Anda di halaman 1dari 5

Uraian Kasus

Akil Mocthar seorang wakil Ketua Mahkamah Konstitusi yang lahir di


Putussibau, sebuah daerah terpencil di Kalimantan Barat, 53 tahun silam.
Kesulitan hidup dan kemiskinan, telah menimbulkan tekad kuat di hati Akil untuk
bisa maju dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Akil menghabiskan masa
kecil di sebuah daerah terpencil, sebuah wilayah perbatasan antara Indonesia dan
Malaysia. Daerah itu dulu menjadi wilayah konflik antara Indonesia dengan
Malaysia. Untuk melanjutkan SMA Akil hijrah ke Pontianak dan membiayai
kebutuhan sekolahnya sendiri dengan berkerja dari menjadi loper koran, tukang
semir, supir, hingga calo. Usahanya tak sia-sia. Akil pun lulus dan bisa
melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum di Universitas Panca Bhakti Pontianak.
Untuk menyambung kelangsungan kuliah, Akil menyambi menjadi sopir video
shooting. Setelah lulus Akil memilih menjadi pengacara. Singkat c erita, sukses
sebagai pengacara, Akil diajak bergabung ke Partai Golkar oleh salah seorang
gurunya. Saat itu reformasi 1998 baru terjadi. Dari partai beringin itu, Akil
berhasil duduk menjadi anggota DPR RI selama 2 periode, dari 1999 hingga 2008.
Tidak cukup menjadi wakil rakyat, Akil mencoba menjaddi hakim konstitusi.
Karier Akil rupanya tak hanya sebatas menjadi hakim MK. Awal April 2013,
dalam rapat permusyawaratan hakim, Akil terpilih menjadi orang nomor satu di
Mahkamah Konstitusi, menggantikan Mahfud MD yang pensiun. Dalam
perbincangan itu, Akil sempat menyatakan tekadnya menjadikan Mahkamah
Konstitusi sebagai lembaga yang bersih dan berperan dalam pengembangan
demokrasasi di Indonesia. Akil mengatakan, peradilan dan proses hukum di MK
seharusnya bisa dijaga, dan harus steril dari segala hal yang tidak benar, misalnya
suap atau sogok.

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/10/04/akil-mochtar-dari-tukang-semir-
ketua-mk-hingga-tahanan-kpk?page=2

Baru menjabat menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi selama 6 bulan harus


dipenjara selama seumur hidup karena tindak korupsi yang dilakukan. Kasus
korupsi yang di lakukan oleh Akil. Terdakwa Tubagus Chaeri Wardana dan
Gubernur Ratu Atut Chosiyah terbukti menyuap Akil sebesar 1 milyar melalui
pengacara Susi Tur Andayani. Dengan maksud pasangan Amir Hamzah-Kasmin
yang mengajukan permohonan ke MK agar membatalkan keputusan KPU tanggal
8 September 2013 tentang rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara tingkat
kabupaten. Mereka juga memerintahkan KPU Lebak melaksanakan pemungutan
suara ulang di semua TPS.

Gubernur Atut melobi Akil agar dapat memenangkan kasus Amir Hamzah-
Kasmin dalam perkara terikait pilkada Lebak. Kasus pilkada Lebak menyeret
pasang calon. KPK menduga perintah penyuapan datang dari Atut kepada
adiknya, Wawan, yang merupakan tim sukses pasangan calon bupati Lebak yang
diusung Partai Golkar, yakni Amir Hamzah-Kasmin bin Saelan. Dia diduga
hendak menyuap Akil melalui Susi terkait gugatan hasil Pilkada Lebak yang
diajukan Amir-Kasim ke MK. Hasil pilkada tersebut memenangkan pasangan Iti
Octavia dan Ade Sumardi dari PDI-Perjuangan.

KRONOLOGI

Pada 22 September 2013, di lobi Hotel JW Marriot Singapura, Wawan mengikuti


pertemuan Ratu Atut dan Akil Mochar. Dalam pertemuan tersebut Atut meminta
Akil untuk membantu memenangkan Amir Hamzah dan Kasmin dalam perkara
terkait Pilkada Lebak. Pada tanggal 26 September 2013 sekitar jam 17.30 WIB
bertempat di kantor Gubernur Banten dilakukan pertemuan antara Ratu Atut
Chosiyah, Amir Hamzah-Kasmin dan Susi Tur Andayani. Amir Hamzah
melaporkan kepada Atut bahwa peluang dikabulkannya perkara Lebab dengan
pengumutan ulang. Pada tanggal 28 September 2013, Susi Tur memberi tahu Akil
Mochtar melalui telepon mengenai pertemuan dengan Ratu Atut. Akil kemudian
meminta Susi Tur menyampaikan ke Ratu Atut untuk menyiapkan uang Rp 3
miliar. Pada tanggal 30 September 2013, Amir Hamzah melalui telepon memberi
tahu Susi Tur bahwa Wawan sudah menyetujui membantu menyediakan dana
untuk diberikan kepada Akil Mochtar. Pada tanggal 30 September 2013, Amir
Hamzah melalui telepon memberi tahu Susi Tur bahwa Wawan sudah menyetujui
membantu menyediakan dana untuk diberikan kepada Akil Mochtar.

Akil marah mengenai ketidakjelasan pemberian uang 3 milyar atas kasus Lebak.
Untuk memenuhi permintaan uang Akil, Wawan di kantornya, PT BPP gedung
The East Jalan Lingkar Mega Kuningan, Jaksel, meminta stafnya di bagian
keuangan bernama Ahmad Farid Asyari mengambil uang Rp 1 miliar dari
Muhammad Awaluddin yang diambil dari kas PT BPP Serang melalui Yayah
Rodiah.

Susi Tur ditangkap petugas KPK di rumah Amir Hamzah, sedangkan tas warna
biru berisi uang Rp 1 miliar disita petugas KPK dari rumah orangtua Susi Tur di
Jalan Tebet Barat Nomor 30 Jaksel. Pada tanggal 3 Oktober, Wawan juga
ditangkap petugas KPK di rumahnya di Jalan Denpasar IV, Jaksel.

Atut sendiri didakwa dengan Pasal 6 ayat 1 huruf a atau Pasal 13 UU Nomor 31
tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah
dengan UU Nomor 20 tahun 2001 (UU Tipikor) juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP. Mengacu pada pasal itu, Atut terancam hukuman pidana 15 tahun penjara.
(Yus)
https://nasional.kompas.com/read/2014/03/06/1131563/Ini.Kronologi.Suap.kepad
a.Akil.Mochtar

http://news.liputan6.com/read/2049256/pengacara-calon-bupati-lebak-beberkan-
alasan-menyuap-akil-mochtar
Pembahasan

1. Jenis kasus = merupakan kasus penyuapan perkara pilkada Lebak yang


menyangkut pasangan calon bupati dan wakil bupati yang ingin memperkarakan
rekapitulasi hasil pilkada. Karena Amir Hamzah dan Kasmin sebagai calon
bupati-wakil bupati kalah dari pasangan lain. Kasus ini sudah sampai MK dan
ditangani oleh Akil sebagai Ketua MK. Kasus ini melibatkan Gubernur Banten
Atut dan adiknya Wawan yang membantu menyediakan dana.

2. Mengapa Kasus Suap Akil dapat terjadi = Gubernur Banten nonaktif Ratu Atut
Chosiyah menyuap terkait penanganan gugatan hasil penghitungan suara Pilkada
Kabupaten Lebak, Banten. Atut memberikan 1 milyar ke pada Akil dan
melakukan penyuapan bersama adiknya yang sekaligus Komisaris PT Bali Pasific
Pragama, Tubagus Chaeri Wardhana alias Wawan. Penyuapan dilakukan karena
motif Atut dan Wawan sebagai tim sukses dari pasangan Amir Hamzah dan
Kasmin yang diususng oleh partai Golkar. Atut ingin Akil memenangkan kasus
Amir Hamzah dan Kasmin yang saat itu sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati
Lebak Banten. Atut memberikan uang 1 milyar kepada Akil melalui perantara
pengacara bernama Susi Tur Andayani.

3. Norma moral = Akil sebagai penegak hukum sudah tidak jujur dengan tindakan
yang dilakukannya, sebagai seorang indivisu Akil tidak bersyukur atas apa yang
sudah diperoleh (merasa tidak cukup/puas). Sebagai orang yang berpendidikan
Akil telah mencermikan begitu mudah orang memuaskan keinginannya tanpa
berpikir seperti orang yang tidak berpendidikan. Sikap tidak profesional Akil telah
mengakibatkan hak-hak orang mendapatkan keadilan terhambat.

Norma Etik = sebagai penegak hukum Akil sudah menyalahgunakan


kekuasaannya. Dengan kasus Akil dan pengacara Susi telah membuat jelek
penegak hukum dengan melanggar segala aturan. Tidak menjalankan tugas sesuai
aturan.

Norma Hukum = Akil tentu melanggar norma hukum karena dengan sengaja
memperkaya diri sendiri yang merugikan keuangan negara, menyalahgunkaan
kewenangan, kesempatan atau sarana karena jabatan atau kedudukan yang
merugikan keuangan. Harusnya Akil tidak membeda-bedakan orang dimata
hukum.

Norma Agama = sebagai penegak hukum atau wakil tuhan, Akil telah berperilaku
tidak adil yang seharusnya Akil tidak boleh membeda-bedakan orang dalam
memutuskan hukum. Mencari keuntungan lebih secara agama tidak boleh karena
merugikan orang lain. Dalam jabatannya sudah disumpah akan berkerja secara
profesional dibawa kitab suci masing-masing agama, secara moril harusnya
menjalankan pekerjaannya dengan bertanggung jawab dan profesional.

4. Akibat kasus korupsi terhadap orang lain.

Kasus Suap oleh ketua MK Akil Mochtar terhadap kasus Lebak


menyebabkan pandangan masyarakat terhadap penegak hukum jelek. Timbul
ketidakpercayaan masyarakat terhadap penegak hukum. Penegak hukum yang
seharusnya menjadi wakil tuhan malah dengan mudah membalikan fakta dengan
uang. Seharusnya pilkada Lebak sudah mendapatkan pasangan pemimpin malah
diperkarakan oleh pasangan lain karena tidak terima dengan hasil rekapitulasi
KPU. Moral buruk yang dimiliki oleh penegak hukum menandakan hukum di
Indonesia bisa dibeli dan tajam kebawah tumpul keatas.

Kasus ini juga melibatkan Gubernur Atu, efeknya masyarakat tentu tidak akan
percaya dengan penjabat daerah atau wakil rakyat yang seharusnya berkerja untuk
rakyat namun menggelapkan uang milik rakyat. Terjadi pembangunan tidak
merata dan sarana prasarana yang ditujukan untuk kesejahteraan rakyat tidak
terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai