Anda di halaman 1dari 4

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2019

KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG


Dibacakan/diterangkan, Sabtu-Minggu, 2 - 3 Maret 2019

“MAKIN TERGERAK UNTUK BERBAGI BERKAT”

Para Ibu, Bapak, Orang Muda, Remaja, dan Anak-anak; para Romo, Bruder, Frater,
dan Suster yang terkasih dalam Kritus,
Pada hari Rabu Abu, 6 Maret 2019, kita akan memulai masa Prapaskah yang akan
berlangsung selama 40 hari (Latin: quadragesima) sampai dengan tanggal 19 April
2019. Masa Prapaska ini dimaksudkan untuk mempersiapkan penerimaan baptisan
bagi para calon baptis dan untuk mengenangkan kembali pembaptisan bagi yang
sudah dibaptis. Selain itu, masa ini juga menjadi kesempatan bagi umat beriman untuk
membina semangat tobat, antara lain dengan lebih rajin mendengarkan Sabda Allah,
berdoa, dan berbuat amal kasih, hingga siap untuk merayakan Misteri Paskah Tuhan.
Selama masa Prapaskah ini kita diajak untuk merenungkan tema Aksi Puasa
Pembangunan (APP): “Semakin Tergerak untuk Berbagi Berkat”. Melalui tema
permenungan ini, kita semua diajak untuk mewujudkan syukur atas rahmat baptisan
dalam aksi atau tindakan nyata. Terkait dengan hal ini, Konstitusi tentang Liturgi Suci
menyatakan bahwa semangat pertobatan “hendaknya jangan hanya bersifat batin dan
perorangan, melainkan hendaknya bersifat lahir dan sosial kemasyarakatan” (SC 110).
Itulah sebabnya APP tahun 2019 ini mengajak kita semua untuk mewujudkan
pertobatan tersebut, antara lain, dengan berbagi berkat. Dengan cara ini diharapkan
pertobatan tidak berhenti di hati, tetapi menjadi konkret dalam tindakan nyata berbagi
berkat.

1
Menurut Santo Paulus, sebagaimana kita simak dalam Bacaan II, berbagi berkat sama
artinya dengan bergiat selalu dalam pekerjaan Tuhan (1Kor 15,58). Dan menurut Injil
Lukas yang baru saja kita dengarkan hari ini, “bergiat selalu dalam perkejaan Tuhan”
berarti mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaan hati yang baik (Luk
6,45). Kesadaran bahwa Tuhan telah mengerjakan hal-hal baik dalam diri kita,
semestinya juga mendorong kita untuk bertekun melakukan hal-hal baik bagi sesama,
siapa pun dia.

Saudari-saudaraku, umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Agung Semarang


yang terkasih,
Berbagi berkat sebagai wujud pertobatan dapat kita lakukan, antara lain melalui dan
dalam beberapa hal berikut ini:
1. Secara positif melihat, menilai, dan bersikap terhadap sesama kita. Misalnya saja,
di tengah maraknya orang senang menghujat dan memfitnah sesamanya dangan
bahasa-bahasa yang kasar dan menyakitkan, marilah kita pergunakan bahasa yang
baik dan santun. Kiranya tepatlah apa yang ditegaskan dalam bacaan pertama yang
dikutip dari Kitab Putra Sirakh: “bicara orang menyatakan isi hatinya” (Sir 27,6).
Orang yang hatinya baik, pastilah akan mengeluarkan kata-kata yang baik juga.
Terkait dengan hal inipun Yesus mengajak kita untuk bersikap bijak dengan tidak
menilai buruk dan menghakimi sesama. Pertanyaan Yesus dalam Injil (Luk 6:41-
42) “Mengapakah engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan
balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” menjadi bahan perenungan
yang sangat baik di masa Prapaskah ini. Kita diingatkan untuk tidak mudah
menilai buruk dan menghakimi sesama kita, karena hal ini akan sangat
menghambat upaya kita mewujudkan komunitas kasih yang menyatukan dan
menyempurnakan (Tema Pertemuan III APP).
2. Gerakan berbagi berkat ini juga sangat tepat kita tempatkan dalam usaha bersama
mewujudkan kesejahteraan umum atau kesejahteraan bersama (bonum commune)
yang menjadi fokus pastoral 2019 di Keuskupan kita. Dalam masyarakat
multikultural kita ditantang untuk sebanyak mungkin mengerjakan hal-hal baik
bersama dengan siapa saja yang berkehendak baik, agar kesejahteraan bersama
yang kita cita-citakan semakin dapat terwujud. Caranya, dengan menciptakan
kondisi-kondisi hidup bersama yang memungkinkan, baik pribadi/perorangan
maupun kelompok/komunitas masyarakat, dapat mencapai kepenuhan hidup

2
dalam kasih dan persaudaraan. Kita kembangkan terus semangat srawung dan
merengkuh dalam belarasa yang tulus.
3. Gerakan berbagi berkat senantiasa dapat kita lakukan tidak hanya kepada sesama
manusia, namun juga kepada alam lingkungan. Hal ini dapat kita wujudkan,
misalnya dengan ngopèni (merawat) dan melindungi tanah dari pencemaran
sampah plastik. Sudah saatnya kita membersihkan tanah dari sampah plastik ini
dengan mengurangi penggunaan plastik dan tidak membuang sampah plastik
secara sembarangan.

Saudari-saudaraku, umat Katolik di seluruh wilayah Keuskupan Agung Semarang


yang terkasih,
Dalam kesempatan yang istimewa ini, saya hantarkan doa dan berkat episkopat saya
untuk Saudari-saudara semua umat di Keuskupan Agung Semarang ini, terlebih bagi
yang sedang sakit, yang sedang mengalami kesulitan hidup, yang berkebutuhan
khusus, dan para adiyuswa. Semoga belaskasih Allah melimpahi hati, budi dan hidup
Saudari-saudara semua, sehingga kita dapat menjalani masa Prapaskah ini dengan
semangat tobat yang nyata guna menyambut misteri agung Paskah. Berkah Dalem.

PERATURAN PUASA DAN PANTANG TAHUN 2019


Mengacu Ketentuan Pastoral Keuskupan Regio Jawa 2017 pasal 138 no 2.b tentang
hari tobat, peraturan puasa dan pantang ditetapkan sebagai berikut:

1. Hari Puasa tahun 2019 ini dilangsungkan pada hari Rabu Abu tanggal 6 Maret
2019, dan Jumat Agung tanggal 19 April 2019. Hari Pantang dilangsungkan pada
hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama masa Prapaska sampai dengan Jumat
Agung.
2. Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berumur 18 tahun sampai
awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang
berumur genap 14 tahun ke atas.
3. Puasa dalam arti yuridis, berarti makan kenyang hanya sekali (1x) sehari. Pantang
dalam arti yuridis, berarti tidak makan daging atau makanan lain yang disukai.
Karena peraturan puasa dan pantang cukup ringan, maka kami anjurkan, agar
secara pribadi atau bersama-sama, misalnya dalam keluarga, atau seluruh
lingkungan/wilayah, atau komunitas pastoran/biara atau komunitas seminari
menetapkan cara puasa dan pantang yang dirasakan lebih sesuai dengan semangat
3
tobat dan matiraga yang ingin dinyatakan. Sebagai sikap pertobatan nyata,
beberapa hal dapat dibuat dan sangat kami anjurkan, antara lain:
a. Dalam keluarga, pertemuan lingkungan atau komunitas, dicari bentuk-bentuk
pantang dan puasa yang cocok dengan jenjang usia, sebagai bagian dari
pembinaan iman menurut usia: usia dini dan anak, remaja dan orang muda,
dewasa dan lansia.
b. Pada hari Jumat dan hari lain yang ditentukan, setiap keluarga/komunitas
mengganti makanan pokok yang disukai dengan makanan pengganti dari
bahan makanan lokal dengan satu macam lauk (sebagaimana sudah muncul
sebagai gerakan di beberapa paroki atau komunitas selama peringatan Hari
Pangan Sedunia – HPS).
c. Selama empat puluh hari dalam masa Prapaskah secara pribadi atau dalam
keluarga atau komunitas biara/pastoran/seminari memilih tindakan tobat yang
lebih berdaya guna untuk mewujudkan tindakan kasih.
d. Menentukan wujud gerakan solidaritas, entah yang berupa gerakan karitatif
maupun pemberdayaan yang berdampak luas bagi lingkungan alam serta
masyarakat sekitar.
4. Hendaknya juga diusahakan agar setiap orang beriman kristiani, baik secara
pribadi maupun bersama-sama, mengusahakan pembaharuan hidup rohani,
misalnya dengan rekoleksi, retret, latihan rohani, ibadat jalan salib, pengakuan
dosa, meditasi, adorasi dan sebagainya.
5. Salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa Prapaska ialah Aksi Puasa
Pembangunan (APP), yang diharapkan mempunyai nilai dan dampak untuk
pembaruan pribadi, serta mempunyai nilai dan dampak bagi peningkatan
solidaritas pada tingkat paroki, keuskupan dan nasional.

Tema APP tahun 2019 ini adalah: “Makin Tergerak untuk Berbagi Berkat”
sebagaimana diuraikan dalam buku-buku yang diterbitkan oleh Panitia APP
Keuskupan Agung Semarang.

Semarang, 2 Februari 2019


Pada Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah

† Mgr. Robertus Rubiyatmoko


Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang

Anda mungkin juga menyukai