2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan waktu dan
terima kasih kepada seluruh team eksplorasi yang telah ikut membantu dalam
yang akan datang. Atas segala bantuan dan kontribusi pemikiran dari semua
ii
DAFTAR ISI
iii
4.1.1 Endapan Sirtu Permukaan ................................................................................... 29
4.1.1.1 Endapan Dinding Sungai ...................................................................................... 29
4.1.1.2 Endapan Sirtu Sepanjang Sungai ....................................................................... 32
4.1.2 Endapan Sirtu Bawah Permukaan .................................................................... 33
4.1.2.1 Test Pit ......................................................................................................................... 33
4.1.3 Analisis Data Laboratorium ................................................................................ 36
4.2 Keadaan Endapan.................................................................................................... 33
4.3 Cadangan .................................................................................................................... 41
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR FOTO
vii
BAB I
PENDAHULUAN
yang berasal dari jenis batuan beku berupa andesit. Untuk memproduksi pasir
dan batu pecah/batu split tersebut, dibutuhkan adanya kegiatan eksplorasi dan
baku tambang berupa pasir dan batu di daerah IUP Perusahaan Tujuan dari
Perusahaan.
Laporan Eksplorasi Akhir |1
1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan
Sulawesi Tengah.
.
Lokasi Eksplorasi
1.3.1 Kependudukan
warga asli Donggala yang merupakan Suku Kaili. Keadaan penduduk di sekitar
Laporan Eksplorasi Akhir |3
daerah penyelidikan pada umumnya bertempat tinggal menetap dan memiliki
karyawan swasta.
masyarakat setempat sebagai lokasi pengambilan sirtu (batu dan pasir) untuk
1.3.3 Iklim
panas. Hal ini ditandai banyaknya tumbuhan tropis yang tumbuh dan keadaan
lahan yang relatif gersang. Keadaan suhu di daerah penelitian dalam keadaan
1.3.4 Infrastruktur
terdiri dari jalan trans Sulawesi selebar ± 10 meter dengan kondisi baik, jalan
Jalan didaerah penyelidikan sudah ada berupa pengerasan dan dapat ditempuh
Tim eksplorasi ini terdiri dari dua orang geologist dan tiga orang helper
(perbantuan pekerja lapangan) hingga total sebanyak lima orang seperti tertera
dibawah ini:
2.1 Persiapan
regional untuk mengetahui posisi area daerah potensi penambangan di peta geologi
regional masuk ke dalam formasi apa saja dan dipotong serta dilalui oleh struktur
Melakukan studi literatur mengenai regional Palu dan sekitarnya sebagai gambaran
2.2 Peralatan
Pada kegiatan ini digunakan beberapa alat dan bahan seperti dijabarkan
dibawah ini.
2.2.1 Alat
- GPS map 62s, untuk memplot titik koordinat lokasi, data singkapan/endapan
- Camera.
2.2.2 Bahan
- Kantong sample.
- Karung.
- Tali plastik.
geologi terdiri dari beberapa tahapan yaitu interpretasi peta topografi dan peta
geologi yang mengacu pada hasil pengamatan secara visual dilapangan dan
didukung dengan peta topografi untuk mengetahui beda tinggi dan kenampakan
(pasir dan batu) dimana berdasarkan keterdapatan lokasi IUP terletak di sepanjang
Aliran Sungai Labuan dari hal tersebut metode penyelidikan yang dilakukan
sungai, jenis material endapan sungai, topografi sungai dan vegetasi disekitar.
Sedang data bawah permukaan berupa data test pit (sumur uji) untuk mengetahui
- Persiapan
2.3.2 Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi studi pustaka yakni mempelajari literature penelitian
penyelidikan. Selain itu juga dilakukan interpretasi peta topografi yang bertujuan
untuk mengetahui kondisi geologi sebagai data awal untuk perencanaan pekerjaan
penyelidikan berlangsung.
keseragaman warna, ketebalan endapan dan batas endapan sungai dengan dasar
sungai serta jenis batuan asal endapan. Metode ini menggunakan roll meter sebagai
Metode menggunakan sumur uji atau lebih dikenal dengan test pit
arah vertikal. Pada umumnya suatu deretan uji test pit dibuat searah dengan
memudahkan dalam pengambilan data dengan ukuran dimensi panjang, lebar dan
tinggi > 1,5 meter agar dapat leluasa dalam mengamati dan jarak pembuatan mulai
endapan sedimen yang mewakili keseluruhan bukaan test pit. Pengambilan sample
bertujuan untuk mengetahui gradasi ukuran butir dan komposisi material. Metode
pengambilan sample yang diterapkan yaitu mengambil sample di empat sisi test
pityang dianggap mewakili material dengan menggunakan skop semen mulai dari
titik 0 meter (top) – titik dimana batas akhir (bottom) pengendapan. Setelah
pengambilan sample secara menyeluruh di keempat sisi test pit kemudian dilakukan
pengadukan sebanyak tiga kali yang bertujuan agar material tercampur dengan
sempurna. Setelah dianggap cukup maka sample yang telah diaduk dibagi menjadi
empat kuadran. Kuadran I dan III disatukan dalam satu karung untuk kebutuhan
disatukan kedalam satu karung terpisah dan merupakan sample cadangan yang
keseragaman ukuran butir suatu perlapisan sedimen baik pada test pit maupun
disepanjang sungai yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam klasifikasi jenis
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 10
2.3.4 Penyusunan Laporan Penyelidikan
pengambilan data GPS dan deskripsi kandungan endapan sedimen sungai. Selain itu
dilakukan juga pengeplotan data GPS ke citra yang telah dilakukan sebelumnya.
Pengolahan data berupa pengeplotan seluruh data lapangan ke peta digital seperti
citra SRTM, peta topografi digital, dan peta geologi regional. Beberapa perangkat
lunak (software) yang dilakukan dalam pengolahan data ini adalah Garmin Map
Source, Global Mapper, Map Info, Surpac maupun Microsoft. Selanjutnya sample
yang telah dilakukan uji gradasi dijadikan sebagai patokan penentu kualitas dan
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 11
BAB III
GEOLOGI REGIONAL DAN GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen (Busur kepulauan Asia timur
dan system pegunungan sunda). Sehingga, hampir seluruhnya terdiri dari pegunungan,
Indonesia (Sutardji, 2006:100) Secara rinci fisiografi sulawesi adalah sebagai berikut :
Pada lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek geologinya.
✓ Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utara sulawesi dengan arah
timur laut barat daya yang bersambung dengan pegunungan sangihe yang didirikan
✓ Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah
timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar daratanya
sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo
dipantai utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah
pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone
limboto :
✓ Jenjang sulawesi utara, merupakan lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara
sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara lengan utara
dan lengan timur di pisahkan oleh Teluk Tomini yang lebarnya 100 km di bagian
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 12
timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin
dangkal ke arah Barat (kurang dari 2000 meter) dan di bagian tengah Teluk Tomini
tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi
➢ Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga
✓ Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah
✓ Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng Api
sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat
➢ Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah genting
antara teluk Usu dengan Teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan lengan tenggara
tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang
letaknya berada antara Teluk Palopo (Ujung Utara Teluk Bone ) dengan Teluk Tolo.
antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri sungai Konewha,
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 13
sedangkan ke arah tenggara jalur ini tenggelam dan membentuk teluk-teluk dan
✓ Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke timur
yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial yang
➢ Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis tenggara-barat laut dari
muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis timurlaut-barat daya
dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan sulawesi
tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan
pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang dan
teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan dengan
ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini dipisahkan oleh
depresi dengan arah barat laut-tenggara yang terdapat danau-danau seperti Tempe,
Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur
pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur
dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur
sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar Lampobatang.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 14
karang, dan di luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut
Lokasi penyelidikan
IUP CV. Putra labuan
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi
oelh garis yang melalui Donggala-parigi_Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan timur,
garis dari Mojene_palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan lengan selatan
dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona yang memiliki perkembangan
✓ Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu
ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama
seperti grafik.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 15
✓ Zona Poso, merupakan palung antara yang seperti Granit dan endapan sediment
pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar dan letaknya
✓ Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra basa,
batuan segimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum (Sutardji,
2006:104).
malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini
Silver, 1991 dalam Soemandjuntak, 2004:26). Sedangkan pada lengan selatan di dominasi
oleh batuan gunung api dan lengan selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan
terobosan Miosen lebih muda yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur
Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas
volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan metamorf
Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi
latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan
sekis merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu tepian
benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan Sulawesi dan
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 16
Gambar 3.2Peta Geologi Palu dan daerah telitian
Pulau Sulawesi terbentuk pada sepanjang zona tumbukan Neogen antara Lempeng
merupakan bagian leher dan lengan Utara Sulawesi, terletak di bagian Timur Kraton Sunda
yang merupakan inti dari pada lempeng Eurasia bagian Tenggara yang mengalami
pengangkatan kuat.
Satuan batuan yang tertua di daerah penyelidikan adalah Komplek Batuan Malihan,
terdiri dari sekis amfibolit, sekis genes, kuarsit dan pualam, diperkirakan berumur Kapur.
Pada beberapa tempat terdapat intrusi-intrusi kecil diorit, granodiorit mengandung urat
Formasi Tinombo menindih tidak selaras Komplek Batuan Malihan, terbentuk dalam
lingkungan laut dalam, berumur Oligosen hingga Miosen Awal. Formasi ini merupakan
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 17
perselingan antara batuan gunungapi (lava basalt, andesit, breksi) dengan batuan sedimen
Komplek Batuan Malihan ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Latimojong,
berumur Kapur-Paleosen, terbentuk pada lingkungan laut dalam. Formasi ini pada
umumnya termalihkan lemah, terdiri dari perselingan batusabak, filit, grewake, batupasir
kuarsa, batugamping, argilit dan batulanau dengan sisipan konglomerat, rijang dan batuan
gunungapi.
Batuan Gunungapi Lamasi yang terdiri dari breksi gunungapi, tuf, batupasir tufaan dan
Batuan Gunungapi yang terdiri dari lava andesit horblenda, lava basalt, lava latit
kuarsa dan breksi yang juga berumur Oligosen-Miosen Awal.Batuan Gunungapi Tineba dan
Tuf Rampi. Batuan Gunungapi Tineba berumur Miosen Tengah-Akhir, terdiri dari lava
andesit hornblenda, lava basalt, lava latit kuarsa dan breksi. Tuf Rampi umumnya batuan
tufaan yang sudah terubah dan berlapis baik yang terdiri dari tuf hablur, batupasir tufan
Satuan Batuan Sedimen Miosen, berupa lingkungan pengendapan delta, terdiri dari
batupasir kuarsa sampai litos, batulumpur, sedikit konglomerat, setempat lignit dan
batubara, batugamping koral; di bagian atas lava, tufa, aglomerat, breksi gunungapi
Batuan intrusi juga berumur Miosen terdiri dari granit, diorit granodiorit dan sienit,
setempat mengalami ubahan terkersikan. Masih banyak terdapat intrusi-intrusi kecil yang
tak terpetakan terdiri dari andesit, basalt, diorit, diorit porfir dan mikrodiorit. Mineralisasi
batulempung, batugamping koral dan napal, semuanya mengeras lemah, menindih secara
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 18
tidak selaras Formasi Tinombo dan komplek batuan malihan berumur Miosen Akhir hingga
Pliosen. Di bagian Selatan daerah penelitian formasi ini disebut Formasi Lariang, terdapat
sebagian kecil di daerah penelitian, penyebaran terbesar berada di luar daerah penelitian.
bawahnya terdiri dari Formasi Pasangkayu, Formasi Puna dan Formasi Napu. Formasi
Pasangkayu terdapat dalam lingkungan pengendapan laut dangkal hingga agak dalam,
dan batugamping. Formasi Puna, berupa pengendapan laut dangkal, terdiri dari batupasir,
konglomerat, batulanau, serpih, batulempung gampingan dan batu gamping. Formasi Napu,
terdiri dari batupasir, konglomerat, batulanau dengan sisipan lempung dan gambut, berada
Sedimen Plistosen, terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lempung hitam, sisipan batupasir tufaan
dan napal.
Batuan berumur Plistosen-Holosen terdiri dari Formasi Pakuli, batu gamping koral,
dan endapan danau. Formasi Pakuli terdiri dari konglomerat dan batupasir, setempat batu
lempung karbonatan, merupakan endapan darat pada lereng pegunungan yang berbentuk
kipas dan teras sungai. Batugamping koral terdiri dari batugamping koral dan breksi koral
dengan cangkang moluska dan napal, terdapat pada lingkungan laut dangkal. Endapan
danau terdiri dari pasir, lempung dan kerikil, sebagian mengeras, terdapat pada cekungan-
pasir, kerikil dan setempat-setempat terumbu koral, merupakan endapan sungai, pantai
dan rawa.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 19
3.1.2 Struktur Geologi
Struktur utama yang terdapat di daerah penelitian adalah sesar Palu – Koro yang
merupakan sesar utama, berarah Baratlaut – Tenggara, berupa sesar mendatar mengiri
dan masih giat hingga kini, percepatan pergeserannya diperkirakan 2 – 3,5 mm setiap
tahun (Sudradjat, 1981), sesar ini diperkirakan terbentuk sejak Oligosen. Lajur sesar ini
melebar kearah Utara dan juga banyak berkembang sesar menangga yang menyebabkan
lainnya berarah sejajar maupun tegak lurus arah sesar utama yang terbentuk bersamaan
atau setelah sesar utama. Semakin kearah Utara di samping sesar mendatar juga terjadi
benua.
memberikan gambaran mengenai kondisi morfologi wilayah IUP Perusahaan, yang akan
dijadikan sebagai data dasar untuk kebutuhan kegiatan explorasi bahan galian sirtu.
Pembagian satuan geomorfologi secara umum sangat bervariasi, tergantung pada aspek-
aspek geologi yang menjadi dasar pembagian tersebut. Aspek-aspek geologi yang dimaksud
meliputi stadia daerah, jenis batuan penyusun, aktivitas tektonik dan struktur geologi, serta
Pendekatan bentuk meliputi bentuk khas dan tekstur permukaan, parametris meliputi
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 20
Satuan ini menempati secara Keseluruhan lokasi survey dengan luasan (100 % luas
area) yang tersebar dari Barat daya – Timur laut daerah penelitian. Satuan ini memiliki relief
yang datar. Ketinggian topografi satuan ini berkisar 45 - 65 mdpl. Secara genetik dibentuk
oleh oleh endapan sedimen hasil transportasi lapukan batuan andesit dan granit.
56 mdpl
45 mdpl
sungai merupakan air yang mengalir keatas permukaan bumi yang membentuk
alur-alur memanjang, sempit dan mengikuti bagian bentang alam yang lebih rendah dari
daerah sekitarnya (Thornbury, 1969). Analisis tentang sungai meliputi jenis sungai, pola
pengaliran, tipe genetik dan stadia sungai. Pembahasan sungai terutama diperlukan untuk
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 21
mengetahui tingkat erosi dan pelapukan yang terjadi, hubungan dan intensitas struktur
Terdapat satu sungai utama yang mengalir di wilayah ini yaitu Sungai Labuan.
Ditinjau dari volume debit airnya, maka sungai di lokasi IUP Perusahaan dapat
dikategorikan menjadi Sungai tidak permanen yang merupakan sungai yang volume debit
airnya dipengaruhi oleh kondisi musim, dimana saat musim penghujan terjadi fluktuasi
A B
Channel Bar
Channel Bar
5.1.1.
Foto 3.2Kenampakan sungai tidak permanen pada Sungai Labuan arah aliran (A) N 256o E
dan (B) N 174o E di daerah IUP CV. Putra Labuan dengan arah foto N 4o E.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 22
5.1.2. 3.2.2.2 Tipe Genetik Sungai
Tipe genetik sungai merupakan salah satu jenis sungai yang didasarkan atas
genesanya yang merupakan hubungan antara arah aliran dari sungainya terhadap jurus dan
kemiringan batuan. Penentuan tipe genetik sungai didasarkan pada kedudukan batuan
Tipe genetik sungai pada lokasi IUP yang dijumpai berupa tipe genetik Insekuen,
dimana tipe genetik ini arah aliran sungai tidak dikontrol oleh jurus dan kemiringan.
Foto 3.3 Memperlihatkan kenampakan tipe genetik sungai sebelah Barat Barat laut
daerah IUP Perusahaan dengan arah foto N 95o E
tingkat pertumbuhan sungai yaitu perbandingan erosi lateral dan vertikal, juga bentukan
morfologi pada sungai, sebagai hasil dari gaya-gaya eksogen yang berkembang.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 23
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, stadia sungai pada daerah IUP Perusahaan adalah
Stadia Muda.
pada suatu daerah dengan berbagai proses dan coraknya yang membangun perkembangan
stadia tersebut (Van Zuidam, 1986). Stadia suatu daerah dapat ditentukan oleh berbagai
faktor seperti topografi, resistensi batuan dasar terhadap erosi, kehadiran struktur,
atas litostratigrafi dan litodemik tidak resmi dengan bersendikan pada ciri-ciri litologi,
dominasi litologi, keseragaman gejala litologi, posisi stratigrafi, serta hubungan deformasi
batuan sehingga dapat disebandingkan baik secara vertikal maupun horisontal. Selain itu
stratigrafi lokasi IUP dapat disebandingkan dengan Peta Geologi Lembar Palu (Rab
Sukamto,1973).
Tiap satuan batuan memperlihatkan ciri litologi yang berbeda dengan satuan
batuan lainnya, yang pelamparannya di daerah penyelidikan ditentukan oleh suatu gejala
geologi yang menjadi cirinya atau secara praktis penyebarannya dibatasi oleh aspek geologi
lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka litologi penyusun daerah penelitian dapat
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 24
3.2.4.1 Satuan Alluvial
Penamaan satuan alluvial didasarkan oleh domonasi penyusun daerah IUP, yang
menunjukkan karakteristik endapan alluvial. Satuan alluvial merupakan satuan batuan yang
Alluvial biasanya terbentuk didaerah pantai dan didaerah sungai dengan pola
Material penyusun satuan alluvial daerah penyelidikan terdiri dari material pasir,
batu hasil transportasi dan lumpur yang menutupi keseluruhan dareah IUP. Menggunakan
dengan endapan Aluvium dan endapan pantai (Qap) (menurut Sukamto, 1973)
A B
Foto 3.4 Memperlihatkan kenampakan alluvial yang ditandai dengan garis merah pada
foto sungai sebelah Barat Baratlaut daerah IUP Perusahaan dengan arah foto
(A) N 55o E, (B) N 300o E
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 25
Material penyusun dari alluvial merupakan material tidak terkonsolidasi yang
berasal dari batuan-batuan yang telah lapuk dan tertransportasi oleh aktifitas geologi di
sepanjang sungai yang terdiri dari batuan beku yang dikontrol oleh erosi dan sedimentasi.
Foto 3.5 Kenampakan satuan alluvial yang merupakan hasil lapukan batuan beku daerah
IUP Perusahaan
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 26
BAB IV
POTENSI DAN SEBARAN BAHAN GALIAN
akhir untuk mengetahui kondisi geologi secara menyeluruh pada daerah penyelidikan
terutama kaitannya dengan ketebalan endapan sedimen yang merupakan bahan baku
utama dalam proses produksi penambangan Sirtu dari hasil penyelidikan ini maka nantinya
akan diketahui kualitas endapan berdasarkan gradasi dan dapat diketahui penyebaran
dikuasai oleh jenis mekanisme transportasi tertentu seperti hanya suspensi saja, namun
selalu merupakan suatu system dari berbagai mekanisme yang bukan hanya bersifat
pengendapan material sedimen dengan melihat data lapangan berupa data permukaan
maupun bawah permukaan untuk mengetahui sebaran endapan dan gradasi endapan
sedimen yang berada pada IUP Perusahaan. Dalam mengamati dan menganalisis sebaran
dan gradasi sedimen baik secara langsung maupun menggunakan bantuan data
dinding sungai, aliran sungai, matrial terendapkan disepanjang sungai dan test pit (sumur
uji).
dipengaruhi oleh kondisi topografi sungai dan dapat mewakili keseluruhan dari lokasi IUP.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 27
4.1 Potensi dan Sebaran Endapan Sirtu (Pasir dan batu)
Pada umumnya sebaran bahan galian lokasi IUP Perusahaan yang terletak di Desa
Labuan Toposo, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dengan
memadukan data pemetaan geologi awal, data dinding sungai, endapan sedimen sepanjang
sungai serta test pit (sumur uji) nantinya menghasilkan komposisi dari gradasi sirtu, sebaran
dan potensi endapan Sirtu daerah penyelidikan. Dari hasil pemetaan geologi awal daerah
zona prospek endapan sirtu maka dapat dibagi menjadi dua, yaitu endapan sirtu
endapan, gradasi, warna endapan yang mewakili keseluruhan lokasi penyelidikan untuk
Data proses pengendapan dinding sungai di daerah IUP dilakukan dari titik tertinggi
endapan dinding sungai (top) hingga batas antara endapan sirtusungai (bottom). Di lokasi
berjarak 75 meter tiap titik pengamatan tanpa mengambil contoh material. Titik
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 28
Tabel 4.1 Titik pengamatan dan koordinat dinding Sungai pada IUP Perusahaan
BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN
TITIK PENGAMATAN
Drajat Menit Detik Drajat Menit Detik
DS01 119 50 40,81 0.00 39 42.49
DS02 119 50 42.59 0.00 39 41.08
DS03 119 50 45.13 0.00 39 39.96
DS04 119 50 44.66 0.00 39 41.43
Secara umum hasil penyelidikan pada dinding sungai dengan metode pengambilan
data langsung (tanpa contoh endapan) dapat diketahui bahwa titik pengamatan DS01, DS02
dan DS03 terbentuk dari hasil pengendapan yang sama. Dimana hal tersebut dilihat dari
ukuran butir tiap perlapisan memiliki kesan dan ukuran yang seragam, warna yang relatif
sama, jenis material dan urut – urutan pengendapan juga sama. Seperti terlihat pada table
dibawah ini.
Tabel 4.2 Deskripsi dinding sungai nomor stasiun DS01 pada IUP Perusahaan dengan
koordinat BT 119O 50’ 40.81”, LS 0.00O 39’ 42.49”
Bentangan Tebal
Titik Pengamatan Ukuran Butir Endapan Warna Arus
Dari (cm) Ke (cm) (cm)
0 44 44 lempung - brangkal coklat gelap relatif kuat
44 80 36 lempung coklat muda lemah
80 180 100 pasir - brangkal abu-abu relatif kuat
DS01
180 270 90 lempung coklat gelap lemah
lempung -
270 810 540 coklat kuat
bongkahan
Tabel 4.3 Deskripsi dinding sungai nomor stasiun DS02 pada IUP Perusahaan dengan
koordinat BT 119O 50’ 402.59”, LS 0.00O 39’ 41.08”
Bentangan Tebal
Titik Pengamatan Ukuran Butir Endapan Warna Arus
Dari (cm) Ke (cm) (cm)
0 45 45 lempung coklat Lemah
DS02
45 420 375 lempung - bongkahan coklat gelap Kuat
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 29
Tabel 4.4 Deskripsi dinding sungai nomor stasiun DS03 pada IUP Perusahaan
Dengan koordinat BT 119O 50’ 54.13”, LS 0.00O 39’ 39.96”
Bentangan Tebal
Titik Pengamatan Ukuran Butir Endapan Warna Arus
Dari (cm) Ke (cm) (cm)
0 70 70 lempung - brangkal Coklat relatif kuat
70 200 130 lempung coklat muda Lemah
Table 4.3 diketahui lapisan penutup telah mengalami proses erosi berupa gully
erosion (erosi parit) yaitu erosi yang menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman
lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm sehingga menyebabkan hilangnya beberapa
lapisan akibat terbawa oleh air. Namun dari tiga titik penyelidikan pada dinding sungai di
lokasi IUP Perusahaan pada umumnya merupakan satu kesatuan lingkungan pengendapan,
Dari ketiga hasil penyelidikan tersebut diatas diketahui bahwa endapan sedimen
klastik kasar mengalami penebalan pada daerah Barat daya dan menipis pada ujung dinding
sungai di arah Utara Timur laut peta topografi. Berbeda dengan pengendapan sedimen
klastik halus yang menebal pada Utara Timur laut dan menipis di area Tenggara IUP
(ketebalan dari tiap perlapisan dapat dilihat pada table diatas). Untuk stasiun DS04 hanya
digunakan sebagai pembanding data endapan sedimen sungai dalam hubungannya dengan
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 30
DS01 DS02
DS03 DS04
dilakukan selain untuk mengetahui arah penyebaran endapan, jenis material terendapkan
juga untuk mengetahui ketebalan dari tiap endapan yang akan digunakan dalam
halus hingga material klastik berukuran kasar. Hal ini dikarenakan arus yang bekerja tidak
sama selama proses pengendapan terjadi, sehingga material yang ikut tertransportasi juga
variatif. Di beberapa stasiun pengamatan dujumpai lantai sungai berupa soil dan tidak
dijumpai bedrock atau batuan asalnya dengan ciri fisik berwarna coklat. Selain endapan
sedimen klastik halus, juga terendapkan pasir hingga bongkahan dari proses pelapukan
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 31
batuan andesit dan granit. Endapan ini menutupi hampir keseluruhan daerah IUP yang
merupakan jalur pengendapan sungai dengan arah sebaran Baratdaya hingga Timurlaut
peta topografi.
Foto 4.2 memperlihatkan kenampakan endapan sungai ketebalan 2,4 meter pada lokasi
IUP Perusahaan dengan koordinat BT 119O 50’ 48.01”, LS 0.00O 39’ 36.14”
arah foto N 5o E.
Endapan sirtu bawah permukaan diambil dengan menggunakan metode test pit
(sumur uji) guna mengetahui gradasi ukuran butir, komposisi klastik halus serta
mengidentifikasi ketebalan penyebaran sedimen. Pengambilan data ini juga disertai dengan
pengambilan conto material dalam kaitannya untuk uji laboratorium. Proses penyelidikan
menggunakan metode tet pit dimulai dari penentuan arah lintasan agar diharapkan data
yang didapatkan sudah mewakili endapan sedimen secara keseluruhan. Di lokasi IUP
Perusahaan, test pit dibuat serarah dengan arah aliran sungai dan memiliki kedalaman serta
lebar bervariatif. Pembuatan test pit itu sendiri menggunakan alat bantu excavator PC 200
sehingga waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan data yang didapatkan lebih banyak.
Pada lokasi IUP jumlah pembuatan test pit sebanyak tujuh lubang uji dengan jarak
tiap lubang uji berkisar 30 meter – 100 meter. Hasil analisa endapan sedimen secara
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 32
megaskopis baik dari ketebalan lapisan, jenis endapan maupun sebarannya akan dijelaskan
berdasarkan data test pit yang diambil pada lokasi IUP Perusahaan.
Foto 4.4 Test pit (A) stasiun TP01, (B) stasiun TP02, (C) stasiun TP05, (D) kenampakan
lapisan sedimen TP01, (E) kenampakan lapisan sedimen TP06.
A B C
D E
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 33
Dengan memperhatikan sebaran material sedimen dilokasi IUP dan topografi maka
diputuskan pengambilan sampel untuk kebutuhan analisa ukuran butir yang dapat mewakili
keseluruhan endapan dari total tujuh test pit yang dibuat baik dari gradasi maupun material
sampel mulai dari top endapan hingga bottom di keempat sisi test pit. Setelah dilakukan
menggunakan skop sebanyak tiga kali. Sampel dibagi menjadi dua bagian, yang pertama
Foto 4.5 Sampel (A) sebelum di campur secara merata, (B) pemcampuran sebanyak tiga
kali proses, (C) pembagian berdasarkan quartering, (D) sampel dibagi menjadi
dua bagian, kuadran I dan III merupakan sampel uji, II dan IV merupakan
sampel back up.
A B
C D
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 34
4.1.3 Analisis Data Laboratorium
pekerjaan dan independensi lembaga maka dilakukan uji analisa gradasi material di UPT
Laboratorium dan Pengujian Bahan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulawesi
Tengah, pekerjaan kualitas agregat sesuai standar Komite Akreditasi Nasional (KAN) LP-872-
Hasil analisa data pekerjaan kualitas agregat UPT Laboratorium dan Pengujian
Bahan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut (hasil
Tabel 4.6 Analisa hasil uji laboratorium test pit di lokasi IUP Perusahaan
Berdasarkan hasil analisa tersebut diatas pada tabel 4.6 maka dapat disimpulkan
bahwa gradasi material sedimen di IUP Perusahaan dibagi menjadi tiga ukuran butir
berdasarkan partikelnya yaitu gravel, pasir dan lanau-lempung. Untuk penyebaran material
berdasarkan hasil uji laboratorium berukuran gravel (krikil – bongkah) banyak terendapkan
0.00O50’40.34” dan juga maerial berukuran lanau – lempung banyak terendapkan pada
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 35
stasiun TP01. Dari data uji analisa gradasi material di UPT Laboratorium dan Pengujian
Bahan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulawesi Tengah total persentase material
berukuran gravel pada lokasi IUP Perusahaan diperkirakan sebesar 50,51% dari total
permukaan dan floating sample diperoleh informasi bahwa pada daerah ini disusun oleh 2
timur – barat dengan ciri fisik warna putih keabu-abuan, kompak, kristalin, terdapat
mineral kalsit yang mengisi rekahan berupa vein dan sebagian mengandung fragmen
rijang yang berwarna merah. Berdasarkan sebaran batupasir yang tersebar di 4 (empat)
titik, semuanya memiliki karakteristik yang sama. Morfologi yang berkembang masuk
Penyebaran pasir dan lempung menempati daerah selatan Perusahaan. Dengan warna
hitam dan pelapukan yang sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat dari kenampakkan soil yang
tebal.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 36
3.1.1 Estimasi Sumberdaya
Perhitungan sumberdaya batupasir bisa dilakukan dengan beberapa cara, mulai dari
cara manual sampai dengan penggunaan software khusus. Berbagai cara tersebut masing
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang pada umumnya dipilih sesuai dengan
keadaan zona potensi, estimasi dimensi batupasir dan beberapa komposisi yang dibutuhkan
Metode contour dilakukan dengan cara membagi endapan mineral menjadi blok-blok
mendatar dengan interval tertentu yang dibatasi oleh dua buah penampang yang mewakili
elevasi yang telah ditentukan. Kemudian dihitung luas masing-masing sayatan agar dapat
menentukan volume dengan cara mengalikan luas rata-rata antara dua sayatan dengan
Pada metode ini pembuatan penampang dilakukan dengan cara membuat garis
sayatan yang memotong topografi dengan elevasinya. Pembuatan garis sayatan dimulai
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 37
dari batas ketinggian terendah sampai dengan batas elevasi tertinggi yang telah ditentukan,
lalu diplotkan pada peta topografi dan kemudian didapatkan gambar penampang dari
sayatan tersebut berupa model endapan pasir batu. Kemudian dihitung luas model
endapan pasir batu dari tiap penampang dan akhirnya akan didapatkan luas dan volume
dengan mengalikan jarak antar sayatan. Jarak antara penampang adalah 250 m dan
dilakukan perhitungan besarnya luas penampang untuk mengetahui besarnya volume dan
tonnage pasir batu dengan menggunakan software Autocad (lihat lampiran peta).
sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan, perhitungan ini juga tergantung pada
ketebalan, panjang, massa jenis pasir batu disetiap penampang dan jarak interval setiap
penampang.
Persamaan mean area merupakan salah satu persamaan yang digunakan untuk
menghitung volume suatu endapan. Persamaan ini digunakan apabila terdapat dua buah
penampang dengan luas S1 dan S2 dengan jarak t. Adapun persamaan untuk mengestimasi
(𝑠1 + 𝑆2)
V =𝑡𝑥
2
Keterangan :
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 38
Hasil penaksiran cadangan pasir batu dengan menggunakan Metode Contour dengan
pedoman Rule of Gradual Change dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hasil penaksiran cadangan pasir batu dengan menggunakan Metode Contour dengan
pedoman Rule of Gradual Change dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TOTAL 1.020.256
Eskplorasi Perusahaan adalah 1.020.256 M3. Dengan persentase material sebagai berikut :
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 39
4.3 Cadangan
Data
pengambilan sample dengan cara chanel sampling di daerah penyelidikan, dan data
1. Dengan kondisi endapan batupasir yang berupa hasil sedimentasi, maka dibawah
2. Endapan batupasir berupa endapan yang massif / pejal, dan tidak ditemukannya
ada indikasi rekahan atau lapukan sehingga perhitungan volume adalah sama untuk
1. Kemiringan lereng pada area tambang (mining area) adalah 45° dengan lebar
tanggul 2 meter dan tinggi tanggul 1 mater dan lebar side bar 15 meter dengan
kemiringan 30°. Lebar berm adalah 2 meter. Elevasi Pit bottom adalah 0.2 meter
lebih tinggi dari muka air sungai. Luas area tambang adalah lebih kecil dari 250
meter persegi dengan spasi diantara pit (area tambang) minimum 100 meter. Jalan
tambang di pit dengan lebar 10 meter dan gradien sekitar 14% atau 6.3°.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 40
2. Produksi tambang disesuaikan dengan produksi pengolahan Washing Plant
Berdasarkan pembentukan geologi dan bentuk morfologi, maka bisa simpulkan jika
endapan batupasir memiliki kemenerusan yang seragam sampai batas bawah. Dengan
memperhatikan bentuk topografi, maka bisa dilakukan pengambilan batas cadangan setara
Dengan kriteria tersebut maka klasifikasi sudah termasuk klasifikasi cadangan yang
terbagi atas cadangan terkira (Probable Reserve) dan Cadangan Terbukti (Proved Reserved).
Klasifikasi cadangan batupasir yang dihasilkan dalam pemetaan geologi ini adalah
1. Data topografi
Perhitungan cadangan dilakukan hingga batas elevasi paling rendah dari bentuk endapan
alluvial sungai yaitu di elevasi 40 mdpl, dengan jumlah sumberdaya sebesar 1.02 juta BCM
Cadangan Terbukti hasil nya berupa jumlah cadangan dari final pit yang sudah
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 41
Final pit di desain dengan mempertimbangkan asumsi sebagai berikut:
1. Dimensi lereng tunggal pada batupasir adalah tinggi 4 meter, lereng 45° dan safety
berm 2 meter.
2. Luas maksimum dari pit adalah 250 meter persegi diukur dari persiapan
penambangan.
3. Jarak minimum antara pit adalah 100 m. Ada spasi material kerikil yang tidak
ditambang diantara pit agar aliran sungai dapat mengalir lebih bebas pada area
terrace untuk mengurangi efek dari pengikisan terrace dengan jarak 1/3 kali
panjang bar atau 10 meter.
4. Jalan tambang di pit dengan lebar 10 meter dan gradien sekitar 14% atau 6.3°.
Gambar 4.2 Peta Desain Akhir Pit Penambangan Batu dan pasir Daerah
Perusahaan
Maka didapatkan sumberdaya terbukti (measured rosources) batu dan pasir di lokasi IUP
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang diambil dari kegiatan eksplorasi awal adalah sebagai berikut:
bergelombang/miring landai.
• Jenis sungai yang melalui daerah IUP adalah sungai tidak permanen dengan tipe
genetic insekuen dan stadia sungai yang berkembang adalah stadia muda.
• Litologi penyusun daerah IUP Perusahaan secara keseluruhan adalah satuan alluvial
• Dari data uji analisa gradasi material di UPT Laboratorium dan Pengujian Bahan
Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulawesi Tengah total persentase material
berukuran gravel pada lokasi IUP Perusahaan diperkirakan sebesar 50,51% dari
total endapan sungai, pasir diperkirakan sebesar 39,69% sedang komposisi lanau-
berikut :
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 43
5.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang biasa diberikan pada kegiatan penyelidikan Eksplorasi Akhir ini adalah:
• Dapat dilanjutkan ketahap penambangan batuan dan pasir sungai atau dinyatakan
• Laporan eksplorasi akhir ini menjadi bahan pembuatan Laporan Feasibility Studi,
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 44
DESKRIPSI DINDING SUNGAI STASIUN
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 45
DESKRIPSI DINDING SUNGAI STASIUN DS01 BT 119O 50’ 40.81”, LS 0.00O 39’ 42.49”
BENTANGAN
(cm)
DESKRIPSI ARUS
Merupakan tutupan berupa top soil dengan karakteristik endapan berwarna coklat
44 Relatif kuat
gelap, tekstur klastik, pada lapisan ini juga ikut terendapkan material berukuran gravel.
36 Hasil endapan klastik halus dengan arus pengendapan lebih tenang, memperlihat
kenampakan fisik berwana coklat muda dimana material ini terendapkan selaras dengan Lemah
endapan dibawahnya.
100
Endapan klastik kasar (ukuran butir pasir – brangkal) dengan warna abu-abu
Dari karateristik ukuran butir yang terendapkan pada lapisan ini diketahui terendap Relatif Kuat
kan selaras dengan endapan dibawahnya.
Material yang terendapkan pada lapisan ini yaitu didominasi pada endapan sedimen
90
klastik halus/soil hasil transportasi kemudian terakumulasi diatas material yang berukur Lemah
an lebih besar. Kenampakan lapisannya memberikan kesan warna coklat gelap.
Lapisan ini terendapkan material klastik halus – klastik kasar berukuran lempung –
bongkahan endapan secara keseluruhan memperlihatkan warna coklat dipengaruhi
540 Kuat
oleh endapan klastik halus yang juga ikut terendapkan bersama dengan material
yang memiliki butiran lebih besar.
Berdasarkan pengamatan pada dinding sungai dengan nomor stasiun DS01
maka dapat diketahui bahwa:
1 Tebal endapan sedimen klastik halus keseluruhan 126 cm (1,26 meter) yaitu berada pada bentangan
44cm - 80cm, dan bentangan 180 cm - 270 cm.
2 Tebal endapan sungai klastik halus berukuran pasir - brangkal total setebal 100 cm (1 meter) berada
pada bentangan 80 cm - 170 cm
3 Tebal endapan sedimen klastik halus - klastik kasar berukuran butir lempung - bongkah total
setebal 540 cm (5,4 meter) dari bentangan 270 cm - 810 cm.
arus yang bekerja pada stasiun DS01 di sungai labuan merupakan perselingan dari arus kuat yang mengendapkan
material beukuran bongkah (>256 mm), setelah pengendapan pertama pada dinding sungai ini kemudian terjadi
proses pengendapan dengan arus lemah dengan material yang terendapkan berupa sedimen klastik halus
kemudian arus relatif kembali kuat dengan melihat hasil endapan berukuran klastik kasar - krakal
hal ini berlanjut hingga arus berubah kembali melemah dilihat dari pengendapan sedimen klastik halus pada ben-
tangan mendekati top dinding sungai. hingga perselingan pengendapan terjadi dengan arus relatif kuat dibagian
top dinding sungai dengan material terendapkan berukuran klastik halus bercampur dengan klastik kasar.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 46
DESKRIPSI DINDING SUNGAI STASIUN DS02 BT 119O 50’ 402.59”, LS 0.00O 39’ 41.08”
BENTANGAN
(cm) DESKRIPSI ARUS
Hasil endapan klastik halus dengan arus pengendapan lebih tenang, memperlihat
45
kenampakan fisik berwana coklat muda dimana material ini terendapkan selaras dengan Lemah
endapan dibawahnya.
Lapisan ini terendapkan material klastik halus – klastik kasar berukuran lempung –
bongkahan endapan secara keseluruhan memperlihatkan warna coklat dipengaruhi
375 oleh endapan klastik halus yang juga ikut terendapkan bersama dengan material
Kuat
yang memiliki butiran lebih besar.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 47
DESKRIPSI DINDING SUNGAI STASIUN DS03 BT 119O 50’ 54.13”, LS 0.00O 39’ 39.96”
BENTANGAN
(cm) DESKRIPSI ARUS
Merupakan tutupan berupa top soil dengan karakteristik endapan berwarna abu-
70 Relatif kuat
abu kecoklatan, tekstur klastik halus, lapisan ini juga ikut terendapkan material gravel.
Hasil endapan klastik halus dengan arus pengendapan lebih tenang, memperlihat
kenampakan fisik berwana coklat muda dimana material ini terendapkan selaras dengan
endapan dibawahnya.
130 Lemah
Endapan klastik kasar (ukuran butir pasir – brangkal) dengan warna abu-abu
Dari karateristik ukuran butir yang terendapkan pada lapisan ini diketahui terendap
80 kan selaras dengan endapan dibawahnya. Relatif Kuat
Material yang terendapkan pada lapisan ini yaitu didominasi pada endapan sedimen
klastik halus/soil hasil transportasi kemudian terakumulasi diatas material yang berukur
110 an lebih besar. Kenampakan lapisannya memberikan kesan warna coklat gelap. Lemah
Lapisan ini terendapkan material klastik halus – klastik kasar berukuran lempung –
220 bongkahan endapan secara keseluruhan memperlihatkan warna coklat dipengaruhi Kuat
oleh endapan klastik halus yang juga ikut terendapkan bersama dengan material
yang memiliki butiran lebih besar.
Berdasarkan pengamatan pada dinding sungai dengan nomor stasiun DS03
maka dapat diketahui bahwa:
1 Tebal endapan sedimen klastik halus total 240 cm (2,5 meter) yaitu berada pada bentangan
70cm - 200cm, dan bentangan 280cm - 360cm.
2 Tebal endapan sungai klastik berukuran pasir - brangkal total setebal 150 cm (1,5 meter) berada
pada bentangan 0 cm - 70 cm dan bentangan 200 cm - 280 cm
3 Tebal endapan sedimen klastik halus - klastik kasar berukuran butir lempung - bongkah total
setebal 210cm (2,1 meter) dari bentangan 390cm - 610cm.
Arus yang bekerja pada stasiun DS03 di sungai labuan merupakan perselingan dari arus kuat yang mengendapkan
material beukuran bongkah (>256 mm), setelah pengendapan pertama pada dinding sungai ini kemudian terjadi
proses pengendapan dengan arus lemah dengan material yang terendapkan berupa sedimen klastik halus
kemudian arus relatif kembali kuat dengan melihat hasil endapan berukuran klastik kasar - krakal
hal ini berlanjut hingga arus berubah kembali melemah dilihat dari pengendapan sedimen klastik halus pada ben-
tangan mendekati top dinding sungai. hingga perselingan pengendapan terjadi dengan arus relatif kuat dibagian
top dinding sungai dengan material terendapkan berukuran klastik halus betcampur dengan klastik kasar.
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 48
DESKRIPSI ENDAPAN SUNGAI STASIUN SP01 BT 119O 50’ 46.20”, LS 0.00O 39’ 38.84”
Bentangan Tebal
Lapisan Endapan Ukuran Butir Endapan Warna Arus
Dari (cm) Ke (cm) (cm)
DESKRIPSI ENDAPAN SUNGAI STASIUN SP04 BT 119O 50’ 47.56”, LS 0.00O 39’ 39.30”
B
A
Bentangan Tebal
Lapisan Endapan Ukuran Butir Endapan Warna Arus
Dari (cm) Ke (cm) (cm)
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 49
DESKRIPSI ENDAPAN SUNGAI STASIUN SP06 BT 119O 50’ 48.01”, LS 0.00O 39’ 36.14”
A
C
B
A
Bentangan Tebal
Lapisan Endapan Ukuran Butir Endapan Warna Arus
Dari (cm) Ke (cm) (cm)
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 50
DESKRIPSI TEST PIT
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 51
TP02 KOORDINAT BT 119o50’41.87”, LS0.00o39’41.21”
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 52
TP03 KOORDINAT BT 119o50’43.37”, LS0.00o39’40.46”
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 53
TP04 KOORDINAT BT 119o50’44.87”, LS0.00o39’39.77”
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 54
TP05 KOORDINAT BT 119o50’48.19”, LS0.00o39’37.39”
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 55
TP06 KOORDINAT BT 119o50’48.31”, LS0.00o39’36.41”
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 56
TP07 KOORDINAT BT 119o50’48.30”, LS0.00o39’33.87”
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 57
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 58
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 59
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 60
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 61
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 62
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 63
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 64
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 65
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 66
L a p o r a n E k s p l o r a s i A k h i r | 67