Anda di halaman 1dari 14

Makalah Psikiatri

Gangguan Kepribadian Histionik

Disusun Oleh :

Hidayatil Hadi

71170891375

PEMBIMBING :

dr. Mustafa M. Amin, M.Ked.,M.Sc.,Sp.K.J (K)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF PSIKIATRI


RUMAH SAKIT HAJI MEDAN SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah SWT, atas rahmat yang
dilimpahkan-Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan judul
“Gangguan Kepribadian Histrionik” penyusunan tugas paper ini dimaksudkan
untuk mengembangkan wawasan serta melengkapi tugas Kepanitraan Klinik
Senior Bagian Ilmu Psikiatri yang diberikan pembimbing.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Mustafa M. Amin,
M.Ked, M.Sc, Sp. K.J (K) selaku pembimbing dalam kepanitraan klinik ilmu
psikiatri serta dalam penyelesaian paper ini. Dalam Penulisan paper ini, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi
penulisan maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan dimasa yang akan
datang.

Medan, Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 2


2.1 Gangguan Kepribadian................................................................ 2
2.2 Gangguan Kepribadian Histrionik............................................... 2
2.3 Manifestasi Klinis........................................................................
2.4 Diagnosis.....................................................................................
2.5 Diagnosis Banding.......................................................................
2.6 Penalataksanaan...........................................................................

BAB III KESIMPULAN................................................................................


DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku


yang membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi
kehidupan sehari-hari. Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinan oarng
lain untuk memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambilnya.

Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri


kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung
untuk jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta
menganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.

Pada individu ini, ciri kepribadian maladaptif itu tampak begitu melekat
pada dirinya. Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari
terapis dan menolak atau menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah.
Individu dengan gangguan kepribadian lebih tidak menyadari masalah mereka,
mereka tidak merasa cemas tentang perilakunya yang maladaptif sehingga mereka
pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit sekali untuk
mendapatkan perbaikan atau kesembuhan.

Gangguan Kepribadian Histrionik adalah gangguan kepribadian dramatik,


emosional atau tidak menentu yang melibatkan pola emosionalitas yang
berlebihan dan suka mencari perhatian.

Histrionik merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan tingkah


laku yang bersemangat (colorful), dramatis atau suka meninjolkan diri dan
ekstrivert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan.

Individu dengan gangguan ini selalu berusaha mencari perhatian dari


lingkungan. Mereka cenderung untuk melebih-lebihkan pikiran atau perasaan
mereka dan membuat segala sesuatunya tampak lebih penting dari yang
sesungguhnya.Mereka menampilkan air mata, kemarahan (temper tantrum), dan
tuduhan-tuduhan apabila mereka tidak menjadi pusat perhatian atau tidak
mendapatpersetujuan dan pujian

Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari perasaan-


perasaan mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi
dari berbagai tindakan yang dilakukannya karena salah atau mekanisme
pertahanan diri yang mereka gunakan adalah represi. Apabila individu ini berada
dalam kondisi stress, maka kontak mereka dengan realitas dapat terganggu.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Kepribadian


Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR)
mendefinisikan gangguan kepribadian sebagai pengalaman dan perilaku subjektif
yang berlangsung lama, menyimpang standar budaya, universal yang kaku,
memiliki onset pada masa remaja atau dewasa awal, stabil sepanjang waktu, dan
menimbulkan ketidakbahagiaan serta hendaya.

Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock


adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang
ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel
dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.

2.2 Etiologi

1. Faktor Genetika

Salah satu bukti bahwa faktor genetic berpengaruh terhadap munculnya


gangguan kepribadian berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada
15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar
monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah
beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu
menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan
temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar
monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan
kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor Temperamental

Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin


berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.
Contohnya, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin
mengalami kepribadian menghindar.

3. Faktor Biologis
- Hormon

Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan


peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.

- Neurotransmitter

Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik,


menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter
tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat seretonergik tertentu
seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada beberapa
karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.

- Elektrofisiologi

Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah


ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling
sering pada tipe antisocial dan borderline, dimana ditemukan aktivitas
gelombang lambat.

4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan
fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada
stadium anal, yaitu anakyang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal
dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti

2.3 Gangguan Kepribadian Histrionik


Gangguan kepribadian histrionik atau histrionic personality disorder
(HPD) adalah gangguan di mana seseorang terlalu mencemaskan penampilan
mereka, selalu mencari perhatian, dan sering berperilaku dramatis dalam situasi
yang tidak diperlukan. Ekspresi emosional orang dengan gangguan kepribadian
histrionik seringkali dinilai sebagai dangkal dan berlebihan.

Menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders) dari American Psychiatric Association (APA), orang dengan gangguan
kepribadian histrionik memiliki kebutuhan yang besar dalam mencari perhatian.
Hal ini bermula pada masa dewasa awal dan muncul di berbagai macam konteks.
Mereka cenderung menuntut orang lain memenuhi kebutuhan mereka akan
perhatian dan berperan sebagai korban saat orang lain mengecewakan mereka.

Penderita gangguan kepribadian histrionik cenderung mengekspresikan


emosi emosinya secara berlebih lebihan, misalnya memeluk seseorang yang baru
saja dikenalnya atau menangis tak terkontrol saat menonton film cengeng (Pfohl,
1995).

Penderita gangguan kepribadian histrionik juga cenderung impulsif dan


memiliki banyak kesulitan untuk menunda pujian. Cognitive style yang terkait
dengan gangguan kepribadian histrionik adalah impresionistik (Shapiro, 1965),
yang ditandai oleh adanya kecenderungan untuk melihat berbagai situasi secara
global, hitam dan putih.

Pembicaraannya sering tidak jelas, kurang mengandung detail dan ditandai


dengan hiperbola (Pfohl, 1991).Penderita gangguan kepribadian histrionik selalu
mencari-cari cara agar mendapat perhatian orang lain. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh pengukuhan dirinya. Penderita akan selalu menanyakan pendapat
orang lain mengenai sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, seperti dandanan,
cara berpakaian, sampai masalah pribadi lainnya.

Gangguan kepribadian ini bisa dialami pria maupun wanita. Wanita


dengan gangguan HPD cenderung berperilaku sesuka hatinya, kekanak-kanakan,
dan sangat tergantung pada orang lain. Mereka cenderung tidak realistis,
fantasinya berlebihan. Ekspresi emosional yang dangkal saat ia menghadapi
distres dan kesulitan untuk memahami orang lain membuat dirinya sulit dalam
mempertahankan hubungan dengan pasangannya.

Pada pria, berbagai permasalahan yang dihadapi dapat berupa krisis


identitas diri, impulsif dan gangguan berhubungan dengan orang lain. Masalah
yang kerap dialami pria dengan HPD adalah kecenderungan antisosial, dramatis,
dan tidak mampu bersikap dewasa. Selain itu, pria dengan gangguan ini akan
merasa bersalah terhadap dirinya jika ia tidak sanggup untuk dekat dengan orang
lain.

Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari persaan-


perasaan mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi
dari berbagai tindakan yang dilakukan karena salah satu mekanisme pertahanan
diri yang mereka gunakn adalah persepsi. Apabila individu dalam stres,
kontakdengan realitas dapat saja terganggu.

2.4 Manifestasi Klinis

Gangguan kepribadian histrionik digunakan untuk individu yang terlalu


dramatis (mengekspresikan hal emosional secara berlebihan) dan selalu menarik
perhatian kepada dirinya sendiri. Pola ini dimulai pada awal masa dewasa dan
hadir dalam berbagai konteks.

Ciri penderita Gangguan Kepribadian Histrionik menurut PPDGJ III :

a) Ekspresi emosi yang dibuat-buat (self-dramatization) seperti bersandiwara


(theatricality), yang dibesar-besarkan. (exaggerated)

b) Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau oleh keadaan

c) Keadaan afektif yang dangkal dan labil

d) Terus menerus mencari kegairahan (excitement), penghargaan (appreciation),


dari orang lain, dan aktivitas dimana pasien menjadi pusat perhatian.
e) Penampilan atau perilaku “merangsang” (seductive) yang tidak memadai

f) Terlalu perduli dengan daya Tarik fisik.

Ciri penderita Gangguan Kepribadian Histrionik menurut DSM-IV,


Diagnostic and statistical manual of mental disorders, ed 2 :
1 Tidak nyaman didalam situasi saat ia bukanlah pusat perhatian
2 Interaksi dengan orang lain sering ditandai dengan perilaku merayu secara
seksual atau provokatif yang tidak tepat.
3 Menunjukkan pergeseran yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal
4 Terus-menerus menggunakan tampilan fisik untuk menarik perhatian pada
dirinya
5 Memiliki gaya bicara yang sangat impersionistik dan tidak rinci
6 Menunjukkan dramatisasi diri, teaterikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan
7 Mudah disarankan, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan.
8 Menganggap hubungannya lebih intim dari realitanya.

2.5 Diagnosis

Untuk mendiagnosa gangguan kepribadian histrionic dibutuhkan paling


sedikit 3 dari ciri-ciri gangguan kepribadian histrionic menurut PPDGJ III.
Pada saat wawancara, pasien cenderung bersikap kooperatif dan
memiliki keinginan kuat untuk menceritakan kisah secara mendetail. Gerakan-
gerakan bahasa tubuh dan penekanan dramatis saat berbicara merupakan hal yang
sering ditemukan.
Tampilan afektif umumnya normal, tetapi ketika pasien “dipaksa” untuk
menyatakan perasaan tertentu (seperti kemarahan, kesedihan, dan keinginan
seksual), pasien akan tampak terkejut, jengkel, ataupun melakukan penolakan.
Hasil pemeriksaan kognitif biasanya normal, meskipun kadang
tampak kurangnya ketekunan dalam soal aritmetika (perhitungan) dan soal-soal
yang membutuhkan konsentrasi.

2.6 Diagnosis Banding


 BPD (Borderline Personality Disorder) → sulit dibedakan dengan
Histrionic, cuma pada BPD lebih sering ditemukan usaha bunuh diri,
difusi identitas dan episode psikotik singkat

 Somatisasi → bisa terjadi bersama-sama dengan Histrionic

 Gangg.Psikotik singkat dan disosiatif → mungkin perlu mendapatkan


diagnosis penyerta gangg.kepr.Histrionic

2.7 Penatalaksanaan Gangguan Kepribadian Histrionik

Secara umum, orang-orang dengan gangguan kepribadian histrionik tidak


percaya bahwa mereka membutuhkan terapi. Mereka juga cenderung membesar-
besarkan perasaan mereka dan tidak menyukai rutinitas di mana pengobatan
adalah sesuatu yang sulit dilakukan untuk seseorang dengan gangguan
kepribadian ini.

Mereka yang mengalami gangguan kepribadian histronik baru akan mencari


bantuan saat terjadi depresi atau masalah-masalah lain yang menyebabkan mereka
tertekan.

Psikoterapi (sejenis konseling) adalah pengobatan pilihan yang dipilih untuk


mengatasi gangguan kepribadian ini. Tujuan pengobatan adalah untuk membantu
penderita memberi motivasi dan memulihkan ketakutan terkait dengan pikiran dan
perilakunya. Selain itu, pengobatan ini juga dipercaya membantu mereka belajar
berhubungan dengan orang lain dengan cara yang lebih positif.

Sementara, penggunaan obat kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan


tambahan untuk meringankan gejala yang mungkin terjadi, seperti depresi dan
kecemasan. Farmakoterapi dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi
sasarannya (seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik,
obat antiansietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).
BAB III

KESIMPULAN

Histrionik merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan tingkah


laku yang bersemangat (colorful), dramatis atau suka meninjolkan diri dan
ekstrivert pada individu yang emosional dan mudah terstimulasi oleh lingkungan.

Individu dengan gangguan ini cenderung untuk tidak menyadari perasaan-


perasaan mereka dan tidak pula menyadari serta mampu menjelaskan motivasi
dari berbagai tindakan yang dilakukannya karena salah atau mekanisme
pertahanan diri yang mereka gunakan adalah represi. Apabila individu ini berada
dalam kondisi stress, maka kontak mereka dengan realitas dapat terganggu.
Dinamika etiologi yang dialami oleh seseorang sehingga ia memiliki gangguan
kepribadian histrionik antara lain genetik, jenis kelamin wanita, pria identik
dengan antisocial personality disorders, trauma masa kanak-kanak, dibentuk
melalui relasi antara jenis kelamin orang tua yang berlawanan, pengalaman masa
kanak-kanak dan konsekuensi perkembangan terhadap perkembangan
psikoseksual dan pembentukan karakter yang ada sekarang, rendahnya fungsi
mental yang berada pada tahap oral, dari tingginya fungsi mental pada tahap
perkembangan, dimana pertumbuhan rasa keinginan seksual merupakan suatu
ketidaksadaran terhadap orang tua yang berlawanan jenis, bermasalah pada objek
relasi dan tidak terbentuknya super ego yang kuat. Adapaun terapi yang dapat
diberikan kepada penderita Gangguan Kepribadian Histrionik :Terapi perilaku
kognitif, terapi psikodinamik, dan terapi interpersonal.
DAFTAR PUSTAKA

Baihaki Mif, dkk. 2007. Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Davidson, Gerald., et al. 2010. Psikologi Abnormal edisi 9. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Durand Mark dan Barlow David. 2007. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kaplan, Harold., et al. Synopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku: Psikiatri
Klinis, ed. 7. New York.
Liftiah. 2013. Psikologi Abnormal.Semarang: Widya Karya.
S. Nevid Jeffrey, dkk. 2003. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Tabel dari DSM-IV. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, ed
4. Washington: Hak Cipta American Psyciatric Assosiation

Anda mungkin juga menyukai