1 Maret 2011 59
ABSTRAK
Biodiesel, a renewable fuel is normally produced from refine oil and methanol
in the presence of a catalyst; conventionally it is used a basic homogeneous catalyst. However,
when oil with high amount of free fatty acid (FFA) is used, this catalyst should not be used with
the aim to avoid the production soap. In this work, FFA present in crude palm oil (CPO) were
esterified with activated natural zeolite catalyst. The esterification reaction was carried out
60oC, with a 23.41 : 1 molar ratio of methanol to CPO, reaction time of 170 minute and
catalyst amount of 1.59 %, conversion FFA of CPO was 64.23 %. In this work, biodiesel yield
achieved was around 71.97 %.
Keywords : Esterification, Crude Palm Oil, Zeolite, Biodiesel
PENDAHULUAN katalis alkali ini sangat sensitif terhadap
Permasalahan energi yang dihadapi kandungan asam lemak bebas dan kadar air
Indonesia sekarang ini adalah kebutuhan dalam minyak dan metanol. Penggunaan
energi nasional yang besar dan meningkat bahan baku minyak yang mengandung asam
setiap tahun sementara cadangan dan produksi lemak bebas (FFA) yang tinggi seperti CPO
bahan bakar minyak (BBM) semakin terbatas, pada reaksi transesterifikasi menggunakan
sehingga sejak beberapa tahun terakhir katalis alkali menyebabkan terbentuknya
Indonesia telah berubah dari eksportir menjadi sabun. Pembentukan sabun pada proses
net importer minyak mentah (Idris, 2006). produksi biodiesel menyebabkan kesulitan
Permasalahan krisis energi ini membuka dalam proses pemisahan dan pemurnian
peluang yang besar untuk pengembangan biodiesel (Marchetti, dkk., 2007; Chung dan
biodiesel di Indonesia sebagai sumber energi Park, 2009; Sathyaselvabala dkk., 2010).
alternatif. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan
Biodiesel merupakan bahan bakar pretreatment bahan baku melalui esterifikasi.
subtitusi solar/diesel yang diproduksi melalui Esterifikasi umumnya menggunakan
transesterifikasi minyak nabati seperti minyak katalis asam homogen seperti asam sulfat
sawit, minyak jarak, minyak kelapa dan lain- (H2SO4) dan asam klorida (HCl). Jenis katalis
lain. Salah satu bahan baku biodiesel yang homogen asam ini bersifat toksik sehingga
memiliki potensi besar di Indonesia adalah menjadi masalah lingkungan, bersifat korosif,
minyak sawit dalam bentuk crude palm oil mengkontaminasi produk akhir biodiesel serta
(CPO). Produksi CPO di Indonesia tahun sulit dilakukan proses pemisahan. Menurut
2008 mencapai 18.1 juta ton (Deptan, 2010). Yan dkk., (2009), bahwa katalis heterogen
Biodiesel pada umumnya diproduksi lebih toleran terhadap kandungan asam lemak
melalui transesterifikasi trigliserida dari bebas (FFA) dan kadar air yang tinggi dalam
minyak nabati menggunakan metanol dan minyak. Keuntungan lain pengunaan katalis
katalis alkali seperti KOH dan NaOH. Jenis heterogen ini yaitu mudah dilakukan
60 Esterifikasi Crude Palm Oil (CPO)... (Rahmiyati K, dkk)
Reaksi esterifikasi menggunakan katalis asam dari zeolit Bayah sebelum dan
zeolit teraktivasi sesudah diaktivasi dengan asam dapat
Kondisi reaksi reaksi esterifikasi dilihat pada Tabel 1.
dilakukan dengan rasio molar metanol Komposisi Si dari sampel zeolit
anhydrous dan CPO 23.41 : 1, konsentrasi
teraktivasi dengan asam (HZ-CS) pada
katalis zeolit 1.59 %, suhu reaksi ± 600C, dan
Tabel 1 mengalami peningkatan dari 4.69
lama reaksi 170 menit (2 jam 50 menit) serta
kecepatan pengadukan 300 rpm. Caranya : % menjadi 5.38 %. Tabel 1 juga
diawali dengan proses pencampuran katalis menunjukkan adanya penurunan
zeolit teraktivasi dengan metanol pada suhu komposisi aluminium (Al) pada sampel
600C selama 30 menit. Selanjutnya zeolit teraktivasi dengan asam. Zeolit
penambahan CPO yang telah dipanaskan alam (NZ) sebelum diaktivasi
sebelumnya pada suhu ± 1100C selama mengandung komposisi aluminium (Al)
30 menit dan reaksi esterifikasi dimulai pada sebesar 1.91 %. Setelah dilakukan proses
suhu 600C selama 170 menit dengan aktivasi dengan asam (sampel HZ–CS),
kecepatan pengadukan 300 rpm. Setelah komposisi Al dalam zeolit menurun
reaksi berhenti, dilakukan proses pemisahan
sampai 0.28 %. Penurunan kandungan Al
katalis zeolit dan metanol sisa menggunakan
pada zeolit ini disebabkan karena adanya
pompa vakum dan labu pemisah. Campuran
FAME dan trigliserida hasil esterifikasi proses dealuminasi. Proses dealuminasi
kemudian dihitung bilangan asam dan adalah proses terlepasnya Al di dalam
konversi FFA. Penentuan bilangan asam kerangka menjadi di luar kerangka karena
berdasarkan SNI 01-3555-1998. Konversi adanya perlakuan asam. Penurunan Al ini
FFA dihitung dengan menggunakan rumus : disertai dengan penurunan kation-kation
ܣ−ܤ yang terkait dalam kerangka Al. Hal ini
݂݂ܺܽ = 100 % … … … … … … (1)
ܣ disebabkan karena perendaman zeolit
Dimana : dalam larutan asam yang relatif pekat
Xffa = Konversi FFA (%) dalam waktu yang cukup lama akan
A = Bilangan asam bahan baku (mg
melarutkan sejumlah Al di dalam
KOH/g)
B = Bilangan asam perlakuan setelah kerangka zeolit (Dapaah 1997; Handoko
esterifikasi (mg KOH/g) 2002).
Penurunan komposisi aluminium
(Al) dalam zeolit (dealuminasi)
menyebabkan terjadinya peningkatan
HASIL DAN PEMBAHASAN rasio Si/Al. Zeolit alam yang teraktivasi
Karakteristik Zeolit dengan asam (HZ-CS) menghasilkan rasio
Zeolit Bayah yang digunakan pada Si/Al yang lebih tinggi dibandingkan
penelitian ini merupakan zeolit campuran dengan zeolit alam tidak teraktivasi (NZ)
18.20 % klinoptilolit dan 47.80 % mordenit (Tabel 1). Zeolit yang memiliki rasio
(MTDC, 1993). Las (2010) menuliskan rumus Si/Al yang tinggi akan mempunyai
kimia oksida dari zeolit Bayah sebagai berikut kekuatan asam yang tinggi, meningkatkan
:
kristalinitas, stabil terhadap suhu tinggi
Na0,15 K1,44 Ca2,04 Mg0,70 Mn0,02
dan lingkungan yang asam, bersifat
Fe0,44 {(AlO2)6,76 (SiO2)}29,32 6,57 H2O
hidrofobik dan akan menyerap molekul
Proses aktivasi zeolit dengan
yang tidak polar sehingga baik untuk
asam akan mempengaruhi komposisi
digunakan sebagai katalisator asam
silika (SiO4) dan alumina (Al2O4) yang
(Csicser, 1986; Handoko, 2002; Saputra,
merupakan kerangka utama dari zeolit,
2006; Setiadi & Fitria, 2006)
ratio Si/Al dan tingkat keasaman zeolit.
Komposisi Si, Al, ratio Si/Al dan jumlah
62 Esterifikasi Crude Palm Oil (CPO)... (Rahmiyati K, dkk)
Tabel 1 Komposisi Si, Al, rasio Si/Al dan jumlah asam dari zeolit alam sebelum dan
sesudah aktivasi asam
Komposisi Komposisi Rasio Jumlah Asam
Jenis Perlakuan
Si (%) Al (%) Si/Al (mmol/g)
NZ* 4.69 1.91 2.46 1.65
HZ – CS 5.38 0.28 19.18 1.22
*
NZ : Zeolit alam tidak diaktivasi; HZ–CS : Zeolit alam diaktivasi dengan 1 M HCl + 10 % H2SO4
Tabel 2 Karakteristik biodiesel hasil penelitian
Karakteristik Biodiesel Hasil pengukuran
bilangan asam (mg KOH/g) 0.22
Kadar ester (%) 99.27
Kadar gliserol total (%-b) 0.29
Kadar gliserol bebas (%-b) 0.01
o 2
Viskositas kinematik suhu 40 C mm /s (cSt) 5.85
alam yang diaktivasi dengan asam pada reaksi dibandingkan dengan jenis oksida amorphous
esterifikasi. dan kristalin yang lain. Sifat hidrofobik katalis
Pengujian aktivitas zeolit digunakan merupakan salah satu faktor penting pada
sebagai katalis pada reaksi esterifikasi CPO reaksi esterifikasi karena sifat hidrofobik
dengan konsentrasi katalis 1.59 % (b/b), rasio katalis mempermudah adsorpsi asam
molar metanol anhydrous dan CPO 23.41 : 1 hidrofobik dan dapat mengusir air yang
selama 170 menit (2 jam 50 menit) pada suhu dilepaskan dari permukaan katalis setelah
± 60oC dengan kecepatan pengadukan 300 proses esterifikasi (Sathyaselvabala dkk.,
rpm. CPO yang digunakan sebagai bahan 2010). Park dkk., (2010), yang diacu dalam
baku mengandung asam lemak bebas (FFA) Sathyaselvabala dkk., (2010) melaporkan
awal sebesar 8.15 %. Kandungan FFA CPO bahwa adanya molekul air pada campuran
setelah reaksi esterifikasi menggunakan reaksi menghambat konversi asam lemak
katalis zeolit alam teraktivasi asam pada bebas (FFA) menjadi metil ester karena
penelitian ini mengalami penurunan menjadi keracunan sisi asam katalis. Oleh karena itu
2.91 % dengan konversi FFA sebesar 64. 23 peningkatan sifat hidrofobik katalis
%. merupakan faktor penting untuk konversi
Konversi FFA hasil esterifikasi asam lemak yang efektif.
menggunakan katalis zeolit alam teraktivasi Zeolit yang diaktivasi dengan asam
yang diperoleh pada penelitian ini masih lebih klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4)
tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian (sampel HZ–CS) menghasilkan konversi FFA
yang dilakukan oleh Ozbay et al. (2008) dan cukup tinggi meskipun memiliki tingkat
Marchetti dan Errazu (2008). Ozbay et al. keasaman yang lebih rendah dari zeolit alam.
(2008) menggunakan resin penukar ion Menurut Chung dkk. (2008), bahwa hal ini
(Amberlyst-15, Amberlyst-35, Amberlyst-16 disebabkan karena adanya faktor lain
dan dowex HCR-W2) sebagai katalis pada disamping jumlah asam yang mempengaruhi
reaksi esterifikasi minyak jelantah dengan aktivitas zeolit sebagai katalis pada reaksi
konsentrasi katalis 1–2 % (b/b) dan metanol yaitu ukuran dan bentuk pori zeolit. Pada
sebanyak 20 % (v/v) pada suhu 50–600C penelitian ini zeolit yang diaktivasi dengan
selama ± 150 menit menghasilkan konversi asam 1 M asam klorida dan 10 % asam sulfat
FFA ≤ 45.7 %. Sedangkan Marchetti dan (sampel HZ–CS) pada suhu ruang yang
Errazu (2008) menghasilkan konversi FFA < mempunyai jumlah asam 1.22 mmol/g dengan
30 % pada reaksi esterifikasi asam oleat rasio Si/Al sebesar 19.18 menghasilkan
rmenggunakan katalis zeolit jenis NaY konversi FFA sebesar 64.23 % disebabkan
dengan konsentrasi 2.6 % (b/b), rasio molar karena jenis zeolit ini memiliki distribusi
etanol anhydrous dan asam oleat 6.13:1 pada ukuran pori yang cocok dengan ukuran
suhu 550C selama ± 150 menit. molekul reaktan sehingga lebih
Struktur dan karakteristik zeolit memungkinkan untuk masuknya reaktan ke
mempengaruhi aktivitas zeolit sebagai katalis. dalam pori dan melangsungkan aktivitas
Sifat katalis dipengaruhi oleh keasaman, luas reaksi esterifikasi didalam pori tersebut.
permukaan, bentuk dan ukuran pori Peran struktur pori zeolit sangat
(Tamunaidu, 2006). Kenaikan rasio Si/Al penting dalam proses katalis karena selain
pada sampel zeolit teraktivasi asam (HZ-CS) berperan sebagai mikroreaktor, juga karena
pada Tabel 1 menghasilkan konversi FFA pori inilah diperoleh reaksi katalitik yang
yang cukup tinggi. Csicsery (1986) diinginkan menurut selektivitas (Handoko
menyatakan bahwa rasio Si/Al yang tinggi 2003). Faktor penting dari penggunaan zeolit
berkaitan dengan kemampuan sifat sebagai katalis pada semua jenis reaksi adalah
hidrofobik. Lebih lanjut dikatakan bahwa sifat mikroporous zeolit yang unik dimana bentuk
hidrofobik tergantung pada konsentrasi dan ukuran pori mengontrol masuknya
aluminium dan struktur zeolit, seperti pada reaktan dan produk serta berpengaruh pada
ZSM-5 yang memiliki kandungan alumina reaksi kimia (Chew, 2009). Oleh karena itu
rendah serta zeolit dengan rasio Si/Al yang zeolit dikenal dengan katalis yang memiliki
tinggi lebih memiliki sifat hidrofobik sifat shape selective. Selanjutnya menurut
64 Esterifikasi Crude Palm Oil (CPO)... (Rahmiyati K, dkk)
Chew (2009) juga bahwa zeolit lebih efektif Mittelbach dan Remschmidt (2006)
untuk molekul reaktan yang berukuran lebih mengemukakan bahwa kadar ester merupakan
besar dengan mengkombinasikan struktur salah satu alat yang digunakan untuk
mikroporous zeolit dengan struktur mendeteksi adanya campuran bahan lain pada
mesoporous reaktan mempunyai kapasitas produk biodiesel seperti bahan bakar diesel.
adsorpsi yang lebih tinggi (Twaiq dkk., 2004).
Gliserol bebas
Reaksi Transesterifikasi dan Karakteristik Kadar gliserol bebas dari hasil
biodiesel penelitian diperoleh 0.01 %-b. Hasil ini telah
Campuran FAME dan trigliserida memenuhi Standar Mutu Biodiesel Indonesia
hasil esterifikasi crude palm oil (CPO) (SNI 04-7182-2006) yang mensyaratkan kadar
menggunakan katalis zeolit alam teraktivasi gliserol bebas maksimum 0.02 %-b.
(jenis HZ-CS) diproses lagi ke tahap kedua Kandungan gliserol bebas tergantung dari
yaitu reaksi transesterifikasi untuk proses produksi. Peningkatan kadar gliserol
menghasilkan metil ester (biodiesel). Reaksi bebas disebabkan karena proses pencucian
transesterifikasi ini menggunakan katalis biodiesel yang belum cukup dan terjadinya
homogen basa KOH dan menghasilkan hidrolisis dari monogliserida, digliserida dan
rendemen biodiesel yang cukup tinggi yaitu trigliserida yang tersisa dalam biodiesel.
sebesar 71.97 %. Karakteristik biodiesel yang Kadar gliserol bebas dan monogliserida dalam
diperoleh pada reaksi transesterifikasi biodiesel akan menimbulkan korosif,
disajikan pada Tabel 2. menimbulkan pengendapan pada filter bahan
bakar dan meningkatkan emisi (Mittelbach
Bilangan Asam
dan Remschmidt 2006).
Bilangan asam dari biodiesel hasil
penelitian ini sebesar 0.22 mg KOH/g dan hal Gliserol Total
ini memenuhi kriteria biodiesel menurut Gliserol total adalah jumlah dari
Standar Mutu Biodiesel Indonesia (SNI 04- gliserol bebas dan gliserol terikat. Gliserol
7182-2006) mempersyaratkan bilangan asam terikat merupakan gliserol yang terikat pada
biodiesel maksimum 0.8 mg KOH/g. Bilangan molekul mono-, di- dan trigliserida. Standar
asam biodiesel hasil penelitian ini lebih Mutu Biodiesel Indonesia (SNI 04-7182-
rendah jika dibandingkan dengan hasil 2006) mensyaratkan kandungan gliserol total
penelitian yang diperoleh oleh Widyawati dari biodiesel maksimum 0.24 %-b. Biodiesel
(2007) dengan bilangan asam sebesar 0.54 hasil penelitian mempunyai kadar gliserol
mg KOH/g. Mittelbach dan Remschmidt total sebesar 0.29 %-b , hal ini berarti belum
(2006) menyatakan bahwa bilangan asam memenuhi Standar Mutu Biodiesel Indonesia.
biodiesel dipengaruhi oleh beberapa faktor
Viskositas Kinematik pada 40oC
antara lain jenis dan tingkat kemurnian dari
Viskositas kinematik merupakan
bahan baku minyak yang digunakan dalam
daya tahan (resistensi) untuk mengalir dari
proses produksi biodiesel, proses produksi
fluida di bawah gravitasi (Gerpen dkk., 2004).
seperti katalis asam yang digunakan pada
Viskositas bahan bakar yang tinggi
reaksi esterifikasi, dan proses penyimpanan
menyebabkan sistem injeksi dan pembakaran
biodiesel. Kandungan asam lemak bebas
tidak berjalan sempurna serta menyebabkan
(FFA) yang tinggi pada biodiesel dapat
deposit pada mesin. Standar Mutu Biodiesel
menimbulkan korosif dalam mesin.
Indonesia (SNI 04-7182-2006) mensyaratkan
Kadar Ester viskositas kinematik pada 40oC dari biodiesel
Kadar ester biodiesel berdasarkan sebesar 2.3–6 mm2/s (cSt). Biodiesel hasil
Standar Biodiesel Indonesia yaitu FBI-S01-03 penelitian mempunyai viskositas kinematik
minimum mengandung 96.5 %. Penghitungan pada 40oC sebesar 5.85 mm2/s (cSt), hal ini
kadar ester berdasarkan data bilangan berarti telah memenuhi Standar Mutu
penyabunan, gliserol total dan gliserol bebas Biodiesel Indonesia.
biodiesel hasil penelitian menghasilkan kadar
ester sebesar 99.27% , yang berarti telah
memenuhi Standar Biodiesel Indonesia.
AGROINTEK Volume 5, No. 1 Maret 2011 65