Didaerah Kalimantan sejumblah petani di kota samarinda desa
kertabuana Kalimantan timur selama 20 tahun hidup di pinggir area tambang. Sebagian dari mesayarakat desa tersebut menjadi korban akibat tenggelam di lubang bekas galian tambang dan banyak wargah mengeluh. Antara 2011-2018 tercatat 32 jiwa melayang akibat tengelam di lubang bekas galian tambang,secara nasional tercatat dari 2014- 2018 jumlah yang tewas sebanyak 115 jiwa. Saat ini diperkirakan terdapat 3500 lubang bekas galian tambang Sampai tahun 2018 terdapat kurang lebih 8 juta hektar lubang tambang belum di reklamasi November 2018 di sanga-sanga kabupaten kutai karta Negara sekitar kaltim 5 ruma hancur 11 lainya rusak dan jalan utama amblas akibat aktifitas penambangan yang terlalu dekat dengan pemukiman 41 jiwa terpaksa mengungsi Lokasi tambang ini milik PT.Adimtra Bara Tama Nusantara anak perusahan PT.Toba Sejahtera yang sebagian sahamnya milih Letnan Jenderal Purnawirawan Luhut Binsar pandjaitan ,Luhut memiliki 50 lubang galian tambang Menurut laporan jatam ( jaringan alvokasi tambang) total lahan konsesi adalah 14 ribu hektar . Menurut peraturan mentri lingkungan hidup dan peraturan Daerah Kutai Karta Negara Jarak minimal adalah 500 meter antara lokasi tambang dengan pemukiman warga tapi yang terjadi tak sesuai namun aturan ini tak selal berlaku di lapangan. Tahun 1991 desa ini dikenal sebagai daerah dengan penghasil lumbung padi dengan produksi 2600 ton gabah setiap panen tapi sudah terancam punah Akibat pembangunan PLTU Batang yang digadang-gadang akan menjadi PLTU terbesar se-Asia Tenggara. Pemerintah mengatakan PLTU ini dapat mengakomodasi kebutuhan listrik 1-2jta rumah tangga.
Transpotasi kapal tongkang yang membawa batu bara ,juga
sangat berdampak bagi pencemaran dan terganggunya habitat ikan yang mengakibatkan keluhan dari warga sekitar. Penolakan pembangunan PLTU berujung kriminalisasi pada tahun 2014 dua warga dijatuhi hukuman kurungan selama kurang lebih tujuh bulan. PENGAMATAN FILM SEXY KILLER
Pada Ekspansi PLTU Celukan Bawang, Bali
Seorang petani kelapa mengaku hasil panennya menurun drastis yang sebelumnya 9000 kelapa per hari sekarang hanya sekitar 2500. Penurunan tersebut akibat pembangunan pabrik batubara tahap 2. Menurut riset dari Greenpeace, polusi yang dihasilkan pabrik batu bara mengandung senyawa berbahaya berupa merkuri atau PM2,5 yang bertahan lama di udara dan bersifat polutan . Jika terpapar terus menerus dapat membayakan 650.000 jiwa populasi yang ada di bali Menurut penelitian unversitas Harvad dan Greenpeace yang dipublikasikan tahun 2015 PLTU batu bara di Indonesia menyebabkan kematian prematur hingga 6500 jiwa setiap tahun atau jika di rata-rata ada 17 kematian setiap hari akibat terpapar polusi batu bara . Namu belum ada instansi pemerintah atau otoritas kesehatan yang melakukan penelitian dan mengugumkan kaitan dengan polusi akibat PLTU . Setelah menonton film sexy killer saya mendapat fakta terbesar dibalik terangnya lampu yang berawal dari eliter politik yang merupakan dalang dari berdirinya perusahan-perusahan tambang batu bara yang sangat merugikan masyarakat disekitar daerah tambang yang ada di sekelilingnya, pemerintah harus lebih menanamkan prihatin pada para korban atau masyarakat yang ada di area sekitar tambang dan tidak menganggapnya sebagai kemalangan biasa akan tetapi, menurut saya bukan salah mereka seutuhnya kerena jika perusahan di tutup kita tidaak bisa lagi menggunakan listrik setiap harinya .inilah kesalahn seluruh warga Negara Indonesia karena ada efek dalam menggunakan energy listrik. Semua kembali lagi ke masyarakat agar berpikir untuk yang pertama menghemat energy listrik, karena begitu banyak pengorbanan akibat berdirinya suatu perusahan tambang batu bara untuk menghasilkan listrik yang setiap hari kita pakai. Kedua ,mulailah mencintai alam dengan menanam pohon dan melestarikan terumbuk karang karena alam kita semakin rusak dan sangat berbahaya kedepannya,akan lebih baik jika sedikit demi sedikit kita mulai berpikir untuk menggunakan pembangkit listrik tenaga tenaga surya yang akan lebih ramah lingkungan.