Anda di halaman 1dari 11

JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol.

19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

NILAI EDUKASI MITOS DAN RELEVANSINYA DENGAN PENANAMAN NILAI


PADA KELUARGA MINANGKABAU KONTEMPORER: TINJAUAN AWAL
1 2
Yunarti , Winda Rahmadani

Received Article: 13 Mei 2017 Accepted Article: 16 Juni 2017

Abstract

Joseph Campbell explains one of the four mythical functions is a pedagogic function
that is how humans live life as human beings under any circumstances. Some forms
of folklore with pedagogic educative function are as a tool or complement in
education and enculturation values such as stories to educate children disciplined,
obedient, diligent and intelligent. The enculturation process to ensure the individual
achieves maturity and cultural maturity so as to support the social order. In addition
to the family as the first institution for the enculturation values in children, the social
environment system that becomes interaction area will also affect each other's
attitude and parenting ways and the environment. From the preliminary research, it
was concluded that the observed myths of education were no longer present in the
daily lives of the five families of informants. On the 5 myths traced, only the Malin
Kundang myth is still well known. The substance of the values contained in the myth
is accepted but is considered to be no longer to be found in the realities of everyday
life. In the changing context, the enculturation process of the Minangkabau has
shifted along with the swift entry of new values through new communication media

Keywords: Myth, Education, Enculturation, Minangkabau Contemporary

Abstrak

Joseph Campbellmenjelaskan salah satu dari 4 fungsi mitos adalah fungsi


pedagogik yaitu bagaimana manusia menjalani hidup sebagai manusia dalam
kondisi apapun. Beberapa bentuk folklor dengan fungsi pedagogik edukatif adalah
sebagai alat atau pelengkap dalam mendidik dan penanaman nilai-nilai seperti
ceritera-ceritera untuk mendidik anak-anak berdisiplin, patuh, tekun dan cerdas.
Proses penanaman nilai tersebut untuk memastikan individu mencapai kedewasaan
dan kematangan budaya sehingga menjadi pendukung tatanan sosial tersebut. Selain
keluarga sebagai pranata pertama penanaman nilai pada anak, sistim lingkungan
sosial yang menjadi arena interaksi tersebut juga akan saling mempengaruhi sikap
dan cara pengasuhan orangtua dan lingkungannya. Dari riset awal yang dilakukan
disimpulkan bahwa cerita mitos edukasi yang diamati tidak lagi hadir dalam
keseharian lima keluarga informan. Dari 5 mitos yang ditelusuri, hanya mitos Malin
Kundang yang masih cukup dikenal. Substansi nilai yang terkandung dalam mitos
diterima namun dianggap tidak lagi dapat ditemukan dalam realitas kehidupan sehari-
hari. Dalam konteks yang berubah, proses penanaman nilai-nilai keminangkabauan
telah bergeser bersamaan dengan derasnya masuk nilai-nilai baru melalui media
komunikasi baru.

Kata Kunci : Mitos, Edukasi, Penanaman Nilai, Minangkabau Kontemporer

1
Penulis adalah dosen tetapJurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas
2
Mahasiswa Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas
Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya 55 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

A. Pendahuluan terefleksi dalam sistim dan pola

M
itos, dalam kajian folkloristika adalah pengasuhan.
kisah suci yang menjelaskan Mempertahankan keberlangsungan dan
bagaimana dunia maupun manusia keteraturan tatanan sosial adalah salah satu
dapat terbentuk seperti sekarang ini. Secara insting individu manusia sebagai anggota
populer mitos sering juga disebut sebagai masyarakat dengan cara menanamkannya
mitologi yang diartikan sebagai kajian kedalam diri individu sejak bayi hingga
tentang mitos atau dapat juga diartikan individu tersebut mati. Proses penanaman
sebagai himpunan atau koleksi berbagai nilai tersebut untuk memastikan individu
mitos. Dalam pengertian yang lebih luas, mencapai kedewasaan dan kematangan
istilah mitos tersebut dapat mengacu budaya sehingga menjadi pendukung
kepada cerita tradisional, legenda maupun tatanan sosial tersebut. Pada tahapan awal
cerita rakyat. penanaman nilai akan berlangsung dalam
Berbeda dengan mitos yang sering keluarga sebagai lingkungan sosial pertama
dikaitkan dengan kesucian peristiwa dan yang ditemui individu anak. Individu baru
tokoh cerita, peristiwa dan tokoh dalam yang ditemui anak seperti ibu, ayah dan
cerita rakyat tidak dianggap sebagai kisah lingkungan dalam keluarga itu akan menjadi
suci yang dipercaya kebenarannya subjek sosial yang kelak akan membentuk
sedangkan pada legenda pelaku-pelakunya karakter dan kepribadian dasar anak
adalah manusia biasa dan seringkali juga dengan orang-orang lain dalam lingkungan
kejadian dan peristiwanya dianggap benar- sosial yang lebih luas. Pada sisi lain, sistim
benar terjadi. lingkungan sosial yang menjadi arena
3
Joseph Campbell menjelaskan salah interaksi tersebut juga akan dipengaruhi
satu dari 4 fungsi mitos adalah fungsi oleh sikap dan cara pengasuhan oleh
pedagogik yaitu bagaimana manusia orangtua dan lingkungannya.
menjalani hidup sebagai manusia dalam Sistim lingkungan sosial yang homogen
4
kondisi apapun . Beberapa bentuk folklor memungkinkan bertahannya pola pengasu
dengan fungsi pedagogik edukatif adalah han yang sama dalam jangka waktu yang
sebagai alat atau pelengkap dalam mendidik panjang. Namun, dalam masyarakat yang
dan penanaman nilai-nilai seperti ceritera- heterogen mempertahankan pola asuh yang
ceritera untuk mendidik anak-anak sama dan konsisten adalah hal yang sulit.
berdisiplin. Ceritera-ceritera binatang untuk Masyarakat adat hari ini terbuka dan
mengajarkan kedisiplinan, kepatuhan, terpapar dengan sistim nilai yang sangat
kecerdasan, ketekunan dstnya. Cerita Kak beragam dan terkadang inkonsistensi satu
5
Kancil yang ulet dan cerdik dan cerita Malin sama lainnya. L. P. Hartley mengulas
Kundang adalah contoh cerita rakyat yang bahwa kehidupan seorang anak berada
diacu sebagai alat edukasi dalam dalam dinamika perubahan dan komparasi
masyarakat adat Minangkabau. Melalui yang ditandai ketegangan antara nilai-nilai
cerita rakyat sejenis itu, masyarakat makin sedikitnya tanggungjawab, bermain
membentuk karakter anak menjadi dewasa vs bekerja, waktu sekolah yang panjang,
dengan kepribadian yang mendukung kurang terlibat dalam kehidupan sosial,
tatanan nilai yang telah mapan yang intensitas hubungan tinggi dengan peer
group dan tegangan antara tingginya tingkat
konsumtif dibanding nilai-nilai produktif.
3
Untuk memahami fenomena pendidikan
Campbell, Joseph (1990). The Hero's Journey: dan pola pengasuhan dalam kondisi
Joseph Campbell on His Life and Work (first dinamika yang mengikuti gerak perubahan
edition, 1990 ed.). pp. 52–53 sosial diberbagai dimensi seperti ekonomi,
4
4 fungsi mitos: fungsi mistis; ungkapan politik dan kebudayaan menuntut studi yang
kekaguman terhadap alam semesta, fungsi komprehensif. Tulisan ini bersumber dari
sosiologis; mendukung dan mengesahkan tata studi yangtelah mencoba menelusuri guna
tertib sosial, fungsi kosmologis; menjelaskan memahami permasalahan pembentukan
bentuk alam semesta dan fungsi pedagogis karakter anak dan pola asuh dalam keluarga
tentang bagaimana manusia mengembangkan
kemampuan untuk dapat bertahan hidup
5
dalam kondisi apapun. Alan Dundes The Go-Between is a novel by L. P.
menjelaskan ada 5 fungsi mitos. Hartley published in 1953
56 | P a g e Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

Minangkabau kontemporer sembari melihat kecamatan Lubuk Kilangan dan Lubuk


kembali acuan normatif yang tersimpan Begalung di sebelah selatan, dengan
dalam mitos dan cerita rakyat dalam budaya kabupaten Solok di sebelah timur,
Minangkabau itu sendiri. Riset dilakukan di kecamatan Kuranji dan Padang Timur di
Kecamatan Pauh Kota Padang. sebelah Barat.
Kecamatan Pauh merupakan salah Luas wilayah keseluruhan kecamatan
satu Kecamatan dari 11 Kecamatan yang ini adalah 146,29 km 2 atau lebih kurang
terdapat diwilayah administratif kota 21,05% dari luas wilayah kota Padang.
Padang. Wilayah ini berada di kawasan Kecamatan Pauh terbagi ke dalam 9
barat kotaPadang pada posisi 0 0 58 ‘dan kelurahan bertopografi dataran tinggi dan
100 0 21 ‘1’ bujur timur dengan 10-1600 perbukitan serta merupakan kawasan hutan
meter diatas permukaan laut dan suhu negara berdasarkan UU no.41 tahun 1999.
berkisar 22 0 C =31,7 0 C . Ibu kota Kelurahan dengan wilayah terluas di
kecamatan Pauh terletak di kelurahan Kecamatan Pauh adalah Lambung Bukit,
Cupak Tangah. Sementara kecamatan ini yakni 38,80 Km2, sedangkan Kelurahan
sendiri berbatasan langsung dengan Binuang Kampung Dalam memiliki luas
2
kecamatan Koto Tangah di sebelah utara, wilayah yang relatif kecil, yakni2,97Km .
2
Kelurahan Luas (km )
Pisang 3,99
Binuang Kp Dalam 2,97
Piai Tangah 4,97
Cupak Tangah 2,99
Kapalo Koto 35,83
Koto Lua 18,92
Lambung Bukit 38,80
Limau Manis Selatan 12,96
Limau Manis 24,86
Total 146,29
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Pauh 2016

Jenis lahan kering yang ada di 2,68. Data tentang sebaran dan jenis
Kecamatan Pauh adalah berupa pekerjaan tidak tersedia.
tegal/kebun, ladang/huma, hutan rakyat, Kecamatan Pauh memiliki fasilitas
hutan negara,dan lainnya. Kecamatan pendidikan semua strata, mulai dari
Pauh kini disebut memiliki kelurahan yang lembaga pendidikan Paud hingga perguruan
telah berstatsus swasembada dalam artian tinggi, namun dalam dokumen Pauh Dalam
setiap kelurahan memiliki kemampuan Angka tidak terdapat informasi mengenai
untuk mengolah dan memanfaatkan sebaran tingkat pendidikan masyarakat.Data
potensi yang terdapat di kelurahan masing- mengenai fasilitas publik lainnya yang juga
masing yang sesuai dengan tujuan cukup mengesankan adalah bidang
pembangunan regional kota Padang. kesehatan. Terdapat satu puskesmas di
Jumlah penduduk k ec am ata n P a uh kecamatan ini dengan 94 petugas medis
pa d a t a h un 2 01 5 a da l ah 68.448 jiwa dari dokter hingga perawat, lima puskesmas
yang terdiri dari 34.557 orang laki-laki dan pembantu dan 70 pos layanan terpadu.
33.891 orang perempuan dengan 15.467 Pada tahun 2015 kecamatan Pauh
rumah tangga atau rata-rata berang memiliki 2.555 ha luas lahan sawah dengan
gotakan 4,43 orang untuk setiap rumah total hasil panen padi 16.097 ton atau lebih
tangga.Tingkat sebaran dan densitas kurang 6,3 ton .Sedangkan untuk produk
penduduk kecamatan meningkat dari 443 palawija ubi kayu terdapat jumlah panen
jiwa/km2 perkelurahan di tahun 2013 total 17,47 ton/ha. Produksi pertanian
2
menjadi rata-rata 468 jiwa/km pada tahun berupa sayuran kangkung merupakan
2015 dengan laju pertumbuhan penduduk komoditi pertanian yang paling banyak
dihasilkan mencapai total 482,50 ton dan
Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya 57 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

mentimun mencapai nilai produksi 385 ton berbeda daerah asal. Kedua kelompok suku
dan sayuran bayam dengan nilai produksi ini masing-masing menempati wilayah ‘atas’
105,50 ton. Kecamatan Pauh juga terkenal (Tujuah nan di Ateh) dan wilayah di “bawah”
dengan hasil produksi buah durian dan (Tujuah nan di Baruah) dan saling
rambutan. Untuk tahun 2015 masing berhubungan erat yang diibaratkan seperti
menghasilkan 1227 ton dan 410,72 ton dua orang bersaudara sehingga hubungan
Merujuk pada hasil penelitian Adhitya tersebut dikenal sebagai “Si Ampek Baleh”.
Sapta Putra (2014) menjelaskan bahwa Mengutip Emral Dt.Rajo Mudo, Putra
kecamatan Pauh yang terdiri dari 9 (2014) menjelaskan bahwa jejak langkah
kelurahan jika dilihat berdasarkan adat Belanda dalam memperluas kekuasaan
terdiri dari tiga wilayah kenagarian yaitu terhadap wilayah Pesisir Barat khususnya
Kenagarian Limau Manih (dahulunya bagian Bandar Padang mencapai wilayah Tujuah
dari wilayah Lubuk Kilangan), Kenagarian nan di Baruah atau Kuranji seperti yang kita
Pauah Limo dan Kenagarian Pauah kenal sekarang yang memicu pecahnya
Sembilan (sekarang wilayah Kuranji). perang Rupik. Dalam pada masa itu,
Asal usul masyarakat Pauah konon pejuang Tujuah Nan di Baruah terdesak
6
dulunya berasal dari Solok Salayo yang sehingga mereka kemudian meminta
meneruka lahan baru hingga sampai ke pertolongan pada saudara mereka di Tujuah
wilayah yang saat ini kita kenal sebagai nan di Ateh.
kecamatan Pauh. Nenek moyang saat itu Dalam perundingan musyawarah
merupakan perwakilan dari 4 suku dari yang dilakukan oleh perwakilan Si Ampek
Solok yaitu Rajo Perak dari suku Jambak, Baleh, juga dihadiri oleh perwakilan dari
Inyiak Sumbo dari suku Chaniago, Lubuak Kilangan dan Nagari XX Lubuak
Sanggono di Rajo dari suku Tanjuan dan Bagaluang yang menghasilkan kesepakatan
Rajo Anggang dari suku Koto berjalan kaki akan mengutus 2 orang pendekar dari suku
melalui koto Alang sampai ke Banda Mua Koto dan Jambak dari wilayah Tujuah nan Di
lalu menempuh perjalanan sampai ke Bukit Ateh. Meskipun tidak dijelaskan secara
Koto Tinggi. Konon dari puncak bukit ini – eksplisit apakah para pendekar ini berhasil
yang dikenal dengan Camin Toran - mereka memukul mundur Belanda ataukah tidak,
melihat dataran yang cukup luas antara namun kelompok Tujuah nan Baruah tetap
wilayah yang sekarang merupakan menyampaikan penghargaan dan ucapan
kelurahan Lambuang Bukit, kelurahan terima kasih mereka dengan
Limau Manis Selatan, Ulu Gaduik dan Koto mempersilahkan kedua pendekar beserta
Tuo serta wilayah Pisang. Mereka melihat kerabatnya untuk tetap tinggal di wilayah
wilayah ini subur karena banyak dilintasi Tujuah Nan di Baruah. Hal ini kemudian
oleh aliran sungai yang salahsatunya kita merubah komposisi jumlah kelompok suku
kenal sebagai Batang Aia Kuranji. dimana wilayah Tujuah Nan di Ateh
Pada akhirnya saat para tetua nenek berkurang menjadi lima kelompok suku
moyang itu memutuskan untuk menetap sedangkan wilayah Tujuah Nan di Baruah
tidak hanya 4 nenek moyang tapi akhirnya bertambah menjadi sembilan kelompok
juga bergabung nenek moyang dari suku suku. Musyawarah yang dilakukan di bawah
Melayu yang dikenal bernama Rajo Putiah. pohon Pauh ini menghasilkan pergantian
Berlima, para nenek moyang mewakili suku nama menjadi Pauah Sembilan
Jambak, Chaniago, Tanjuang, Koto dan menggantikan Tujuah nan di Baruah dan
Melayu menjadi nenek moyang masyarakat Pauah Limo menggantikan Tujuah nan di
asli Pauh dan dikenal sebagao “ Balimo Nan Ateh.
Manih” (berlima yang manis/gagah). Nenek Saat ini Nagari Pauah sudah menjadi
moyang ini juga membawa suku Bodi dan wilayah administratif kecamatan Pauah dan
suku Piliang sehingga akhirnya menjadi 7 menjadi salah satu kecamatan yang cepat
kelompok suku. Selain kelompok 7 suku berkembang dan banyak didatangi oleh
yang kemudian menetap di wilayah Pauh pendatang luar terutama karna kecamatan
yang kita sekarang, terdapat 7 kelompok ini menjadi lokasi dimana universitas
dengan komposisi suku yang sama namun Andalas berada. Sejak tahun 1980-an,
wilayah ini berubah dengan cukup cepat,
6 berkembang menjadi wilayah sentra
Emral Djamal Dt. Radjo Mudo menyebutnya pendidikan tinggi yang memunculkan
dari Kubung Tigo Baleh
58 | P a g e Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

berbagai bisnis ikutan yang menghidupkan mengandaikan bahwa kehidupan sosio-


ekonomi masyarakat tempatan. budaya itu seperti tubuh makhluk hidup.
Penganut aliran fungsionalisme ini percaya,
B. Pembahasan bahwa analogi biologi (organisme) dapat
1. Empat Cerita Mitos Minangkabau digunakan untuk menjelaskan kehidupan
dan Nilai-nilai Edukasinya sosio-budaya masyarakat (Kaplan, 1999:
erita mitos yang dipilih dengan 77). Individu-individu maupun kebudayaan

C tekhnik purposive random sampling


sesuai tujuan penelitian. 4 mitos yang
akan dijadikan bahan acuan adalah mitos
sebagai bagian dari masyarakat kemudian
disejajarkan dengan sel-sel yang ada dalam
tubuh makhluk hidup, yang selalu
Malin Kundang, Sabai Nan Aluih-Mangkutak tergantung dan tidak terpisahkan dari fungsi-
Alam, Rancak Di Labuah dan satu cerita fungsi sel-sel lainnya. Layaknya tubuh
fabel dalam kisah Asal Usul Nama makhluk hidup, kelangsungan kehidupan
Minangkabau. Pemilihan 4 mitos ini bukan sosio-budaya dapat dipertahankan apabila
didasari oleh prinsip representatif dari individu-individu yang ada didalamnya saling
semua mitos yang dikenal di Minangkabau bergantung dan berfungsi dengan individu-
tapi lebih di maksudkan sebagai kajian dan individu lainnya. Itulah sebabnya, perspektif
analisis mitos yang individual sekaligus ini memandang kehidupan sosio-budaya
dengan nilai edukasi moral yang cukup sebagai sesuatu yang harus selalu ada
universal. dalam keteraturan agar dapat bertahan
Paradigma fungsionalisme adalah hidup. Implikasinya, segala bentuk tindakan
salah satu sudut pandang yang dapat dan gejala yang dinilai mengancam
digunakan untuk menganalisis sebuah keteraturan akan dianggap sebagai
7
mitos . Perspektif fungsionalisme gangguan atau penyakit yang harus
disembuhkan.
7 Ahli antropologi Bronislaw
Paradigma lain yang juga populer adalah
Malinowski dalam teori fungsionalismenya
Analisis Strukturalisme Levi Strauss.
mengasumsikan adanya hubungan dialektis
Contohnya adalah kajian Ahimsa-Putra yang
antara agama dengan fungsinya yang
menerapkan model kajian struktural Levi-
diaplikasikan melalui ritual. Secara garis
Strauss untuk menganalisis karya sastra dan
besar, fungsi dasar agama diarahkan
dongeng-dongeng dari wilayah nusantara,
kepada sesuatu yang supernatural atau,
antara lain terhadap dongeng masyarakat
dalam bahasa Rudolf Otto, “Powerful Other.”
Bajo berjudul
Partisipan yang terlibat dalam sebuah ritual
‘Pitoto Si Muhamma‘(2006: 99-180), karya-
bisa melihat kemanjuran agama sebagai
karya sastra Umar Kayam: Sri Sumarah,
sarana meningkatkan hubungan spiritualnya
Bawuk, dan Para Priyayi,
dengan Tuhan karena pada dasarnya
dan Mitos Sawerigading dan Dewi Sri.
manusia secara naluriah memiliki kebutuhan
Paradigma lain yang juga populer adalah
spiritual. Teori fungsional melihat setiap
kajian Semiotik dari Roland Barthes,
ritual dalam agama memiliki signifikansi
bahwa didalam mitos terdapat tanda denotatif
teologis, baik dari dimensi psikologis
dan konotatif dan dibalik tanda-tanda tersebut
maupun sosial. Aspek-aspek teologis
terdapat makna yang misterius yang terdapat
sebuah ritual keagamaan seringkali bisa
dalam komunikasi sehari-hari kita baik
ditarik benang merahnya dari simbol-simbol
tertulis maupun melalui media cetak.
religius sebagai bahasa maknawiah.
Pendekatan lain yang juga familiar digunakan
Pemaknaan terhadap simbol-simbol
untuk menganalisis mitos adalah
keagamaan tersebut sangat bergantung
fungsionalisme strukturalmenekankan pada
kepada kualitas dan arah performa ritual
relasi fungsi yang memberikan penekanan
serta keadaan internal partisipan hingga
pada struktur sosial. Dengan demikian,
sebuah ritual bisa ditujukan untuk
deskripsi mengenai struktur sosial sebagai
“memuaskan” Tuhan atau kebutuhan
konteks mitos, tidak kalah pentingnya dengan
spiritualnya sendiri.
deskripsi atau pernyataan mengenai relasi
fungsional itu sendiri. Analisis struktural lain
yang juga populer digunakan adalah dari mitos kedalam beberapa motifemsuntuk
Alan Dundes yang menggunakan pemecahan menentukan struktur mitos.
Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya 59 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

Dalam konteks sosiologis, sebuah melalui pencapaian2 prestatif yang


ritual juga merupakan manifestasi dari apa memungkinkannya untuk naik kelas sosial.
yang disebut oleh Durkheim sebagai “alat Apa yang dilakukan oleh Malin
memperkuat solidaritas sosial” melalui Kundang dan ibunya adalah sebuah upaya
performa dan pengabdian. Tradisi slametan untuk keluar dari kemiskinan, mambangkik
merupakan contoh paling konkret dari ritual batang tarandam dan memperbaiki status
jenis ini sebagai alat untuk memperkuat sosial keluarga mereka. Keberhasilan Malin
keseimbangan masyarakat (social Kundang di rantau adalah sebuah cerita
equilibrium), yakni menciptakan situasi tipikal ideal dari laki-laki Minangkabau yang
rukun -setidaknya- di kalangan para mencari peruntungan di rantau. Keberha
partisipan. silan itu akan memberi kebanggaan pada
keluarganya dan dapat meningkatkan
penghargaan dari masyarakat. Namun yang
8
2. Malin Kundang : Kedurhakaan Pada terjadi dalam cerita Malin Kundang adalah
Ibu Biologis dan Ibu Sosial anti tesis yang menolak pengakuang

T
erdapat beberapa variasi dalam terhadap asal dan usulnya. Penolakan Malin
penceritaan mitos Malin Kundang Kundang terhadap ibunya mengguncang
ditengah-tengah masyarakat namun kosmologi tatanan nilai ideal dan terdalam
konteks dan isi atau substansi dari cerita dari kebudayaan Minangkabau. Kesalahan
tidak berubah. Konteks sosial budayanya fatal yang tak dapat dimaafkan meskipun
adalah Minangkabau pesisiran, dengan kemudian Malin Kundang berteriak meminta
tokoh utama seorang ibu dan anak laki-laki ampun.
serta sosok ayah yang absen yang menjadi Kondisi yang sangat tidak ideal ini
motif perilaku para aktor serta isi cerita yang tidak dapat diperbaiki dan jalan satu-satunya
berakhir dengan sad ending. adalah hukuman dari ‘langit’ bagi Malin
Hubungan ibu dan anak laki-laki Kundang atas titah ibunya yang hatinya
dalam kisah ini merupakan refleksi relasi inti hancur karena penolakan anak yang
dalam struktur sosial orang Minangkabau. disayanginya. Adalah Menarik untuk
Dalam masyarakat matrilinieal Minang menganalisa mengapa cerita keberhasilan
kabau, posisi perempuan terutama saat Malin Kundang disertai dengan tragedi
sudah menjadi seorang ibu merupakan penolakan terhadap ibunya sendiri yang
simpul relasi sosial yang penting. Ibu dapat notabene adalah asal usul identitasnya yang
menjadi kata penentu dan pemutus dalam asli...?. Dalam cerita ini, tokoh ibu tidak
banyak hal terkait dengan kehidupan hanya sebagai gambaran asal usul biologis
anggota keluarga perinduannya. Posisi yang dari Malin Kundang tapi juga adalah asal
demikian penting, membuat perempuan usul sosial dirinya. Nilai moral dari cerita
secara ideal normatif sangat dihargai, tragedik dan sangat populer ini adalah
dihormati dan dipatuhi dan sebaliknya juga bahwa orang tidak boleh mengingkari asal
perempuan dituntut untuk memenuhi peran- dan usulnya seberapapun tinggi penca
peran sosial budaya normatifnya. paiannya. Identitas diri adalah ‘bumi’ tempat
Malin Kundang juga adalah refleksi kaki berpijak dan jika ini diiingkari
dari peran laki-laki dalam budaya hukumannya sangat tidak terbayangkan
Minangkabau yang harus mencari eksistensi karena menjadi batu adalah hukuman yang
dirinya dengan merantau sebagai ukuran belum ada duanya.
‘kebergunaan’ dirinya yang baru diakui jika
ia buktikan melalui pencapaian di rantau. 3. Sabai Nan Aluih dan Mangkutak
9
Merantau juga merupakan sebuah upaya Alam : Moral Keberanian dan
mobilitas sosial yang dapat memperbaiki Kepengecutan
status dan kelas sosial seseorang dalam erita Sabai nan Aluih cukup terkenal
struktur masyarakat. Jika status sosial yang
ascribed adalah genealogi, maka status
sosial achieved dapat dilakukan seseorang
C dan banyak diabadikan dalam
kesenian kaba
10
dan randai
11
.

9
http://histori.id/kisah-sabai-nan-aluih/
10
Kaba adalah genre sastra tradisional
8
https://dongengkakrico.wordpress.com/cerita/ce Minangkabau. Kata kaba sendiri berasal dari
rita-rakyat-malin-kundang/ bahasa Arab khabar, yang sinonim dengan
60 | P a g e Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

Berdasarkan karakter tokoh utama cerita pendukung kebudayaan Minangkabau yang


terdapat 2 karakter penting yaitu Rajo menjadi konteks dari cerita tersebut.
Babandiang dan Sabai nan Aluih sebagai
12
tokoh dengan karakter baik yang berani 4. Rancak Di Labuah : Moral
membela kehormatan diri meskipun nyawa Konsep Pengendalian Diri

A
menjadi tantangannya. Sementara, tokoh da beberapa tokoh yang disebutkan
dengan karakter yang sebaliknya adalah dalam kaba dan cerita ini, namun
Rajo Nan Panjang dan Mangkutak Alam. tokoh Rancak di Labuah atau yang
Rajo Nan Panjang adalah perwujudan aslinya bernama Buyuang Geleang adalah
karakter sombong dan merasa bahwa tokoh utama cerita. Cerita ini memang
kekayaannya dapat mewujudkan semua terutama menguraikan berbagai karakter
keinginannya meskipun itu melanggar hak manusia dan nama-nama yang digunakan
orang lain. Ia tidak segan memaksakan dalam cerita secara eksplisit menunjukkan
kehendaknya dengan mengancam dan bermacam watak kepribadian manusia dan
memeras orang lain melalui kaki tangannya. mengacu pada sifat dan fungsi. Simpul
Sementara Mangkutak Alam meskipun ia utama cerita berpusat pada Rancak di
adalah saudara sekandung dengan Sabai, Labuah yang namanya secara etimologis
tapi memiliki karakter yang bertolak memiliki arti sebagai ‘indah di jalan’ atau
belakang dengan Sabai dan sangat dalam pemaknaan simbolis adalah hanya
penakut. indah atau bagus dari luar namun di
Moral utama cerita adalah soal dalamnya tidak indah atau tidak bagus.
keteguhan memelihara harga diri dan Merupakan sebuah ungkapan tentang sifat
kehormatan diri yang harus dimiliki dan perilaku yang tidak jujur karena
seseorang meskipun itu akan menjadi mencoba mengesankan citra baik namun
pertaruhan nyawa yang bertolak belakang sesungguhnya tidak demikian.
dengan sifat mementingkan diri sendiri dan Cerita kemudian memaparkan
pengecut seperti yang diperlihatkan melalui bagaimana pola hidup tokoh Rancak di
tokoh Rajo Nan Panjang dan Mangkutak Labuah yang besar pasak dari pada tiang
Alam. Meskipun dua tokoh utama protagonis akhirnya membuatnya berhutang banyak
dan antagonis akhirnya sama-sama mati dan mengakibatkan keluarga mereka yang
namun nilai kematian keduanya sangatlah sebenarnya sudah miskin menjadi
berbeda. Keteguhan sikap Rajo Babandiang bertambah miskin. Keadaan ini menya
yang akhirnya mati demi membela darkan Rancak Di Labuah akan nasehat
kehormatan anak gadisnya membuat yang sebelumnya sering disampaikan oleh
kematiannya menjadi bermakna. Adapun ibunya namun diabaikannya. Perlahan ia
keberanian Sabai Nan Aluih menuntut balas mulai merubah sifat dan perilakunya dari
kematian Ayahandanya juga merupakan malas bekerja menjadi lebih rajin
sikap yang patriotik. Keduanya menjadi mengerjakan tanpa pilih-pilih. Ia juga
acuan perilaku ideal bagi masyarakat berhemat dan menabung guna membayar
hutang-hutang yang telah dibuatnya.
Rancak Di Labuah dikisahkan berhasil
merubah keadaan buruk kembali menjadi
kata berita (Minangkabau: barito). Namun
baik bahkan ia kemudian mendapatkan
dalam peristilahan Minangkabau kedua kata
panggilan baru yaitu Sutan Samparono yang
ini dibedakan. Dalam segi cerita kaba mirip
artinya ‘seorang laki-laki yang sempurna’
dengan hikayat atau cerita dalam Sastra
dan kemudian diberi gelar Dt Naraco Laut
Melayu.(wikipedia Indonesia)
11 Budi atau yang memiliki arti ‘timbangan
Randai adalah salah satu permainan tradisional
lautan budi’.
di Minangkabau yang dimainkan secara
Moral utama dari cerita ini adalah
berkelompok dengan membentuk lingkaran,
pentingnya mengenali diri sendiri secara
kemudian melangkahkan kaki secara
jujur sehingga mampu mengendalikan diri
perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam
bentuk nyanyian secara berganti- 12
gantian. Randai menggabungkan seni lagu, Abdurrahman Salman; http://abdurahman-
musik, tari, drama dan silat menjadi satu. padang.blogspot.co.id/2011/11/makalah-
(wikipedia Indonesia) seminar-karakter-di-unv-bung.html
Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya 61 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

dan bersikap wajar dan tidak dibuat-buat. C. Nilai Edukasi Mitos dan
Perilaku yang tidak sesuai dengan keadaan Relevansinya dengan Penanaman
diri yang sesungguhnya mendatangkan Nilai pada Keluarga Minangkabau
masalah dan musibah. Cerita juga Kontemporer: Sebuah Konklusi

M
menunjukkan bahwa selalu ada kesempatan itos yang terdapat dalam masya
untuk perubahan yanglebih baik asalkan rakat Minangkabau memiliki struktur
berusaha dengan sungguh. Penghargaan dan kandungan nilai yang fungsional
yang sejati bukanlah dari tampilan fisik tapi untuk proses enkulturasi nilai-nilai tradisi
datang dari kejujuran terhadap jati diri yang kepada generasi baru guna memastikan
asli. budaya dan identitas keminangkabauan
Secara lebih umum, cerita ini tetap lestari. Dalam konteks sosial yang
memiliki muatan moral dan sistim nilai ideal niscaya memiliki karakteristik untuk berubah,
yang seharusnya dimiliki seseorang pola pengasuhan anak juga mengalami
sebagai anggota masyarakat. Peran tokoh pergeseran dan perubahan. Sehingga
ibu Siti Jauhari dalam cerita ini merupakan menarik untuk menelusuri apakah nilai-nilai
sosok sentral yang memiliki peran penting yang terdapat dalam mitos masih memiliki
dalam alur cerita, sebagai media untuk kerelevansian dalam pengasuhan dan
menyampaikan proses enkulturasi nilai pendidikan anak oleh orang tua. Gagasan
budaya Minangkabau yang kadang-kadang tentang bagaimana tingkat kerelevansian
tidak hanya bersifat filosofis tapi juga mitos dengan kehidupan masa kini menarik
dogmatis. untuk ditelusuri terutama untuk memahami
Dalam versi cerita yang lebih seberapa bergesernya pranata, pola
lengkap, cerita Rancak di Labuah tidak interaksi dan sistim nilai dalam pengasuhan
hanya berisi gambaran tentang karakter baik anak ditengah kenyataan bahwa mitos
buruk tokoh utama sebagai anggota muncul pada setiap masyarakat dan budaya
masyarakat dan juga sebagai anak laki-laki, adalah dalam memenuhi kebutuhan
suami dan rang sumando. Juga diuraikan masyarakat bersangkutan untuk menjawab
fungsi dan peran ideal anak perempuan dan berbagai persoalan yang belum mereka
peran sebagai istri dan ibu melalui ketahui jawabannya.
ketokohan Siti Budiman. Peran ideal Mitos adalah sebuah teks dan
orangtua, mamak dan penghulu sesuai sebagai sebuah teks dia mengandung
dengan budaya Minangkabau juga banyak makna dari inti kebudayaan. Melalui
diuraikan. pemahaman mendalam pada mekanisme
artikulasinya, latar pemikiran sebuah
kebudayaan dapat diketahui. Mitos juga
13
5. Asal Usul Nama Minangkabau : memiliki struktur 2 sisi yaitu struktur
Menang dengan Cerdik permukaan (surface structure) yang terdapat

M
oral utama dalam cerita ini adalah pada lapisan terluar, dan struktur dalam
bahwa kekerasan tidak selalu jadi atau struktur inti (deep structure) yang
satu-satunya cara untuk bisa memuat konten sejati dibalik suatu tindakan
14
memenangkan sesuatu. Kemampuan kebudayaan .
berdiplomasi dan berunding merupakan ujud Pengasuhan anak atau populer
kecerdasan intelektual yang dapat menjadi dikenal dengan istilah parenting adalah
faktor penentu dalam penyelesaian rangkaian perilaku yang secara normatif
masalah. Dalam cerita juga diuraikan bahwa diwarnai oleh kehangatan, sensitif, penuh
kebersamaan dan musyawarah juga dapat penerimaan, bersifat resiprokal, pengertian
menjadi kekuatan sebuah kelompok dan respon yang tepat pada kebutuhan
15
masyarakat untuk bersama-sama anak . Perilaku dan situasi normatif – positif
memikirkan dan mencari jalan keluar dari ini akan menghasilkan apa yang dimaksud
sebuah permasalahan. dengan “kelekatan” (attachment) dan akan
membangun mentalitas dengan self esteem
yang mampu menghargai secara positif diri

14
Ahimsa-Putra, 1999 hal 67-71
15
Garbarino & Benn, 1992 dalam Budi Andayani,
13
Berbagai sumber Juni 2004.
62 | P a g e Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

sendiri yang pada gilirannya akan Selanjutnya norma umum lainnya


mendukung terciptanya kemampuan yang terkait dengan kemiskinan dan kekayaan,
baik dalam penyesuaian melalui dimana nilai pertama adalah kerja keras
pengembangan potensi dan kompetensi merupakan cara terbaik untuk keluar dari
16
sosial . kemiskinan (Malin Kundang dan Rancak Di
Dalam kajian psikologi anak dikenal Labuah) dan sebaliknya kekayaan juga
4 pola pengasuhan yaitu otoriter, neglectful, bukan alasan untuk bersikap jumawa dan
17
indulgent dan authoritative . Pola otoriter sombong (Malin Kundang dan Sabai Nan
adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan Aluih) apalagi jika sampai mengingkari
memaksa anak untuk selalu mengikuti identitas dan jati diri (Malin Kundang dan
perintah orangtua. Pola neglectful adalah Sabai Nan Aluih). Nilai penting lainnya
pola pengasuhan dimana orangtua tidak adalah bahwa harga diri adalah hal yang
mau terlibat dan tidak mau pula terlalu harus diperjuangkan meskipun itu
memedulikan kehidupan anak. Pola taruhannya nyawa (Sabai Nan Aluih), nilai
indulgent adalah sikap pengasuhan yang kecerdikan dan keberanian dengan paduan
cenderung membiarkan anak melakukan yang tepat dapat memenangkan
apa saja sesuai keinginan mereka sedngkan pertarungan tanpa mengorbankan nyawa
pola authoritative adalah perilaku karena dibarengi dengan kemampuan
pengasuhan yang mendorong anak untuk berunding (diplomasi) (Asal usul Nama
mandiri dengan tetap menetapkan batas Nagari Minangkabau).
dan kendali. Rangkaian perilaku
pengasuhan dalam pola ini diserta dengan 2. Relevansi Mitos dalam Pengasuhan
sikap hangat, welas asih, menerima latar Anak Pada Keluarga Minangkabau
belakang tindakan anak sembari Kontemporer
menjelaskan pada anak tentang dukungan Mengacu pada pola pengasuhan
dari orangtua jika tindakannya konstruktif. menurut Diana Baumrind dan mengacu pula
pada data lapangan hasil pengamatan 5
1. Struktur Umum dan Nilai Utama Mitos keluarga Minangkabau dapat disimpulkan
Struktur umum dari ke empat mitos ciri pola pengasuhan indulgent dan
yang di analisis adalah bahwa kemenangan neglectful cenderung ditemukan pada
pada akhirnya selalu menjadi milik kebaikan keluarga Amri, Jang dan Wan dimana ada
dan sebaliknya kehancuran adalah buah kecenderungan membiarkan anak
dari kejahatan. Kelas sosial nampaknya juga melakukan apa saja berbarengan dengan
dapat ditentukan oleh kekayaan namun kurangnya kepedulian orangtua pada
kemuliaan dan penghargaan murni tidak pertumbuhan anak. Sedangkan ciri pola
semata berdasarkan pada kekayaan tapi otoriter dan juga ciri autoritatif dimana
pada kebaikan perilaku. Dalam mitos selalu orangtua lebih mendominasi hubungan
ada tokoh protagonis dicirikan dengan sifat anak-orangtua berbarengan dengan
sabar, dan selalu berpihak pada nilai-nilai memberi dorongan dan ruang bagi anak
kebaikan dan tokoh antagonis yang dicirikan untuk tumbuh mandiri sesuai dengan
dengan sombong dan semena-mena. Akhir keinginan yang dikontrol oleh orang tua.
cerita dari 4 mitos ini ditutup dengan Apakah nilai-nilai edukasi dalam
menangnya kebaikan. Ketokohan mitos masih relevan dalam pola
perempuan juga menonjol dalam ke empat pengasuhan anak di keluarga Minangkabau
mitos terutama figur ibu (Malin Kundang dan hari ini...? dari data 5 keluarga yang di
Rancak Di Labuah) sementara dalam dua amati, cerita mitos itu sendiri tidak lagi hadir
mitos lainnya, perempuan memainkan peran dalam kehidupan keseharian kelima
cerdas dan berani dalam kebenaran yang keluarga ini namun secara substansi, nilai-
tak kalah penting ( Sabai Nan Aluih dan nilai ideal normatif masih dikenali. Mitos
Asal-usul Nama Minangkabau). Malin Kundang paling populer diingat oleh
semua informan, sedang 4 cerita lainnya
tidak begitu mereka ingat lagi terutama bagi
16
i.b.i.d anak-anak yang bahkan tidak mengenali
17
Diana Baumrind dalam Else Liliani, Bibliografi cerita mitos tersebut. Meskipun semua
keluarga setuju dengan nilai-nilai normatif
Psikologi Anak UNY, 2007
Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya 63 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

yang terkandung dalam mitos tapi 3 Tatanan masyarakat akan rusak


keluarga diantaranya (Amri, Jang dan Wan) ketika pengaruh kehadiran media
mengatakan bahwa nilai-nilai tersebut tidak baru ini sudah mengubah pola
dapat ditemukan dalam kehidupan sehari- perilaku masyarakat dalam komuni
hari sedangkan 2 keluarga lainnya (Syafril kasi sehari-harinya.
dan Zal) masih percaya dengan perlunya  Merendahkan Warisan Budaya
nilai-nilai tersebut ditanamkan dalam Selain dapat membawa kembali nilai
keluarga meskipun transfer nilai tidak lagi tradisional yang telah hilang, keha
dimediasi oleh mitos. diran media baru juga akan dapat
merendahkan warisan budaya yang
D. Kesimpulan: telah ada ketika pengaruhnya telah

T
idak dapat dipungkiri, kehadiran pola mendarah daging dalam diri masing-
komunikasi melalui media baru masing individu dimana pengaruh
bersamaan dengan ditemukannya yang berupa informasi itu datang
sarana dan saluran komunikasi memberi dari budaya lain yang tidak sesuai
pengaruh yang signifikan terhadap interaksi dengan budaya yang seharusnya
komunikasi antar indvidu dalam masyarakat. ada dalam audiens yang ber
Merujuk pada definisi Wikipedia, media baru sangkutan.
merupakan sebuah terminologi untuk  Deformasi Pikiran Kaum Muda
menjelaskan konvergensi antara tekhnologi Kehadiran media baru ini dapat
komunikasi digital yang terkomputerisasi merubah bentuk pikiran-pikiran
serta terhubung ke dalam jaringan. Contoh muda menjadi lebih berorientasi
dari media yang sangat merepresentasikan kepada sifat kapitalisme akibat dari
media baru adalah internet. Media baru konten-konten yang terdapat dalam
memungkinkan komunikasi dalam jejaring media baru ini.
sosial melalui berbagai fasilitas seperti blog,  Modernisasi, Industrialisasi, Urbani
facebook, twitter, instagram hingga path. sasi dan Transportasi
Penggunaan media baru seperti Merusak Modernisasi ketika penga
yang dimaksud ditemukan pada lima ruh media baru ini hanya membawa
keluarga yang diamati. Meskipun penelitian masyarakatnya ke kehidupan Hedo
ini tidak mencermati hubungan antara nisme dan melupakan sifat asli
variabel penggunaan media baru dengan budayanya. Merusak Industrialisasi
pola asuh dalam keluarga, namun dalam ketika pengaruh media ini hanya
pengamatan awal terlihat bahwa variabel ini berorientasi kepada kemajuan
memberi pengaruh yang cukup menge dibidang industri tanpa memperha
sankan. Kelima keluarga ini memiliki ciri tikan efeknya pada lingku ngan.
yang sama yaitu para orangtua samasekali Proses Urbanisasi menjadi hal yang
tidak melek internet sementara anak-anak buruk ketika media baru menyam
sudah mengenali media ini dan beberapa paikan informasi yang terlalu
orang anak informan termasuk pengguna melebih-lebihkan keadaan di
aktif. sebuah kota yang mengakibatkan
Efek dan dampak perkembangan para penduduk desa tertarik untuk
media baru ini berpengaruh langsung pada mengadu nasib di kota besar namun
perilaku komunikasi masyarakat dalam mereka tidak mempunyai kemam
komunitas. Meskipun penggunaan media puan yang harus dimiliki ketika
baru ini dapat berefek positif karena dapat harus berpindah ke kota.Trans
membuka secara luas akses terhadap portasi akan semakin buruk ketika
informasi, media baru juga dapat menjadi sebuah kota semakin penuh dengan
sebagai agen pembawa nilai-nilai budaya manusia akibat dari Urbanisasi yang
dan menghidupkan kembali nilai tradisi yang buruk.
mulai hilang. Namun ini bukan tanpa  Kualitas Perbincangan
dampak negatif. Selanjutnya dampak negatif Kualitas Perbincangan secara tatap
dari kehadiran media baru ini menurut muka akan menurun ketika masya
Gunter and Harrison (1998) antara lain, rakat sudah terbiasa berkomunikasi
yaitu: secara virtual dengan orang lain
 Merusak Tatanan Masyarakat sehingga saat bertatap muka
64 | P a g e Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2017. Vol. 19 (1): 55-65________________ ISSN 1410-8356

masyarakat akan lupa dengan merenggang dan pada akhirnya transfer


aspek-aspek komunikasi antarper nilai-nilai akan terhambat. Komunitas virtual
sonal yang semestinya. dimana anak terlibat interaksi di dalamnya
 Propaganda dan Mobilisasi sangat bertentangan dengan ciri masyarakat
Media ini seiring berjalannya waktu organik dimana orangtua atau anggota
ditakuti akan dijadikan sebagai alat masyarakat yang lebih senior hidup.
potensial untuk propaganda politik Eksistensi komunitas organik lebih meng
dan mobilisasi kepentingan-kepen gambarkan suatu kelompok yang benar-
tingan dari para penguasa. benar nampak dalam kehidupan nyata.
Pengaruh penggunaan media baru Sebaliknya dengan komunitas virtual
oleh anak diasumsikan merubah perilaku sehingga fragmentasi antara keduanya
anak karena hubungan anak dalam peer dapat melebar dan potensial menyimpan
group menjadi sangat intens dan disaat masalah-masalah sosial.
bersamaan hubungan dengan orangtua

Daftar Pustaka

Adiwikarta, 1998. Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis tentang Hubungan Pendidikan
dengan Masyarakat. Jakarta: P2LPTK
Ahimsa, Putra. 1999. Strukturalisme Levi Strauss: Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta.
Galang Press
------------------ 1998. Levi Strauss, Orang-orag PKI, Nalar Jawa, dan Sosok Umar Kayam:
Telaah Struktural-Hermenuetik Dongeng Etnografis Umar Kayam dalam Umar
Kayam dalam Jaring Semiotik (ed. Aprinus Salam). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Andayani, Budi. 2004. Tinjauan Pendekatan Ekologi Tentang Perilaku Pengasuhan
Orangtua. Buletin Psikologi, tahun XII No.01 Juni 2004
Campbell, Joseph,2014 The Hero’s Journey : Joseph Campbell on His Life and Work (The
Collected Works of Joseph Campbell), New World Library, California.
Hartley. L.P, 1953. the Go – Between. Hamish Hamilton. England
Liliani, Else. 2008. Membongkar Kesalahan Pola Asuh Anak dalam Mitos-mitos di Indonesia.
Bibliography Psikologi Anak, FBS Universitas Negeri Yogyakarta
Nurgiyantoro, B, 2005. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta;
Gadjah Mada University Press.
Saifuddin, A. F 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma. Jakarta. Prenada Media

Nilai Edukasi Mitos dan Relevansinya 65 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai