Anda di halaman 1dari 6

1) Teori Konsentris (Concentric Theory)

Teori tentang struktur ruang kota yang pertama adalah teori konsentris
yakni teori yang dikemukakan oleh Ernest W. Burgess, seorang sosiolog
asal Amerika Serikat yang meneliti kota Chicago pada tahun 1920. Ia
berpendapat bahwa kota Chicago telah mengalami perkembangan dan
pemekaran wilayah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jumlah
penduduk. Perkembangan itu semakin meluas menjauhi titik pusat hingga
mencapai daerah pinggiran. Zona yang terbentuk akibat pemekaran
wilayah ini mirip sebuah gelang yang melingkar.
Teori ini memungkinkan terjadi pada daerah eropa dan amerika seperti
london, kalkuta, chicago dan Adelaide (Australia) dimana lingkungannya
yang sangat mudah untuk dibangunnya jalur transportasi. Di Indonesia,
teori seperti ini sangat sulit terwujud (hanya di kota-kota besar) karena
lingkungan di Indonesia banyak yang merupakan daerah pegunungan,
berlembah, memiliki sungai besar dan daerah yang terpisah laut. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. Struktur kota menurut teori konsentris

2) Teori Sektoral (Sector Theory)


Teori tentang struktur ruang kota yang kedua adalah teori sektoral yakni
teori yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt dari hasil penelitiannya yang
dilakukannya pada tahun 1930-an di kota Chicago. Hommer Hoyt
berpendapat bahwa unit-unit kegiatan di perkotaan tidak menganut teori
konsentris melainkan membentuk unit-unit yang lebih bebas. Ia
menambahkan bahwa daerah dengan harga tanah yang mahal pada
umumnya terletak di luar kota sedangkan harga tanah yang lebih murah
biasanya merupakan jalur-jalur yang bentuknya memanjang dari pusat kota
(pusat kegiatan) menuju daerah perbatasan. Untuk lebih jelasnya bisa
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Struktur kota menurut teori sektoral

3) Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)


Teori tentang struktur ruang kota yang ketiga adalah teori inti ganda yakni
teori yang dikemukakan oleh dua orang ahli geografi yang bernama Harris
dan Ullman pada tahun 1945. Mereka berdua berpendapat bahwa teori
konsentris dan sektoral memang terdapat di perkotaan namun apabila
dilihat lebih dalam lagi, maka akan didapati kenyataan yang lebih
kompleks.

Kenyataan yang kompleks ini disebabkan karena dalam sebuah kota yang
berkembang akan tumbuh inti-inti kota yang baru yang sesuai dengan
kegunaan sebuah lahan, misalnya adanya pabrik, universitas, bandara,
stasiun kereta api dan sebagainya. Nah, inti-inti kota tersebut akan
menciptakan suatu pola yang berbeda-beda karena kita tentunya akan
tahu bahwa sebuah tempat yang dibuka (misalnya pabrik), maka
disekitarnya akan tumbuh pemukiman kos-kosan, perdagangan kecil dan
sebagainya yang tentunya semua ini akan ikut mempengarui struktur ruang
kota. Biasanya faktor keuntungan dari segi ekonomilah yang melatar
belakangi munculnya inti-inti kota ini.

Gambar. Struktur kota menurut teori inti ganda


4) Teori Konsektoral (Tipe Eropa)
Teori tentang struktur ruang kota yang keempat adalah teori konsektoral
(tipe Eropa) yakni teori yang dikemukakan oleh Peter Mann di Inggris pada
tahun 1965. Peter Mann mencoba untuk menggabungkan teori konsentris
dan sektoral, akan tetapi disini teori konsentris lebih ditonjolkan.

Gambar. Struktur kota menurut teori konsektoral

5) Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)


Teori tentang struktur ruang kota yang kelima adalah teori konsektoral (tipe
Amerika Latin) yakni teori yang dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry
Ford saat melakukan penelitian di Amerika Latin pada tahun 1980. Teori ini
bisa Anda lihat gambarannya seperti pada gambar berikut.

Gambar. Struktur kota menurut teori konsektoral tipe Amerika Latin (Sumber: Eni Anjayani, hal 201)

6) Teori Poros
Teori tentang struktur ruang kota yang keenam adalah teori poros yakni
teori yang dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1932. Teori ini
menekankan bahwa jalur tranportasi dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap struktur ruang kota.
Gambar. Struktur kota menurut teori poros

7) Teori Historis
Teori tentang struktur ruang kota yang terakhir yakni teori historis yang
dikemukakan oleh Alonso. Teorinya didasari atas nilai sejarah yang
berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk di kota tersebut. Kita
bisa melihat gambaranya di bawah ini.

Gambar. Struktur kota menurut teori historis

Daerah yang menjadi pusat kegiatan dalam kurun waktu yang lama akan
mengalami kerusakan lingkungan, akibatnya sejumlah penduduk akan
pindah ke daerah pinggiran yang masih asri dan alami (lihat garis yang
menunjuk keluar). Kerusakan lingkungan di daerah pusat kegiatan ini akan
mengundang pemerintah setempat untuk melakukan perbaikan sehingga
ketika dirasa telah lebih baik, hal ini akan mengundang sejumlah
masyarakat untuk tinggal di dekat wilayah pusat kegiatan. Beberapa
alasannya adalah karena mudahnya tranportasi, banyaknya pusat
perbelanjaan dan fasilitas umum lainnya (lihat garis yang menunjuk ke
dalam).

Nah, perbaikan terus di lakukan dimana yang awalnya hanya di lakukan


pada wilayah 1 (pusat kegiatan) kemudian merambat ke wilayah 2, 3 dan
seterusnya. Tentunya ini akan menarik masyarakat untuk memindahkan
tempat tinggalnya dari wilayah 1 ke wilayah yang lebih tinggi sehingga
terjadilah perubahan tempat tinggal. Beberapa alasannya pada umumnya
karena wilayah pusat kegiatan sangat padat penduduk sehingga tidak
begitu nyaman.
teori historis

teori inti ganda

tori konsektoral

teori konsentoris
teori poros

teori sektoral

teori pusat kegiatan banyak

Anda mungkin juga menyukai