PENDAHULUAN
1. Definisi
SOL (Space occupying lesion) dapat didefinisikan sebagai tumor yang jinak atau ganas
baik bersifat primer atau sekunder, dan juga sebagai massa inflamatorik maupun parasitic
yang berletak pada rongga cranium. SOL (Space occupying lesion) juga berupa hematoma,
berbagai jenis kista dan malformasi vaskuler.
2. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian terdapat 42 kasus SOL mempengaruhi rongga intrakranial dan
tulang belakang. 39 kasus berasal dari otak dan selaput-selaput otak dan 3 berasal dari lumbar
pinalis. Dari 39 kasus, 26 (67%) adalah akibat tumor dan 13(33%) adalah akibat infeksi,
terutama tuberculosis. Dari data tersebut terdapat 6 kasus astrocytoma dan 3 kasus
meningioma. Dalam kasus tersebut masing-masing terdapat 2 kasus lagi yakni, pilocytic
astrocytoma and medulloblastoma. Selain itu juga terdapat kasus pineal tumour,
craniopharyngioma, pituitary adenoma, vestibular schwannoma dan oligodendroglioma dan 6
kasus indeterminate . ada 3 kasus SOL yang mengenai spinal yakni arachnoiditis, subdural
abscess dan tuberculoma.
3. Etiologi
1. Riwayat trauma kepala
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui
gejala klinis.
2. Faktor genetik
Tujuan susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa gangguan
yang diturunkan sebagai kondisi autosomal, dominan termasuk sklerasis tuberose,
neurofibromatosis.
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik dan virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor
pada manusia masih belum jelas.
4. Defisisensi imunologi dan congenital.
2. Maligna (ganas)
Tampilan mikroskopis yang infiltratif atau ekspansi destruktur tanpa batas yang jelas,
tumbuh cepat serta cenderung membentuk metastasis dan rekurensi pasca pengangkatan total.
Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan sawar darah otak dapat menimbulkan
peningkatan volume intrakranial dan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateralis ke ruangan subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus.14
Gambar 2.5 Skema Faktor Peningkatan Tekanan Intrakranial
Klasifikasi tumor otak diawali oleh konsep Virchow berdasarkan tampilan sitologinya
dan dalam perkembangan selanjutnya dikemukakakn berbagai variasi modifikasi peneliti-
peneliti lain dari berbagai negara. Klasifikasi universal awal dipeloporo oleh Bailey dan
Cushing (1926) berdasarkan histogenesis sel tumor dan sel embrional yang dikaitkan dengan
diferensiasinya pada berbagai tingkatan dan diperankan oleh faktor-faktor, seperti lokasi
tumor, efek radiasi, usia penderita, dan tindakan operasi yang dilakukan. Sedangkan pada
Astrositoma
Astrositoma adalah kelompok tumor sistem saraf pusat primer yang tersering.
Astrositoma adalah sekelompok neoplasma heterogen yang berkisar dari lesi berbatas tegas
tumbuh lambat seperti astrositoma pilositik hingga neoplasma infiltratif yang sangat ganas
seperti glioblastoma multiforme. Astrositoma berdiferensiasi baik biasanya adalah lesi
infiltratif berbatas samar yang menyebabkan parenkim membesar dan batas substansia
grisea/substansia alba kabur.11
Ependimoma
Ependioma dapat terjadi pada semua usia. Sebagian besar muncul di dalam salah stu
rongga ventrikel atau di daerah sentralis di korda spinalis. Ependimoma intrakranial paling
sering terjadi pada dua dekade pertama kehidupan sedangkan lesi intraspinal terutama pada
orang dewasa. Ependioma intrakranial paling sering timbul di ventrikel keempat, tempat
tumor ini mungkin menyumbat CSS dan menyebabkan hidrosefalus dan peningkatan tekanan
intracranial.11
Ependimoma memiliki lesi yang berbatas tegas yang timbul dari dinding ventrikel.
Lesi intrakranial biasanya menonjol ke dalam rongga ventrikuler sebagai massa padat,
kadang-kadang dengan papilar yang jelas.11
Glioblastoma
Glioblastoma dapat timbul dengan masa yang berbatas tegas atau neoplasma yang infiltratif
secara difuse. Potongan tumor dapat berupa masa yang lunak berwarna keabuan atau
kemerahan, daerah nekrosis dengan konsistensi seperti krim kekuningan, ditandai dengan
suatu daerah bekas perdarahan berwarna cokelat kemerahan.11
b. Hematoma Intrakranial11
Hematom Epidural
Fraktur tulang kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea
media yang masuk dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara durameter
dan tulang di permukaan dalam os temporale. Perdarahan yang terjadi menimbulkan
hematom epidural. Desakan dari hematom akan melepaskan durameter lebih lanjut dari
tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.
Hematom yang meluas di daerah temporal menyebabkan tertekannya lobus temporalis
otek ke arah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus (unkis dan
sebagian dari girus hipokampus) mengalami herniasi di bawah tepi tentorium. Keadaan ini
menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologic.
Kelainan ini pada fase awal tidak menunjukkan gejala atau tanda. Baru setelah
hematom bertambah besar akan terlihat tanda pendesakan dan peningkatan tekanan
intrakranial. Penderita akan mengalami sakit kepala, mual, dan muntah diikuti dengan
penurunan kesadaran. Gejala neurologik yang teroenting adalah pupil mata anisokor yaitu
pupil ipsilateral melebar.
Hematom subdural akut secara klinis sukar dibedakan dengan hematom epidural yang
berkembang lambat. Hematom subdural akut dan kronik memberikan gambaran klinis suatu
proses desak ruang (space occupying lesion) yang progresif sehingga tidak jarang dianggap
sebagai neoplasma atau demensia.
Higroma Subdural
Higroma subdural adalah hematom subdural lama yang mungkin disertai pengumpulan
cairan serebrospinal di dalam ruang subdural. Kelainan ini jarang ditemukan dan dapat terjadi
karena robekan selaput arakhnoid yang menyebabkan cairan serebrospinal keluar ke ruang
subdural. Gambaran klinis menunjukkan tanda kenaikan tekanan intrakranial, sering tanpa
tanda fokal.
Gambar 2.4 Skema Proses Desak Ruang Yang menimbulkan Kompresi Pada Jaringan Otak dan Pergeseran
Struktur Tengah.
2. Muntah
Ditemukan pada peninggian tekanan intrakranial oleh semua sebab dan merupakan
tampilan yang terlambat dan diagnosis biasanya dibuat sebelum gejala ini timbul. Gejala ini
mungkin jelas merupakan gambaran dini dari tumor ventrikel keempat yang langsung
mengenai nukleus vagal. Setiap lesi hampir selalu meninggikan tekanan intrakranial
akibat obstruksi aliran cairan serebrospinal dan mungkin tidak mudah menentukan
3. Papila Oedema
Papila oedema menunjukkan adanya oedema atau pembengkakan diskus optikus yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial yang menetap selama lebih dari beberapa
hari atau minggu. Oedema ini berhubungan dengan obstruksi cairan serebrospinal, dimana
peningkatan tekanan intrakranial pada selubung nervus optikus menghalangi drainase vena
dan aliran aksoplasmik pada neuron optikus dan menyebabkan pembengkakan pada diskus
optikus dan retina serta pendarahan diskus. Papila oedema tahap lanjut dapat menyebabkan
terjadinya atrofi sekunder papil nervus optikus.15
Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat infiltrasi
difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental,
kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas)
menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus
temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat
besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan
gejalagejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan oksipital
lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan gejala umum (Saanin,
2004, Bradley, 2000).
Pada tahap dini, kompresi rostro-kaudal terhadap batang otak akan menyebabkan :15
Respirasi yang kurang teratur
Pupil kedua sisi sempit sekali
Kedua bola mata bergerak perlahan-lahan ke samping kiri dan kanan
Gejala-gejala UMN pada kedua sisi
d. Seizure
Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma,
oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada tumor di lobus frontal baru
kemudian tumor pada lobus parietal dan temporal.
9. Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang sering
ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus mungkin menonjol.
7. Penegakan Diagnostik
Perubahan Tanda Vital
a. Denyut Nadi
Denyut nadi relatif stabil selama stadium awal dari peningkatan ICP, terutama pada anak-
anak. Bradikardi merupakan mekanisme kompensasi yang mungkin terjadi untuk mensuplai
darah ke otak dan mekanisme ini dikontrol oleh tekanan pada mekanisme reflex vagal yang
8. Pemeriksaan Penunjang
Head CT-Scan
CT-Scan merupakan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasien
yang diduga menderita tumor otak. CT-Scan merupakan pemeriksaan yang mudah,
sederhana, non invasif, tidak berbahaya, dan waktu pemeriksaan lebih singkat. Ketika kita
menggunakan CT-Scan dengan kontras, kita dapat mendeteksi tumor yang ada. CT-Scan
tidak hanya dapat mendeteksi tumor, tetapi dapat menunjukkkan jenis tumor apa, karena
setiap tumor intrakranial menunjukkan gambar yang berbeda pad CT-Scan.
Gambaran CT-Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa
massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan
oedem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan
atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya hiperdens. Beberapa
jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT-Scan disertai dengan
pemberian zat kontras. Kekurangan CT-Scan adalah kurang peka dalam mendeteksi massa
tumor yang kecil, massa yang berdekatan dengan struktur tulang kranium, maupun massa di
batang otak.
Pada subdural akut CT-Scan kepala (non kontras) tampak sebagai suatu massa hiperdens
(putih) ekstra-aksial berbentuk bulan sabit sepanjang bagian dalam (inner table) tengkorak
dan paling banyak terdapat pada konveksitas otak didaerah parietal. Terdapat dalam jumlah
yang lebih sedikit didaerah bagian atas tentorium serebeli. Perdarahan subdural yang sedikit
(small SDH) dapat berbaur dengan gambaran tulang tengkorak dan hanya akan tampak
dengan menyesuaikan CT window width. Pegeseran garis tengah (middle shift) akan tampak
pada perdarahan subdural yang sedang atau besar volumenya. Bila tidak ada middle shift
harus dicurigai adanya massa kontralateral dan bila middle shift hebat harus dicurigai adanya
edema serebral yang mendasarinya.
Pada fase akut subdural menjadi isodens terhadap jaringan otak sehingga lebih sulit
dinilai pada gambaran CT-Scan, oleh karena itu pemeriksaan CT-Scan dengan kontras atau
Terapi utama jenis limpoma adalah kemoterapi. Tetapi untuk oligodendroglioma dan
beberapa astrocytoma yang berat, kemoterapi hanya digunakan sebagai terapi tambahan.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PRIBADI
NAMA : NY. R
USIA : 78 tahun
SUKU/BANGSA : Gayo
AGAMA : Islam
ALAMAT : Kebayakan
STATUS : Menikah
PEKERJAAN : IRT
ANAMNESA
ANAMNESA TRAKTUS
Kecelakaan
ANAMNESA KELUARGA
Lain-lain : Disangkal
ANAMNESA SOSIAL
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Nadi : 120x/i
Temperatur : 36,5
Pergerakan : Terbatas
Desah :
GENITALIA
STATUS NEUROLOGIS
SENSORIUM : Tidak dapat dilakukan
KRANIUM
Auskultasi :
Transiluminasi :
Muntah : Disangkal
Kejang : Disangkal
NERVUS II
Lapang Pandang
Pupil
Motorik
Langsung : (+)
Tidak Langsung : (+)
Reflek Masseter : (-)
NERVUS VII
Motorik
Mimik : (+)
Kerut Kening : (+)
Menutup Mata : (+)
Meniup Sekuatnya : Tidak dapat dinilai
Memperlihatkan Gigi : (+)
Tertawa : (-)
Sensorik
NERVUS VIII
Auditorius
NERVUS IX, X
Disfagia : (+)
NERVUS XI
NERVUS XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : (-)
Trofi : (-)
Tonus Otot :
Kekuatan Otot : 222
Tremor : Negatif
Khorea : Negatif
Ballismus : Negatif
Mioklonus : Negatif
Atetosis : Negatif
Dystonia : Negatif
Spasme : Negatif
Tie : Negatif
Dan Lain-lain : (-)
TES SENSIBILITAS
Biceps : +1 +1
Triceps : +1 +1
Radioperiost : +1 +1
APR : +1 +1
KPR : +1 +1
Strumple : +1 +1
Refleks Patologis
Babinski : (-)
Oppenheim : (-)
Chaddock : (-)
Gordon : (-)
Schaefer : (-)
Hoffman – Tromner : (-)
Klonus Lutut : (-)
Klonus Kaki : (-)
Refleks Primitif : (-)
KOORDINASI
Lenggang : (-)
Bicara : (-)
Menulis : (-)
Mimik : (-)
Diadokhokinesia : (-)
Miksi : (+)
VERTEBRA
Bentuk
Normal : (+)
Scoliosis : (-)
Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
Leher : Dbn
Pingang : Dbn
Laseque : (-)
GEJALA SEREBELLAR
Ataksia : (+)
Disartria : (+)
Tremor : (-)
Nystagmus : (-)
Vertigo : (-)
GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradykinesia : (-)
FUNGSI LUHUR
Orientasi
Afasia
Ekspresif : (-)
Represif : (-)
Apraksia : (-)
Agnosia
DIAGNOSA
DIAGNOSA FUNGSIONAL : Penurunan kesadaran
PENATALAKSANAAN :
A/ SOL
A/ SOL
A/ SOL
19/03/2019 S/Penurunan kesadaran , - Head elevasi 30o
- IVFD assering 20 tpm
(OH-5) O/ Kesadaran: Apatis - Inj. Citicolin 500 mg/12j
KU : sedang 250mg/12j
TD : 120/80 mmHg - Inj dexamethasone 1a/6j8j
HR : 75x/menit - Inj mecobalamin 500mg/ 6j
RR : 18x/menit - Inj ranitidne 1a/ 6j
A/ SOL
DAFTAR PUSTAKA
1. Ropper AH, Brown RH, Adams RDI, Victor M. Adams and Victor's principles of
neurology. Edisi ke-8. New York: McGrawHill; 2014.
2. Satyanegara. Ilmubedahsarafsatyanegara. Edisi ke-5. Jakarta: PT Gramedia; 2014.
hlm. 265.
3. Longmore M, Wilkinson IB, Baldwin A, Wallin E. Oxford handbook of clinical
medicine. Edisi ke-9. United States: Oxford University Press; 2014. hlm. 460.
4. American Association of Neurological Surgeons (AANS). Brain Tumors. Rolling
meadows: AANS; 2018.
5. Dorland WAN. KamusKedokteran Dorland Edisi ke-29. Jakarta:
PenerbitBukuKedokteran EGC;2015.
6. University of Pittsburgh.Types of Brain Tumors. Pittsburg: University of
Pittsburg;2014.
7. Harsono. Buku ajar neurologiklinis. Djogjakarta: Perimpunanddokterspesialissaraf
Indonesia dengan Gadjah mada university press; 2015.
8. Ejaz M, Saeed A, Naseer A, Chaudrhy, Qureshi G.R, 2005. Intra-cranial Space
Occupying Lesions A Morphological Analysis. Department of Pathology,
Postgraduate Medical Institute, Lahore – Pakistan. Biomedica Vol. 21
9. Lo BM, Talavera F, Arnold JF, Brenner BE, Hooker EA, Huff JS. Brain Neoplasms
[Internet]. New York: Medsape; 2015 [disitasi 2 Oktober 2018]. Tersediadari:
http://emedicine.medscape.com/article/7 79664-overview#a6
10. Soomro, Bashir A.; Khalid, Sameen; and Alvi, Shafaq (2014) "Analytic study of
clinical presentation of intracranial space-occupying lesions in adult
patients,"Pakistan Journal of Neurological Sciences (PJNS): Vol. 9 :Iss. 3 , Article 2.
11. Lombardo MC. 2006. CederaSistem Saraf Pusat. Dalam: Price SA, Wilson LM, eds.
Patofisiologi: KonsepKlinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta.
PenerbitBukuKedokteran EGC.
12. Cross SS. Underwood’s pathology: A clinical approach. Edisi ke-6. China:
Elsevier;2013.
13. Sharif. S. Intracranial Space Occupaying Lesions. 2014. Neurosurgery of Liaquat
National Hospital and Medical College. Pakistan.