Anda di halaman 1dari 16

BAB II PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN
OKSIGENASI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem
(kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak
berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai
hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.

2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit
alergi.Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktorpencetus.Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a.) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi.Ingestan, yang masuk melalui mulut
contoh: makanan dan obat-obatan
b.) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
3) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada.Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya.Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma.Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.Misalnya orang yang
bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas.Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma.Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. Patofisiologi
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua
yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin
berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot
pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas. Fungsi paru-paru
menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang
diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.Konsumsi
oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-
paru.Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya
fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses
inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan Pada dinding
bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi
bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada
saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan
terjadilah penumpukan udara (air trapping).Hal inilah yang menyebabkan
adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi
pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan
menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi,
distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan
(Brannon, et al, 1993).

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
a. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis
b. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema
Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:
a. Kelemahan badan
b. Batuk
c. Sesak napas
d. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
e. Mengi atau wheeze
f. Ekspirasi yang memanjang
g. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
h. Penggunaan otot bantu pernapasan
i. Suara napas melemah
j. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

5. Penatalaksanaan
NO TUJUAN INTERVENSI EVALUASI
DX NOC NIC
1 Setelah dilakukan
- Tentukan S: pasien mengatakan tidak
tindakan keperawatan kebutuhansuction oral dan susah lagi dalam bernafas
selama … x 24 jam atau trakheal dan tidak ada lagi secret
diharapkan bersihan jalan - Auskultasi suara nafas yang mengganggu
napas efektif sesuai sesudah dan sebelum O: pernafasan pasien mulai
dengan kriteria: melakukan suction stabil
- Memiliki RR dalam - Informasikan kepada A: Dxketidakefektifan jalan
batas normal klien dan keluarga nafas (dilanjutkan)
- Memiliki irama tentang suction P: lanjutkan intervensi
pernafasan yang normal - Perhatikan tipe dan
- Mampu mengeluarkan jumlah sekresi yang
sputum dari jalan nafas dikumpulkan
- Bebas dari suara nafas
tambahan

2 Setelah dilakukan - Monitor rata-rata, S: pasien mengatakan


tindakan keperawatan irama, kedalaman dan sesaknya berkurang
selama….X24 jam usaha respirasi O: ritme nafas klien normal,
diharapkan pola napas - Perhatikan pergerakan tidak adanya penggunaan
efektif dengan kriteria : dada, amati otot bantu pernafasan
- Memiliki RR dalam kesemetrisan, A: Dx ketidakefektifan pola
batas normal penggunaan oto-otot nafas (dilanjutkan)
- Mampu inspirasi aksesoris, dan retraksi P: lanjutkan intervensi
dalam otot supraklavikuler
- Memiliki dada yang dan interkostal
mengembang secara - Monitor respirasi yang
simetris berbunyi, seperti
- Dapat bernafas mendengkur
dengan mudah - Monitor pola
- Tidak menggunakan pernafasan: bradipneu,
otot-otot tambahan takipneu dan
dalam bernafas hiperventilasi
- Tidak mengalami - Perhatikan lokasi
dispnea trakea
- Monitor peningkatan
ketidakmampuan
istirahat, kecemasan,
dan haus udara.
3 Setelah dilakukan - Posisikan klien untuk S: pasien tidak kesulitan
tindakan keperawatan memaksimalkan dalam bernafas
selama ….X 24 jam potensi ventilasinya. O: tidak adanya sianosis,
diharapkan pertukaran gas - Identifikasi kebutuhan tidak adanya dyspnea, tidak
baik dengan kriteria : klien akan insersi jalan adanya bunyi nafas
- Dapat bernafas nafas baik aktual tambahan
dengan mudah maupun potensial. A: Dx gangguan pertukaran
- Tidak mengalami - Lakukan terapi fisik gas (teratasi)
dispnea dada P: intervensi dihentikan
- Tidak mengalami - Auskultasi suara nafas,
sianosis tandai area penurunan
- Tidak mengalami atau hilangnya ventilasi
somnolen dan adanya bunyi
- Memiliki perfusi tambahan
ventilasi yang - Monitor status
seimbang pernafasan dan
oksigenasi, sesuai
kebutuhan

B. Konsep Askep
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien, mencakup:
1) Nama
2) Alamat
3) Umur
4) Status
5) Agama
6) Suku bangsa
7) Pendidikan
8) Pekerjaan
9) Tempat/tanggal lahir
10) No. CM
11) Diagnose medis
Identiras Penanggung jawab :
1) Nama
2) Alamat
3) Tempat/tanggal lahir
4) Status
5) Agama
6) Suku bangsa/bangsa
7) Pendidikan
8) Pekerjaan
9) Hubungan dangan pasien

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan siklus O2 dan
CO2 antara lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea,
hemoptisis, wheezing, stridor, dan nyeri dada.
a) Batuk (Cough)
Yang perlu dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya,
hubungannya dengan aktivitas, adanya sputum atau dahak.
Peningkatan produksi sputum; meliputi warna, konsistensi, bau,
jumlah karena hal itu menunjukkan keadaan dari proses
patologis. Jika ada infeksi sputum akan berwarna kuning atau
hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Jika edema paru, sputum
berwarna merah muda karena mengandung darah dalam jumlah
yang banyak.
b) Dipsnea
Merupakan persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan
sebagai perasaan subjektif pasien.Yang perlu dikaji, apakah
pasien sesak saat berjalan, dll.
c) Hemoptisis
Yaitu darah yang keluar melalui mulut saat batuk. Keadaan ini
biasanya menandakan adanya kelainan berupa bronchitis kronis,
bronkhiektasis, TB-paru, cystic fibrosis, upper airway necrotizing
granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru, dan abses
paru.
d) Chest pain
Nyeri dada bisa berkaitan dengan masalah jantung seperti
gangguan konduksi (disritmia), perubahan kardiak output,
kerusakan fungsi katup, atau infark, dll.Paru tidak memiliki saraf
yang sensitive terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh iga, otot,
pleura parietal, dan percabangan trakheobronkhial.

2) Riwayat kesehatan sekarang


a. Waktu terjadinya sakit
1. Berapa lama sudah terjadinya sakit
b. Proses terjadinya sakit
1. Kapan mulai terjadinya sakit
2. Bagaimana sakit itu mulai terjadi
c. Upaya yang telah dilakukan
1.Selama sakit sudah berobat kemana
2.Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
d. Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
1. TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan
nadi
2. Adanya patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya
ronky, wheezing.
3) Riwayat kesehatan terdahulu
a. Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru –
paru, emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus
mencakup:
a) Usia mulai merokok secara rutin
b) Rata – rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
c) Usai menghentikan kebiasaan merokok.
b. Pengobatan saat ini dan masa lalu
c. Alergi
d. Tempat tinggal
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini:
a) Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang
ke orang.
b) Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu
predisposisi keturunan tertentu. Asma bisa juga terjadi akibat
konflik keluarga.
c) Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang
tingkat polusi udaranya tinggi. Polusi ini bukan sebagai
penyebab timbulnya penyakit tapi bisa memperberat.
5) Genogram
6) Riwayat kesehatan lingkungan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1:
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkhokonstriksi, bronkhospasme ditandai dengan sekresi mucus yang
kental, adanya wheezing,RR meningkat (lebih dari 22x/mnt), HR
meningkat (lebih dari 100x/mnt), napas dangkal dan cepat, menggunakan
otot bantu napas.
Tujuan :
- Bersihan jalan napas kembali efektif setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama ….x 24 jam
Kriteria Hasil:
 Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif
 Tidak ada suara nafas tambahan dan wheezing
 Pernapasan klien normal ( 16 -20 x /menit) tanpa adanya pengguanaan
otot bantu napas.
 Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
Intervensi:
a. Mandiri :
1.) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi
fowler)
Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada
proses ekspirasi paru.
2.) Kaji Warna, kekentalan dan jumlah sputum
Rasional :karekteristik sputum dapat menunjukkan barat ringannya
obstruksi.
3.) Atur posisi semifowler
Rasional : posisi semi fowler meningkatkan ekspansi paru.
4.) Ajarkan cara batuk efektif dan terkontrol
Rasional : batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan
pengeluaran secret yang melekat dijalan napas.
5.) Bantu klien latihan napas dalam.
Rasional : ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan
meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk
dikeluarkan.
6.) Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak
diindikasikan
Rasional :Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan
mengefektifkan pembersihan jalan nafas.
7.) Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural dranase,
perkusi,fibrasi dada.
Rasional : fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan
secret.
b. Kolaborasi :
1.) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
Rasional : Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung
menuju area broncus yang mengalami spasme sehingga lebih
cepat berdilatasi.
2.) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat agen mukolitik dan
ekspektoran
Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen
ekspektoran akan memudahkan secret lepas dari perlengketan
jalan napas .
3.) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat kortikostiroid.
Rasional :kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan
hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema
mukosa dan dinding bronkus.
Diagnosa 2
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energy/kelelahan di tandai dengan sesak napas, takipnea, orthopnea,
tarikan interkostal/penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas,
napas pendek, napas pursed-lip.
Tujuan:
Pola nafas kembali efektif setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama … x 24
Kriteri Hasil :
 pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan
otot bantu napas.
 Tidak terdapat suara nafas tambahan atau wheezing.
 Status tanda vital dalam batas normal.
 nadi 60 - 100x /menit
 RR 16-20 x/mnt
 Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi pernapasan.
Intervensi:
a. Mandiri :
1.) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi
semi fowler)
Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan
pada proses ekspirasi paru.
2.) Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernapasan dan usaha
respirasi.
Rasional : Memantau pola pernafasan harus dilakukan terutama
pada klien dengan gangguan pernafasan .
3.) Perhatikan pergerakan dada , amati kesimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu napas, serta retraksi otot supraklavikular dan
interkostal.
Rasional : melakukan pemeriksaan fisik pada paru dapat
mengetahui kelainan yang terjadi pada klien .
4.) Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan adanya bunyi napas tambahan.
Rasional : Adanya bunyi napas tambahan mengidentifikasikan
adanya gangguan pada pernapasan.
5.) Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.
Rasional :Ansietas dapat memicu pola pernapasan seseorang.
6.) Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress
pernapasan
Rasional : Teknik distraksi dapat merileksasikan otot –otot
pernapasan.
b. Kolaborasi :
1.) Kolaborasi dengan dokter pemberian bronkodilator.
Rasional : pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung
menuju area bronkus yang mengalami spasme sehingga lebih
cepat berdilatasi.
Diagnosa 3
Pertukaran gas berhubungan dengan kelelahan otot
respiratory ditandai dengan dispnea, peningkatan PCO2,
peningkatan penggunaan otot bantu napas
Tujuan :
Pertukaran gas kembali efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…x24 jam.
Kriteria Hasil :
 Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dalam
pernapasan.
 Frekuensi napas 16-20 x /menit dan tidak sesak napas
 Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
 Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.PaCO2
lebih dari 50 mm Hg dan PH 7,35-7,40 )
 Saturasi oksigen dalam darah lebih dari 90%

Intervensi:
a. Mandiri
1) Pantau status pernapasan tiap 4 jam,hasilGDA,intake dan output.
Rasional : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau
penyimpangan dari hasil klien.
2) Tempatkan klien pada posisi semi fowler
Rasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.
3) Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada
tanda-tanda toksisitas.
Rasional : pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronchus
seperti kondisi sebelumnya.
4.) Tingkatkan aktifitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi
pernapasan akan meningkat dengan aktivitas.
Rasional : Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan
aktivitas individu.
b. Kolaborasi:
1) Berikan terapi intravem sesuai anjuran (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Untuk memungkinkan dehidrasi yang cepat dan tepat
mengikuti keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obat darurat.
2) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya
sesuaikan dengan hasil PaO2.
Rasional : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot
pernafasan.
Diagnosa 4:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen ditandai
dengan kelelahan, dispnea, sianosis
Tujuan :
Dalam waktu …x24 jam setelah diberikan intervensi klien
dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan .
Kriteria hasil :
 Klien dapat beraktivitas sesuai kebutuhannya
 Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) dan tidak sesak napas
 Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
 Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi yang
diajarkan
Intervensi:
a. Mandiri
1) Jelaskan aktivitas dan factor ysng dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen
Rasional : merokok ,suhu ekstrem dan stress menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung .
2) Ajarkan progam relaksasi
Rasional : mempertahankan, memperbaiki pola nafas teratur .
a.) Buat jadwal aktivitas harian ,tingkatkan secara bertahap.
Rasional :mepertahankan pernapasan lambat dengan tetap
memperhatikan latihan fisik memungkinkan peningkatan
kemampuan otot bantu pernapasan
b.) Ajarkan teknik napas efektif.
Rasional : meningkatkan oksigenasi tanpa mengorbankan banyak
energi .
c.) Pertahan kan terapi oksigen tambahan .
Rasional : mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan
konsentrasi oksigen darah.
d.) Kaji respon abnormal setelah aktivitas.
Rasional : respon abnormal meliputi nadi , tekanan darah , dan
pernafasan yang meningkat .
e.) Beri waktu istirahat yang cukup.
Rasional : meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan .
b. Kolaborasi :
a) Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk melakukan latihan /aktivitas
harian sesuai jadwal.
Rasional: latihan/aktivitas harian memungkinkan kemampuan otot
bantu nafas
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC

Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses


keperawatan, alih bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran Bandung, Bandung.

Darmojo; Martono (1999) Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),
Jakarta : Badai Penerbit FKUI

Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, alih bahasa: Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni
Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta: EGC

Caepenito Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa:
Yasmin Asih, edisi 6, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai