PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan penggulaan?
2. Apa prinsip dan fungsi dari penggulaan?
3. Apa saja syarat – syarat dari penggulaan?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi penggulaan?
5. Produk apa saja yang dihasilkan dari pengawetan dengan penggulaan?
6. Bagaimana cara pengolahan atau pengawetan dengan teknik penggulaan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penggulaan
2. Untuk mengetahui prinsip dan fungsi dari penggulaan
3. Untuk mengetahui syarat – syarat dari penggulaan
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penggulaan
5. Untuk mengetahui Produk yang dihasilkan dari pengawetan dengan
penggulaan
6. Untuk mengetahui cara pengolahan atau pengawetan dengan teknik
penggulaan
BAB II
PEMBAHASAN
2
dihasilkan. Di samping itu adanya proses pemanasan gula akan bereaksi
dengan asam amino dan menghasilkan citarasa. Proses pemanasan juga
menyebabkan terjadinya karamelisasi gula yang membentuk citarasa
(Praptiningsih, 1999). Pada pembuatan manisan, gula berperan dalam
membentuk tekstur yang kuat dan warna yang mengkilap.
Perlu diketahui bahwa aktivitas air berbeda dengan kadar air. Bahan
dengan kadar air yang tinggi belum tentu memiliki kadar air yang tinggi pula.
Sebagai contoh sirup, yang memiliki kandungan air
Fungsi gula:
3
3. Gula sebagai zat penambah cita rasa (flavour) pada bahan.
Bahan makanan yang mengandung kadar gula tinggi, tidak hanya
memberikan rasa manis tetapi juga dapat meberikan perbaikan flavour
pada bahan makanan tersebut, contohnya pada sirup buah-buahan atau
manisan buah.
Rumput laut kering direndam dalam air tawar (sampai rumput laut
terendam semua dalam air) setiap 12 jam sekali air tawar diganti agar tetap
bersih dan tidak berlendir , penambahan air saat perendaman perlu
dilakukan agar rumput laut mengembang seperti semula. Perendaman 36
jam dilakukan 2 atau 3 hari sampai tekstur rumput laut tersebut agak
lunak, tidak amis dan berwarna putih.
4
tekstur bahan tersebut. Perendama dalam larutan kapur kalau <30 menit
teksturnya masih lunak.
5. Pengeringan
5
diendapkan, dipisahkan dan dikeringkan. Pektin berasal dari perubahan
protopektin selama proses pemasakan buah, kadar pektin kurang dari 1 %
cukup untuk membentuk struktur yang memuaskan. Penambahan gula
akan mempengaruhi keseimbangan pektin air yang ada dan meniadakan
kemantapan pektin. Pektin akan menggumpal dan membentuk suatu
serabut halus, sruktur itu mampu menahan cairan. Makin tinggi kadar
pektin makin padat struktur serabut tersebut. Makin tinggi gula makin
berkurang air yang ditahan oleh sruktur. Dengan pemanasan pektin yang
terkandung dalam buah akan terekstrak keluar. Pemanasan tidak boleh
berlebih akan menyebabkan pektin menjadi rusak
b. Tingkat keasaman buah
Tingkat keasaman buah juga penting karena asam akan menarik sari pektin
dari buah. Keasaman yang rendah menghasilkan pembentukan jel yang
lemah dan mudah hancur. Buah yang kurang asam perlu ditambah dengan
air jeruk lemon atau asam sitrun pada saat akan mulai dimasak. Namun,
penambahan asam yang terlalu banyak akan menyebabkan keluarnya air
dari jel yang terbentuk. Perpaduan gula, asam, dan pektin inilah yang
karena dipanaskan membentuk jalinan (matriks) sehingga jeli, selai, dan
produk olahan buah yang lain menjadi kental atau pekat.
Selai atau jam adalah produk makanan yang kental atau setengah padat
yang dibuat dari campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat gula.
6
Selai termasuk
dalam golongan
makanan semi
basah berkadar air
sekitar 15 – 40%
dengan tekstur
yang lunak dan
plastis. Pengertian yang lain adalah produk makanan yang terbuat dari
lumatan daging buah-buahan dicampur dengan gula dengan perbandingan
3 : 4. Campuran ini kemudian dipanaskan dengan suhu tertentu hingga
mencapai kekentalan tertentu. Kadar kekentalan atau padatan terlarut
(soluble solid) diukur dengan refraktometer. Untuk selai yang terbuat dari
buah anggur, jeuk, nanas, stroberi dan sejenisnya, kadar kekentalannya
tidak kurang dari 68% dan untuk selai dari apel tidak kurang dari 65%.
Gula yang ditambahkan berfungsi selain sebagai penambah cita rasa,
juga berfungsi sebagai pengawet. Perbandingan gula dengan buah harus
tepat. Jika terlalu sedikit gula, buah-buahan tidak akan matang sempurna
dan akibatnya selai menjadi mudah berfermentasi dan tidak tahan lama.
Sebaliknya jika terlalu banyak gula, selai akan menjadi terlalu kental dan
membentuk kristal. Tujuan utama pembuatan selai adalah memanfaatkan
buah-buahan segar semusim yang berlimpah hingga tetap dapat dinikmati
setiap saat. Jenis buah untuk pembuatan selai adalah buah yang
mengandung pektin dan asam yang cukup untuk menghasilkan selai
berkualitas baik. Buah yang dapat digunakan antara lain sirsak, nanas,
srikaya, stroberi, pepaya, tomat, durian, dan mangga. Untuk memperoleh
selai dengan aroma baik sebaiknya digunakan buah dengan tingkat
kematangan yang tinggi (benar-benar matang).
Pengolahan selai buah dapat juga menggunakan campuran buah
setengah matang dengan buah yang benar-benar matang. Buah setengah
matang akan memberi pektin dan asam yang cukup yang dapat
memperbaiki konsistensi selai yang dihasilkan, sedangkan buah yang
matang penuh akan memberikan aroma yang diinginkan. Untuk
7
mengetahui kandungan pektin pada buah-buahan dapat dilakukan dengan
tes alkohol. Buah yang akan diuji diperas air buahnya, selanjutnya
ditambah 3 – 4 sendok alkohol ke dalam 1 sendok sari buah. Jika pada
campuran banyak terdapat gumpalan kental maka kandungan pektin pada
buah tersebut tinggi. Jika gumpalan yang terbentuk sedikit atau agak cair
berarti kandungan pektinnya sedikit. Hal lain yang harus diperhatikan
dalam pembuatan jam adalah waktu pemasakan jangan terlalu lama, selai
atau jam yang dihasilkan akan keras dan terbentuk kristal gula (kadar gula
terlalu tinggi > 68 %). Sedangkan bila waktu pemasakan terlalu singkat
selai atau jam masih encer sehingga jam tidak dapat dioleskan.
Selain buah, dapat juga digunakan kacang tanah sebagai bahan baku
selai. Kacang tanah yang digunakan adalah kacang tanah berkualitas, tidak
busuk, memiliki rasa dan bau yang khas, serta bersih dari kotoran.
Sebelum diolah menjadi selai, kacang tanah disangrai dan kulitnya dikupas
terlebih dahulu. Selai yang bermutu baik mempunyai ciri-ciri tertentu,
yakni konsisten, warna cemerlang, distribusi buah merata, tekstur lembut,
flavor buah alami, tidak mengalami sineresis (keluarnya air dari gel) dan
kristalisasi selama penyimpanan.
2. Jelly
Jelly adalah produk
yang hampir sama dengan
selai. Kadar padatan
terlarutnya tidak kurang
dari 65%. Kadar gula
optimum yang dapat
ditambahkan setelah dipanaskan adalah 65-68 %. Jika lebih dari itu hasil
yang akan diperoleh terbentuk kristal sedangkan bila kadar gula terlalu
rendah konsistensi jelly menjadi lemah. Karena terbuat dari sari buah-
buahan, jeli bersifat jernih, transparan, bebas dari serat dan bahan lain. Jika
dikeluarkan dari kemasan tampak seperti agar-agar, lembut, kukuh, dan
dapat dengan mudah dikerat dengan pisau. Kandungan pektin sangat
penting terutama dalam pembuatan jeli. Untuk itu banyak digunakan
8
pektin komersial. Pendidihan atau pengentalan merupakan tahap penting
dalam pembuatan jelly. Pengentalan yang terlalu lama dapat menyebabkan
pektin terhidrolisis, penguapan asam dan kehilangan cita rasa serta warna.
Pengentalan dihentikan dengan cara identifikasi menggunakan alat
refraktometer. Cara lain adalah dengan mencelupkan garpu kedalam cairan
yang dimasak kemudian diangkat, cairan tersebut padat dan tidak jatuh.
3. Marmalade
Marmalade adalah
produk buah-buahan
dengan menjadikannya
bubur buah ditambah
gula dan asam dengan
konsentrasi tertentu dan
diberi irisan kulit jeruk/potongan buah yang menjadi ciri khas produk ini
dan mengalami pengentalan dengan pemanasan. Seperti pada pembuatan
selai dan jeli, faktor pektin, kadar gula, dan asam juga harus diperhatikan
sehingga dapat dihasilkan marmalade bermutu baik. Untuk buah yang
terlalu banyak seratnya, sebagian bubur disaring untuk mendapatkan sari
buah dan dicampur dengan setengah bagian bubur buah lainnya.
4. Manisan Buah
Manisan buah adalah produk buah-
buahan yang diolah dengan
menambahkan gula dalam
konsentrasi tinggi sehingga dapat
mengawetkan buah-buahan
tersebut. Manisan buah ada dua
jenis, yaitu:
9
direndam dalam larutan garam kemudian dimasukkan ke dalam larutan
gula dan ditiriskan.
10
Manisan buah termasuk jenis makanan yang awet karena larutan gula
pekat memiliki tekanan osmotik tinggi. Konsentrasi gula yang dibutuhkan
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme bervariasi, tergantung dari
jenis jasad renik dan kandungan zat-zat yang terdapat dalam makanan.
Pada umumnya larutan gula 70% akan menghentikan pertumbuhan seluruh
jasad renik dalam makanan. Buah yang dibuat untuk manisan sebaiknya
yang masih muda atau mengkal karena tidak banyak mengandung gula
sehingga akan menghasilkan manisan yang baik kecuali untuk buah salak
dan buah atap. Untuk kedua jenis buah ini lebih baik dalam keadaan
matang.
Setelah diblansir, buah disusun rapi dalam wadah lalu dituang sirup
gula sampai batas 1-2 cm dari bawah tutup wadah. Sebelum ditutup
dilakukan exhausting dengan cara memanaskan kaleng dan isinya dengan
merebus sampai suhu bagian tengah kaleng mencapai 80oC selama 5
menit. Exhausting adalah kegiatan untuk mengurangi tekanan dalam
wadah yang disebabkan karena pengembangan pada waktu proses
pemanasan. Tanpa proses exhausting, buah yang dikalengkan akan hancur
setelah pemanasan akibat tekanan yang terlalu tinggi. Setelah exhausting,
11
wadah langsung ditutup rapat dan dilanjutkan sterilisasi kira-kira 30 menit
pada suhu 100oC. Setelah sterilisasi, wadah segera didinginkan dengan air
mengalir. Buah dalam sirup yang dikalengkan dapat disimpan sampai satu
tahun. Jenis buah-buahan yang sering dikalengkan adalah rambutan, leci,
pisang, jambu biji, nanas, apel, pir, dan mangga. Kadang-kadang dalam
satu kaleng bisa ditemukan campuran buah. Selain buah, juga terdapat
larutan gula sebagai media, umumnya berkadar 40%. Dalam pembuatan
sirup gula ditambahkan sedikit asam sitrat untuk menambah rasa.
6. Sirup
Sirup adalah sejenis minuman ringan
berupa larutan gula kental dengan cita rasa
beraneka ragam. Berbeda dengan sari
buah, penggunaan sirup tidak langsung
diminum tetapi harus diencerkan dulu
karena kandungan gula dalam sirup tinggi,
sekitar 65%. Untuk menambah rasa dan
aroma, sering ditambah rasa, pewarna, asam sitrat, atau asam tartarat.
a. Sirup essence adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh essence
yang ditambahkan, misalnya essence jeruk, mangga, nanas, dan
sebagainya.
b. Sirup glukosa, hanya mempunyai rasa manis saja, sering disebut gula
encer. Sirup ini biasanya tidak langsung dikonsumsi, tapi lebih
merupakan bahan baku industri minuman, sari buah, dan lain-lain.
Sirup glukosa dapat dibuat dari tepung kentang, tepung jagung, tepung
beras, dan lain-lain.
c. Sirup buah adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh bahan
dasarnya yaitu buah segar, misalnya jambu biji, markisa, nanas, dan
sebagainya.
2.5.1 Produk Lainnya
12
Conserves adalah produk yang dibuat dari campuran buah-buahan
termasuk buah jeruk dan seringkali ditambahkan kacang dan kismis
hingga menjadi lebih padat dari selai.
a. Preserves
Preserves merupakan buah kecilkecil yang utuh atau
potonganpotongan buah yang besar yang dimasak dengan sirup hingga
jernih lalu ditambahkan sirup atau sari buah yang kental.
Manisan buah kering tidak mengandung air gula lagi. Untuk membuat
manisan kering, yaitu :
13
4. Buah setelah dikupas akan berubah warna menjadi coklat atau
kehitaman. Hal ini disebabkan oleh reaksi kimia dari asam pada buah
dengan udara yang dikenal dengan reaksi pencoklatan (browning
enzimatis). Untuk menghindari hal tersebut, buah yang sudah dikupas
sesegera mungkin direndam dengan air garam yang dapat melindungi
buah dari reaksinya dengan udara.
5. Reaksi pencoklatan lebih lanjut dari buah yang sudah direndam dalam
larutan gula biasanya dilakukan proses sulfuring. Proses ini bertujuan
untuk mempertahankan warna dan cita rasa, asam askorbat (vitamin C)
dan vitamin A. Selain itu sebagai bahan pengawet kimia untuk
menurunkan atau menghindari kerusakan oleh jasad renik sehingga
dapat mempertahankan mutu manisan selama penyimpanan.
14
Produk ini dapat disimpan lebih lama karena telah melalui proses
sedemikian rupa.
3. Setelah diblansir, buah disusun rapi dalam wadah lalu dituang sirup
gula sampai batas 1-2 cm dari bawah tutup wadah.
BAB III
PENUTUP
15
3.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan makalan ini dapat kita dapat menyimpulkan bahwa.
Dalam pengawetan bahan pangan penggulaan, Gula terlibat dalam pengawetan
dan pembuatan aneka ragam produk-produk makanan. Beberapa diantaranya
yang bisa dijumpai termasuk selai, jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup
buah-buahan, buah-buahan bergula, acar manis, chutney, susu kental manis
dan madu.
Sedangkan pengawetan bahan pangan dengan cara memberika Bahan
Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara
alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain
bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan
pengental.
3.2 Saran
Berdasarkan pembuatan makalah, dapat diajukan saran sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Razak, Maryam dkk. 2017. Bahan Ajar Gizi : Ilmu Teknologi Pangan. Jakarta :
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sri R. Dwiari, dkk. 2008. Teknologi Hasil Pangan. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
16
Suwarni, Endang. 2016. Dasar Pengawetan. https://endangniek.blogspot.com .
Diakses pada : 15 Agustus 2019
17