya
pelayanan pasien di ruang rawat inap. Ruang ini berada pada bagian
depan ruang rawat inap dengan dilengkapi loket/counter, meja kerja,
lemari berkas/arsip, dan telepon/interkom, kegiatan administrasi
meliputi :
a) Pendataan pasien
b) Penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien (apabila
diperlukan tindakan bedah).
c) Rekam medis pasien.
6) Ruang Dokter.
Ruang Dokter terdiri dari 2 ruangan, yaitu kamar kerja dan kamar
istirahat/kamar jaga, pada kamar kerja harus dilengkapi dengan
beberapa peralatan dan furnitur, sedangkan pada kamar istirahat
hanya diperlukan sofa dan tempat tidur. Ruang Dokter dilengkapi
dengan bak cuci tangan (Wastafel) dan toilet.
7) Ruang perawat.
Ruang untuk istirahat perawat/petugas lainnya setelah
melaksanakan kegiatan pelayanan pasien atau tugas jaga. Ruang
perawat harus diatur sedemikian rupa untuk mempermudah semua
pihak yang memerlukan pelayanan pasien sehingga apabila ada
keadaan darurat dapat segera diketahui untuk diambil tindakan
terhadap pasien.
8) Ruang Loker
Ruang ganti pakaian Dokter, perawat dan petugas rawat inap.
9) Ruang kepala rawat inap
Ruang tempat kepala rawat inap melakukan manajemen asuhan
dan pelayanan keperawatan, diantaranya pembuatan program kerja
dan pembinaan
10) Ruang linen bersih.
uang untuk menyimpan bahan-bahan linen bersih yang akan
digunakan di ruang rawat.
11) Ruang linen kotor.
Ruangan untuk menyimpan bahan-bahan linen kotor yang telah
digunakan di ruang rawat inap sebelum di bawa ke ruang cuci
(laundri).
12) Poolhoek
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien
khusnya yang berupa cairan. Spoelhoek dalam, bentuk bak atau
kloset dengan leher angsa (water seal). Pada ruang spoehoek juga
harus disediakan kran air bersih untuk mencuci tempat cairan atau
cuci tangan. Ruang tempat spoelhoek ini harus menghadap
keluar/berada di luar area rawat inap ke arah koridor kotor.
Spoelhoek dihubungkan ke septic tank khusus atau jaringan IPAL.
13) Kamar Mandi/Toilet
Fasilitas diatur sesuai kebutuhan, dan harus dijaga
kebersihannya karena dengan kamar mandi/toilet yang bersih citra
rumah sakit khususnya ruang rawat inap akan baik, terdiri dari toilet
pasien dan toilet staf.
14) Pantri
Tempat untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka
yang ada di ruang rawat inap rumah sakit.
15) Ruang Janitor
Ruang tempat menyimpan dan mencuci alat-alat pembersih
ruangan rawat inap.
16) Gudang bersih
Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-
barang/bahan-bahan dan peralatan untuk keperluan ruang rawat
inap.
17) Gudang kotor.
Gudang adalah ruangan tempat penyimpanan barang-
barang/bahan-bahan bekas pakai.
18) Bangunan gedung.
Adalah konstruksi bangunan yang diletakkan secara tetap
dalam suatu lingkungan, di atas tanah/perairan, ataupun di bawah
tanah/perairan, tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
tempat tinggal, berusaha, maupun kegiatan sosial dan budaya
19) Standar peralatan keperawatan
Tabel 2.3 Alat Keperawatan di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Ratio Pasien :
Alat
1. Tensimeter 2/ruangan
2. Stetoskop 2/ruangan
5. Sterilisator 1/ruangan
6. Tabung oksigen + flow meter 6/ruangan
8. V C set 2/ruangan
1. Gordyn 1:2
2. Baju pasien 1:5
6. Piyama 1:5
3. Metode (Method)
a. Konsep Metode Praktek Keperawatan Profesional
1) Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan adalah deskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada
filosofi, konsep dan teori keperawatan. Era globalisasi dan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal.
Indonesia juga berupaya mengembangkan model praktik keperawatan
profesional (MPKP).
2) Tujuan MPKP
a) Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawata.
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan.
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan.
Ada lima komponen MPKP :
Nilai professional
Pendekatan manajemen
Metode pemberian asuhan keperawatan
Hubungan professional
System penghargaan dan kompensasi
3) Macam Metode Penugasan Dalam Keperawatan
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan, akan selalu
menggunakan salah satu metode pendekatan di bawah ini :
a) Metode fungsional
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang
didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang
dilakukan. Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga
ditugaskan pada bagian tersebut secara umum, sebagai berikut :
Kepala Ruangan, tugasnya :
Merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan
perawatan pasein, membuat penugasan, melakukan supervisi,
menerima instruksi dokter.
Perawat staf, tugasnya :
Melakukan askep langsung pada pasien
Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu
tenaga keperawatan
Perawat Pelaksana, tugasnya :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan
askep sedang, pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan
pasein dengan penyakit kronik dan membantu tindakan
sederhana (ADL).
Pembantu Perawat, tugasnya :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan
mandiri untuk mandi, menbenahi tempat tidur, dan membagikan
alat tenun bersih.
Tenaga Administrasi ruangan, tugasnya :
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi
informasi, mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan,
mencatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat
rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-
obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala
ruangan.
Kerugian metode fungsional:
Pasien mendapat banyak perawat.
Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
Pelayanan terputus-putus
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
Kelebihan dari metode fungsional :
Sederhana
Efisien.
Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah
selesai tugas.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
kurang berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau
peserta didik yang praktek untuk keterampilan tertentu.
b) Metode penugasan pasien/metode kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan
untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh
kepala ruangan untuk memberi asuhan keperrawatan langsung
kepada pasien yang ditugaskan.
Kekurangan metode kasus :
Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat
yang terbatas sehingga tidak mampu memberikan asuhan
secara menyeluruh
Membutuhkan banyak tenaga.
Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga
tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama
perawat penaggung jawab klien bertugas.
Kelebihan metode kasus:
Kebutuhan pasien terpenuhi.
Pasien merasa puas.
Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
c) Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang
berijazah dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya. Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh
pemimpin kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan
menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan
kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan
keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok
pasien.
Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :
Ketua tim
Pelakaana perawatan
Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan
asuhan yang lebih baik dengan menggunakan tenaga yang
tersedia.
3) Manfaat
a) Bagi Perawat
Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggung jawab
antar perawat
Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
b) Bagi pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada
yang belum terungkap
PASIEN
RENCANA TINDAKAN
MASALAH :
1. TERATASI
2. BELUM TERATASI
3. TERATASI SEBAGIAN
4. MUNCUL MASALH BARU
d. Konsep Supervisi
1) Pengertian
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor
mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan,
dalam peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu
setiap saat (Depkes, 2000). Supervisi adalah suatu teknik pelayanan
yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki secara
bersama-sama (H. Burton, dalam Pier AS, 1997).
2) Tujuan
a) Mengoreintasi staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Melatih staf dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
c) Memberikan arahan dalam pelaksanaan tugasnya agar menyadari
dan mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksanaan
asuhan keparawatan.
d) Memberikan layanan kemampuan staf dan pelaksanaan
keperawatan dalam memberikan asuhan
e) Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman
3) Prinsip
a) Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
keterampilan, hubungan antara manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan kepimimpinan.
c) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar.
d) Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara
supervisior dan perawat pelaksana.
e) Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang
spesifik.
f) Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi
efektif, kreativitas, dan motivasi.
g) Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna
dalam pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien,
perawat, dan manajer.
4) Pelaksanaan Supervisi
a) Kepala ruangan
Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan
dalam pelayanan keperawatan pada klien diruang perawatan.
Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan diruang perawatan sesuai dengan tugas yang
didelegasikan.
b) Pengawas keperawatan
Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan kepada
kepala ruangan yang ada diinstalasinya.
c) Kepala seksi keperawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung.
5) Langkah-langkah Supervisi
a) Pra-Supervisi
Supervisior menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
Supervisior menetapkan tujuan
b) Pelaksanaan supervisi
Supervisior menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan.
Supervisior mendapat beberapa hal yang memerlukan
pembinaan.
Supervisior memanggil Ka.tim dan PA untuk mengadakan
pembinaan dan klasifikasi permasalahan.
Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan
memvalidasi data sekunder
c) Pasca-Supervisi-3F
Supervisior memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
Supervisior memberikan feedback dan klarifikasi
Supervisior memberikan reinforcement dan follow up
perbaikan.
6) Peran Supervisior dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Peran dan fungsi supervisior dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya
yang tersedia (Nursalam, 2007)
1) Orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24 jam pertama)
dan kondisi pasien sudah tenang.
Orientasi dilakukan oleh PP (perawat primer). Bila PP tidak ada
PA (Perawat asosiet) dapat memberikan orientasi untuk pasien
dankeluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh
PPsesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang bertanggung
jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan Orientasi
diberikan pada pasien dan didampingi anggota keluarga yang
dilakukan di kamar pasien dengan menggunakan format orientasi.
Selanjutnya pasien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap
format orientasi yang ditempelkan di kamar pasien.
2) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada pasien
dan keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci
pasien
3) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang
mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan ,
sekaligus menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan
pasien dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien.
4) Pada saat penggantian dinas (di kamar pasien), ingatkan pasien nama
perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan pasien atau
keluarga melihat pada daftar nama tim.
g. Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien
dilibatkan untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan
akan tetapi pada kasus terntentu harus dilakukan oleh penanggung jawab
dengan melibatkan seluruh anggota tim yang jaga.
1) Karakteristik :
a) Klien dilibatkan secara langsung.
b) Klien merupakan fokus kegiatan.
c) Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi
bersama.
d) Kosuler memfasilitasi kreatifitas.
e) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah
2) Tujuan
a) menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b) Menumbuhkan pemikran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
c) Meningkatkan vadilitas data klien
d) Menilai kemampuan justifikasi
e) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
f) Meningkatkan kemampuan untuk emodifikasi rencana perawatan.
3) Manfaat
a) masalah pasien dapat teratasi
b) kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c) terciptanya komunitas keperawatan yang professional
d) terjalinya kerja sama antar tim kesehatan
e) perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan
tepat dan benar.
4) Kriteria pasien
pasien yang dipilih dilakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
dilakukan tindakan keperawatan
Pasien dengan kasus baru atau lengkap
Peran masing – masing angota tim :
Perawat primer dan perawat asosiet
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah
peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang
bias disebutkan antara lain :
Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
Menjelaskan masalah keperawatan utama
Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan
dilakukan
Menjelaskan tindakan selanjtunya
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer lain dan atau konsuler
Memberikan justifikasi
Memberikan reinforcement
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi
keperawatan serta,tindakan yang rasional,
Mengarahkan dan koreksi
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Peran PP dalam ronde dengan PA
Bimbingan PP melakukan ronde dengan PA
Ronde keperawatan bersama PA sebaiknya juga
dilakukan stiap hari , ronde ini penting selain untuk
supervise kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk
memperoleh tambahan data tentang kondisi klien.
Panduan PP dalam melakukan ronde PA
PP menentukan 2 – 3 klien yang akan di ronde
Sebaiknya di pilih klien yang membutuhkan perawatan
khusu dengan masalah yang relative kompleks.
Ronde dilkukan setiap hari, terutama pada waktu
ketika intensitas kegiatan diruangan
Waktu yang dilakukan uantuk melakukan keseluruhan
ronde kurang lebih 1 jam.
PP mempersentasikan masukan kepada PA dan
memberikan pujian pada hal – hal tertentu.
Masalah yang sensitive sebaiknya tidak didiskusikan
dihadapan klien.
Kriteria Evaluasi
Struktur
Persyaratan administrative (Informed Consent, alat,
dan lainya)
Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan
ronde
Persiapan dilakukan sebelumya
Proses
Serta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
Seluruh peserta aktiv dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
Hasil
Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
Masalah pasien dapat teratasi
Perawat dapat :
Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
Meningkatkan kemampuan validitas pasien
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien
Meningkatkan kemampuan justifikasi
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
Langkah – langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
Bagan 2.1 Langkah-Langkah Ronde Keperawatan
Tahap Pra PP
Persiapan pasien
Tahap
Penyajian masalah - Apa diagnosis
pelaksanaan keperawatan ?
dinurse - Apa data yang
station mendukung?
- Bagaimana
intervensi yang
dilakukan?
- Apa hambatan
temukan?
tahap pelaksanaan
Lanjutkan – diskusi di
Nurse station
Kesimpulan dan
pasca rounde rekomendasi solusi
masalh
keterangan :
Pra – ronde
Menetukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
Menentukan tim rode
Mencari sumber atau literatur
Membuat proposal
Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian.
Diskusi :
Pelaksanaan ronde
Pasca ronde
h. Sentralisasi obat
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengolahan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam,2002).
1) Tujuan
a) Tujuan umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat7
b) Tujuan khusus benar sesuai dengan prinsip 6 T + 1 W dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan.
c) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer
dan perawat assosiate dalam penerapan prinsip 6 T + 1 W
d) Meningkatkan kepuasan kerja
e) Pasien dan keluarga atas asuhan keperawatanyang diberikan.
f) Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat
dalam pengelolaan sentralisasi obat.
g) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi
2) Peran
a) Perawat PP dan PA
Menjelaskan tujuan dilaksanakan sentralisasi obat
Menjelaskan manfaat dilaksanakanya sentralisasi obat
Memfasilitasi pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat
selama pasien dirawat.
Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program
terapi.
b) Perawat PP dan supervisor
Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan
malpraktek
Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
Memotivasi pasien untuk mematuhi program.
4. MONEY
a. Pengertian manajemen keungan
Pengertian manajemen keuangan cukup beragam sesuai dengan
pihak yang menafsirkan. Menurut Prof. Dr. Bambang Riyanto manajemen
keuangan adalah “ semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan
usaha mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan dan usaha
untuk menggunakan dana tersebut seefisien mungkin”. Dari aspek
manajemen pengertian tersebut berarti manajemen keuangan menyangkut
kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan
perusahaan.
b. Fungsi manajemen keungan
1) Perencanaan Keuangan
a) Membuat rencana pemasukan dan pengeluaraan serta kegiatan-
kegiatan lainnya untuk periode tertentu
b) Penganggaran Keuangan
c) Tindak lanjut dari perencanaan keuangan dengan membuat detail
pengeluaran dan pemasukan.
2) Pengelolaan Keuangan
Menggunakan dana perusahaan untuk memaksimalkan dana
yang ada dengan berbagai cara
3) Pencarian Keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang ada untuk
operasional kegiatan perusahaan.
4) Penyimpanan Keuangan
Mengumpulkan dana perusahaan serta menyimpan dana
tersebut dengan aman.
5) Pengendalian Keuangan
Melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem
keuangan pada paerusahaan.
6) Pemeriksaan Keuangan
Melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada
agar tidak terjadi penyimpangan. Dalam menjalankan fungsinya, tugas
manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok
perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
5. Market
Dalam Suprihanto (1997) dalam terjemahan marketing for Health Care
Organization menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu analisis,
perencanaan, pengimplementasian, dan pengendalian program-program yang
diformulasikan dengan hati-hati untuk menghasilkan pertukaran nilai secar
sukarela dengan target pasar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi.
4) Dasar Hukum
Katim 1 Katim 2
(Sudarman Skep ) ( Lina Herlina Amd kep)
Saran/Masukan :
a) Keperawatan
b) Non keperawatan
Managemen ruangan
a. Metode Douglas
8) Kepuasan perawat
2. Material
a. Penataan gedung dan lokasi/denah ruangan
Lokasi penera pan proses manajerial keperawatan dilakukan pada
ruangan E3 dengan uraian sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatas dengan gedung mushollah
- Sebelah selatan berbatasan dengan gedung D
- Sebelah timur berbatasan dengan rumah warga
- Sebelah barat berbatasan dengan gedung C
- Penataan gedung sudah sesuai dengan peruntukan pelayanan
karena sudah di fasilitasi dengan lift dan tangga darurat sehingga
akses pelayan mudah.
-
b. Fasilitas
1) Fasilitas untuk pasien
Tabel. 1.1 daftar fasilitas untuk pasien di ruang E3 RSUD Cibabat
No. Nama barang Juml kondisi Ideal usulan
ah
1. Tempat tidur 32 Baik 1:1 -
2. Meja pasien 32 Baik 1:1 -
3. Kursi 32 Baik 1:1 -
4. Kamar 8 Cukup 1:5 -
Mandi/WC baik
5. Handrab 5 Baik 1/ruangan -
6. Jam dinding 4 3 baik 1/ruangan ditambah
7. Kursi roda 1 Baik 2- Ditambah
3/ruangan
8. Brankar 2 Baik 1/ruangan -
9. Laken 74 Baik
10. Stik laken 12 Baik
11. Kasur/ spon 34 Baik
12. Duc bolong 3 Baik
kecil
13. Gorden 56 Baik
14. Scherm 1 Baik
15. Bantal 32 Baik
2) Fasilitas untuk petugas kesehatan
- Ruangan kepala ruangan menjadi satu dengan ruang
konseling
- Kamar mandi/WC perawat ada 1
- Nurse station bersebelahan dengan kepala ruangan
- Gudang berada dibelakang administrasi
- Ruang ganti berada di belakang nurse station
- Terdapat TV, dan dapur
3) Alat kesehatan yang ada diruang E3 RSUD Cibabat
Tabel 1.2 daftar alat kesehatan di ruang E3 RSUD Cibabat
No. Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Stetoskop 3 Baik 2/ ruangan
2. Spignomanometer 3
3. Lemari Es 1 Baik 1/ruangan -
4. Ambu bag 1 Baik
5. Tempat sampah 4 Baik
pasien
6. Tabung O2 28 Baik
7. Korentang 1 Baik
8. Bengkok 4 Baik
9. Bak instrument 2 Baik
10. Kacamata google 1 Baik
11. Pispot 24 Baik
12. Suction pump polt 1 Baik
13. Gunting perban 1 Baik
14. Troli 3 Baik
15. Alat EKG 4 Baik
16. Alat WSD 1 Baik
17. Alat Nebuliser 1 Baik
18. Bak tindakan 5 Baik
19. Lemari obat 2 Baik
pasien
20. Kunci inggris 1 Baik
22. Stretcher 1 Baik
23. Pulse oximetri 1 Baik
pocket
24. Thermometer 1 Baik
digital
25. Tromol 1 Baik
26. Standar infuse 32 Baik 1/ pasien
27. Kursi lipat 9 Baik
28. Manometer O2 Baik
lengkap
29. Gerosan obat 2 Baik
30. Lemari 1 Baik
penyimpaam
dokumetasi
pasien
31. Telepon 1 Baik 1/ruangan
32. Computer 1 set Baik 1/ruangan
33. Alat pemadam 1 Baik 1/ruangan
kebakaran
34. Lemari obat 2 Baik
pasien
4) Alat/ bahan sehabis pakai
a. Masker
b. Sarung tangan
c. Alcohol swab
d. Spuit
e. Kasa
f. Plester
g. Hipafix
h. Selang kateter
i. Selang NGT
5) Adminisrasi penunjang RM
a. Buku injeksi
b. Buku visit dokter ada 7
c. Buku laporan
d. SOP
e. Leaflet
3. Money
NO KONDISI OPTIMAL BELUM BELUM KETERANGAN
KEUANGAN UNIT (2) OPTIMAL ADA (0)
(1)
1. Penyusunan -
anggaran
2. Pertanggung -
jawaban keuangan
kegiatan 2 minggu
setelah kegiatan
3. Penggnaaan -
keuangan efektif
(perbedaan 10%
darianggaran)
4. Penggunaan -
keuangan efisien
5. Saldo optimal -
dengan peningkatan
pertahun
6. Hibah 2 Biasanya hibah
depkes/dinkes Depkes diberikan
ke RS baru ke
ruangan
7. Hibah 2 Biasanya
Pemda/Pemprov diajukan proposal
setempat jika disetujui
maka akan
diberikan biaya.
8. Hibah luar negeri 2 Biasanya ke RS ,
misalnya
pemberian
Ambulans.
9. Adanya sponsor 0 -
instansi kerjasama
10. Adanya remunirasi
11. Gaji pegawai diatas 2 PNS sesuai
UMR pangkat dan
golongan,
sedangkan
honorer diatas
UMR kota
Bandung
12 Gaji pegawai 2 Ya, gaji yang
menunjukan terima sesuai
penghargaan dengan profesi.
profesi
13. Adanya tunjangan 2 Ya ada, seperti
kesehatan pegawai BPJS, ASKES
14. Adanya tunjangan 2 Ya ada, Seperti
hari tua pegawai TASPEN dan
JHT
15 Adanya 2 Ya
peningkatan gaji per
tahun
16. BOR pasien diatas/ 2 Ya
sama dengan >70%
Gaji PNS sesuai pangkat dan golongan, sedangkan honorer diatas UMR
kota Bandung, gaji yang di terima sesuai dengan profesinya. Adapun tunjangan
kesehatan dan tunjangan hari tua bagi pegawai seperti BPJS, ASKES, TASPEN
dan JHT dan untuk peningkatan gaji pegawai pertahun terdapat peningkatannya.
Dan BOR pasien di ruangan E3 > 70 % yang artinya sudah sesuai dengan
standar NASIONAL.
4. Metode
Metode yang digunakan di ruangan E3 adalah metode TIM (2 TIM)
1) Timbang terima (Operan Dinas)
Timbang terima (Operan Dinas) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Tujuannya untuk mengkomunikasikan keadaan pasien
dan menyampaikan informasi yang penting.
Kegiatan operan diruang E3 yang dilakukan oleh kelompok sudah
dilakukan sesuai dengan STANDART operasional prosedur yang sudah
disepakati oleh kelompok dengan menerapkan prinsip operan, namun
masih belum optimal, antara lain : pada saat melakukan timbang terima
hanya dilakukan di ruang Nurse station tidak ke tempat tidur pasien dan
perawat tidak memperkenalkan diri ke pasien terkait perawat selanjutnya
yang bertangung jawab. Dengan presentase 88%
2) Pre Post Conference
Pre Post Conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap
hari, dilakukan sebelum (Pre) atau setelah (Post) melakukan operan
dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan. Tujuan
untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan
dan merencanakan evaluasi hasil, mempersiapkan hal-hal yang akan
ditemui di lapangan dan memberikan kesempatan untuk berdiskusi
tentang keadaan pasien.
Kegiatan Pre Post conference bejalan dengan baik mulai dari
persiapan perlengkapan (status pasien) dan petugas masing-masing,
dalam pelaksanaan kegiatan conference dilakukan setiap hari mulai dari
menyampaikan perkembangan dan permasalah pasien, berdiskusi
mengenai masalah klien dan post conference dengan mengingatkan
tentang kedisplinan, ketelitian dan kejujuran dalam menjalankan tugas.
Dengan presentase 100%.
3) Supervisi
Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar merekan dapat melaksanakan
tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Tujuan
memberikan bantuan kepada bawahan sehingga bawahan memiliki bekal
yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas dengan hasil yang baik.
Selama dinas di ruangan E3 belum ada supervisi yang dilakukan di
ruangan.
4) Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru sudah dijalankan namun pada persipan alat
tidak ada set pemeriksaan fisik (timbangan BB dan TB). Dengan
presentase 94%.
Saran/ masukan : disarankan pada saat penerimaan pasien baru
diharapkan perawat meperkenalkan ruangan dan alat yang ada di
ruangan.
5) Perencanaan pasien pulang (Discharge planning)
Perencanaan pasien pulang (Discharge planning) yaitu menyiapkan
klien yang akan pulang karena sudah sembuh atau melanjutkan
perawatannya di rumah (home care). Tujuan menyiapkan klien untuk
kembali ke lingkungan tempat tinggalnya dan menyiapkan keluarga untuk
melakukan perawatan lanjutan yang masih diperlukan bagi klien di rumah.
Perencanaan pasien pulang (Discharge planning) di ruangan sudah di
jalankan pada saat pasien pulang di beri pendidikan kesehatan kepada
keluarga dan pasien namun saat pulang tidak ada perawat yang
mengantarkan sampai pintu keluar serta perawat tidak menjelaskan
tindakan apa yg dilakukan jika gejala pasien terjadi kembali. Dengan
presentase 92,3 %.
6) Sentralisasi obat
Sentralisasi obat sudah dijalankan dengan baik dimana dari pihak
farmasi lansung datang membawa obat beserta resepnya. Dengan
presentase 100%.
7) Pelaksanaan universal precaution
Pelaksanaan universal precaution sudah dilakukan dengan baik
dimana sarung tangan, masker,tempat sampah medis dan benda tajam
tersedia dan mudah didapat. Perawat mencuci tangan setelah tindakan,
menggunakan masker pada saat yang tepat sesuai kebutuhan. Dengan
prsentase 88,2%.
8) Audit dokumentasi askep
Audit dokumentasi askep sudah dijalankan dengan baik dimana data
dalam pengkajian l cfvengkap (data biodata, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, data biologis (Fisik), data psikososial-spiritual,
pola hidupi/pola aktivitas sehari-hari, data respon nyeri, dalam data
diagnose sesuai dengan prioritas masalah dan dirumuskan dengan benar
(PES), untuk perencanaan rencana keperawatan disusun menurut
prioritas masalah, terdapat tujuan yang harus di capai, mencakup tindakan
mandiri perawat dan tindakan kolaboratif. Untuk pelaksanaan terdapat
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaborasi, tercatat hasil observasi
atau respon pasien terhadap tindakan yang sudah dilaksanakan dan
tercantum nama dan paraf perawat setiap tindakan keperawatan yang
dilaksanakan dan untuk evaluasi diagnosa keperawatan dievaluasi setiap
hari, diagnose keperawatan yang teratasi, teratasi sebagian dan yang
tidak teratasi tercantum dalam dokumentasi, tercantum nama dan waktu
pelaksanaan evaluasi, tercantum nama dan paraf perawat yang
melakukan evaluasi. Dengan presentase 100%.
5. Mutu
1) Perhitungan Tempat Tidur Terpakai (BOR)
KODE NAMA
NO TOI
SUBUNIT SUBUNIT
1 2E330 Rawat inap Gd. 0,52
E/LT-3/Kls-3
INDIKATOR KEPERAWATAN
6. Marketing
1. Tempat(place)
Visi dan misi RS dapat terlihat jelas didepan RS, sedangkan untuk visi
dan misinya dari ruangan belum optimal karena belum ditempel atau dipajang
di tembok ruangan.kotak saran terlihat jelas, tersediadi depan bagia
administrasi dan selalu dipantau isinya.
4. Produk unggulan
Program unggulan ruangan belum ada, hanya memaksimalkan pasien
safety dan hand higine. Homecre/ homevisit belum ada dari ruangan kepada
pasien yan membutuhkan perawatan lanjutan dirumah. Bagi perawat ada
pengembangan atau pelatihan. Setiap pasien yang dirawat selalu diberikan
kenyamanan terhadap tindakan dan ligkungan dari ruangan tersebut. Untuk
pengembangan pengendalian infeksi nosokomial biasanya dari tim PPI.
Analisa SWOT
Tabel Analisa SWOT
THREATENED
1) Adanya tuntutan 0,2 3 0,6
tinggi dari masyarakat
untuk pelayanan yang
lebih professional
2) Makin tingginya 0,2 3 0,6
kesadaran
masyarakat akan
hukum
3) Makin tinggi 0,4 2 0,8
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
4) Persaingan antar RS 0,2 3 0,6
yang semakin kuat
TOTAL 1 11 2,6
2. Sarana dan prasarana S-W
(M2) 3,2- 3= 0,2
a. internal faktor
STRENGTH
1) Mempunyai sarana 0,2 4 0,8
dan prasarana yang
memadai untuk
pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan
termasuk sarana dan
prasarana universal
precaution untuk
perawat.
2) Tersedianya nurse 0,2 3 0,6
station
3) Semua perawat 0,2 4 0,8
mengerti cara
menggunakan semua
alat-alat perawatan
4) Rs pemerintah Tipe B 0,2 2 0,4
sebagai RS Non
Pendidikan dan
rujukan.
5) Terdapat administrasi 0,2 3 0,6
penunjang (buku
injeksi, Buku Visit,
SOP dll) yang
memadai.
TOTAL 1 16 3,2
Weakness
1) Kurangnya wastafel 0,5 3 1,5
untuk pasien dan
keluarga/
pengunjung.
2) belum ada ruang 0,5 3 1,5
linen bersih dan linen
kotor
TOTAL 1 6 3
Eksternal Faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY O-T
3-2,5 = 0,5
1) Adanya kesempatan 0,4 3 1,2
penyediaan bahan
habis pakai
2) Adanya lemari obat 0,3 3 0,9
3) Adanya penyediaan 0,3 3 0,9
alat steril untuk
tindakan steril.
TOTAL 1 9 3
THREATENED
1) Makin tinggi 0,5 2 1
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
2) Adaya tuntutan tinggi 0,5 3 1,5
dari masyarakat untuk
melengkapi sarana
dan prasarana
TOTAL 1 5 2,5
3)
3. METHODE(M3) S-W
1. MAKP 2.9 -3 = -0,1
a. internal faktor
STRENGTH
1) sudah ada model 0,2 3 0,6
asuhan keperawatan
yaitu MAKP tim
2) Model asuhan 0,2 3 0,6
keperawatan yang
digunakan sesuai
dengan visi,misi RS
3) Semua perawat 0,1 3 0,3
mengerti dan
memahami model
yang digunakan
4) Terlaksananya 0,1 2 0,2
komunikasi yang
adekuat: perawat dan
tim kesehatan
lainnya.
5) Ketenangaan 0,1 3 0,3
keperawatan sudah
memenuhi syarat
untuk MAKP (Skep
Ners > 4 orang).
6) RS memilki visi, misi 0,2 3 0,6
dan motto sebagai
acuan melaksanakan
kegiatan pelayanan
7) Mempunyai standar 0,1 3 0,3
asuhan keperawatan.
TOTAL 1 20 2.9
WEAKNESS
1) Mayoritas ketenagaan 1 3 3
kerja pendidikan D III
TOTAL 1 3 3
b. Eksternal faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,3 3 0,9 O- T
praktik yang 3-2,4 =0,6
membantu
pelaksanaan asuhan
keperawatan
sehingga
mengurangi beban
kerja perawat.
2) Kepercayaan dari 0,4 3 1,2
masyarakat dan
pasien cukup baik
3) Adanya kebijakan 0,3 3 0,9
pemerintah tentang
profesionalisme
TOTAL 1 9 3
TREATENED
1) Persaingan dengan 0,4 3 1,2
rumah sakit swasta
yang semakin ketat
2) Adanya tuntutan 0,3 2 0,6
masyarakat yang
semakin tinggi
terhadap peningkatan
pelayanan
keperawatan yang
lebih professional
3) Makin tinggi 0,3 2 0,6
kesadaran
masyarakat tentang
pentingnya kesehatan
TOTAL 1 7 2,4
2. Timbang terima
a. Internal faktor
(IFAS)
STRENGTH
1) Kepala ruangan 0,2 3 0,6 S-W
memimpin timbang
terima setiap pagi 2,8-3 = -0,2
2) Adanya laporan jaga 0,2 3 0,6
setiap shiff
3) Timbang terima 0,1 4 0,4
merupakan kegiatan
rutin yang dilakukan
tiap hari
4) Hampir semua 0,1 3 0,3
perawat mengikuti
timbang terima. Dan
memahami proses
timbang terima
5) Laporan timbang 0,2 3 0,6
terima yang
disampaikan dapat
menggambarkan
kondisi pasien
6) Kemampuan 0,1 2 0,2
komunikasi yang baik
7) Ada buku khusus 0,1 2 0,2
untuk pelaporan
timbangt terima.
TOTAL 1 20 2.8
WEAKNESS
1) Saat timbang terima 0,4 3 1,2
dilakukan di ruang
nurse station
2) Pelaksanaan timbang 0,6 3 1,8
terima belum optimal
khususnya shiif pagi
ke sore dan sore ke
malam.
TOTAL 1 6 3
b. Eksternal faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5 O-T
Skep melakukan 3- 2,4= 0,6
praktik menejemen
keperawatan
2) Adanya kerjasama 0,5 3 1,5
yang baik antara
mahasiwa dan
perawat ruangan.
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1) Adanya tuntutan yang 0,4 3 1,2
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan
keperawatan yang
professional
2) Meningkatnya 0,6 2 1,2
kesadaran
masyarakat tentang
tanggung gugat
perawat sebagai
pemberi asuhan
keperawatan
TOTAL 1 5 2,4
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,3 2 0,6 O-T
Ners yang melakukan 2,7-3= -0,3
praktik manajemen
2) Meningkatnya
pemahaman pasien 0,4 3 1,2
dan keluarga tentang
perawatan di rumah
sakit
3) Adanya kerjasama 0,3 3 0,9
yang baik antara
mahasiswa dan
perawat.
TOTAL 1 8 2,7
THREATENED
1) Makin tinggi 0,5 3 1,5
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
2) Adanya tuntutan 0,5 3 1,5
tinggi dari masyarakat
untuk meningkatkan
pelayan kesehatan
TOTAL 1 9 3
Sentralisasi obat
a. internal faktor S-W=
(IFAS) 3,5-2=1,5
STRENGTH
1) Tersedianya sarana 0,2 4 0,8
dan prasarana untuk
pengelolaan
sentralisasi obat
2) Pengetahuan perawat 0,3 4 1,2
tentang proses
sentralisasi obat baik
3) Adanya lembar 0,2 3 0,6
pendokumentasian
obat ( oral dan
parenteral) yang
diterima di setiap
status pasien
4) Sudah dilaksanakan 0,1 3 0,3
kegiatan sentralisasi
obat oleh perawat
berkolaborasi dengan
depo farmasi
5) Adanya kemauan 0,1 3 0,3
perawat dalam
melakukan
sentralisasi obat
6) Adanya buku injeksi 0,1 3 0,3
dan obat oral.
TOTAL 1 20 3,5
WEAKNESS
1) Pelaksanaan 1 2 2
sentarlisasi obat
menggunakan system
UDD dan prakteknya
ODD
TOTAL 1 2 2
b. Ekternal faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5 O-T
Ners yang melakukan 3- 3= -1,5
praktik manajemen
2) Adanya kerjasama
yang n baik antara 0,5 3 1,5
mahasiswa dan
perawat.
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1) Adanya tuntutan 1 3 3
tinggi dari masyarakat
untuk meningkatkan
pelayan kesehatan
TOTAL 1 3 3
Discharge planning
a. internal faktor
(IFAS)
STENGTH
1) Tersedianya sarana 0,4 3 1,2
dan prasarana untuk S-W
discharge planning 2,7-4= -1,3
(format atau kartu
DP)
2) Adanya kartu control 0,3 3 0,9
berobat
3) Perawat memberikan 0,3 2 0,6
pendidkan kesehatan
secara informal
kepada pasien dan
keluarga selama di
rawat.
TOTAL 1 8 2,7
WEAKNESS
1) Tidak tersedianya 1 4 4
leaflet untuk pasien
pulang
TOTAL 1 4 4
b. Ekternal faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,4 3 1,2
Ners yang
melakukan praktik O-T
manajemen 2,8-3 = -0,2
2) Adanya kerjasama
yang baik antara 0,4 3 1,2
mahasiswa dan
perawat.
3) Kemauan 0,2 2 0,4
pasien/keluarga
terhadap anjuran
perawat.
TOTAL 1 8 2,8
THREATENED
1) Adanya tuntutan 0,4 3 1,2
tinggi dari masyarakat
untuk meningkatkan
pelayan kesehatan
2) Persaingan RS yang 0,4 3 1,2
semakin ketat
3) Makin tingginya 0,2 3 0,6
kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
TOTAL 1 9 3
Dokumentasi
keperawatan
a. internal faktor
(IFAS)
STRENGTH
1) Tersedianya sarana 0,2 3 0,6
dan prasarana untuk
dokumentasi untuk
tenaga kesehatan
(sarana administrasi
penunjang)
2) Sudah adanya format 0,2 3 0,6
asuhan keperawatan
3) Adanya kesadaran 0,2 3 0,6
perawat tentang
tanggung jawab dan
tanggung gugat
4) Kelengkapan 0,2 3 0,6
pengisian
dokumentasi perawat
sudah baik yaitu
100%
5) Dokumentasi 0,2 3 0,6
keperawatan yang
dilakukan pengkajian,
dokumentasi,
perencanaan dan
evaluasi
menggunakan SOAP
TOTAL 1 15 3
WEAKNESS
b. Ekternal faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya program 0,5 3 1,5
pelatihan
2) Kerjasama yang baik 0,5 3 1,5 O-T
antara perawat dan 3-3 = 0
mahasiswa
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1) Tingkat kesadaran 0,5 3 1,5
masyarakat (pasien
dan keluarga) akan
tanggung jawab dan
tanggung gugat
2) Persaingan RS yang 0,5 3 1,5
semakin ketat
TOTAL 1 6 3
TOTAL 1 6 3
WEAKNESS
1) perawat tidak 1 2 2
mencuci tangan
sebelum melakukan
tindakan dengan
menggunakan sabun
atau cairan
disinfektan.
TOTAL 1 2 2
b. Ekternal faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY O-T
1) Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5 3-2= 1
Ners yang
melakukan praktik
manajemen
2) Adanya kerjasama 0,5 3 1,5
yang baik antara
mahasiswa dan
perawat.
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1) Adanya tuntutan 1 2 2
tinggi dari
masyarakat untuk
meningkatkan
pelayan kesehatan
TOTAL 1 2 2
Kegiatan pre S-W=
conference 3-0= 3
a. internal faktor
(IFAS)
STRENGTH
1) Tersedianya sarana 0,5 3 1,5
dan prasarana (status
pasien, dll)
0,5 3 1,5
2) Perawat mengerti
tentang kegiatan
conference
TOTAL 1 6 3
WEAKNESS
-
b. Ekternal faktor
(EFAS)
OPPORTUNITY
1) Adanya mahasiswa 0,5 3 1,5 O–T
Ners yang melakukan 3-2= 1
praktik manajemen
2) Adanya kerjasama
yang baik antara 0,5 3 1,5
mahasiswa dan
perawat.
TOTAL 1 6 3
THREATENED
1) Adanya tuntutan yang 1 2 2
lebih tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan yang lebih
professional.
TOTAL 1 2 2
4 Keuangan M4 S-W
. a. Internal faktor 2,7- 4 = 1,3
(IFAS)
Strength
1) Ada pendapatan dari 0,3 3 0,9
jasa medic untuk
pasien dengan biaya
ASKES, BPJS, KIS
2) Adanya bantuan dari 0,3 3 0,9
Pemda, Dinkes dll
untuk RS
3) Ada peningkatan gaji 0,4 3 0,9
pertahun
TOTAL 1 9 2,7
Weakness
1) Belum adanya 1 4 4
remunirasi
TOTAL 1 4 4
Ekternal factor
Opportunity O-T
1) Pengeluaran 1 3 3 3-2= 1
berpusat pada RS
TOTAL 1 3 3
Treantened
1) Adanya tuntutan yang 1 2 2
tinggi dari
masyarakat untuk
mendapatkan
pelayanan kesehatan
yang lebih
professional sehingga
membutuhkan
pendanaan yang
lebih besar untuk
mendanai saranaan
prasarana
TOTAL 1 2 2
5 Mutu (M5) S-W
. Internal faktor 3,1- 3 = 0,1
Streangth
1) Kepuasan pasien 0,2 3 0,6
terhadap pelayanan
kesehatan di rumah
sakit
2) Rata- rata BOR baik 0,3 4 1,2
3) Sebagai tempat
praktik mahasiswa
4) Adanya variasi 0,2 2 0,4
karakteristik dari
pasie (umum, BPJS,
ASKES)
5) Standar 0,3 3 0,9
pengelolaan
pencegahan infeksi
TOTAL 1 12 3,1
Weakness
1) Belum ada ruang 1 3 3
isolasi
TOTAL 1 3 3
Ekternal faktor
Opportunity
1) Mahasiswa 0,5 3 1,5
keperawatan praktik O-T
manajemen 3-3 =0
2) Kerja sama yang 0,5 3 1,5
baik antara
mahasiswa dan
perawat
TOTAL 1 6 3
Threathened
1) Adanya peningkatan 0,75 3 2,25
standar masyarakat
yang harus dipenuhi
2) Persaingan RS 0,25 3 0,75
dalam memberikan
pelayanan
kesehatan
TOTAL 1 6 3
6 Marketing
. Internal faktor
Streangth
1) Akses mudah di RS 0,4 3 1,2 S-W
2) Tersedia leaflet di 0,3 3 0,9 2,7- 4= -1,3
ruangan
3) Biaya perawatan dari 0,3 2 0,6
ruangan disesuaikan
denan kelas/ fasilitas
kesehatan
TOTAL 1 8 2,7
Weakness
1) Belum ada sosialisasi 0,5 4 2
unggulan di ruangan
2) Visi misi dan motto 0,5 4 2
belum terlihat di
ruangan
TOTAL 1 8 4
Eksternal faktor
oppurtunity
TOTAL 1 6 3
Threathened
1) Adanya peningkatan 0,75 3 2,25 O-T
standar masyarakat 3-3 =0
yang harus dipenuhi
2) Persaingan RS dalam 0,25 3 0,75
memberikan pelayanan
kesehatan
TOTAL 1 6 3