Anda di halaman 1dari 4

Pelaksanaan Posyandu Lansia di Puskesmas Masaran, Sragen

Pada saat pelaksannaan kegiatan Posyandu lansia, sering digunakan sistem 5 meja, yaitu :

1. Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kader mencatat lansia tersebut, kemudian peserta yang sudah
terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya.
2. Meja 2 : Pengukuran tinggi, berat dan tekanan darah
Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah.
3. Meja 3 : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : indeks massa tubuh, tekanan
darah, berat badan, tinggi badan.
4. Meja 4 : Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan.
5. Meja 5 : Pelayanan medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/ kesehatan meliputi
kegiatan: pemeriksaan dan pengobatan ringan.

Pelaksanaan Posyandu Lansia di Puskesmas Masaran, Sragen mengikuti sistem 5 meja


seperti yang dianjurkan tetapi ada beberapa perubahan.

1. Meja 1: Pendaftaran dan Meja 2 : pengukuran tinggi, berat dan tekanan darah
Meja pendaftaran dan pengukuran berat badan, tekanan darah digabung. Lansia
mendaftarkan diri, mahasiswa mencatat data nama, umur, alamat dan berat badan lansia.
Kemudian, mahasiswa mengukur tekanan darah tiap lansia yang sudah mendaftar.

Pengukuran tinggi badan dan berat badan pada lansia digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energy secara umum. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan
jumlah air dalam tubuh. Penilaian status gizi juga dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan antropometri penilaian gizi berdasarkan ukuran tubuh seseorang. Untuk
pengukuran anthropometri pada lansia digunakan pengukuran yaitu :
a. Umur (Tahun)
b. BB (Berat Badan)
c. TB (Tinggi Badan)
Pengukuran antropometri yang kami lakukan di Puskesmas Masaran, Sragen yaitu
pengukuran berat badan, dan umur saja.

2. Meja 3 : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat Usia Lanjut)


Pencatatan data di KMS lansia meliputi : indeks massa tubuh, tekanan darah,
berat badan, tinggi badan. Namun pada kegiatan kali ini tidak dilakukan penghitungan
Indeks Massa Tubuh karena tidak adanya KMS lansia untuk melihat perbandingan
dengan pengukuran antropometri sebelumnya, hasil dari pemeriksaan tekanan darah, dan
berat badan mahasiswa mencatat di form absensi yang diberikann dari puskesmas. Rumus
menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat
dari tinggi badan dalam meter (kg/m²).
a. Tekanan Darah
Pelaksanaan KIE Posyandu Lansia di Puskesmas dapat dikatakan berhasil,
dikarenakan antusiasme dari setiap peserta yang ada. Berdasarkan hasil
screening tekanan darah dan disesuaikan dengan pengelompokan berdasarkan
JNC 7, diperoleh hasil sebagai berikut:

Klasifikasi TD TD Hasil Screening


Tekanan Darah Sistole Diastole Posyandu
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80 5 orang

Prahipertensi 120-139 Atau 80-89 23 orang

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99 12 orang

Hipertensi derajat 2 >160 Atau >100 14 orang

Ada dua peserta yang tidak tercatat tekanan darahnya.


Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana salah
satunya adalah usia. Pada manusia terjadi perubahan fisiologis seiring
bertambahnya usia seperti perubahan – perubahan fungsi berupa peningkatan
tekanan darah sistolik, berkurangnya vasodilatasi yang dimediasi beta
adrenergik, dan penebalan dinding serta berkurangnya elastisitas pada
pembuluh darah. Perubahan fisiologis pada proses menua tersebut
mengakibatkan hasil screening peningkatan tekanan darah pada posyandu
lansia dapat bernilai positif palsu.
Kegiatan penghitungan Tekanan Darah pada Posyandu Lansia bernilai
baik, karena dapat membantu mengontrol tekanan darah dan pengelompokkan
sesuai kriterianya pada lansia sekaligus untuk memberikan penatalaksanaan
pada pasien dengan hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia
dapat dibedakan menjadi modifikasi pola hidup dan terapi farmakologis. Pola
hidup yang harus diperbaiki antara lain menurunkan berat badan jika ada
kegemukan, mengurangi minum alkohol, meningkatkan aktivitas fisik
aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang
adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat,
menghentikan merokok, serta mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol.
b. GDS (Geriatric Depression Scale) dan MMSE (Mini Mental State
Examination)
Skrining depresi pada lansia sangat penting untuk dilakukan. Kegiatan
penghitungan dan pencatatan GDS perlu dilakukan kerena frekuensi depresi
dan adanya gagasan untuk bunuh diri pada lansia sangat tinggi. Skrining juga
perlu dilakukan untuk membantu edukasi pasien dan pemberi perawatan
depresi, dan untuk mengikuti perjalanan gejala-gejala depresi seiring dengan
waktu.
Geriatric Depression Scale (GDS) adalah tes untuk skrining depresi yang
mudah untuk dinilai dan dikelola. Geriatric Depression Scale memiliki format
yang sederhana, dengan pertanyaan-pertanyaan dan respon yang mudah
dibaca. Geriatric Depression Scale telah divalidasi pada berbagai populasi
lanjut usia, termasuk di Indonesia.
Geriatric Depression Scale terdiri dari 15 pertanyaan dengan jawaban ya
atau tidak yang akan terjawab bila mewawancarai pasien secara personal yang
kemudian dikategorikan menjadi normal, predepresi, dan depresi. Keadaan
normal tercapai bila diperoleh score 0-5. Keadaan predepresi diperoleh bila
score 6-10. Keadaan depresi diperoleh bila score mencapai >10. Berdasarkan
wawancara personal, mahasiswa dapat membuat tabel kategori sebagai
berikut:

Umur
No Nama MMSE GDS
(tahun)
1 Ramtowiyono 61 baik depresi ringan
2 Sri Wahyuni 44 baik baik
3 Tarsih 50 baik baik
4 Ibu Suwarsi 47 baik baik
5 Tukiyah 60 baik baik
6 Sugiyem 54 baik baik
7 Ibu Warsiti 56 baik baik
8 Wagiyem 55 gangguan ringan baik
9 Tukiyem 60 gangguan sedang berhenti ditengah
10 Ibu Sukinah 70 gangguan sedang baik

3. Meja 4 : Penyuluhan
Dilakukan penyuluhan secara serempak dengan materi osteoporosis,
osteoarthritis, gout, hipertensi dan diabetes mellitus yang dibuka dengan pengajian
singkat dan ditutup dengan kerajinan. Peserta terlihat antusias, dengan melontarkan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari mahasiswa. Tetapi saat memasuki materi
materi akhir, peserta terlihat mendengarkan namun kurang fokus.
Pemberian makanan tambahan dilakukan bersama- sama setelah penyuluhan.
4. Meja 5 : Pelayanan medis

Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/ kesehatan


meliputi kegiatan: pemeriksaan dan pengobatan ringan dari pusling yang telah
diprogramkan di Puskesmas Masaran, Sragen.

Anda mungkin juga menyukai