Anda di halaman 1dari 22

Spasial berasal dari kata Space yang pada dasarnya bermakna ruangnamun istilah spasial lebih sering

digunakan untuk menggambarkan kata sifat misalnya analisis secara spasial atau spesial manajemen
spasial diagnosis spasial epidemiologi dan lain-lain istilah spasial diberikan kepada semua benda maupun
fenomena yang terjadi di atas permukaan bumiSelain itu istilah spasial juga menggambarkan hubungan
antara sebuah fenomena kejadian dengan semua benda dan fenomena yang ada di permukaan bumi
yang diperkirakan memiliki hubungan satu sama lain

analisis spasial merupakan salah satu metodologi manajemen penyakit berbasis wilayah merupakan
suatu analisis dan uraian tentang data penyakit secara geografi berkenaan dengan distribusi
kependudukan persebaran faktor risiko lingkungan ekosistem sosial ekonomi serta analisis hubungan
antar variabel, kejadian penyakit dapat dikaitkan dengan berbagai objek yang memiliki keterkaitan
dengan lokasi topografi benda-benda distribusi benda-benda ataupun kejadian lain dalam sebuah File
atau ruangan atau pada titik tertentu serta dapat pula dihubungkan dengan peta dan ketinggian, analisis
spasial penyakit tuberkolosis misalnya memperhatikan jumlah penderita dalam satu wilayah pada waktu
tertentu dengan memperhatikan variabel ketinggian kepadatan penduduk suhu kelembaban dan
perilaku suatu masyarakat atau penduduk

kini telah dikembangkan disk atau Geographic Information System pendekatan spasial dengan alis Azis
penting untuk dilakukan karena dengan analisis tersebut dapat ditentukan kepadatan penduduk dengan
dengan kasus tuberkulosis juga dengan metode mapping bisa ditentukan siapa dan dimana orang-orang
yang bisa melakukan akses terhadap pelayanan dapat pula mengetahui dimana fokus KLB cakupan
imunisasi dan lain sebagainyaOleh sebab itu dalam sistem kewaspadaan Dini penulisan alamat secara
pasti pada catatan medik di rumah sakit sangat penting bahkan esensial, istilah manajemen penyakit
berbasis wilayah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai spesial management of desease.

Analisis spasial dalam manajemen penyakit berbasis wilayah

istilah spasial dalam perkembangan penggunaannya selain berat mana ruang dan waktu dengan segala
macam makhluk hidup maupun benda mati dalamnya seperti iklim suhu topografi Cuaca dan
kelembabankalau diibaratkan sebuah gelas raksasa yang terbalik di tengah gurun sahara ataupun di
hutan hutan Kalimantan pada suatu waktu maka udara berikut benda-benda didalamnya termasuk
permukaan alas dari gelas tersebut bermakna wilayah atau spasial

spasial juga mempunyai arti selain suatu yang dibatasi oleh ruang dan waktu juga dibatasi oleh
komunitas dan atau transportasi sedangkan data spasial adalah data yang menunjukkan posisi ukuran
dan kemungkinan hubungan topografi dari semua objek yang ada di muka bumi

perangkat untuk mengumpulkan menyimpan menampilkan dan menghubungkan data spasial dari
fenomena geografis untuk dianalisis dan hasilnya dikomunikasikan kepada pengguna data sebagai dasar
pengambilan keputusan adalah Geographic Information System atau dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan sistem informasi geografis

Batasan dan pengertian


analisis spasial memiliki sejarah penting upaya-upaya untuk membandingkan kejadian penyakit pada
suatu wilayah dengan wilayah lain serta upaya mempelajari penyebaran penyakit secara geografi, analisis
spasial umumnya merupakan membuka jalan bagi studi Lebih detail dan akurat menawarkan pendekatan
alternatif untuk menghasilkan mengutamakan dan menganalisis data untuk mencari sebab sebab serta
faktor risiko penyakit berkenaan Meskipun banyak memiliki potensi kelemahan seperti salah klasifikasi
representative nomor analisis spasial lebih mudah cepat dan murah untuk dilakukan dibanding cash
control study atau cohort study, dengan catatan telah tersedia data surveilans yang dilakukan secara
sistematik d lebihan periodik serta menggabungkannya dengan data dasar sistem informasi geografis,
analisis spasial penyakit sebaiknya digunakan pada pertama penyakit baru yang belum diketahui secara
jelas berbagai faktor resikonya kedua penyelidikan faktor risiko baru dari sebuah penyakit lama dalam
suatu wilayah.

dengan demikian analisis spasial dalam manajemen penyakit berbasis wilayah dapat dirumuskan sebagai
uraian dan analisis kejadian penyakit serta menghubungkannya dengan semua data spasial yang
diperkirakan merupakan faktor risiko Kesehatan baik lingkungan maupun sektor sosial ekonomi dan
perilaku masyarakat setempat dalam sebuah wilayah sosial sebagai dasar manajemen penyakit atau
kajian lebih lanjut analisis spasial terdiri dari body of teknik yang menganalisis dua hal sekaligus yakni
sebuah titik atau lokasi atau sebuah event dalam hal ini kejadian penyakit kasus hubungannya dengan
variabel faktor-faktor yang mempengaruhinya atau berhubungan pada wilayah sebuah spasial atau
permukaan bumi.

Beberapa teknik dalam analisis spasial

1. Pengukuran

pengukuran diukur langsung dengan skala dengan garis lurus melengkung atau luas untuk itu telah
dikembangkan software untuk analisis hubungan antar variabel yang diobservasi lokasi diukur
berdasarkan ukuran langsung skala proyeksi dan lain-lain

2. analisis topologis

analisis topologi deskripsi dan analisis hubungan sosial antar variabel misal teknik overlay kejadian
penyakit tuberkolosis dengan kepadatan hunian rumah sehat dan kualitas udara

3. Analisis jejaringan

analisis dijaring adalah cabang analisis spasial dan investigasi alur atau aliran melalui jejaring model satu
set titik yang dihubungkan satu sama lain dengan gambaran aliran, misal untuk menentukan jalur
terpendek pelayanan emergency

4. Teknik analisis permukaan

mengeliminir beberapa data yang tidak diperlukan agar terlihat lebih mudah melihat hubungan sebuah
titik atau beberapa titik dengan benda-benda atau unit-unit dalam satu wilayah spasial
5. Statistik spasial

dengan statistik spasial misalnya menentukan korelasi secara statistik trend permukaan atau
menentukan tetangga terdekat dan lain-lain

analisis spasial juga dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok utama yaitu pemetaan penyakit kedua
studi hubungan geografis ke 3 pengelompokan penyakit

1. Pemetaan penyakit

pemetaan penyakit Memberikan suatu ringkasan visual yang cepat tentang informasi geografis yang
amat kompleks dan dapat mengidentifikasi hal-hal atau beberapa informasi yang hilang apabila sajikan
dalam bentuk tabel sebagai contoh misalnya adanya cakupan imunisasi polio yang rendah dalam sebuah
wilayah atau cakupan pelayanan tuberkulosis.

Cara khusus dapat menunjukkan angka mortalitas morbiditas untuk suatu area geografi seperti suatu
negara provinsi atau daerah

2. Studi korelasi geografi

studi korelasi geografi Tujuannya adalah untuk menguji variasi geografi disilangkan dengan populasi
kelompok pemajanan ke variabel lingkungan yang mungkin diukur di udara air atau tanah ukuran
demografi dan sosial ekonomi seperti pendapatan dan ras atau faktor gaya hidup seperti merokok dan
diet dalam hubungannya dengan hasil kesehatan mengukur pada suatu skala geografi

3. Pengelompokkan penyakit

pengelompokan penyakit penyakit tertentu yang mengelompokkan pada wilayah tertentu patut dicurigai
dengan bantuan pemetaan yang baik insidensi penyakit diketahui berada pada lokasi lokasi tertentu
dengan penyelidikan lebih mendalam maka dapat dihubungkan dengan sumber sumber penyakit seperti
tempat pembuangan sampah Akhir Jalan Raya pabrik tertentu pembangkit atau seluruh udara tegangan
tinggi namun harus diingat bahwa pendidikan dalam teknik pengelompokan penyakit dan insidensi
penyakit yang dapat yang dekat sumber penyakit pada umumnya berasumsi bahwa latar belakang
derajat siku-siku yang sama padahal sebenarnya konsentrasi amat bervariasi antara waktu dan antar
wilayah

Sumber buku manajemen peny berbasis wilayah umar pahmi 2014

PEDOMAN NASION PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

KEMENKES
bersin pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomi yaitu 15 sampai 50 tahun,
diperkirakan seorang pasien TB dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, hal
yg tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20 sampai 30%,
jika yang meninggal akibat Ibu maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun selain merugikan
secara ekonomi Chibi juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial seperti setiap akan dikucilkan
oleh masyarakat

Penyebab utama meningkatnya beban masalah tinggi antara lain adalah

1. kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat seperti pada negara-negara yang sedang berkembang

2. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan disparitas yang terlalu lebar sehingga masyarakat
masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi papan sandang dan pangan yang buruk

3. beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran tingkat pendidikan yang
rendah pendapatan perkapita yang masih rendah yang berakibat pada kerentanan masyarakat terhadap
TB

4. kegagalan program terjadi selama ini Hal ini disebabkan oleh tidak memadainya komitmen politik dan
pendanaan, tidak memadainya organisasi pelayanan TB kurang terakses oleh masyarakat, penemuan
kasus atau diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan
pencatatan dan pelaporan yang standar dan sebagainya, salah persepsi terhadap manfaat dan efektivitas
BCG, infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau
pergolakan masyarakat, belum adanya sistem jaminan kesehatan yang bisa mencakup masyarakat luas
secara merata

5 perubahan demografi karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur
kependudukan

6. besarnya masalah kesehatan lain yang bisa mempengaruhi tetap tingginya beban diri seperti gizi buruk
merokok dan diabetes

7. dampak pandemi HIV pandemi HIV atau AIDS di dunia akan menambah permasalahan Chibi koinfeksi
dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan

8.pada saat yang sama kekebalan ganda kuman TB thd obat annti TB atau multi drug resisten Semakin
menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan keadaan tersebut pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya epidemi TB yg sulit ditangani.

PERJALANAN ALAMIAH TB PADA MANUSIA

terdapat empat tahapan perjalanan alamiah penyakit tahapan tersebut meliputi tahapan infeksi
menderita sakit dan meninggal dunia yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

a. Paparan
Peluang peningkatan paparan terkait dengan : jumlah kasus Manohara di masyarakat, peluang kontak
dengan kasus menular, tingkat daya tular dahak sumber penularan, intensitas batuk sumber penularan,
lamanya waktu kontak dengan sumber penularan, faktor lingkungan yang meliputi konsentrasi kuman di
udara seperti ventilasi sinar ultraviolet penyaringan adalah faktor yang dapat menurunkan konsentrasi,
paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk terinfeksi setelah terinfeksi ada beberapa
faktor yang menentukan seseorang akan terinfeksi saja menjadi sakit dan kemungkinan meninggal dunia
karena TB.

b. infeksi

Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6 sampai 14 minggu setelah infeksi

Reaksi imunologi (lokal) : kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh makrofag dan kemudian
berlangsung reaksi antigen- antibodi

Reaksi imunologi umum

Hasil tuberculin test menjadi positif

Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja koma tetap hidup dalam lesii tersebut Dan suatu saat
dapat aktif kembali, penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi sebelum
penyembuhan lesi

c. Sakit TB

Faktor risiko untuk menjadi sakit TBC adalah tergantung dari: konsentrasi atau jumlah kuman yang
terhirup, lamanya waktu sejak terinfeksi, usia seseorang yang terinfeksi, tingkat daya tahan tubuh
seseorang, catatan : hanya sekitar 10% yang terinfeksi TBC akan menjadi TB. namun bila seseorang
dengan HIV positif akan meningkatkan kejadian TB melalui proses reaktivasi TB umumnya terjadi pada
paru ( TB paru) namun penyebabnya melalui aliran darah atau getah bening dapat menyebabkan
terjadinya TB diluar organ paru (TB ekstra paru)

d. Meninggal dunia

Faktor risiko kematianTB karena : akibat dari keterlambatan diagnosis, pengobatan tidak adekuat, adanya
kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit penyerta, pasien TB tanpa pengobatan 50% akan
meninggal dan risiko ini meningkat pada pasien dengan HIV positif

UPAYA PENGENDALIAN TB

Sejalan dengan meningkatnya kasus TBC pada awal tahun 90-an WHO dan IUATLD mengembangkan
strategi pengendalian TBC yang dikenal sebagai strategi DOTS (directy treatment short course). Strategi
DOTS Terdiri dari 5 komponen kunci yaitu
a. Komitmen politis dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan

b. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya

c. Pengobatan yang standar dengan supervisi dan dukungan bagi pasien

d. Sistem pengelolaan dan ketersediaan obat anti TB yang efektif

e. sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil
pengobatan pasien dan kinerja program.

WHO berilah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam pengendalian TB sejak tahun
1995. Bank Dunia menyatakan strategi sebagai salah satu intervensi kesehatan yang secara ekonomi
sangat efektif. integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi Efisiensi dan
efektivitas nya, 1 study cost benefit yang dilakukan di Indonesia menggambarkan bahwa dengan
menggunakan strategi DOTS setiap dolar yang digunakan untuk membiayai program pengendalian TBC
akan menghemat sebesar 55 dolar selama 20 tahun, Fokus utama DOTS

Fokus utama dots adalah penemuan dan penyembuhan pasien prioritas diberikan kepada pasien TB
menular strategi ini akan memutuskan rantai penularan TB dan dengan demikian menurunkan insiden TB
di masyarakat menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya
pencegahan penularan TB dengan demikian semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi program
di banyak negara pada tahun 2005 strategi dots di atas oleh Global stop TB patnership strategi dots
tersebut diperluas menjadi strategis stop TB Yaitu :

Strategi stop TB : mencapai mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS, merespon masalah TB
HIV MDRTB dan tantangan lainnya, berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan, melibatkan semua
pemberi Pelayanan Kesehatan baik pemerintah maupun swasta, memberdayakan pasien dan
masyarakat, melaksanakan dan mengembangkan penelitian

pada tahun 2013 muncul usulan dari beberapa negara anggota Who yang mengusulkan adanya strategi
baru untuk pengendalian TB yang mampu menahan laju infeksi baru mencegah kematian akibat TB
mengurangi dampak ekonomi akibat TB dan Meletakkan landasan ke arah eliminasi TB, eliminasi TB akan
tercapai bila angka insidensi TB berhasil diturunkan mencapai 1 kasus TB per 1 juta penduduk sedangkan
kondisi yang memungkinkan pencapaian eliminasi TB (pra eliminasi) adalah bila angka insidensi mampu
dikurangi menjadi 10 per 100000 penduduk dengan angka insidensi Global tahun 2012 mencapai 122
per 100000 penduduk dan menurunkan angka insidensi sebesar 1-2% setahun maka tidak akan
memasuki kondisi pra eliminasi pada tahun 2160. Untuk itu perlu ditetapkan strategi baru yang lebih
komprehensif bagi pengendalian TB secara global

pada sidang WHO ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi pengendalian TB Global pasca
2015 yang bertujuan untuk menghentikan epidemi Global TB pada tahun 2035 yang ditandai dengan :
penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015, penurunan angka insidensi
TBC sebesar 90% (menjadi 10 per 100000 penduduk).
strategi tersebut dituangkan dalam tiga pilar strategi utama dan komponen komponennya yaitu :

1. Integrasi layanan TBC terpusat pada pasien dan upaya pencegahan TBC

a. Diagnosa TBC Sudah di mungkin termasuk uji kepekaan OAT bagi semua dan penapisan TBC secara
sistematis Bagi kontak dan kelompok populasi berisiko tinggi

b. pengobatan untuk semua pasien TBC termasuk untuk penderita resisten obat dengan disertai
dukungan yang berpusat pada kebutuhan pasien

c. upaya pemberian pengobatan pencegahan pada kelompok rentan dan beri sekolah tinggi serta
pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC

2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas

a. komitmen politis yang diwujudkan dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan pencegahan TBC

b . keterlibatan aktif masyarakat organisasi sosial kemasyarakatan dan pemberi layanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta

c. penerapan layanan kesehatan semesta dan kerangka kebijakan lain yang mendukung pengendalian
TBC seperti wajiblapor registrasi Vita tata kelola dan penggunaan obat rasional serta pengendalian
infeksi

d. jaminan sosial pengentasan kemiskinan dance kegiatan lain untuk mengurangi dampak determinan
sosial terhadap TB

3. Intensifikasi riset dan inovasi

a. penemuan pengembangan dan penerapan secara cepat alat metode intervensi dan strategi baru
pengendalian TB

b. pengembangan riset untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan dan merangsang inovasi inovasi baru
untuk mempercepat pengendalian program pengendalian TB

PENGENDALIAN TB DI INDONESIA

3. Diagnosis tuberkulosis

diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA positif pada
pemeriksaan dahak secara mikroskopis, Hasil pemeriksaan BPK Takan positif apabila Sedikitnya dua dari
3 spesimen hasilnya positif, bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak sewaktu (pagi) diulang.

a. kalau hasil rongsen mendukung tuberkulosis paru maka penderita di diagnosis sebagai penderita
tuberkulosis paru BTA positif.
b. kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkolosis paru maka pemeriksaan dahak di ulang dengan SPS
lagi.

Apabila fasilitas memungkinkan maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan, bila 3 spesimen dahak
hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas (misal kntrioksasol atau amoksisilin) selama 1 sampei
2 minggu, bila tidak ada perubahan su namun gejala klinis tetap mencurigakan tuberkulosis paru ulangi
pemeriksaan dahak SPS

a. kalau hasilnya PSPS positif maka diagonal sisi bagi penderita tuberkulosis paru BTA positif

b. kalau hasil SPSS tetap negatif dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk mendukung diagnosis
tuberkulosis paru

1 bila hasil rontgen mendukung tuberkolosis paru didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA
negatif dan rontgen positif

2. Bill hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru penderita tersebut bukan tuberkolosis paru

untuk lebih jelasnya lihat alur bagan 2.3 diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa

4. Penemuan penderita tuberkulosis paru

Penemuan penderita tuberkulosis paru dilakukan secara

a. Passive promotif Case finding

Yaitu penemuan penderita secara pasif dengan promotif aktif pada pengunjung (ber tersangka atau
suspek). di unit pelayanan kesehatan penemuan sejarah pasir tersebut didukung dengan pemilihan
secara aktif baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan
tersangka penderita tuberkulosis paru

b. Pemeriksaan pada tersangka yang kontak dengan penderita

yaitu semua orang yang kontak dengan penderita tuberkulosis paru dengan BTA positif dengan gejala
yang sama kemudian di periksa dahak yang meliputi 3 spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu atau SPS,
dilakukan selama 2 hari berturut-turut dan dahak yang terkumpul dikirim ke laboratorium.

5 . Klasifikasi penyakit tuberkulosis paru dan tipe penderita

penemuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis paru memerlukan suatu definisi khusus
yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe penderita

Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus yaitu :

a. Organ tubuh yang sakit paru atau ekstra paru


b. hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung BTA positif atau BTA negatif

c. Riwayat pengobatan sebelumnya baru atau sudah pernah di obati

d. Tingkat keparahan penyakit berat atau ringan

tujuan dari pada klasifikasi penyakit jantung penderita adalah untuk menetapkan panduan obat anti
tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai

5.1 klasifikasi penyakit tuberkulosis paru

a. Tuberkulosis paru BTA positif

1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

2. pesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis
aktif

b. Tuberkulosis paru BTA negatif

pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan
gambaran tuberkolosis aktif, tuberkulosis paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya itu berat dan ringan bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada
memperlihatkan kerusakan paru yang luas misalnya, dan keadaan umum penderita Buruk, bentuk ringan
bila gambar foto ronsen dada memperlihatkan sedikit kerusakan paru dan keadaan umum penderita baik

c. tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain baru misalnya pada selaput otak selaput jantung
kelenjar limfe tulang persendian kulit usus ginjal saluran kencing alat kelamin dan lain-lain

5.2 tipe penderita tuberkulosis paru

Rita Bunda Rita yang ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya ada beberapa tipe
penderita yaitu :

a. Kasus baru

kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan oat atau sudah pernah menelan out
kurang dari 1 bulan

b. Kambuh (telapak)

adalah penderita tuberkulosis paru yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis paru
dan telah dinyatakan sembuh kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif

c. Pengobatan setelah lalai (default/drop out)


adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan dan berhenti 2 bulan atau lebih kemudian
datang kembali berobat umumnya penderita tersebut kembali dengan pemeriksaan dahak BTA positif

d. Pindahan

adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah
berobat ke Kabupaten ini

e. Gagal.

adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan
kelima 1 bulan setelah pengobatan atau lebih

adalah penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan kedua
pengobatan

f.. Kasus kronis

adalah penderita dengan hasil pemeriksaan sputum masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang
kategori 2

6. Pengobatan tuberkulosis paru

pengobatan penderita tuberkulosis paru harus dengan panduan beberapa obat anti tuberkulosis (OAT)
berkesinambungandan dalam waktu tertentu agar mendapatkan hasil yang optimal, kesembuhan yang
baik akan memperlihatkan sputum BTA negatif adanya perbaikan radiologi dan menghilangkan gejala
penyakit

tujuan pengobatan tuberkulosis paru dengan jangka pendek adalah untuk memutus mata rantai
penularan dengan menyembuhkan penderita tuberkulosis paru minimal 80% dari seluruh kasus
tuberkulosis paru BTA positif yang ditemukan serta mencegah resistensi

6.1 jenis dan dosis OAT

a. Isoniasid(H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari
pertama pengobatan. obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolit aktif yaitu kuman
yang sedang berkembang. Dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan, sudahkan pengobatan intermiten
tiga kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kgBB

b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi Dormant( Persiter) yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniasid, dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermittent tiga kali
seminggu

c. Pirasinamid (Z)

bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam dosis harian
yang dianjurkan adalah 25 mg/kg BB Sedangkan untuk pengobatan intermiten tiga kali seminggu
diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB

d. Streptomisin (S)

bersifat bakterisid dan dosis harian yang dianjurkan adalah 15 MG per kg berat badan Sedangkan untuk
pengobatan intermiten tiga kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berkumur sampai 60
tahun dosisnya 0,75 gram per hari Sedangkan untuk umur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/ hari

e. Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15 MG/kg BBSedangkan untuk pengobatan
intermiten tiga kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg BB

6.2 prinsip pengobatan

obat tuberkulosis paru diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dalam jumlah cukup dan
dosis tepat selama 6 bulan supaya semua kuman dapat dibunuh, dosis tahap awal dan dosis tahap
lanjutan diberikan sebagai dosis tunggal apabila paduan obat yang diberikan tidak adekuat (jenis basis
dan jangka waktu pengobatan) , kuman tuberkulosis akan berkembang menjadi kuman yang kebal
terhadap OAT atau resisten. untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat pengobatan perlu
didampingi oleh seorang pengawas menelan obat atau (PMO)

pengobatan diberikan dalam dua tahap Tahap awal dan tahap lanjutan pada tahap intensif penderita
mendapat OAT setiap hari Selama 2 bulan Bila tahap intensif diberikan secara tepat biasanya penderita
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.sebagian besar penderita tuberkulosis paru BTA
positif menjadi BTA negatif pada akhir pengobatan intensif. pada tahap lanjutan penderita mendapat
jenis obat 3 kali dalam seminggu namun dalam jangka waktu selama 4 bulan

7. Pencegahan penyakit Tuberkulosis

Mencegah lebih baik daripada mengobati kata-kata itu selalu menjadi acuan dalam penanggulangan
penyakit TB paru di masyarakat Adapun upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah

a. Pemerintah tidak menggunakan kepada orang lain

1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tisu

2. Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu pertama pengobatan
3. tidak meludah di sembarang tempat tetapi dalam wadah yang diberi lysol kemudian dibuang dalam
lubang atau ditimbun dalam tanah

4. Menjemur alat tidur secara teratur pagi hari

5. membuka jendela pagi hari agar rumah mendapat udara bersih dan cahaya matahari yang cukup
sehingga kuman tuberkulosis paru dapat mati.

b. Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberkulosis paru

1. meningkatkan daya tahan tubuh antara lain dengan makan makanan yang bergizi

2. Tidur dan istirahat yang cukup

3. Tidak merokok dan tidak minum minuman yang mengandung alkohol

4. membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur dan ruang lainnya

5. Imunisasi BCG pada bayi

6. Segera periksa bila Timur batuk lebih dari 3 minggu

7. Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat

tempat pengobatan Setelah 5 tahun 50% dari penderita tuberkulosis paru akan meninggal 24 sen akan
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi dan 25% sebagai kasus kronik yang tetap menular

8. Epidemiologi tuberkulosis Paru

epidemiologi penyakit tuberkulosis paru adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara kuman (Ageng)
mycobacterium tuberculosis (host) dan lingkungan( environment). Disamping itu mencakup distribusi
dari penyakit perkembangan dan penyebarannya termasuk di dalamnya juga mencakup prevalensi dan
insidensi penyakit tersebut yang timbul dari populasi yang tertular.

pada penyakit tuberkulosis paru sumber infeksi adalah manusia yang mengeluarkan Basir Tuber kolosis
dari saluran pernapasan kontak Yang rapat misalnya dalam keluarga menyebabkan banyak kemungkinan
penularan melalui droplet

epidemiologi tuberkulosis paru mempelajari tiga Proses khusus yang terjadi pada penyakit ini yaitu:

a. Penyebaran atau penularan dari kuman tuberkulosis

b. perkembangan dari kuman tuberkulosis paru yang mampu mengeluarkan pada orang lain setelah
orang tersebut terinfeksi dengan kuman tuberkulosis
c. perkembangan lanjut dari kuman tuberkulosis sampai penderita sembuh atau meninggal karena
Penyakit ini.

9. Patologi penyakit tuberkulosis paru

a. Infeksi primer

pada penyakit tuberkulosis paru sumber infeksi adalah manusia yang mengeluarkan basil tuberkel dari
saluran pernapasan, kontak yang dapat menyebabkan banyak kemungkinan penularan melalui inti
coklat, infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman tuberkulosis, droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosiliar bronkus,
dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana, infeksi di Malang saat kuman
tuberkulosis paru berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, dan kini disebut
sebagai Kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan Kompleks primer adalah
4 sampai dengan 6 minggu.

adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi
positif, kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis. meskipun demikian ada
beberapa kuman akan menetap sebagai pemakai resisten atau dormant ( tidur), kadang-kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kena akibatnya dalam beberapa bulan yang
bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis paru, masa inkubasinya yaitu waktu yang diperlukan
mulai ke infocus yang terjadi saat diperkirakan selama 6 bulan

b. Tuberkulosis paru Paskah primer

tuberkulosis paru Paskah primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer,, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau sakit gigi yang buruk ciri
khas dari tuberkulosis paru primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas pelita.

c. Komplikasi pada penderita TB

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut

1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena
syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas

2. Kolaps dari lobus akibat retraksi brinchial

3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru

4. Pneumotorak ( adanya udara di dalam rongga pleura) spontan, kolaps spontan karena kerusakan
jaringan.
5. penyebaran infeksi ke orang lain seperti otak tulang persendian ginjal dan sebagainya

11. faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian tuberkulosis

Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu bibit penyakit (agent) penjamu (host) dan lingkungan (environment). Tiga faktor penting disebut
Segitiga epidemiologi, hubungan ketiga vektor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai
timbangan yaitu agen penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan
lingkungan sebagai penumpunya.

bila agen penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan seimbang maka seseorang berada
dalam keadaan sehat perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit,
penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agen penyebab terjadi lebih berat sehingga
seseorang menjadi sakit, demikian pula 2 jam penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan faktor
penjamu tetap, makan obat izin penyebab menjadi lebih besar. Sebaliknya bila daya tahan tubuh
seseorang baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. apabila faktor lingkungan berubah
menjadi cenderung menguntungkan agen penyebab penyakit maka orang akan sakit pada prakteknya
seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut :

Agent

Agent adalah penyebab yang esensial yang harus ada Apabila penyakit tembakau Toman vs tetapi agent
sendiri tidak sufficent atau memenuhi syarat untuk menimbulkan penyakit, agen memerlukan dukungan
faktor penentu agar penyakit dapat manifest, agent yang mempengaruhi penularan penyakit
tuberkulosis paru adalah kuman mycobacterium tuberculosis, agent ini dipengaruhi oleh virulensi
patogenesis dan infektifitas.

Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme Untuk menimbulkan penyakit pada host, pathogenitas
agent dapat berubah dan tidak sama derajatnya bagi berbagai host berdasarkan sumber yang sama
pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah

Infektifitas adalah kemampuan suatu mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host, dan berkembang biak
di dalamnya, berdasarkan sumber yang sama infektivitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat
menengah

Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host.berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman
tuberkulosis Bali termasuk tingkat tinggi Jadi kemarin yg tidak dapat dianggap remeh begitu saja.

Host

manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman mycobacterium tuberculosis kuman tuberkulosis
menular melalui droplet nuclei, seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10 sampai 15
orang, menurut penelitian pusat ekologi kesehatan tahun 1991 menunjukkan tingkat penularan
tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi di mana seseorang penderita rata-rata dapat
menularkan kepada 2 sampai 3 orang di dalam rumahnya dalam rumah dengan ventilasi baik cuman ini
dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangan yang menggunakan pembersih
udara yang bisa menangkap kuman TB

Enviroment

lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri house baik benda mati benda hidup nyata atau
abstrak seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik,lingkungan fisik dari dari keadaan geografis dataran
tinggi atau rendah persawahan dan lain-lain, kelembaban udara, temperatur, atau suhu, lingkungan
tempat tinggal, Adapun lingkungan non fisik meliputi sosial (pendidikan, pekerjaan) budaya, ekonomi,
dan politik, suksesi kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan penanggulangan
suatu penyakit.

12. Faktor risiko tuberkulosis

Faktor risiko yaitu semua variabel yang berperan timbulnya kejadian penyakit. pada dasarnya berbagai
faktor risiko penyakit tuberkulosis paru saling berkaitan satu sama lainnya.berbagai faktor risiko dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu kependudukan dan faktor lingkungan

a. Faktor risiko karakteristik penduduk

kejadian penyakit tuberkulosis paru merupakan hasil interaksi antara komponen lingkungan yakni udara
yang mengandung hasil tuberkolosis dengan masyarakat serta dipengaruhi berbagai faktor variabel yang
mempengaruhinya, variabel pada masyarakat secara umum dikenal sebagai variabel kependudukan
banyak pada bab kependudukan yang memiliki peran dalam timbulnya atau kejadian penyakit
tuberkulosis paru yaitu

Jenis kelamin

dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten mayoritas penderita tuberkulosis paru adalah
wanita hal ini masih memerlukan Penyelidikan dan penelitian lebih lanjut baik pada tingkat behavioral
dan tingkat tujuan sistem pertahanan tubuh maupun tingkat molekuler untuk sementara diduga jenis
kelamin wanita merupakan faktor risiko yang masih memerlukan evidence pada masing-masing wilayah
sebagai dasar pengendalian atau dasar manajemen

Umur

Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru,risiko untuk mendapatkan penyakit
tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti kurva normal terbalik yakni tinggi ketika awalnya

Kondisi sosial ekonomi


b faktor risiko lingkungan

1. Kepadatan penghuni rumah

kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga
dalam 1 rumah tinggal persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh Perumahan biasa dinyatakan dalam
meter persegi per orang. luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan
fasilitas yang tersedia untuk rumahan sederhana minimum 9 m/orang untuk kamar tidur diperlukan
minimum 3 m/orang, kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih besar 2 orang, kecuali untuk suami istri
dan anak dibawah 2 tahun,Apabila ada anggota keluarga yang menjadi penderita penyakit tuberkolosis
sebaiknya tidak tidur dengan anggota keluarga lainnya

secara umum pemilihan kepadatan hunian dengan menggunakan kata dan standar minimum yaitu
kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi dua antara lantai dengan
jumlah penghuni yaitu 9 meter persegi per orang

Berikan pengaruh bagi penghuninya, luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuni akan
menyebabkan berjualan atau over crowded, hal ini tidak sehat karena disamping menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi terutama
tuberkolosis akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain di mana seorang penderita rata-
rata dapat menularkan kepada 2 sampai 3 orang di dalam rumahnya, semakin padat maka perpindahan
penyakit khususnya penyakit melalui udara akan semakin mudah dan cepat. Oleh karena itu kepadatan
hunian dalam rumah tempat tinggal merupakan variabel yang berperan dalam kejadian tuberkulosis.

untuk itu depan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah membuat peraturan tentang rumah
sehat dengan rumus jumlah penghuni dibagi luas bangunan, syarat rumah dianggap sehat adalah 9
meter persegi per orang ,( Depkes 2003).

2.lantai rumah

setiap hipotesis jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian tuberkulosis melalui
kelembaban dalam ruangan lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban dengan demikian
viabilitas kuman tuberkulosis di lingkungan juga sangat dipengaruhi

lantai merupakan dinding penutup ruangan bagian bawah konstruksi lantai rumah harus terdapat air dan
selalu kering agar mudah dibersihkan dari kotoran dan debu Selain itu dapat menghindari naiknya tanah
yang dapat menyebabkan meningkatnya a kelembaban dalam ruangan untuk mencegah masuknya air ke
dalam rumah maka lantai rumah sebaiknya dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah, keadaan lantai
rumah perlu dibuat dari bahan yang kedap air sehingga lantai tidak menjadi lembab dan selalu basah
seperti semen dan keramik

lantai yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan tempat hidup dan perkembangbiakan kuman atau
Vektor penyakit menjadikan udara dalam ruangan lembab pada musim panas lantai menjadi kering
sehingga dapat menimbulkan debu yang berbahaya bagi penggunanya keadaan lantai rumah perlu
dibuat dari bahan yang kedap terhadap air seperti tegel, semen, atau keramik
3 ventilasi

ventilasi adalah usaha untuk memenuhi kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan
manusia berdasarkan kejadiannya maka ventilasi dapat dibagi kedalam dua jenis yaitu ventilasi alam dan
ventilasi buatan

Ventilasi alam :ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan yaitu daya difusi dari gas gas, gerakan
angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur, ventilasi alam ini mengandalkan
Pergerakan udara bebas (angin) temperatur udara dan kelembaban selain melalui Jendela pintu dan
lubang angin atau ventilasi pun dapat diperoleh dari Pergerakan udara sebagai hasil sifat polos dinding
ruangan atap dan lantai

Ventilasi buatan : pada suatu waktu diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan alat
mekanis maupun elektrik alat-alat tersebut diantaranya anak kipas angin exhauster dan AC,
persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut :

a. luas lubang ventilasi tetap minimal 5% dari luas lantai ruangan sedangkan luas lubang ventilasi
insidentil dapat dibuka dan ditutup minimal 5% dari luas lantai jumlah keduanya menjadi 10% dari
luas lantai ruangan

b. udara yang masuk harus bersih tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik knalpot kendaraan
debu dan lain-lain

c. aliran udara di usahakan Cross ventilation dengan menempatkan lubang ventilasi berhadapan
antara dua dinding aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar sampai seperti
lemari dinding sekat dan lain-lain

secara umum ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai
dengan menggunakan rol meter menurut indikator Bengawan rumah luas ventilasi yang memenuhi
syarat kesehatan Allah lebih besar dari 10% lantai rumah, dan luas ventilasi yang tidak memenuhi
syarat kesehatan adalah lebih kecil 10% dari lantai rumah (sumber Departemen Kesehatan RI tahun
1989)

rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi
penghuninya salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga aliran udara di rumah tetap segar, luas
ventilasi rumah yang lebih kecil 10 m dari luas lantai akan mengakibatkan kurangnya konsentrasi
oksigen dan bertambahnya konsentrasi karbondioksida yang besi bersifat racun bagi penghuninya,
Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan, kelembaban ruangan yang tinggi akan
menjadi media yang baik untuk tumbuh dan kembang biaknya bakteri bakteri patogen termasuk
tumbuhan mycobacterium tuberculosis, Selain itu fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri terutama bakteri patogen seperti tuberkolosis karena disitu selalu terjadi
aliran udara yang terus-menerus bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir (notoatmodjo
2003), Selain itu luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan
terhalangnya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah
akibatnya kuman tuberkulosis yang ada dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama
udara pernapasan,

ventilasi bermanfaat bagi sirkulasi pergantian udara dalam rumah serta mengurangi kelembaban
keringat manusia juga dikenal mempengaruhi kelembaban semakin banyak manusia dalam satu
ruangan kelembaban semakin tinggi khususnya karena uap air baik dari pernapasan maupun keringat,
kelembaban udara ruangan tertutup di mana banyak terdapat manusia di dalamnya lebih tinggi
dibanding kelembaban di luar ruangan

ventilasi mempengaruhi proses difusi udara juga dengan kata lain mengencerkan konsentrasi kuman
tuberkulosis dan kuman yang terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet. ventilasi juga dapat
merupakan tempat untuk memasukkan cahaya UltraViolet hal ini akan semakin baik apabila
konstruksi rumah menggunakan genting kaca maka hal ini merupakan kombinasi yang baik menurut
persyaratan ventilasi yang baik adalah 10% dari luas lantai (Kemenkes 1999 Depkes 2003),

d. Pencahayaan

Rumah Sehat memerlukan cahaya yang cukup khususnya cahaya alam berupa cahaya matahari yang
berisi antara lain ultraviolet, cahaya matahari minimal masuk 60 lobus dengan syarat tidak
menyilaukan, pencahayaan rumah yang tidak amunisi ada ATM risiko 2,5 kali terkena tuberkulosis
dibandingkan dengan rumah yang tidak memenuhi syarat menurut penelitian siap ....

Pencahayaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang bersumber dari matahari atau alami yaitu
semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari alamiah misalnya melalui jendela
atau genteng kaca

1. Cahaya alamiah

cahaya alamiah yakni Matahari Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri patogen di
dalam rumah misalnya kuman TBC, Oleh karena itu rumah yang cukup sehat sih Jogja Ada apa harus
mempunyai jalan masuk yang cukup atau jendela luasnya sekurang-kurangnya 15 sampai 20%, perlu
diperhatikan agar sinar matahari dapat langsung ke dalam ruangan tidak terhalang oleh bangunan lain
fungsi jendela di sini Selain sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya Selain itu jalan
masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca

2. Cahaya buatan

cahaya buatan yaitu cahaya menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah seperti lampu minyak
tanah listrik api dan lain-lain, kualitas dari cahaya buatan tergantung dari terangnya sumber cahaya,
secara umum pengukuran pencahayaan terhadap sinar matahari adalah dengan menggunakan lux
meter yang diukur di tengah-tengah ruangan pada tempat setinggi lebih kecil 84 cm dari lantai, dengan
ketentuan tidak memenuhi syarat kesehatan bila lebih kecil 50 lux atau ilebih besar 300 Lux,

e. Kelembaban.
Kelembaban udara adalah presentase jumlah kandungan air dalam udara, kelembaban terdiri dari dua
jenis yaitu kelembaban Absolut yaitu berat uap air per unit volume udara, kedua kelembaban nisbi
atau relatif yaitu banyaknya uap air dalam udara pada suatu temperatur terhadap banyaknya uap air
pada saat udara jenuh dengan uap air pada temperatur tersebut

Secara umum penilaian kelembaban dalam ruangan dengan menggunakan higrometer, menurut
indikator pengawasan Perumahan kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah
adalah 40 s.d 70% dan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 40 dan >
70, (Depkes 1989)

rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh
bagi penghuninya rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme antara lain bakteri,spiroket, ricketsia dan virus, mikroorganisme tersebut dapat
masuk ke dalam tubuh melalui udara Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran
mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadap mikroorganisme, bakteri
mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain akan tumbuh dengan subur pada lingkungan
dengan kelembaban Tinggi karena air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan
hal yang esensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri ( Gould dan Broker(2003),
Selain itu kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri bakteri
patogen termasuk bakteri tuberkulosis, penelitian ,.......

f. Ketinggian

Ketinggian secara umum mempengaruhi kelembaban dan suhu lingkungan, setiap kenaikan 100 meter
selisih suhu udara dengan permukaan laut sebesar 0,5 derajat Celcius, ketinggian berkaitan dengan
kelembaban juga dengan kerapatan oksigen kuman mycobacterium tuberculosis sangat aerob
sehingga diperkirakan kerapatan oksigen di pegunungan akan mempengaruhi viabilitas kuman
tuberkulosis, ..... Penelitian ..

B rumah sehat dan persyaratannya

Pengertian rumah menurut Permenkes no 1077/Menkes/Per/V/2011 adalah bangunan gedung yang


berfungsi sebagai tempat tinggal Joko muni sarana pembinaan keluarga cerminan harkat dan martabat
penghuninya serta aset bagi pemiliknya, upaya penyehatan udara dalam ruang rumah meliputi upaya
penyehatan terhadap sumber pencemaran fisik kimia dan biologi.

1. Pencahayaan

Dampak

penilaian pencahayaan yang terlalu rendah akan berpengaruh pada proses akomodasi mata yang
terlalu tinggi sehingga akan berakibat terhadap kerusakan retina pada mata, cahaya yang terlalu tinggi
akan mengakibatkan kenaikan suhu pada ruangan
Faktor risiko

intensitas cahaya yang terlalu rendah baik yang bersumber dari alamiah maupun buatan

Upaya penyehatan

pencahayaan dalam ruang rumah diusahakan agar sesuai dengan kebutuhan untuk melihat benda
sekitar dan membaca berdasarkan persyaratan minimal yaitu 60 Lux

2. Kelembaban

kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan
mikroorganisme, konstruksi rumah yang tidak baik seperti atap yang bocor lantai dan dinding yang
tidak kedap air serta kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami,

bila kelembaban udara kurang dari 40% maka dapat dilakukan upaya penyehatan antara lain
menggunakan alat untuk meningkatkan kelembaban Seperti humidifier ( alat pengatur kelembaban
udara, membuka jendela rumah, menambah jumlah dan Luas jendela rumah, memodifikasi fisik
bangunan ( meningkatkan pencahayaan sirkulasi udara)

3. Laju ventilasi

pertukaran udara yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan sebuah nya pertumbuhan
mikroorganisme yang mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan manusia, faktor risiko kurangnya
ventilasi (jumlah dan luas ventilasi tidak cukup sesuai persyaratan kesehatan), upaya penyehatan
dapat dilakukan dengan mengatur pertukaran udara antara lain yaitu : rumah harus dilengkapi dengan
ventilasi minimal sepuluh persen luas lantai dengan sistem ventilasi silang,rumah ber-ac pemeliharaan
AC dilakukan secara berkala sesuai dengan buku petunjuk peserta harus melakukan pergantian udara
dengan membuka jendela minimalis di hari secara rutin, menggunakan exhaust fan, mengatur tata
letak ruang

BAB 3

Populasi dan sampel

Populasi Dalam penelitian ini adalah seluruh kasus insiden penderita penyakit tuberkulosis yang
teregistrasi pada data di dinas kabupaten Sumedang pada tahun 2017, di Kabupaten Sumedang
dimana pada dasarnya penderita tuberkulosis ini telah didiagnosa dengan pemeriksaan sputum atau
BTA positif, karena dalam penelitian ini menggunakan desain studi kasus kasus kontrol maka populasi
dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang pertama adalah kelompok Asus dan yang kedua adalah
kelompok kontrol

Kelompok kasus
kelompok Aves adalah penderita penyakit tuberkolosis dengan diagnosa BTA positif yang berusia 15
tahun keatas dan telah dilewati oleh Puskesmas yang bertempat tinggal di wilayah kabupaten
Sumedang, kasus penderita tuberkulosis paru yang akan dijadikan sampel dalam penelitian adalah
penderita yang ditemukan oleh Puskesmas mulai bulan Juli tahun 2017, kasus yang baru yang
diiangnoais sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positif oleh Puskesmas

Kelompok kontrol

kelompok kontrol adalah penderita tuberkulosis paru dengan status BTA negatif yang berusia 15 tahun
keatas dan telah di diagnosa oleh Puskesmas yang bertempat tinggal di wilayah kabupaten Sumedang
dimana keadaan rumahnya secara fisik identik atau mendekati kesamaan dengan kasus atau penderita
tuberkulosis.

Data spasial

populasi Dalam penelitian ini adalah populasi wilayah atau area population, yaitu segmen-segmen
wilayah yang mengandung jumlah unit penelitian keseluruhan kecamatan yang ada di Kabupaten
Sumedang dan seluruh kasus tuberkolosis dengan diagnosa BTA positif di Kabupaten Sumedang

subjek dalam penelitian ini adalah penderita tuberkulosis paru BTA positif yang tinggal di Kabupaten
Sumedang dan tercatat di register pada data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang pada bulan Juli
2017

Adapun besar sampel dihitung dengan pendekatan sebagai berikut

Anda mungkin juga menyukai