Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

KECAMATAN TAMBAKREJO
DESA GADING

DRAFT PERATURAN DESA GADING


NOMOR …… TAHUN ……

TENTANG
RENCANA TATA RUANG DESA GADING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA GADING

Menimbang : a. Bahwa Desa Memiliki kewenangan untuk mengatur dan


mengurus kepentingan masyarakat Desa;
b. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemeritahan desa, didusun
perencanaan pemangunan desa yang merupakan satu kesatuan
dalam system perencanaan pembangunan daerah;
c. Bahwa untuk mengarahkan pembangunan Desa dengan
memanfaatkan ruang wilayah desa secara berdaya guna, berhasil
guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, perlu
disusun Rencana Tata Ruang Desa;
d. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, b, dan c
perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Desa Gading dengan
peraturan Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang pembentukan


daerah kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun1965;
2. Undangan-undangan Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembarn Negara Repubik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, (TambahanLembaran Negara Republik Indonesia 4437)
sebagai mana telah diubah terakhir dengan Undangan-Undangan
Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusatdan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
- 2 -

6. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;


7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang
Administrasi Desa ;
13. PeraturanMenteriDalamNegeriNomor 7 Tahun 2007 tentang Kader
PeberdayaanMasyarakat ;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang
Perencanaan Pembangunan Desa ;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusun Peraturan Desa;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang
Pedoman Umum Tata Pengelolahan dan Pertanggung Jawaban
Pemerintahan Desa ;
18. Peraturan Daeran Kabupaten Bojonegoro No. 9 Tahun 2011 tentang
Desa ;
19. Peraturan Daeran Kabupaten Bojonegoro No. 66 Tahun 2011
tentang Penyelengaraan Pemerintah Desa ;
20. Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten
Bojonegoro;
21. Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2014 Tentang Gerakan Desa
Sehat dan Cerdas (GDSC);

Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA GADING


Dan
KEPALA DESA GADING

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG RENCANA TATA RUANG DESA


GADING

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pengertian

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa Gading Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro.
2. Desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
- 3 -

3. Pemerintahan Desa, adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintahan


Desa dan Badan Permusyawatan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentigan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Pemerintah Desa, adalah Kepala Desa Perangakat Desa sebagai unsur penyelengaraan
pemerintahan desa;
5. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD, adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelengaraan Pemeritah Desa sebagai unsur
penyelengaraan Pemerintah Desa;
6. Perencanaan, adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia;
7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan
kegiatannya serta memelihara kelangsungan hidupnya.
8. Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan
maupun tidak.
9. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana
dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakatyang
secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
11. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsilindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
12. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untukmenentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputipenyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
13. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
14. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
15. Rencana Tata Ruang Desa Gading adalah Rencana Tata Ruang Desa yang mengatur
struktur dan pola tata ruang wilayah Desa Gading.
16. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.
17. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan.
18. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia
dan sumberdaya buatan.
19. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik
berupa kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal/ lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
20. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
21. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan ekonomi.
- 4 -

22. Pusat Pelayanan Desa adalah pusat permukiman sebagai pusat jasa, pusat pengolahan
dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu desa atau beberapa dusun.
23. Kawasan Strategis adalah kawasan yang memiliki lingkup pengaruh yang berdampak
nasional, penguasaan dan pengembangan lahan relatif besar, mempunyai prospek
ekonomi yang relatif baik, serta memiliki daya tarik investasi.
24. Kawasan Potensial adalah kawasan yang memiliki peran untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan sekitarnya dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang.
25. Ruang Terbuka Hijau atau disingkat RTH adalah bagian dari Kota yang tidak didirikan
bangunan atau sedikit mungkin unsur bangunan, terdiri dari unsur alam (antara lain
vegetasi dan air) dan unsur binaan antara lain taman kota, jalur hijau, pohon-pohon
pelindung tepi jalan, hutan kota, kebun bibit, pot-pot kota, pemakaman, pertanian kota
yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan.
26. Koefisian Dasar Hijau adalah angka prosentase berdasarkan perbandingan antara luas
lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan atau peresapan air terhadap luas persil
yang dikuasai.
27. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan saluran/sungai termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai
28. Garis Sempadan Bangunan adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah
bangunan ke arah Garis Sempadan Jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang kota.
29. Garis Sempadan Jalan adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana ruang
kota.
30. Koefisien Dasar Bangunan atau disingkat KDB adalah angka perbandingan jumlah luas
lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota;
31. Koefisien Lantai Bangunan atau disingkat KLB adalah angka perbandingan jumlah luas
seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan yang sesuai dengan rencana kota
32. Tempat Penampungan Sementara atau disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
33. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain;
34. Ekosistem adalah sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antar
makhluk hidup dengan lingkungannya.
35. Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masa kini
tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.
36. Daya Dukung Lingkungan adalah kemampuan ekosistem untuk mendukung kehidupan
organisme secara sehat sekaligus mempertahankan produktifitas, kemampuan adaptasi
dan kemapuan memperbarui diri.
37. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana tata ruang desa.
38. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkandalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
- 5 -

Ruang Lingkup Muatan


Pasal 2

Lingkup muatan Rencana Tata Ruang Desa, mencakup:


1) Lingkup Wilayah Desa adalah daerah dalam pengertian wilayah administrasi Desa Gading
yang memiliki luas sekitar 508,62 Ha, tidak memiliki dusun. Wilayah tersebut terbagi
menjadi 2 Rukun Warga (RW) dan 10 Rukun Tetangga (RT) dengan batas-batas:
a. Sebelah Utara : Desa Pengkol
b. Sebelah Selatan : Desa Sukorejo
c. Sebelah Barat : Desa Pandan, Kecamatan Ngraho
d. Sebelah Timur : Desa Tanjung
2) Lingkup muatan, mencakup :
a. Tujuan pemanfaatan ruang wilayah desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang diwujudkan melalui strategi pemanfaatan ruang desa dan skenario pengembangan
desa untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;
b. Struktur pelayanan dan pola pemanfaatan ruang desa;
c. Rencana pengembangan jaringan dan sarana prasarana;
d. Rencana pola ruang;
e. Arahan pemanfaatan ruang desa.
f. Peran serta masyarakat
g. Pedoman pelaksanaan pembangunan

BAB II
AZAS, TUJUAN, KEBIJAKAN, STRATEGI, SKENARIO, FUNGSI DAN SASARAN
PENATAAN RUANG WILAYAH DESA

Bagian Kesatu
Azas Penataan Ruang Desa

Pasal 3
Penataan Ruang Desa di dasarkan atas:
a. Manfaat yaitu pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin dalam penentuan
jenjang fungsi pelayanan kegiatan dan sistem jaringan;
b. Keseimbangan dan keserasian yaitu menciptakan keseimbangan dan keserasian fungsi
dan intensitas pemanfaatan ruang dalam suatu wilayah;
c. Kelestarian yaitu menciptakan hubungan yang serasi antar manusia dan lingkungan yang
tercermin dari pola intensitas pemanfaatan ruang;
d. Berkelanjutan yaitu bahwa penataan ruang menjamin kelestarian kemampuan daya
dukung sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan lahir dan batin antar
generasi;
e. Keterbukaan yaitu bahwa setiap orang / pihak dapat memperoleh keterangan mengenai
perencanaan tata ruang desa serta proses yang ditempuh dalam penataan ruang;
f. Keadilan yaitu bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk
memanfaatkan ruang sesuai dengan peruntukan tanah dan fungsi yang telah ditetapkan
oleh peraturan perUndang-Undangan.

Bagian Kedua
Tujuan Penataan Ruang Desa

Pasal 4
Tujuan penataan ruang desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, yaitu
pemanfaatan ruang wilayah desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
diwujudkan melalui strategi pemanfaatan ruang desa untuk tercapainya pemanfaatan ruang
- 6 -

yang berkualitas serta mampu mendukung perkembangan kegiatan usaha pedesaan yang
selaras dengan keberlanjutan lingkungan hidup dan pemerataan pembangunan.

Bagian Ketiga
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Desa

Paragraf 1
Kebijakan Penataan Ruang Desa

Pasal 5
Kebijakan penataan ruang desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a,
meliputi :
a. Pengembangan kawasan wisata
b. Penyediaa sarana dan prasarana yang memadai

Paragraf 2
Strategi Penataan Ruang Desa

Pasal 6
(1) Strategi pengembangan wilayah dengan memperhatikan potensi dan karakteristik wilayah
sebagaimana dimaksud Pasal 5 huruf a, meliputi:
a. Pengembangan prasarana jalan sebagai penunjang peningkatan akses pendukung
kawasan wisata;
b. Pengembangan sarana sebagai fasilitas penunjang kebutuhan kawasan wisata.
(2) Strategi mewujudkan aksesibilitas internal dan eksternal yang memadai sebagaimana
dimaksud Pasal 5 huruf b, meliputi:
a. Penyediaan prasarana dan sarana permukiman yang memadai;
b. Peningkatan sarana dan prasarana meliputi sarana perdagangan jasa dan jalan
c. Penyediaan dan perbaikan saluran irigasi;
d. Pengembangan RTH Publik dan Privat.

Bagian Keempat
Skenario Pengembangan Desa

Pasal 7
Skenario pengembangan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a,
didasarkan pada beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangan wilayah desa, seperti
kebijakan tata ruang pada hirarki yang lebih tinggi (RTRW Kab. Bojonegoro), potensi dan
permasalahan yang ada, tujuan serta kebijakan penataan ruang.

Pasal 8
Skenario pengembangan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, meliputi :
a. Pengembangan kawasan wisata
b. Sarana dan prasarana yang memadai

Pasal 9
(1) Skenario pengembangan kawasan wisata sebagaimana dimaksud Pasal 8 huruf a, meliputi:
a. Peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) sebagai pelaku utama/ penggerak dalam
mengelola kawasan wisata (waduk)
b. Pengembangan sistem usaha, kelembagaan ekonomi dan kemitraan pada proses
pengelolaan tempat wisata
c. Pengembangan promosi tempat wisata
(2) Skenario pewujudan sarana dan prasarana yang memadai sebagaimana dimaksud Pasal 8
huruf b, meliputi:
- 7 -

a. Perbaikan jembatan yang rusak


b. Peningkatan pelayanan dan pemenuhan prasarana dan sarana permukiman yang
memadai, meliputi; bangunan rumah, jalan, air bersih, drainase, sanitasi, dan
persampahan.
c. Perbaikan jalan lingkungan terutama jalan akses jalan menuju tempat wisata (waduk)
d. Pengembangan dan perbaikan saluran irigasi
e. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat
f. Peningkatan pelayanan pendidikan masyarakat sebagai salah satu upaya peningkatan
kualtias SDM (Sumber Daya Manusia)
g. Peningkatan pelayanan pemerintahan

Bagian Kelima
FUNGSI DAN SASARAN PENATAAN RUANG DESA

Pasal 10
Fungsi Penataan Ruang Desa adalah:
a. Sebagai Pedoman bagi Pemerintah Desa dan masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan disegala bidang yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang
Desa; dan
b. Sebagai dasar dalam mengarahkan pemanfaatan lahan sehingga pemanfaatan ruang
sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang sudah ditetapkan.

Pasal 11
Sasaran Penataan Ruang Desa adalah :
a. Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung;
b. Tertatanya Kawasan yang berfungsi budidaya dan investasi
c. Tertatanya jenjang pusat-pusat pelayanan;
d. Tertatanya prasarana dan sarana fasilitas sosial, budaya dan ekonomi;
e. Tertatanya kawasan pemukiman pedesaan;
f. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang menyangkut tata guna tanah, tata guna
air, tata guna sumber daya alam, serta kebijaksanaan-kebijaksanaan penunjang penataan
ruang yang direncanakan.

BAB III
RENCANA STRUKTUR PELAYANAN
DAN JARINGAN PRASARANA DESA

Pasal 12
(1) Rencana struktur pelayanan dan pola pemanfaatan ruang desa, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, terdiri atas :
a. Sistem pusat pelayanan;
b. sistem jaringan pergerakan; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur pelayanan dan pola pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dijelaskan dalam lampiran tersendiri dan digambarkan dalam peta sebagaimana
tercantum dalam lampiran, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

Bagian Kesatu
Sistem Pusat Pelayanan

Pasal 13
(1) Sistem pusat pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. Rencana persebaran penduduk;
b. Rencana sistem pelayanan; dan
- 8 -

c. Rencana skala pelayanan.


(2) Rencana persebaran penduduk di wilayah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi distribusi penduduk dan kepadatan penduduk;
(3) Rencana sistem pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. Pusat Pelayanan Skala Desa; dan
b. Pusat Pelayanan Skala Dusun.
(4) Pusat Pelayanan Skala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dijelaskan
dalam lampiran tersendiri dan digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum dalam
lampiran, merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
(5) Pusat Pelayanan skala dusun yang merupakan sub pusat pelayanan skala desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dijelaskan dalam lampiran tersendiri dan
digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum dalam lampiran, merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

Bagian Kedua
Sistem Jaringan Pergerakan

Pasal 14
Sistem jaringan pergerakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b, terdiri
atas sistem jaringan jalan.

Pasal 15
Rencana sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada pasal 14, terdiri atas :
a. Pemeliharaan/ rehabilitasi sesuai dengan kerusakan yang terjadi
b. Pembangunan prasarana pendukung, seperti; saluran drainase dan TPT (tanggul penahan
tanah)
c. Pembangunan paving baru dengan memperhatikan pondasi (dasar) pasangan paving
ataupun pemadatan tanah.
d. Perbaikan jalan aspal poros desa

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Paragraf 1
Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Pasal 16
(1) Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi sebagai sistem jaringan prasarana
lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern;
b. Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat pertumbuhan;
c. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan seluruh
wilayah;
d. Mengarahkan dan memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk beberapa
operator telepon selular atau konsep tower bersama.
(2) Rencana program pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 ayat (1), meliputi:
a. Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern sebagaimana
dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf a adalah penggunaan telepon genggam pada
masyarakat;
b. Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf b adalah penggunaan telepon
- 9 -

pada kantor-kantor di wilayah pusat pertumbuhan agar mempermudah komunikasi


dengan instansi di luar desa;
c. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan seluruh
wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) huruf c adalah pembangunan
tower BTS pada wilayah yang belum terdapat BTS dan tidak terjangkau sinyal telepon
genggam;
d. Mengarahkan dan memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk beberapa
operator telepon selular atau konsep tower bersama sebagaimana dimaksud dalam
pasal 16 ayat (1) huruf d adalah pemanfaatan tower BTS yang ada oleh beberapa
provider agar terjangkau sinyal seluruh provider.

Paragraf 2
Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Pasal 17
(1) Pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagai sistem jaringan
prasarana lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. Wilayah sungai;
b. Jaringan irigasi; dan
c. Air baku;
(2) Pengembangan dalam wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. Pengelolaan sungai;
b. Waduk; dan
c. Daerah resapan air.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Infrastruktur

Pasal 18
(1) Pengembangan sistem jaringan infrastruktur sebagai sistem jaringan prasarana lainnya,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. pengelolaan persampahan;
b. pengoptimalan penanganan air limbah;
c. pengelolaan sistem drainase;
d. pengembangan sistem jaringan air minum; dan
(2) Pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Bak sampah; diarahkan pada masing-masing rumah, sebagai penampung sampah yang
berasal dari rumah tangga.
b. Tong sampah : merupakan penampung sementara sampah dari masing-masing rumah,
diarahkan 1-2 unit pada masing-masing RT (sesuai dengan timbulan sampah yang
dihasilkan)
c. Gerobak sampah ; merupakan media pengumpul sampah dari kawasan permukiman
menuju depo transfer
d. TPS; merupakan penampungan sampah semetara sebelum diangkut oleh kendaraan/
container menuju TPA. Dalam penentuan lokasi TPS membutuhkan musyawarah/
kesepakan warga setempat.
e. Selain itu, diperlukan petugas khusus yang menangani pengelolaan prasarana
pendukung persampahan di Desa Gading. Petugas tersebut dapat berasal dari warga
setempat maupun warga di luar wilayah Desa Gading.
(3) Pengoptimalan penanganan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
meliputi:
a. non domestik; dan
b. domestik.
- 10 -

(4) Penanganan air limbah non domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
berupa pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
(5) Penanganan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, meliputi:
a. pembangunan jamban umum dan MCK pada kawasan permukiman; dan
b. pengembangan pengolahan limbah domestik menggunakan sistem off-site.
(6) Pengelolaan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. wilayah pusat desa; dan
b. wilayah pusat dusun.
(7) Pengelolaan sistem drainase wilayah pusat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf a, meliputi:
a. saluran sekunder di sepanjang jalan utama; dan
b. saluran tersier di sepanjang jalan dan kawasan permukiman.
(8) Pengelolaan sistem drainase wilayah pusat dusun sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf b, meliputi:
a. Saluran primer di sepanjang jalan poros desa;
b. Saluran sekunder di sepanjang jalan poros dusun; dan
c. Saluran tersier yang berada di kawasan permukiman.
(9) Pengembangan sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
meliputi :
a. peningkatan kapasitas produksi sumber daya air; dan
b. perlindungan dan pelestarian sumber daya air untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitasnya.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH DESA
Bagian Kesatu

Umum

Pasal 19
(1) Rencana pola ruang wilayah desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d,
terdiri atas:
a. Penetapan klasifikasi dan jenis pola ruang;
b. Rencana penyediaan fasilitas umum;
c. Rencana intensitas pemanfaatan peruntukan; dan
(2) Penetapan klasifikasi dan jenis pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.
(3) Rencana Pola Ruang ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijelaskan dalam
lampiran tersendiri dan digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum dalam lampiran,
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 20
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan lindung setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan
- 11 -

Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya

Pasal 21
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf b, terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan industri;
d. kawasan peruntukan permukiman; dan
e. kawaan peruntukan budidaya lainnya.

Bagian Keempat
Rencana Penyediaan Fasilitas Umum

Pasal 22
Rencana penyediaan fasilitas umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf c,
meliputi:
a. Fasilitas perdagangan dan jasa;
b. Fasilitas pendidikan;
c. Fasilitas kesehatan;
d. Fasilitas peribadatan;
e. Ruang terbuka hijau (RTH).

Bagian Kelima
Rencana Intensitas Pemanfaatan Peruntukan

Pasal 23
(1) Rencana Intensitas pemanfaatan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Kepadatan bangunan;
b. Koefisien Dasar Bangunan;
c. Koefisien Lantai Bangunan;
d. Koefisien Dasar Hijau; dan
(2) Kepadatan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Kepadatan sangat tinggi (> 75%);
b. Kepadatan menengah (25% – 75%);
c. Kepadatan rendah (5% – 20%); dan
d. Kepadatan sangat rendah (< 5%).
(3) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Permukiman, KDB 60-80%;
b. Fasilitas pelayanan umum, KDB 40-60%;
c. Perdagangan dan jasa, KDB 40-60%;
d. Industri dan pergudangan, yaitu pabrik dengan KDB 40% dan gudang dengan KDB
60%; dan
e. Ruang Terbuka Hijau, yaitu olah raga dengan KDB 20% dan rekreasi dengan KDB
60%.
(4) Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Permukiman, KLB 0,60-1,60;
b. Fasilitas pelayanan umum, KLB 0,60-2,40;
c. Perdagangan dan jasa, KLB 0,60-2,40;
d. Industri dan pergudangan, yaitu pabrik dengan KLB 0,40-1,20 dan gudang dengan KLB
0,60-1,80; dan
e. Ruang Terbuka Hijau, yaitu olah raga dengan KLB 0,40 dan rekreasi dengan KLB 1,20.
(5) Koefisien Dasar Hijau (KDH) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi:
- 12 -

a. KDH minimal 10% pada daerah sangat padat/padat. KDH ditetapkan meningkat setara
dengan naiknya ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah; dan
b. Untuk perhitungan KDH secara umum, digunakan rumus : 100 % - (KDB + 20% KDB)

BAB V
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 24
(1) Arahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e, terdiri
atas ;
a. Indikasi program utama;
b. Indikasi lokasi;
c. Indikasi waktu pelaksanaan; dan
d. Indikasi sumber pendanaan.
(2) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Perwujudan rencana struktur ruang;
b. Perwujudan rencana pola ruang; dan
c. Perwujudan pelaksanaan pembangunan kawasan.
(3) Indikasi lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi lokasi yang berada
pada lingkup wilayah desa.
(4) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, sampai dengan
tahun 2037 dibagi ke dalam 4 (empat) tahap, meliputi :
a. Tahap pertama tahun 2016 sampai dengan tahun 2021;
b. Tahap kedua tahun 2022 sampai dengan tahun 2026;
c. Tahap ketiga tahun 2027 sampai dengan tahun 2031; dan
d. Tahap keempat tahun 2032 sampai dengan 2036.
(5) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Dana Pemerintah Kabupaten;
b. Dana Pemerintah Desa; dan
c. Dana masyarakat.
(6) Rincian tahapan pelaksanaan program-program pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Desa ini.

BAB VI
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 25
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat berhak:
a. Berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
b. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang desa, rencana tata ruang kawasan, rencana
rinci tata ruang kawasan;
c. Menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan
ruang; dan
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
- 13 -

Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 26
(1) Dalam kegiatan pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
(2) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah dan aturan-aturan
penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 27
(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dengan
melibatkan peran masyarakat, melalui kegiatan dalam bentuk:
a. Partisipasi dalam perencanaan tata ruang;
b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa:
a. masukan mengenai:
1. Persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. Pengidentifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;
4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan / atau
5. Penetapan rencana tata ruang.
b. kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam perencanaan tata ruang.
(3) Peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa:
a. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. Kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat
dalam pemanfaatan ruang;
c. Kegiatan dalam memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
d. Peningkatan efisiensi, efektifitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang
udara, dan ruang di dalam bumi dengan mempertimbangkan kearifan lokal serta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber alam; dan
f. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c berupa:
a. Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. Keikutertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang
telah ditetapkan;
- 14 -

c. Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan
dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar
rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Bagian Kesatu
Jangka Waktu

Pasal 28
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Desa adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala
besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Desa dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila terjadi
perubahan kebijakan kabupaten dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang desa
dan/atau dinamika internal wilayah.

Bagian Kedua
Sistematika Dokumen Rencana Tata Ruang Desa

Pasal 29
Sistematika Dokumen Rencana Tata Ruang Desa adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
berisikan uraian tentang latar belakang penyusunan; tujuan dan sasaran; ruang
lingkup perencanaan; dan dasar hukum;
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
berisikan uraian mengenai kondisi gambaran umum singkat pada wilayah
perencanaan. Gambaran umum terdiri atas administrasi wilayah, fisik dasar,
kependudukan, prasarana dan sarana, perekonomian, dan lain-lain
BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
menjabarkan kebijakan dan strategi penataan ruang Desa Gading. Selain itu, dalam
bab ini terdapat skenario pengembangan Desa.
BAB IV RENCANA PUSAT KEGIATAN DAN JARINGAN PRASARANA
menjabarkan tentang pengembangan pusat kegiatan, jaringan prasarana dan sarana
wilayah desa.
BAB V RENCANA POLA RUANG
berisikan arahan pengembangan pola ruang atau penggunaan lahan, sesuai dengan
kecenderungan tinjauan kebijakan, kondisi eksisting, serta kecenderungan
perkembangan desa.
BAB VI KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG DAN RENCANA TAHAPAN PROGRAM
KEGIATAN
berisikan mengenai program pembangunan desa, meliputi rincian program, lokasi,
jangka waktu pelaksanaan, serta sumber pendanaan pembangunan.

Pasal 30
Dokumen Rencana Tata Ruang Desa Gading sebagaimana tercantum dalam lampiran yang
merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dengan Peraturan Desa ini.
- 15 -

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan desa ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Ketetapan Kepala Desa.

Pasal 32
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Desa
Gading Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro.

Ditetapkan di : Desa Gading


Pada Tanggal : Oktober 2016

KEPALA DESA GADING

RUDIK

Diundangkan di : Desa Gading


Pada Tanggal : Oktober 2016

SEKRETARIS DESA GADING

………………………………

BERITA DESA GADING KECAMATAN TAMBAKREJO TAHUN 2016 NOMOR :


PENJELASAN ATAS

PERATURAN DESA GADING


NOMOR ....... TAHUN 2016

TENTANG

RENCANA TATA RUANG DESA GADING

PENJELASAN UMUM.

Sebagai salah satu proses kegiatan penataan ruang, penyusunan rencana tata ruang
wilayah dalam skala administrasi desa perlu diselenggarakan dengan tetap meletakkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten sebagai payung bagi Rencana Tata Ruang Desa.
Rencana Tata Ruang Desa adalah kebijaksanaan Pemerintah Desa Gading yang
menetapkan lokasi dari kawasan yang harus dilindungi dan dibudidayakan serta wilayah
yang akan diprioritaskan pengembangannya dalam jangka waktu perencanaan.

Desa Gading adalah salah satu dari 419 desa yang ada perlu digali potensi, peluang
maupun hambatan pengembangannya untuk masing-masing bagian wiayahnya sehingga
arah pengembangan desa menjadi lebih spesifik dan berhasil guna.

Dalam rangka penyelarasan pemanfaatan ruang ruang dan percepatan pembangunan


diwilayah desa, maka perlu dilaksanakan perencanaan pada skala desa walaupun secara
legalitas perundang-undangan Rencana Tata Ruang Desa bukan produk tata ruang yang
sah.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas


Pasal 2 Cukup jelas
Pasal 3 Cukup jelas
Pasal 4 Cukup jelas
Pasal 5 Cukup jelas
Pasal 6 Cukup jelas
Pasal 7 Cukup jelas
Pasal 8 Cukup jelas.
Pasal 9 Cukup jelas
Pasal 10 Cukup jelas.
Pasal 11 Cukup jelas
Pasal 12 Cukup jelas.
Pasal 13 Cukup jelas
Pasal 14 Cukup jelas
Pasal 15 Cukup jelas
Pasal 16 Cukup jelas
Pasal 17 Cukup jelas
Pasal 18 Cukup jelas
Pasal 19 Cukup jelas
Pasal 20 Cukup jelas.
Pasal 21 Cukup jelas
Pasal 22 Cukup jelas.
Pasal 23 Cukup jelas
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas
Pasal 26 Cukup jelas
- 2 -

Pasal 27 Cukup jelas


Pasal 28 Cukup jelas
Pasal 29 Cukup jelas
Pasal 30 Cukup jelas
Pasal 31 Cukup jelas
Pasal 32 Cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai