Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI

Nama Mahasiswa : Melati Kusuma Wardhani


NIM : 1600013155
Nomor Percobaan :I
Nama Percobaan : ASTIGMATISME
Nama Orang Percobaan : Guntur Rachmandakha
Nama Pelaku Percobaan : Melati Kusuma Wardhani
Waktu Percobaan : 22 Maret 2017 (13.00 – 15.30 WIB)
Tempat Percobaan : Laboratorium Biopsikologi Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah orang percobaan
(OP) menderita gangguan Astigmatisme, serta mengetahui apakah
lengkungan kornea didalam semua meridian sama.

II. DASAR TEORI


Manusia memiliki pancaindra salah satunya adalah mata. Mata adalah
organ sensorik untuk penglihatan. Kornea dan lensa menangkap dan
memfokuskan cahaya. Fotoreseptor pada retina dapat mendeteksi intensitas
serta warna cahaya., dan mengonversi informasi informasi ini menjadi impuls
listrik, lalu dibawa keluar mata menuju otak, oleh nervus optikus (Peckman,
2014).

Gambar 1. Mata
Sherwood (2013) menjelaskan bagian-bagian mata sebagai berikut :
1. Kornea
Terletak pada lapisan paling luar yang jernih di anterior mata, berperan
penting dalam kemampuan refraksi mata.
2. Iris
Terletak di cincin otot yang berpigmen dan terlihat didalam humor
aquosus, berfungsi mengubah-ubah ukuran pupil dengan kontraksi, serta
berperan untuk menentukan warna mata.
3. Lensa
Terletak pada antara humor aquosus dan humor vitreus dan melekat ke
otot siliaris melalui ligamentum suspensorium, berfungsi dalam variasi
kemampuan refraksi selama akomodasi.
4. Pupil
Terletak di lubang bundar anterior ditengan iris, berfungsi untuk mengatur
jumlah cahaya yang masuk kedalam mata.
5. Retina
Terletak di lapisan paling dalam mata, berfungsi mengandung
fotoreseptor.
6. Sklera
Terletak di lapisan luar mata yang kuat, berfungsi sebagai selubung
jaringan ikat protektif, membentuk bagian putih mata yang terlihat,
disebelah anterior membentuk jaringan khusus yaitu kornea.

Gambar 2. Perbedaan mata normal dan Astigmatisme

Gangguan penglihatan ialah infeksi pada sistem penglihatan dapat terjadi


di berbagai struktur organ sistem penglihatan yaitu pada kelopak mata,
kelenjar air mata, kornea, iris, retina, konjungtiva, sklera, koroid, dan
maukula (Irianto, 2012).
Irianto (2012) menjelaskan Astigmatisme merupakan kesalahan refraksi
yang terjadi karena berkas-berkas cahaya jatuh pada garis-garis diatas
retina, dan bukan pada titik-titik tajam. Hal ini disebabkan oleh berubahnya
bentuk lengkungan lensa. Keadaan ini dapat ditolong dengan menggunakan
kacamata berlensa cembung, guna menambahkan bagian yang kurang
cembung pada lensa mata yang abnormal itu.
Sedangkan menurut Guyton (2012) Astigmatisme adalah suatu kesalahan
refraksi sistem lensa mata yang biasanya disebabkan oleh kornea yang
berbentuk bujur, atau jarang-jarang oleh lensa yang berbentuk bujur. Suatu
permukaan lensa seperti sisi sebutir telur yang berada pada posisi miring
terhadap cahaya yang masuk merupakan contoh lensa astigmatik.
Ilyas (2010) Astigmatisme dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Astigmatisme lazim yang berarti kelengkungan kornea pada bidang
vertikal bertambah, lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek di banding jari-
jari kelengkungan kornea dibidang horizontal. Keadaan astigmatisme lazim
ini diperlukan lensa silinder negative dengan sumbu 180⁰ untuk memperbaiki
kelainan refraksi yang terjadi. Biasanya astigmatisme lazim ini dimiliki oleh
bayi yang baru lahir karena bayi mempunyai kornea yang bulat atau sferis
dalam perkembangannya.
2. Astigmatisme tidak lazim yang biasanya terjadi pada usia pertengahan
karena menjadi lebih sferis kembali sehingga astigmatis menjadi
astigmatisme tidak lazim. Astigmatisme tidak lazim adalah suatu keadaan
kelainan refraksi dimana koreksi dengan silinder negative dilakukan dengan
sumbu tegak lurus (60⁰-120⁰) atau dengan silinder positif sumbu horizontal
(30⁰-150⁰). Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian
horizontal yang lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertikal. Hal
ini sering terjadi pada usia lanjut.

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


Alat-alat yang dipergunakan :
1. Keratoskop dari Placido
2. Lukisan kipas

IV. JALANNYA PERCOBAAN


1. Lengkung Kornea
Orang percobaan (OP) disuruh berdiri dengan punggung kearah
cahaya yang terang.Keratoskop ditempatkan kira-kira 20 sentimeter di
muka orang percobaan (OP). Orang yang memeriksa melihat melalui
lubang di tengah-tengah keratoskop yang ada pada dataran muka kornea
orang percobaan (OP). Kalau lengkung kornea di dalam semua meridian
sama bayang-bayang merupakan lingkaran-lingkaran konsentris yang
bulat.
Bila lengkung di dalam satu meridian lebih besardaripada di dalam
yang tegak lurus padanya, kelihatan lingkaran-lingkaran bulat memanjang
pada sumbu pendek di dalam meridian dimana lengkungannya lebih
besar.Ini terjadi pada astigmatisme yang teratur.
Pada astigmatisme yang tidak teratur, dimanadalamsatu meridian
lengkungnya tidak teratur oleh karena dataran kornea lekuk-lekuk, garis-
garis lingkaran tersebut tidak teratur. Dengan keratoskop dari Placido
hanya dapat dilihat kemungkinan adanya astigmatisme yang disebabkan
oleh karena kelainan di dalam lengkungan kornea.
2. Astigmatisme total dari mata
Adanya astigmatisme dapat diketahui oleh orang percobaan (OP)
sendiri, dengan melihat dengan satu mata kelukisan dari garis-garis yang
tersusun sebagai kipas. Sudut diantara dua garis adalah 10 derajat.
Seseorang yang astigmatisme akan melihat satu garis hitam dan jelas,
tetapi garis yang tegak lurus padanya akan kelihatan lebih panjang dan
tidak jelas (abu-abu). Arah dari garis yang kelihatan hitam dan jelas ialah
sesuai dengan meridian di dalam pembiasannya yang terkuat atau
terlemah.

V. HASIL PERCOBAAN
1. Pada mata orang percobaan (OP) yang diuji menggunakan alat
keratoskop dari placido terlihat dalam satu meridian lengkungannya
bulat.
2. Pada percobaan lukisan kipas orang percobaan (OP) dapat
melihat garis tegak lurus dengan garis hitam secara jelas.

VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan orang percobaan (OP) tidak
menderita astigmatisme sehingga dapat dinyatakan bahwa mata orang
percobaan (OP) adalah normal. Serta pada saat percobaan pada lukisan
kipas orang percobaan dapat melihat garis hitam yang tegak lurus secara
jelas.

VII. APLIKASI
1. Orang berprofesi sebagai arsitek tidak boleh menderita
astigmatisme agar dalam merancang gambar bangunan tidak terjadi
kesalahan yang fatal.
2. Pembalap diharapkan tidak menderita astigmatisme karena dalam
suatu pertandingan harus mempunyai fokus yang penuh sehingga dapat
melewati lintasan dengan benar.
3. Seorang guru matematika diharapkan tidak menderita kelainan ini
agar pada saat menggambar garis dan bangun ruang tidak terjadi
kesalahan.

Yogyakarta, 23 Maret 2017


Penyusun

Melati Kusuma Wardhani

Asisten : Tania
Nilai :

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Laboraturium Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. (1997).


Pedoman Pratikum Psikologi Faal. Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan.

Guyton, Arthur C. (2012). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi 3.


Jakarta: Penerbit Buku kedokteran.

Ilyas, S. (2010). Ilmu Penyakit Mata (Edisi 3). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Irianto, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Peckham, M. (2014). At a Glance Histologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sherwood, L. (2013). Fisiologi manusia. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai