KECAMATAN TAMBAKREJO
DESA GADING
TENTANG
RENCANA TATA RUANG DESA GADING
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa Gading Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro.
2. Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
- 3 -
22. Pusat Pelayanan Desa adalah pusat permukiman sebagai pusat jasa, pusat pengolahan
dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu desa atau beberapa dusun.
23. Kawasan Strategis adalah kawasan yang memiliki lingkup pengaruh yang berdampak
nasional, penguasaan dan pengembangan lahan relatif besar, mempunyai prospek
ekonomi yang relatif baik, serta memiliki daya tarik investasi.
24. Kawasan Potensial adalah kawasan yang memiliki peran untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan sekitarnya dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang.
25. Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH adalah bagian dari Kota yang tidak didirikan
bangunan atau sedikit mungkin unsur bangunan, terdiri dari unsur alam (antara lain
vegetasi dan air) dan unsur binaan antara lain taman kota, jalur hijau, pohon-pohon
pelindung tepi jalan, hutan kota, kebun bibit, pot-pot kota, pemakaman, pertanian kota
yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan.
26. Koefisian Dasar Hijau adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan antara luas
lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas persil
yang dikuasai.
27. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan saluran/sungai termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai
28. Garis Sempadan Bangunan adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah
bangunan ke arah Garis Sempadan Jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang kota.
29. Garis Sempadan Jalan adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang
kota.
30. Koefisien Dasar Bangunan atau disingkat KDB adalah angka perbandingan jumlah luas
lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota;
31. Koefisien Lantai Bangunan atau disingkat KLB adalah angka perbandingan jumlah luas
seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota
32. Tempat Penampungan Sementara atau disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
33. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain;
34. Ekosistem adalah sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antar
makhluk hidup dengan lingkungannya.
35. Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.
36. Daya Dukung Lingkungan adalah kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan
organisme secara sehat sekaligus mempertahankan produktifitas, kemampuan adaptasi
dan kemapuan memperbarui diri.
37. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana tata ruang desa.
38. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkandalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 5 -
BAB II
AZAS, TUJUAN, KEBIJAKAN, STRATEGI, SKENARIO, FUNGSI DAN SASARAN
PENATAAN RUANG WILAYAH DESA
Bagian Kesatu
Azas Penataan Ruang Desa
Pasal 3
Penataan Ruang Desa di dasarkan atas:
a. Manfaat yaitu pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin dalam penentuan
jenjang fungsi pelayanan kegiatan dan sistem jaringan;
b. Keseimbangan dan keserasian yaitu menciptakan keseimbangan dan keserasian fungsi
dan intensitas pemanfaatan ruang dalam suatu wilayah;
c. Kelestarian yaitu menciptakan hubungan yang serasi antar manusia dan lingkungan yang
tercermin dari pola intensitas pemanfaatan ruang;
d. Berkelanjutan yaitu bahwa penataan ruang menjamin kelestarian kemampuan daya
dukung sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan lahir dan batin antar
generasi;
e. Keterbukaan yaitu bahwa setiap orang / pihak dapat memperoleh keterangan mengenai
perencanaan tata ruang desa serta proses yang ditempuh dalam penataan ruang;
f. Keadilan yaitu bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk
memanfaatkan ruang sesuai dengan peruntukan tanah dan fungsi yang telah ditetapkan
oleh peraturan perUndang-Undangan.
Bagian Kedua
Tujuan Penataan Ruang Desa
Pasal 4
Tujuan penataan ruang desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, yaitu
pemanfaatan ruang wilayah desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
diwujudkan melalui strategi pemanfaatan ruang desa untuk tercapainya pemanfaatan ruang
- 6 -
yang berkualitas serta mampu mendukung perkembangan kegiatan usaha pedesaan yang
selaras dengan keberlanjutan lingkungan hidup dan pemerataan pembangunan.
Bagian Ketiga
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Desa
Paragraf 1
Kebijakan Penataan Ruang Desa
Pasal 5
Kebijakan penataan ruang desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a,
meliputi :
a. Pengembangan kawasan wisata
b. Penyediaa sarana dan prasarana yang memadai
Paragraf 2
Strategi Penataan Ruang Desa
Pasal 6
(1) Strategi pengembangan wilayah dengan memperhatikan potensi dan karakteristik wilayah
sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf a, meliputi:
a. Pengembangan prasarana jalan sebagai penunjang peningkatan akses pendukung
kawasan wisata;
b. Pengembangan sarana sebagai fasilitas penunjang kebutuhan kawasan wisata.
(2) Strategi mewujudkan aksesibilitas internal dan eksternal yang memadai sebagaimana
dimaksud Pasal 5 huruf b, meliputi:
a. Penyediaan prasarana dan sarana permukiman yang memadai;
b. Peningkatan sarana dan prasarana meliputi sarana perdagangan jasa dan jalan
c. Penyediaan dan perbaikan saluran irigasi;
d. Pengembangan RTH Publik dan Privat.
Bagian Keempat
Skenario Pengembangan Desa
Pasal 7
Skenario pengembangan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a,
didasarkan pada beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangan wilayah desa, seperti
kebijakan tata ruang pada hirarki yang lebih tinggi (RTRW Kab. Bojonegoro), potensi dan
permasalahan yang ada, tujuan serta kebijakan penataan ruang.
Pasal 8
Skenario pengembangan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, meliputi :
a. Pengembangan kawasan wisata
b. Sarana dan prasarana yang memadai
Pasal 9
(1) Skenario pengembangan kawasan wisata sebagaimana dimaksud Pasal 8 huruf a, meliputi:
a. Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai pelaku utama/ penggerak dalam
mengelola kawasan wisata (waduk)
b. Pengembangan sistem usaha, kelembagaan ekonomi dan kemitraan pada proses
pengelolaan tempat wisata
c. Pengembangan promosi tempat wisata
(2) Skenario pewujudan sarana dan prasarana yang memadai sebagaimana dimaksud Pasal 8
huruf b, meliputi:
- 7 -
Bagian Kelima
FUNGSI DAN SASARAN PENATAAN RUANG DESA
Pasal 10
Fungsi Penataan Ruang Desa adalah:
a. Sebagai Pedoman bagi Pemerintah Desa dan masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan disegala bidang yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang
Desa; dan
b. Sebagai dasar dalam mengarahkan pemanfaatan lahan sehingga pemanfaatan ruang
sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang sudah ditetapkan.
Pasal 11
Sasaran Penataan Ruang Desa adalah :
a. Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung;
b. Tertatanya Kawasan yang berfungsi budidaya dan investasi
c. Tertatanya jenjang pusat-pusat pelayanan;
d. Tertatanya prasarana dan sarana fasilitas sosial, budaya dan ekonomi;
e. Tertatanya kawasan pemukiman pedesaan;
f. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menyangkut tata guna tanah, tata guna
air, tata guna sumber daya alam, serta kebijaksanaan-kebijaksanaan penunjang penataan
ruang yang direncanakan.
BAB III
RENCANA STRUKTUR PELAYANAN
DAN JARINGAN PRASARANA DESA
Pasal 12
(1) Rencana struktur pelayanan dan pola pemanfaatan ruang desa, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, terdiri atas :
a. Sistem pusat pelayanan;
b. sistem jaringan pergerakan; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur pelayanan dan pola pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dijelaskan dalam lampiran tersendiri dan digambarkan dalam peta sebagaimana
tercantum dalam lampiran, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
Bagian Kesatu
Sistem Pusat Pelayanan
Pasal 13
(1) Sistem pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. Rencana persebaran penduduk;
b. Rencana sistem pelayanan; dan
- 8 -
Bagian Kedua
Sistem Jaringan Pergerakan
Pasal 14
Sistem jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b, terdiri
atas sistem jaringan jalan.
Pasal 15
Rencana sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada pasal 14, terdiri atas :
a. Pemeliharaan/ rehabilitasi sesuai dengan kerusakan yang terjadi
b. Pembangunan prasarana pendukung, seperti; saluran drainase dan TPT (tanggul penahan
tanah)
c. Pembangunan paving baru dengan memperhatikan pondasi (dasar) pasangan paving
ataupun pemadatan tanah.
d. Perbaikan jalan aspal poros desa
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Paragraf 1
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Pasal 16
(1) Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi sebagai sistem jaringan prasarana
lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern;
b. Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan;
c. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan seluruh
wilayah;
d. Mengarahkan dan memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk beberapa
operator telepon selular atau konsep tower bersama.
(2) Rencana program pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 ayat (1), meliputi:
a. Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf a adalah penggunaan telepon genggam pada
masyarakat;
b. Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b adalah penggunaan telepon
- 9 -
Paragraf 2
Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Pasal 17
(1) Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagai sistem jaringan
prasarana lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. Wilayah sungai;
b. Jaringan irigasi; dan
c. Air baku;
(2) Pengembangan dalam wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. Pengelolaan sungai;
b. Waduk; dan
c. Daerah resapan air.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Infrastruktur
Pasal 18
(1) Pengembangan sistem jaringan infrastruktur sebagai sistem jaringan prasarana lainnya,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. pengelolaan persampahan;
b. pengoptimalan penanganan air limbah;
c. pengelolaan sistem drainase;
d. pengembangan sistem jaringan air minum; dan
(2) Pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Bak sampah; diarahkan pada masing-masing rumah, sebagai penampung sampah yang
berasal dari rumah tangga.
b. Tong sampah : merupakan penampung sementara sampah dari masing-masing rumah,
diarahkan 1-2 unit pada masing-masing RT (sesuai dengan timbulan sampah yang
dihasilkan)
c. Gerobak sampah ; merupakan media pengumpul sampah dari kawasan permukiman
menuju depo transfer
d. TPS; merupakan penampungan sampah semetara sebelum diangkut oleh kendaraan/
container menuju TPA. Dalam penentuan lokasi TPS membutuhkan musyawarah/
kesepakan warga setempat.
e. Selain itu, diperlukan petugas khusus yang menangani pengelolaan prasarana
pendukung persampahan di Desa Gading. Petugas tersebut dapat berasal dari warga
setempat maupun warga di luar wilayah Desa Gading.
(3) Pengoptimalan penanganan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. non domestik; dan
b. domestik.
- 10 -
(4) Penanganan air limbah non domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
(5) Penanganan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, meliputi:
a. pembangunan jamban umum dan MCK pada kawasan permukiman; dan
b. pengembangan pengolahan limbah domestik menggunakan sistem off-site.
(6) Pengelolaan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. wilayah pusat desa; dan
b. wilayah pusat dusun.
(7) Pengelolaan sistem drainase wilayah pusat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf a, meliputi:
a. saluran sekunder di sepanjang jalan utama; dan
b. saluran tersier di sepanjang jalan dan kawasan permukiman.
(8) Pengelolaan sistem drainase wilayah pusat dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf b, meliputi:
a. Saluran primer di sepanjang jalan poros desa;
b. Saluran sekunder di sepanjang jalan poros dusun; dan
c. Saluran tersier yang berada di kawasan permukiman.
(9) Pengembangan sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi :
a. peningkatan kapasitas produksi sumber daya air; dan
b. perlindungan dan pelestarian sumber daya air untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitasnya.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH DESA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Rencana pola ruang wilayah desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d,
terdiri atas:
a. Penetapan klasifikasi dan jenis pola ruang;
b. Rencana penyediaan fasilitas umum;
c. Rencana intensitas pemanfaatan peruntukan; dan
(2) Penetapan klasifikasi dan jenis pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.
(3) Rencana Pola Ruang ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijelaskan dalam
lampiran tersendiri dan digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum dalam lampiran,
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 20
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan lindung setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan
- 11 -
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 21
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf b, terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan industri;
d. kawasan peruntukan permukiman; dan
e. kawaan peruntukan budidaya lainnya.
Bagian Keempat
Rencana Penyediaan Fasilitas Umum
Pasal 22
Rencana penyediaan fasilitas umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. Fasilitas perdagangan dan jasa;
b. Fasilitas pendidikan;
c. Fasilitas kesehatan;
d. Fasilitas peribadatan;
e. Ruang terbuka hijau (RTH).
Bagian Kelima
Rencana Intensitas Pemanfaatan Peruntukan
Pasal 23
(1) Rencana Intensitas pemanfaatan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Kepadatan bangunan;
b. Koefisien Dasar Bangunan;
c. Koefisien Lantai Bangunan;
d. Koefisien Dasar Hijau; dan
(2) Kepadatan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Kepadatan sangat tinggi (> 75%);
b. Kepadatan menengah (25% – 75%);
c. Kepadatan rendah (5% – 20%); dan
d. Kepadatan sangat rendah (< 5%).
(3) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Permukiman, KDB 60-80%;
b. Fasilitas pelayanan umum, KDB 40-60%;
c. Perdagangan dan jasa, KDB 40-60%;
d. Industri dan pergudangan, yaitu pabrik dengan KDB 40% dan gudang dengan KDB
60%; dan
e. Ruang Terbuka Hijau, yaitu olah raga dengan KDB 20% dan rekreasi dengan KDB
60%.
(4) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Permukiman, KLB 0,60-1,60;
b. Fasilitas pelayanan umum, KLB 0,60-2,40;
c. Perdagangan dan jasa, KLB 0,60-2,40;
d. Industri dan pergudangan, yaitu pabrik dengan KLB 0,40-1,20 dan gudang dengan KLB
0,60-1,80; dan
e. Ruang Terbuka Hijau, yaitu olah raga dengan KLB 0,40 dan rekreasi dengan KLB 1,20.
(5) Koefisien Dasar Hijau (KDH) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:
- 12 -
a. KDH minimal 10% pada daerah sangat padat/padat. KDH ditetapkan meningkat setara
dengan naiknya ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah; dan
b. Untuk perhitungan KDH secara umum, digunakan rumus : 100 % - (KDB + 20% KDB)
BAB V
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 24
(1) Arahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e, terdiri
atas ;
a. Indikasi program utama;
b. Indikasi lokasi;
c. Indikasi waktu pelaksanaan; dan
d. Indikasi sumber pendanaan.
(2) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Perwujudan rencana struktur ruang;
b. Perwujudan rencana pola ruang; dan
c. Perwujudan pelaksanaan pembangunan kawasan.
(3) Indikasi lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi lokasi yang berada
pada lingkup wilayah desa.
(4) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, sampai dengan
tahun 2037 dibagi ke dalam 4 (empat) tahap, meliputi :
a. Tahap pertama tahun 2016 sampai dengan tahun 2021;
b. Tahap kedua tahun 2022 sampai dengan tahun 2026;
c. Tahap ketiga tahun 2027 sampai dengan tahun 2031; dan
d. Tahap keempat tahun 2032 sampai dengan 2036.
(5) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Dana Pemerintah Kabupaten;
b. Dana Pemerintah Desa; dan
c. Dana masyarakat.
(6) Rincian tahapan pelaksanaan program-program pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Desa ini.
BAB VI
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 25
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat berhak:
a. Berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
b. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang desa, rencana tata ruang kawasan, rencana
rinci tata ruang kawasan;
c. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan
ruang; dan
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
- 13 -
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 26
(1) Dalam kegiatan pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
(2) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah dan aturan-aturan
penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 27
(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dengan
melibatkan peran masyarakat, melalui kegiatan dalam bentuk:
a. Partisipasi dalam perencanaan tata ruang;
b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa:
a. masukan mengenai:
1. Persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. Pengidentifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;
4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan / atau
5. Penetapan rencana tata ruang.
b. kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam perencanaan tata ruang.
(3) Peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa:
a. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. Kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam pemanfaatan ruang;
c. Kegiatan dalam memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
d. Peningkatan efisiensi, efektifitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang
udara, dan ruang di dalam bumi dengan mempertimbangkan kearifan lokal serta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber alam; dan
f. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c berupa:
a. Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. Keikutertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan;
- 14 -
c. Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Bagian Kesatu
Jangka Waktu
Pasal 28
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Desa adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Desa dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila terjadi
perubahan kebijakan kabupaten dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang desa
dan/atau dinamika internal wilayah.
Bagian Kedua
Sistematika Dokumen Rencana Tata Ruang Desa
Pasal 29
Sistematika Dokumen Rencana Tata Ruang Desa adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
berisikan uraian tentang latar belakang penyusunan; tujuan dan sasaran; ruang
lingkup perencanaan; dan dasar hukum;
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
berisikan uraian mengenai kondisi gambaran umum singkat pada wilayah
perencanaan. Gambaran umum terdiri atas administrasi wilayah, fisik dasar,
kependudukan, prasarana dan sarana, perekonomian, dan lain-lain
BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
menjabarkan kebijakan dan strategi penataan ruang Desa Gading. Selain itu, dalam
bab ini terdapat skenario pengembangan Desa.
BAB IV RENCANA PUSAT KEGIATAN DAN JARINGAN PRASARANA
menjabarkan tentang pengembangan pusat kegiatan, jaringan prasarana dan sarana
wilayah desa.
BAB V RENCANA POLA RUANG
berisikan arahan pengembangan pola ruang atau penggunaan lahan, sesuai dengan
kecenderungan tinjauan kebijakan, kondisi eksisting, serta kecenderungan
perkembangan desa.
BAB VI KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG DAN RENCANA TAHAPAN PROGRAM
KEGIATAN
berisikan mengenai program pembangunan desa, meliputi rincian program, lokasi,
jangka waktu pelaksanaan, serta sumber pendanaan pembangunan.
Pasal 30
Dokumen Rencana Tata Ruang Desa Gading sebagaimana tercantum dalam lampiran yang
merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dengan Peraturan Desa ini.
- 15 -
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan desa ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Ketetapan Kepala Desa.
Pasal 32
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Desa
Gading Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro.
RUDIK
………………………………
TENTANG
PENJELASAN UMUM.
Sebagai salah satu proses kegiatan penataan ruang, penyusunan rencana tata ruang
wilayah dalam skala administrasi desa perlu diselenggarakan dengan tetap meletakkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sebagai payung bagi Rencana Tata Ruang Desa.
Rencana Tata Ruang Desa adalah kebijaksanaan Pemerintah Desa Gading yang
menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah
yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan.
Desa Gading adalah salah satu dari 419 desa yang ada perlu digali potensi, peluang
maupun hambatan pengembangannya untuk masing-masing bagian wiayahnya sehingga
arah pengembangan desa menjadi lebih spesifik dan berhasil guna.