Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL (KONSTIPASI)

OLEH :

PUTU EPRILIANI

NIM: P07120319019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN RASA NYAMAN (NYERI)

A. Konsep Dasar Nyeri


1. Definisi Nyeri
Kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi Kebutuhan Dasar Manusia, kebutuhan
ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari) kelegaan (kebutuhan terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang
melebihi masalah/nyeri) (Potter & Perry.2013) Gangguan kenyamanan adalah keadaan ketika
individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual 2013).
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik
maupun dari serabut syaraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan
emosional (Hidayat Aziz, 2014).
Nyeri merupaakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat
subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya,
dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Tetty, 2015).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu keadaan
yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam
tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.
Gangguan rasa nyaman secara umum dibagi menjadi beberapa batasan karakteristik
(Carpenito-Moyet, 2016), yaitu:

a. Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan mengeluhkan adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam
bulan atau kurang.
b. Nyeri kronis adalah keadaan ketika individu mengalami nyeri yang menetap atau
intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
2. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.

Reseptor nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri

memberikan respon jika adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut

dapat berupa zat kimia seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-

macam asam yang terlepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat

kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau

mekanis (Smeltzer & Bare, 2013). Nyeri dapat dirasakan jika reseptor nyeri

tersebut menginduksi serabut saraf perifer aferen yaitu serabut A-delta dan

serabut C. Serabut A-delta memiliki myelin, mengimpulskan nyeri dengan cepat,

sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi intensitas

nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran sangat kecil, menyampaikan

impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan terus-menerus (Potter & Perry,

2013). Ketika serabut C dan A-delta menyampaikan rangsang dari serabut saraf

perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang aktif terhadap respon

nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar jika ada jaringan yang

rusak. Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf aferen

sampai berakhir di bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu

dorsalis, neurotransmitter seperti subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan

suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinolatamus.

Selanjutnya informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter &

Perry, 2013).
5. Patofisiologi Nyeri
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Menurut Potter & Perry (2013) Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal, di antaranya adalah :
a. Usia.
b. Jenis kelamin
c. Kebudayaan
d. Perhatian
e. Ansietas
f. Kelemahan
g. Pengalaman nyeri sebelumnya
h. Dukungan social dan keluarga
i. Gaya koping
j. Makna nyeri
7. Jenis Gangguan
Secara umum, nyeri dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut
merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri
kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di
antarnya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent paint), nyeri
psikogenik, nyeri phantom dari ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain.
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan jaringan
di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaan dari kedua jenis nyeri
ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral
Superfisial Dalam
Kualitas Tajam, menusuk, Tajam, tumpul, Tajam, tumpul,
membakar. nyeri terus. nyeri terus, kejang.
Menjalar Tidak Tidak Ya
Stimulasi Torehan, abrasi Torehan, panas, Distensi, iskemia,
terlalu panas dan iskemia pergeseran spasmus, iritasi
dingin. tempat. kimiawi (tidak ada
torehan).
Reaksi Otonom Tidak Ya Ya
Refleks Tidak Ya Ya
Kontraksi Otot

Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain,
umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral. Nyeri psikogenik
adalah nyeri nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis.
Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas
diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya spasme
di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.

8. Penatalaksanaan medis
a. Farmakologik

1) Analgesik narkotik, berupa berbagai derivat opium (morfin dan kodein)


2) Analgesik nonnarkotik, seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen
a. Non farmakologik
1) Distraksi (pengalihan)
Prosedur teknik distraksi berdasarkan jenisnya, antara lain sebagai berikut:
- Distraksi visual
- Distraksi pendengaran
- Distraksi pernafasan
- Distraksi intelektual
- Imajinasi terbimbing (guide imagery)
- Teknik sentuhan
a) Relaksasi
b) Pemijatan (stimulasi kutaneus)
c) Plasebo
d) Kompres
- Kompres panas basah (dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri, risiko
terjadi infeksi luka, dan kerusakan fisik (mobilitas)).
- Kompres panas kering (dilakukan untuk membebaskan rasa nyeri, spamus
otot, peradangan atau kongesti, dan memberikan rasa hangat)
- Kompres dingin basah, (dilakukan untuk mengurangi aliran darah ke suatu
bagian dan mengurangi perdarahan serta edema)
- Kompres dingin kering, (dilakukan pada pasien dengan suhu tubuh tinggi,
perdarahan hebat, kesakitan, misalnya infiltrasi apendikuler, sakit kepala
berat, pasien pascabedah tongsil) Mubarak, W.I., Indrawati, L.,& Susanto,
J.(2015)
B. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Nyeri
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
 Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
 Riwayat kesehatan keluarga
 Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
 Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan tahanan terhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan
atau gasukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan,
rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
b) Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi, dan
lain-lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk menunjukkan semua
daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan baik dengan
lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari
titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi (nyeri
menyebar kesegala arah), meliputi beberapa tempat atau melibatkan segmen
terbesar tubuh.
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas
nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang
ringan, sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat
dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan rangsangan
nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri yang dirasakan?
Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari? Seberapa
sering nyeri kembali kambuh?
Pengkajian Nyeri (BCGuidelines.ca, 2011)

Onset Kapan nyeri muncul?


Berapa lama nyeri?
Berapa sering nyeri muncul?

Proviking Apa yang menyebabkan nyeri?


Apa yang membuatnya berkurang?
Apa yang membuat nyeri bertambah parah?
Quality Bagaimana rasa nyeri yang dirasakan?
Bisakan di gambarkan?
Region Dimanakah lokasinya?
Apakah menyebar?
Severity Berapa skala nyerinya? (dari 0-10)
Treatment Pengobatan atau terapi apa yang digunakan?
Understanding Apa yang anda percayai tentang penyebab nyeri ini?
Bagaimana nyeri ini mempengaruhi anda atau keluarga
anda?

Values Apa pencapaian anda untuk nyeri ini?

c. Macam skala nyeri


Menurut Potter & Perry (2013) cara mengkaji nyeri dengan menggunakan beberapa
macam skala nyeri yaitu:
1) Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa sakit
atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif
nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual
Analog Scale (VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,
sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.

Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
2) Visual Analog Scale
Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak
tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.
Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada Sangat


______________________________________________
rasa nyeri Nyeri

3) Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah
bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa
nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

d. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa
aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
e. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum
 Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
 Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum, keadekuatan
sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan payudara,
sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian
kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau
suara napas tambahan.
2. Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, di antaranya:
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis, kimia, fisik atau psikologis.
b. Nyeri kronis.
c. Gangguan mobilitas b.d nyeri pada ekstremitas.
d. Kurangnya perawatan diri b.d ketidakmampuan menggerakkan tangan yang
disebabkan oleh nyeri persendian.
e. Cemas b.d ancaman peningkatan nyeri.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaa keperawatan menurut SDKI, SIKI dan SLKI (2018).
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN (SIKI)
KEPERAWATAN (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan SLKI: SIKI :
dengan agen cedera fisik, Setelah dilakukan Manajemen nyeri
biologis. asuhan keperawatan Observasi
selama 1 X 15 menit - Identifikasi lokasi,
dalam 24 jam karakteristik, durasi,
diharapkan nyeri pada frekuensi, kualitas,
pasien berkurang intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : - Identifikasi skala
1. Tingkat Nyeri nyeri
Keluhan Nyeri - Identifikasi respon
12345 nyeri nonverbal
Meringis - Identifikasi factor
12345 yang memperingan
Gelisah dan memperberat
12345 nyeri
Kesulitan tidur - Identifikasi
12345 pengetahuan dan
Frekuensi nadi keyakinan tentang
12345 nyeri
Tekanan darah - Identifikasi budaya
12345 terhadap respon
Pola napas nyeri
12345 - Identifikasi
2. Kontrol Nyeri pengaruh nyeri
Melaporkan nyeri terhadap kualitas
terkontrol hidup pasien
12345 - Monitor efek
Kemampuan samping penggunaan
mengenali onset analgetik
nyeri - Monitor
Kemampuan keberhasilan terapi
mengenali komplementer yang
penyebab nyeri sudah diberikan
12345 Terapeutik
Kemampuan - Fasilitasi istirahat
menggunakan tidur
teknik non - Kontrol lingkungan
farmakologis yang memperberat
12345 nyeri ( missal: suhu
Dukungan orang ruangan,
terdekat pencahayaan dan
12345 kebisingan).
Keluhan nyeri - Beri tekni non
penggunaan farmakologis untuk
anlgetik meredakan nyeri(
12345 aromaterapi, terapi
3. Status pijat, hypnosis,
Kenyamanan biofeedback, teknik
Keluhan tidak imajinasi
nyaman terbimbimbing,
12345 teknik tarik napas
Merintih dalam dan kompres
12345 hangat/ dingin)
Rileks Edukasi
12345 - Jelaskan penyebab,
4. Mobilitas fisik periode dan pemicu
Nyeri nyeri
12345 - Jelaskan strategi
Rentang gerak meredakan nyeri
(ROM) - Anjurkan
12345 menggunakan
Gerakan Terbatas analgetik secara
12345 tepat
- Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimuh H.2014.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
BCGuidelines.ca.2011. Palliative Pain Management.
Available:https://www2.gov.bc.ca/gov/content/health/practitioner-
professional-resources/bc-guidelines/palliative-pain-management#part2-pain
di akses pada 09 Agustus 2019
Carpenito, Lynda Jual &Moyet.2016.Buku Saku Diagnosis Keperawatan
.Jakarta:EGC
E.Doenges Marilym, Mary Frances Moorhaouse,dkk.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi
3.Jakarta:EGC
Nanda Internasional.2018.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-
2020.Jakarta:EGC
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Cetakan 2.Jakarta:DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Cetakan 2.Jakarta:DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia Cetakan 2.Jakarta:DPP PPNI
Potter, P. A. et al. 2013.Fundamental of Nursing : Caring Throughout the Life
Span. 9th edn. Edited by W. R. Ostendorf. USA: Elsevier.
Smeltzer & Bare.2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta: EGC
Tetty, S. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai