Anda di halaman 1dari 8

Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018

26

Aplikasi Kalkulus dalam Perkuliahan Fisika

Toto
Universitas Galuh, Jalan R.E. Martadinata No. 150 Ciamis 46251;
totounigal_cms@yahoo.com

Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aplikasi kalkulus dalam perkuliahan fisika. Kajian ini
bertolak dari permasalahan bahwa pada umumnya mahasiswa memandang fisika sebagai mata kuliah
yang sulit (berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa mahasiswa tingkat pertama
program studi pendidikan matematika fkip universitas Galuh Ciamis). Pernyataan ini diperkuat
dengan perolehan nilai mata kuliah fisika yang kurang memuaskan. Mata kuliah pendukung pada
perkuliahan fisika adalah kalkulus. Oleh karena itu perlu analisis materi fisika yang memerlukan
aplikasi kalkulus, sehingga mahasiswa dapat terbantu untuk memahaminya. Kajian ini dilakukan
dengan studi dokumentasi terhadap buku-buku Fisika. Berdasarkan analisis materi pada buku-buku
Fisika terdapat aplikasi kalkulus dalam perkuliahan fisika yaitu: diferensial/turunan, integral, dan
limit. Sedangkan konsep-konsep fisika yang memerlukan aplikasi kalkulus yaitu gerak (kecepatan
rerata, kecepatan sesaat, percepatan rerata, dan percepatan sesaat); hukum Newton kedua tentang
gerak, usaha ; energi; dan momentum.. Tentu saja masih terdapat aplikasi kalkulus dalam materi
fisika lainnya, namun disesuaikan dengan waktu untuk satu semester. Hasil analisis materi ini perlu
ditindaklanjuti dengan penelitian yang membedakan hasil belajar mahasiswa antara perkuliahan fisika
yang mengaplikasikan kalkulus dengan yang tidak mengaplikasikan kalkulus.

Kata kunci: Aplikasi Kalkulus; Perkuliahan Fisika

Pendahuluan

Mahasiswa program studi pendidikan matematika dibekali berbagai mata kuliah


MIPA, diantaranya adalah mata kuliah fisika. Dengan mempelajari fisika, mahasiswa
program studi pendidikan matematika memperoleh pengetahuan berbagai fenomena
alam. Dalam pengungkapan suatu fenomena alam secara kuantitatif digunakan
bahasa simbolik, sehingga pengungkapan fenomena alam itu lebih singkat dan
mudah dipahami. Suma (Toto, 2009) mengungkapkan bahwa kemampuan
menggunakan bahasa simbolik secara implisit sudah terkandung dalam kemampuan
menggambarkan pengetahuan fisika, misalnya mendeskripsikan dengan kata-kata,
simbol, persamaan, fungsi, diagram dan grafik.

Hukum-hukum alam dapat diungkapkan secara matematis. Peran logika dalam


pengendalian hukum-hukum alam menyebabkan matematika menjadi ―bahasa‖
hukum alam. Model matematika digunakan untuk meramalkan suatu fenomena fisika
dan mendapatkan hubungan-hubungan yang berlaku dalam suatu sistem. Fisika
banyak melibatkan rumus-rumus untuk melukiskan hukum-hukum dan perangai
alam. Rumus-rumus tersebut pada hakikatnya adalah sebuah model matematika
(Brotosiswojo, 2001). Namun, disisi lain matematika kadang-kadang menjadi sumber
kesulitan dalam mempelajari fisika. Hal ini menjadi salah satu penyebab para
mahasiswa tidak tertarik pada fisika.

26
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
27

Toto (2009) mengungkapkan bahwa penggunaan matematika yang rumit dalam


perkuliahan fisika menyebabkan mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami
konsep-konsep fisika. Pada umumnya mahasiswa program studi pendidikan
matematika memandang fisika sebagai mata kuliah yang sulit (berdasarkan hasil
wawancara penulis sebagai pengampu mata kuliah fisika dengan beberapa
mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP Universitas Galuh, 2017).
Pernyataan ini diperkuat dengan perolehan nilai mata kuliah fisika yang kurang
memuaskan.

Para mahasiswa mengalami kesulitan dalam menerapkan matematika dalam


perkuliahan fisika, salah satu penyebabnya mungkin karena tidak sedikit mereka
yang berlatar belakang pendidikan SMTA non IPA. Namun hal ini dialami juga oleh
para siswa SMA dalam mempelajari fisika, sebagaimana diungkapkan melalui
penelitian yang dilakukan Belsasar dan Sugiatno (Toto, 2009) yang menunjukkan
bahwa siswa mengalami kesulitan untuk menerapkan matematika dalam
pembelajaran fisika. Demikian juga dikemukakan Giancoli (1998), “Physics is
sometimes thought of as being a difficult subject. However, sometimes it is the
mathematics used that is the source of difficulties rather than the physics itself.”
Berdasarkan kalimat ini dapat dimaknai bahwa fisika dianggap subjek yang sulit.
Namun, kadang-kadang matematikalah yang menjadi sumber kesulitan daripada
fisika itu sendiri. Sekalipun bukan hasil riset ilmiah, pendapat ini merupakan
masukan dan bahan pertimbangan untuk mencari solusi bagaimana agar matematika
tidak menjadi sumber kesulitan dalam mempelajari fisika.

Para mahasiswa program studi pendidikan matematika FKIP Universitas Galuh


kurang tertarik pada mata kuliah fisika dengan berbagai alasan diantaranya banyak
materi hitungan yang mengharuskan mereka menghapal banyak rumus dan teori.
(Toto, 2017). Dalam perkuliahan fisika pada program studi pendidikan matematika
dilengkapi aplikasi kalkulus. Hal ini sangat penting untuk mempermudah mahasiswa
dalam penguasaan materi perkuliahan fisika, karena mahasiswa telah dibekali mata
kuliah kalkulus. Penggunaan kalkulus dalam perkuliahan fisika terbatas pada materi
diferensial/turunan, integral, dan limit.

Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kalkulus [12 Pebruari 2018] diungkapkan bahwa


Kalkulus (bahasa Latin: calculus, artinya "batu kecil", untuk menghitung) adalah
cabang ilmu matematika yang mencakup diferensial/turunan, integral, limit, dan
deret takterhingga. Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam bidang sains,
diantaranya dalam bidang fisika.

Kalkulus memiliki dua cabang utama yaitu kalkulus diferensial dan kalkulus integral
yang saling berhubungan melalui teorema dasar kalkulus. Pelajaran kalkulus adalah
pintu gerbang menuju pelajaran matematika lainnya yang lebih tinggi, yang khusus
mempelajari fungsi dan limit, yang secara umum dinamakan analisis matematika.

27
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
28

Diferensial adalah salah satu cabang kalkulus dalam matematika yang mempelajari
bagaimana nilai suatu fungsi berubah menurut perubahan input nilainya. Topik
utama dalam pembelajaran kalkulus diferensial adalah turunan. Proses pencarian
turunan disebut pendiferensialan (differentiation). Teorema dasar kalkulus
menyatakan bahwa pendiferensialan adalah proses keterbalikan dari pengintegralan.
Turunan dari suatu fungsi pada titik tertentu menjelaskan sifat-sifat fungsi yang
mendekati nilai input. Untuk fungsi yang bernilai real dengan variabel real tunggal,
turunan pada sebuah titik sama dengan kemiringan dari garis singgung grafik fungsi
pada titik tersebut. Secara umum, turunan suatu fungsi pada sebuah titik menentukan
pendekatan linear terbaik fungsi pada titik tersebut. Turunan sering digunakan untuk
mencari titik ekstremum dari sebuah fungsi. Persamaan-persamaan yang melibatkan
turunan disebut persamaan diferensial dan sangat penting dalam mendeskripsikan
fenomena alam (seperti fisika).

Untuk mendapatkan fungsi kecepatan dan percepatan dari suatu fungsi posisi adalah
melalui diferensiasi. Permasalahan sebaliknya untuk mendapatkan fungsi posisi x
bila diketahui kecepatan v dan percepatan a adalah melalui prosedur yang dinamakan
integrasi. Integral dikembangkan menyusul dikembangkannya masalah dalam
diferensiasi di mana matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan
masalah. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Integral diungkapkan bahwa Integral
adalah sebuah konsep penjumlahan secara berkesinambungan dalam matematika, dan
bersamaan dengan inversnya. Lambang integral adalah ∫ .

Limit suatu fungsi merupakan salah satu konsep mendasar dalam kalkulus dan
analisis, tentang kelakuan suatu fungsi mendekati titik masukan tertentu. Suatu
fungsi memetakan keluaran f(x) untuk setiap masukan x. Fungsi tersebut memiliki
limit L pada titik masukan p bila f(x) "dekat" pada L ketika x dekat pada p. Dengan
kata lain, f(x) menjadi semakin dekat kepada L ketika x juga mendekat menuju p.
Lebih jauh lagi, bila f diterapkan pada tiap masukan yang cukup dekat pada p,
hasilnya adalah keluaran yang (secara sembarang) dekat dengan L. Bila masukan
yang dekat pada p ternyata dipetakan pada keluaran yang sangat berbeda, fungsi f
dikatakan tidak memiliki limit.

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis melakukan kajian tentang Aplikasi
Kalkulus dalam Perkuliahan Fisika. Kajian ini bertujuan untuk mencari solusi atas
permasalahan yang dirumuskan dalam pertanyaan berikut: ―Bagaimanakah aplikasi
kalkulus dalam perkuliahan fisika?‖. Diharapkan hasil kajian ini bermanfaat sebagai
dasar pijakan dalam perkuliahan fisika.

Metode

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi dokumentasi (studi pustaka)
dengan menganalisis aplikasi atau penggunaan kalkulus dalam buku-buku Fisika

28
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
29

sebagai referensi dalam perkuliahan Fisika pada program studi pendidikan


Matematika pada semester 2 (dua).

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dokumentasi terhadap buku-buku fisika yang dijadikan


referensi dalam perkuliahan fisika pada program studi pendidikan matematika FKIP
Unversitas Galuh, maka diperoleh sejumlah konsep dan prinsip dalam fisika yang
menggunakan/ mengaplikasikan kalkulus. Aplikasi kalkulus dalam perkuliahan fisika
terbatas pada materi diferensial/turunan, integral, dan limit.

Adapun konsep dan prinsip dalam fisika yang memanfaatkan aplikasi kalkulus
(terbatas pada diferensial/turunan, integral, dan limit), sebagaimana diungkapkan
dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Konsep dan Prinsip dalam Fisika yang mengaplikasikan Kalkulus


No. Materi Kalkulus Konsep/prinsip fisika

yang mengaplikasikan kalkulus

1 Diferensial/Turunan kecepatan, percepatan,

2 Integral kecepatan, hukum Newton kedua tentang gerak,


usaha, energi, momentum, gerak rotasi,

3 Limit kecepatan sesaat, percepatan sesaat,

Sesuai dengan konsep dan prinsip fisika di atas yaitu gerak (kecepatan rata-rata,
kecepatan sesaat, percepatan rata-rata, dan percepatan sesaat); hukum kedua Newton
tentang gerak; usaha; energi; momentum; dan gerak rotasi.

Turunan mempunyai aplikasi dalam semua bidang kuantitatif. Banyak proses fisika
yang dapat dideskripsikan dengan turunan, yang disebut dengan persamaan
diferensial, seperti aplikasi turunan dalam konsep gerak. Turunan dari perpindahan
benda (∆x) terhadap selang waktu (∆t) adalah kecepatan benda (v). Sedangkan
turunan dari perubahan kecepatan (∆v) terhadap selang waktu (∆t) adalah percepatan
(a). Percepatan (a) juga sebagai turunan kedua posisi benda terhadap waktu.

Hukum kedua Newton tentang gerak menyatakan bahwa turunan dari momentum
suatu benda sama dengan gaya yang diberikan kepada benda. Bila posisi r = tn ,
maka persamaan kecepatan v = dr/dt; v = d(tn)/dt; dan v = n.tn-1 . Demikian pula
bila, kecepatan v = 2tn . maka persamaan percepatan: a = dv/dt; a = d(2.tn)/dt; a
= 2.ntn-1

29
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
30

Dalam studi mengenai gerak tidak lepas dari konsep gaya. Definisi gaya banyak
diungkapkan para ahli, diantaranya Giancoli (2001) menyatakan bahwa gaya sebagai
semacam dorongan atau tarikan terhadap sebuah benda. Sementara Tipler (1991)
mengemukakan bahwa gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang
menyebabkan benda mengubah kecepatannya, artinya dipercepat. Gaya sebagai
gangguan mekanik yang dapat mengakibatkan suatu gerak dan perubahan bentuk
suatu materi.

Isaac Newton (1642-1727) merumuskan hukum-hukum tentang gerak yaitu hukum


pertama, hukum kedua, dan hukum ketiga. Hukum Newton pertama
berbunyi:“Setiap benda tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan
laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali jika diberi gaya total yang tidak
nol”(Giancoli, 2001). Kecenderungan sebuah benda untuk mempertahankan keadaan
diam atau gerak tetapnya pada garis lurus disebut inersia, sehingga hukum Newton
pertama ini sering disebut hukum inersia.

Apa yang terjadi jika sebuah gaya total diberikan pada benda tersebut? Newton
berpendapat bahwa jika suatu gaya total diberikan pada sebuah benda dapat
menyebabkan lajunya berubah, dalam arti bahwa benda tersebut mengalami
percepatan. Namun percepatan juga bergantung pada massa benda. Hubungan
matematisnya diungkapkan Newton sebagai berikut: “Percepatan sebuah benda
berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik
dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja
padanya.”

Hukum gerak Newton kedua dinyatakan secara singkat dengan persamaan sebagai
berikut:
dv
∑F = m ---- = m.a
dt
dimana a = percepatan (dalam m/s2).

∑F = gaya total (dalam kg.m/s2 atau Newton)

m = massa (dalam kg)

Hukum Newton kedua menghubungkan antara deskripsi gerak dengan penyebabnya


yaitu gaya. Berdasarkan hukum Newton kedua ini kita dapat mendefinisikan bahwa
gaya sebagai aksi yang dapat mempercepat sebuah benda.

Hukum Newton kedua di atas menjelaskan secara kuantitatif bagaimana gaya-gaya


mempengaruhi gerak. Pertanyaan, dari manakah gaya-gaya itu datang? Beberapa
pengamatan membuktikan bahwa gaya yang diberikan ke sebuah benda selalu
diberikan oleh benda lain (Giancoli, 2001). Sebagai contoh seekor sapi menarik

30
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
31

pedati, martil mendorong paku, magnet menarik penjepit kertas, gaya diberikan pada
sebuah benda, dan gaya tersebut diberikan oleh benda lain. Pada contoh ini, martil
memberikan gaya pada paku, dan paku memberikan gaya balik kepada martil. Hal
ini merupakan inti hukum gerak Newton ketiga yang berbunyi sebagai berikut:
―Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut
memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda yang
pertama.” Hukum ini dikenal sebagai aksi-reaksi.

Aplikasi integral dimanfaatkan dalam pembahasan usaha. Andaikan benda


digerakkan sepanjang sumbu x dari titik x = a ke titik x = b dengan gaya F (x), bila
perubahan kontinu, maka kerja yang dilakukan untuk menggerakkan benda dari a ke
b adalah:

b
W = ∫ F(x). dx
a
Total usaha yaitu usaha yang dilakukan oleh semua gaya yang bekerja pada lebih
dari 1 dimensi, dan kita jumlahkan menurut komponen-komponen produk skalarnya:

b _ _ b
W = ∫ F. dS = ∫ (Fx.dx + Fy.dy + Fz.dz)
a a

Aplikasi integral dalam konsep fisika lainnya adalah aplikasi dalam konsep energi.
Kita tahun bahwa energi adalah usaha. Sebagaimana diungkapkan Alonso (1994)
bahwa usaha yang dilakukan pada partikel sama dengan perubahan energi
kinetiknya.
b b
Usaha adalah W = ∫ F. dS = ∫ mv.dv = ½ mvb2 - ½ mv a2
a a
Bagaimana gaya sebagai fungsi waktu ? Kita lihat persamaan fundamental dalam
dinamika partike yakni F = dp /dt dipecahkan melalui integrasi.

Di bagian 1 telah dibahas bahwa kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai


perbandingan antara perpindahan ∆x dan selang waktu ∆t:
∆x
vrata-rata = ------
∆t
Untuk menentukan kecepatan sesaat pada suatu titik, kita harus membuuat selang
waktu ∆t sedemikian kecil. Secara matematis dituliskan dalam bentuk persamaan:
∆x
vsesaat = lim v rata-rata = lim ----
∆t0 ∆t 0 ∆t

31
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
32

Pada umumnya kecepatan suatu benda berubah terhadap waktu. Perubahan


kecepatan ∆v adalah v‘ – v dan selang waktu ∆t adalah t‘ – t. Dengan demikian kita
dapat menghitung percepatan rata-rata yaitu :

∆v
a rata-rata = -----
∆t
Percepatan sesaat adalah harga batas percepatan rata-rata bila selang waktu ∆t
menjadi sangat kecil, yaitu:
∆v dv
a sesaat = limit a rata-rata = lim --- , sehingga diperoleh a = ---
∆t 0 ∆t0 ∆t dt
Dengan demikian kita memperoleh percepata sesaat dengan menghitung turunan
waktu dari kecepatan.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa


beberapa aplikasi kalkulus dalam perkuliahan Fisika yaitu gerak (kecepatan rata-rata,
kecepatan sesaat, percepatan rata-rata, dan percepatan sesaat); hukum Newton kedua
tentang gerak, usaha; energi; dan momentum.

Rekomendasi penulis bagi para peneliti dalam bidang pembelajaran Fisika bahwa
hasil analisis aplikasi kalkulus dalam perkulihan Fisika bisa ditindaklanjuti dengan
penelitian yang membedakan hasil belajar mahasiswa antara pembelajaran yang
mengaplikasi kalkulus denagn yang tidak mengaplikasikan kalkulus dalam
perkuliahan Fisika.

Daftar Pustaka

Alonso, M., Finn, E.J. ( Penerjemah: Prasetyo, L. dan Hadi, K.). (1994). Dasar-dasar
Fisika Universitas. Jilid 1 Mekanika dan Termodinamika. Jakarta: Erlangga

Anbar, A. (2014). Dasar-dasar Biomekanika Hukum-hukum Gerak Newton.Tersedia:


[anbar45.b]logspot.co.id/2014_03_01_archip.html]. [online]. [8 Nopember
2016].

Brotosiswojo, B.S. (2001). Hakekat Pembelajaran MIPA di Perguruan Tinggi:


Fisika. Jakarta: PAU-PPAI

Cameron, J.R.; Skofronick, J.G, & Grant, R.M. (Alih Bahasa: Lamyarni I.S.).
(2006). Fisika Kedokteran: Fisika Tubuh Manusia. Jakarta: C.V. Agung Seto.

Cromer, A.H. (Penerjemah: Sumartono, P.). (1994). Fisika untuk Ilmu-ilmu


Hayati.Jogjakarta: Gajah Mada University Press.

32
Prosiding SNMPM II, Prodi Pendidikan Matematika, Unswagati, Cirebon, 10 Maret 2018
33

Fahmi.(2012). Biomekanika.Tersedia: esa166.weblog.esaunggul.ac.id/2012/12/07


/biomekanika. [online]. [08-11-2016]

-------------------. (2016). Pengaruh Gaya Terhadap Sistem Gerak. [online]. [2


Nopember 2016].

Giancoli, D.C. (1998). Physics: Principles with Applications. London: Prentice-Hall


International (UK) Limited.

Toto. (2009). Pengembangan Bahan Ajar Fisika Dasar untuk Calon Guru Biologi.
Disertasi Doktor pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Bandung: Tidak
dipublikasikan

33

Anda mungkin juga menyukai