Anda di halaman 1dari 3

Lampiran :

A. Ringkasan Materi

Kemampuan Berpikir Diakronik (Kronologis)

Diakronik berasal dari kata diachronich; (dia, terdiri dari dua kata, yaitu dalam
bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu. Diakronis
artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.

Berpikir diakronik adalah berpikir kronologis (urutan) dalam menganalisis


sesuatu. Kronologis adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan
waktu kejadiannya. Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu
merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain
itu dapat juga membantu untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang
sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya.

Sejarah itu ilmu diakronis, yang mementingkan proses, sejarah akan


membicarakan suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada suatu tempat tertentu sesuai
dengan urutan waktu terjadinya. Dengan pendekatan diakronis, sejarah berupaya
menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan
seseorang untuk menilai bahwa perubahan itu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan
menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada
sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan mengapa keadaan
tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau mengapa keadaan tertentu
berkembang/berkelanjutan.

Perkembangan Sarekat Islam di Solo (1911-1920); Perang Diponegaro (1925-


1930); dan Revolusi Fisik di Indonesia (1945-1949) merupakan beberapa contoh
penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan diakronik. Pengertian berpikir
diakronis adalah kemampuan memahami peristiwa dengan melakukan penelusuran
pada masa lalu (dengan kata lain meneliti peristiwa berdasarkan urutan waktu).
Sebagai contoh memahami Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 dengan menelusuri perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia sejak
masa penjajahan Belanda pada abad ke-17. Oleh karena itu cara berpikir diakronis
sangat mementingkan proses terjadinya sebuah peristiwa.

Berpikir diakronis merrupakan cara berpikir yang khas sejarah. Dapat


disimpulkan bahwa cara berpikir sejarah itu bersifat diakronik, memanjang dalam
waktu, serta memetingkan proses terjadinya sebuah peristiwa. Sedangkan cara
berpikir ilmu-ilmu sosial itu bersifat sinkronik, melebar dalam ruang, serta
mementingkan struktur dalam satu peristiwa.
Kemampuan Berpikir Sinkronik

Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. Pendekatan
sinkronik biasa digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Sinkronik lebih menekankan pada
struktur, artinya meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu
pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat
kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini,
tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam
waktu yang panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang
meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Beberapa contoh penulisan sejarah dengan topik-topik dari ilmu sosial yang disusun
dengan cara sinkronik lainnya misalnya Tarekat Naqsyabandiyah dan Qodiriyah di
pesantren-pesantren Jawa.
Ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial ini saling berhubungan. Kita ingin mencatat
bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronik dan ilmu sosial lain yang sinkronik.
Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial
menggunakan sejarah ilmu diakronik bercampur dengan sinkronik. Contoh : Peristiwa
Pemberontakan Petani Banten 1888.
Berpikir sinkronik memahami peristiwa dengan mengabaikan aspek
perkembangannya. Cara berpikir sinkronik memperluas ruang dalam suatu peristiwa.
Sebagai contoh Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dijelaskan dengan
menguraikan berbagai aspek, seperti aspek social, ekonomi, politik, dan hubungan
internasioal. Oleh karena itu cara berpikir sinkronik sangat mementingkan struktur yang
terdapat dalam setiap peristiwa.

Konsep Ruang Dan Waktu


Sejarah terbentuk dari tiga unsur, yang ketiganya tidak dapat terpisahkan antara satu
dengan yang lain. Ketiga unsur tersebut, yaitu manusia, ruang danwaktu.
Manusia. Unsur manusia memiliki peran penting dalam peristiwa sejarah. Manusia
adalah pelaku/aktor utama yang sangat mementukan suatu peristiwa sejarah. Sehingga
mempelajari sejarah dapat diartikan juga kita mempelajari sejarah manusia. Sebagai aktor
sejarah, manusia memiliki kemampuan berpikir yang merupakan cikal bakal munculnya
ide kreatif. Ide kreatif inilah yang merupakan embrio terbentuknya kebudayaan.
Ruang. Dalam sejarah, ruang merupakan unsur penting yang harus ada. Ruang atau
tempat terjadinya peristiwa sejarah berkaitan dengan aspek geografis. Setiap komunitas
yang tinggal di suatu tempat, akan memiliki pola pikir dan sistem budaya yang diperoleh
dari leluhurnya. Sehingga kisah sejarah manusia merupakan proses interaksi dengan
kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi pada ruang atau tempat tertentu.
Waktu. Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dalam waktu dan tidak dapat
dilepaskan dari waktu. Mereka berkaitan erat dengan kehidupan masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Mempelajari sejarah bukan hanya mempelajari sesuatu yang berhenti,
melainkan sesuatu yang terus bergerak sejalan dengan perjalanan waktu. Setiap peristiwa
sejarah berada dalam kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang waktu
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai