Disusunoleh :
Kelompok 4
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat
pada waktunya. Terimakasih kepada dr. Fitri Hartanto, SpA (K) selaku dosen pengampu
mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak sekaligus pembimbing materi dalam pembuatan
makalah.Berkat beliau penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Masalah
Sosial Anak”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.Aamiin.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
3.1Simpulan ................................................................................................. 10
3.2 Saran ....................................................................................................... 10
Daftar Pustaka…………………………………………………….................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Anak Rawan, Child Abuse (Kekerasan Terhadap
Anak), Pekerja Anak, Anak Terlantar, Anak Jalanan, Anak Korban Fedofilia,
Putus Sekolah ?
1.2.2 Apa saja Bentuk- bentuk Permasalahan Perkembangan Sosial Pada Anak ?
1.3Tujuan
1.3.1 Mengetahui yang dimaksud dengan Anak Rawan, Child Abuse (Kekerasan
Terhadap Anak), Pekerja Anak, Anak Terlantar, Anak Jalanan, Anak Korban
Fedofilia, Putus Sekolah.
1.3.2 Mengetahui bentuk- bentuk Permasalahan Perkembangan Sosial Pada Anak.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dari berbagai kondisi tersebut, kita perlu mencegah berbagai kemungkinan terjadinya
anak menjadi korban. seperti pada contoh kasus penelantaran anak. Biasanya
penelantaran anak terjadi karena faktor ekonomi dan kurang siapnya calon orang tua
dengan keberadaan sang anak. pada situasi ini, disarankan agar sebelum kita hendak
memutuskan memilki anak, kita hendaknya memikirkan faktor ekonomi kita supaya
kedepannya kita dapat memenuhi hak sang anak dengan layak. Apabila kita merupakan
seseorang yang tidak mampu, hendaknya kita tidak menggunakan dan mempercayai
pepatah "Banyak anak banyak rezeki", karena pepatah ini belum tentu dapat diterapkan
pada kita yang memilki perekonomian yang kurang. Hendaknya diperhitungkan secara
matang supaya anak yang hendak kita lahirkan nanti tidak menjadi anak yang rawan
karena kekurangan haknya khususnya dalam perekonomian yang sangat menunjang
dalam berbagai hal khususnya pendidikan.
Faktor kurang siapnya orang tua juga dapat dialami pada para pasangan yang menikah
dini ataupun pergaulan bebas. Hal ini dapat menimbulkan akibat penelantaran anak dan
pembuangan, bahkan yang lebih menyedihkan lagi, akhir-akhir ini banyak sekali bani
di temukan diberbagai tempat karena dibuang oleh orang tuanya sendiri karena faktor
mereka lahir karena tidak di inginkan.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya yaitu perceraian. Maasalah yang satu ini akan
meninggalkan bekas yang luar biasa ada sanng anak, karena dampak yang di timbulkan
bukan hanya anak akan berada pada lingkungan yang konflik tetapi juga sang anak
akan berada pada posisi dimana mereka harus kehilangan salah satu orang tua hingga
merasakan sebuah pukulan mental sampai perasaan yang ditelantarkan oleh orang tau
mereka.
Berbagai penyebab yang demikian yang menyebabkan seorang anak menjadi anak
yang rawan dan tentunya korban dari situasi dan keadaan yang tidak diinginkan. Jika
hal ini terjadi, di masa yang akan datang akan mempengaruhi bagi perkembangan
psikologi sang anak, dimana sang anak akan merasa tidak ercaya diri dan menarik diri
dari lingkungan, bisa juga sang anak melampiaskan posisi yang mereka alami ini denga
nsebuah pelampiasan yang buruk seperti mereka menjadi pelaku kejahatan atau
terjerumus dalam mpergaulan yang tidak di inginkan. Oleh karena itu, dengan
sedemikia rupa kita harus menjaga anak kita supaya tidak menjadi korban dari berbagai
tindakan yang menjadikan anak kita sebagai anak yang rawan, supaya psikoogi dan
mental sang anak dapat bekembang dengan baik sehingga dapat membantu sang anak
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan oleh para orang tua.
3
Faktor penyebabnya antara lain orang tua yang dibesarkan dengan kekerasan
cenderung meneruskan kekerasannya pada anak-anaknya, kemiskinan, tidak ada
dukungan dari lingkungan sekitar, dan teksnan sosial akibat krisis ekonomi. (Lestari
Basoeki, 1999). Sedangkan menurut Siti Fatimah, 1992 terdapat enam kondisi yang
menjadi penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak, yaitu :
1. Faktor ekonomi
Kemiskinan dapat menyebabkan masalah diantaranya pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, pendidikan, kesehatan, pakaian, dan lainnya yang mempengaruhi jika
dan tekanan yang sering kali akhirnya dilampiaskan ke anak-anak.
2. Masalah Keluarga
Seorang ayah akan sanggup melakukan kekerasan terhadap anaknya sebgai
pelampiasan rasa jengkel dan marahnya terhadap istri. Bagi orang tua yang
mrmiliki anak cacat fisik atau mental juga akan menyebabkan orang tua terbebani,
kecewa, bahkan frustasi.
3. Faktor perceraian
Akan menimbulkan persoalan pemeliharaan anak, pemberian kasih sayang, dan
nafkah. Apalagi jika anak dirawat oleh ibu atau ayah tiri, dalam banyak kasus
tindakan kekerasan tersebut akan terjadi.
4. Kelahiran anak diluar nikah
Anak akan merasa disingkirkan, menerima perlakuan diskriminatif, tersisih dan
disisihkan keluarga, perlakuan tidak adil dan kekerasan yang lainnya.
5. Permasalahan Jiwa/ Psikologis
Orang tua yang depresi akan mengekibatkan anak mendapat pendidikan yang
tidak baik.
6. Tidak memiliki pengetahuan religi yang memadai
Strategi penanganan dan pencegahan kekerasan terhadap anak dan perlidungan
anak menurut UNICEF anatara lain :
1. Supporting parents, caregivers and families
Pendekatan ini dengan memperkuat keterampilan pengasuhan anak, seperti
mempersiapkan penyalur pengasuh anak yang terlatih. Strategi ini berupaya penuh
dalam mendukung orang tua, pengasuh, dan keluarga dalam penyediaan informasi,
pendidikan dan pengetahuan mengenai “parenting skill”. Dengan tujuan
mengurangi atau dapat mencegah potensi perilaku kekerasan terhadap anak.
2. Helping children and adolescents manage risk and challenges.
Pendekatan ini memberikan keterampilan terhadap anak-anak dan remaja
untuk mengatasi dan mengelola risiko kekerasan sehingga dapat membantu anak
untuk mengurangi terjadinya kekerasan di sekolah dan masyarakat. Mengajarkan
anak berpikir kritis, bertindak asertif, berani menolak dan mengeluarkan pendapat,
memecahkan masalah secara kooperatif sehingga mereka dapat melindungi dirinya
sendiri dari tindak kekerasan yang terjadi di lingkungannya.
3. Changing attitudes and social norms that encourage violence and discrimination.
Pendekatan ini memberikan pengetahuan mengenai cara merespon ketika
melihat dan mengalami tindak kekerasan. Memahami ketika ada perbedaan yang
terjadi pada norma dan nilai yang berlaku di masyarakat sehingga ketika kita
4
melihat ada perilaku salah, itu dapat dikatakan sebagai tindakan yang wajar atau
tidak, dapat di toleransi atau tidak.
4. Promoting and providing support services for children.
Pendekatan ini berupaya menyediakan layanan bagi anak, seperti layanan
pengaduan ketika mengalami tindak kekerasan. Memberikan informasi dan bantuan
agar anak mendapatkan pemulihan dan tindakan yang tepat. Pemerintah dan
masyarakat harus sadar akan pentingnya ketersediaan layanan di lingkungan tempat
tinggal.
5. Implementing laws and policies that protect children
Pembuat kebijakan memainkan peran penting untuk melindungi anak-anak.
Mereka dapat memastikan bahwa Negara memiliki proses nasional untuk mencegah
dan menanggapi kekerasan terhadap anak. Pemerintah harus membangun kerangka
hukum yang kuat bahwa implementasi dan monitoring perlu dilakukan.
6. Carrying out data collection and research
Peningkatan pengumpulan data nasional dan sistem informasi untuk
mengidentifikasi kelompok rentan. Hal ini dilakukan untuk memantau kekerasan
yang terjadi pada anak. Mengoptimalkan ketersediaan data tentang isu-isu
kekerasan anak (Ending Violence Against Children : Six Strategies for Action,
UNICEF : 2014).
5
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak tercantum dalam
pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa “Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi
kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial”. Anak terlantar
adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya akibat kelalaian maupun
ketidakmampuan orang tuanya.
Ciri-ciri seorang anak terlantar adalah:
Pertama, mereka biasanya berusia 5-18 tahun, dan merupakan anak yatim, piatu, atau
anak yatim piatu.
Kedua, anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar
nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap
secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkannya.
Ketiga, anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua
orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung rawan diperlakukan salah.
Keempat, meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak ditelantarkan dan tidak
selalu pula keluarga miskin akan menelantarkan anaknya. Tetapi bagaimanapun harus
diakui bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan
menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas dan memenuhi hak anaknya
menjadi sangat terbatas.
Kelima, anak yang berasal dari keluarga yang broken home, korban perceraian orang
tuanya, anak yang hidup di tengah kondisi keluarga yang bermasalah-pemabuk, kasar,
korban PHK, terlibat narkotika, dan sebagainya.
6
c. Children in the street atau children from the families of the street adalah anak-
anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari
keluarga yang hidup di jalanan
Program Dinas Sosial dalam penanggulangan anak jalanan antara lain berupa :
1. Penanganan pendidikan dalam hal pengetahuan seperti pendidikan pengetahuan
perilaku hidup bersih sehat yang diberikan selama tiga hari agar anak jalanan
menjaga kebersihan dirinya. Seperti mandi dua kali sehari secara rutin.
2. Penanganan pendidikan dalam hal keterampilan berupa pendidikan keterampilan
yang mengarah kepada keterampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan
tertentu seperti perbengkelan. Pelatihan keterampilan ini diadakan sesuai dengan
rencana program anggaran Dinas Sosial bidang Penyandang Masalah dan
Kesejahteraan Sosial.
3. Penanganan pendidikan dalam hal pengetahuan sikap yangmenekankan kepada
pendidikan mental disiplin. Pendidikan mental disiplin dilakukan agar anak
jalananmemiliki sikap yang lebih terkontrol, disiplin dan tidak anarki.
7
b) Faktor Eksternal ; (1) Kemampuan ekonomi orang tua; Kemampuan 8 ekonomi
orang tua ialah sesuatu hal yang menjadi penyebab seorang anak tidak dapat
menyelesaikan sekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar (SD).
Kemampuan ekonomi orang tua, tingginya harapan kesempatan (oppratuny cost)
sekolah terutama bagi anak-anak keluarga miskin, kurang sensitif sekolah
terhadap peserta didik.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi anak putus sekolah adalah orang tua
harusmemperhatikandan sadar akan pentingnya pendidikan anak mereka, hal tersebut
dengan memberikaan dan dukungan dan motivasi baik moral maupun material.
Masyarakat sekitar harus lebih jeli dengan pergaulan anak-anak di desa misal dengan
memberikan atau mengajar nilai keagama dan sosial serat memberikan motivasi
kepada tentang pentingnya pendidikan dan sekolah.
8
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerjasama dengannya. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan perkembangan sosial anak usia dini sangat
penting karena dalam perkembangan ini anak akan menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi meleburkan dirimenjadi suatu
kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerjasama, maka dari dari itu guru
danorang tua sangat berperan dalam membantu perkembangan anak supaya
perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak rawan adalah sebuah istilah untuk menggambarkan kelompok anak-anak yang
karena situasi, kondisi, dan tekanan-tekanan kultur maupun struktur menyebabkan
mereka belum atau tidak terpenuhi hak-haknya, dan bahkan acap kali pula dilanggar
hak-haknya. Bagong Suyanto, (2010: 4).
Menurut Siti Fatimah, 1992 terdapat enam kondisi yang menjadi penyebab terjadinya
kekerasan terhadap anak, yaitu :
7. Faktor ekonomi
Kemiskinan dapat menyebabkan masalah diantaranya pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, pendidikan, kesehatan, pakaian, dan lainnya yang mempengaruhi jika
dan tekanan yang sering kali akhirnya dilampiaskan ke anak-anak.
8. Masalah Keluarga
Seorang ayah akan sanggup melakukan kekerasan terhadap anaknya sebgai
pelampiasan rasa jengkel dan marahnya terhadap istri. Bagi orang tua yang
mrmiliki anak cacat fisik atau mental juga akan menyebabkan orang tua terbebani,
kecewa, bahkan frustasi.
9. Faktor perceraian
Akan menimbulkan persoalan pemeliharaan anak, pemberian kasih sayang, dan
nafkah. Apalagi jika anak dirawat oleh ibu atau ayah tiri, dalam banyak kasus
tindakan kekerasan tersebut akan terjadi.
10. Kelahiran anak diluar nikah
Anak akan merasa disingkirkan, menerima perlakuan diskriminatif, tersisih dan
disisihkan keluarga, perlakuan tidak adil dan kekerasan yang lainnya.
11. Permasalahan Jiwa/ Psikologis
Orang tua yang depresi akan mengekibatkan anak mendapat pendidikan yang
tidak baik.
12. Tidak memiliki pengetahuan religi yang memadai
Hendaknya diperhitungkan secara matang supaya anak yang hendak kita lahirkan
nanti tidak menjadi anak yang rawan karena kekurangan haknya baik dalam
perekonomian yang sangat menunjang dalam berbagai hal khususnya pendidikan, dan
kasih sayang dari orang tuanya.
3.2 Saran
Untuk membangun kepedulian terhadap nasib dan upaya perlindungan anak rawan
kita perlu menyusun sebuah strategi aksi, bukan hanya sekedar belas kasihan, dan juga
menumbuhkan kepekaan terhadap persoalan masa depan anak-anak rawan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ending Violence Against Children : Six Strategies for Action, UNICEF : 2014
Firadika, Andi Resky.2017. Penanganan Anak Terlantar Oleh Dinas Sosial Berdasarkan
Pasal 34 Uud Tahun 1945. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/4261/1/Andi%20Resky%20Firadika.pdf diakses pada 11 Februari 2019
Hariyani, Fitri. 2015. Permasalahan Perkembangan Sosial Dan Emosi Anak Usia Dini Di
Tkn 01 Koto Parik Gadang Diateh (Kpgd) Kabupaten Solok Selatan. http://jim.stkip-
pgri-sumbar.ac.id/jurnal/download/2912 di akses pada 7 Februari 2019, pukul 12.00
WIB
Liansyah, Wanto Riva’ie, Rustiyarso.2014 Analisis Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah
Pada Jenjang Pendidikan Sd Di Desa Malikian Kecamatan Mempawah Hilir
KabupatenPontianak.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/6502/6735 diakses pada 11
Februari 2019
Nandi.2006. Pekerja Anak Dan Permasalahannya.
http://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/view/1731/1181 Vol 6, No. 1 diakses pada
10 Februari 2019
Novitayani, Si dan Alyab. 2018. Pencegahan Pelecahan Seksual pada Anak Melalui
Peningkatan Kemampuan Cara Menghindari Fedofilia.
http://uilis.unsyiah.ac.id/unsyiana/files/original/9d82ef2bf0f455750dc1bce1e3fb2d74.p
df diakases pada 10 Februari 2019
Ramadhani M, Sarbaini, dan Matnuh, Harpani. 2016. Peran Dinas Sosial Dalam
Penanggulangan Anak Jalanan Di Kota Banjarmasin. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan: Volume 6, Nomor 11, Mei 2016
https://media.neliti.com/media/publications/121735-ID-peran-dinas-sosial-dalam-
penanggulangan.pdf diakses pada 10 Februari 2019
Sinabutar,Aprianna Marselina dan Setianingsih , Endang Larasati. Pengawasan Terhadap
Penanganan Anak Jalanan Oleh Dinas Sosial, Pemuda Dan Olahraga Di Kota
Semarang. https://media.neliti.com/media/publications/95990-ID-pengawasan-
terhadap-penanganan-anak-jala.pdf diakses pada 11 Februari 2019
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta : Prenadamedia
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=zqRPDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA5
&dq=Permasalahan+sosial+pada+anak&ots=XQ971eqRu8&sig=SUjquvdXc2S5eFxEx
u2ZS4WbK14&redir_esc=y#v=onepage&q=Permasalahan%20sosial%20pada%20anak
&f=falsediakses pada 10 Feberuari 2019
Uswatun Hasanah, Uswatun dan Raharjo, Susanto Tri. 2016. Penanganan Kekerasan Anak
Berbasis Masyarakat. Sosial Work Jurnal, Volume VI N0. 1 ISSN: 2528-1577
http://jurnal.unpad.ac.id/share/article/view/13150/6006 diakses pada 10 Februari 2019
11