TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
pelvis. Cervix bagian terbawah dekat dengan bagian dari uterus. Cervix adalah
suatu saluran:
squamo-columner junction, bagian antara bibir luar dan dalam leher rahim, bisa
mengubah sel menjadi abnormal. Celakanya ini adalah bagian yang selalu berubah
jika terjadi haid, hamil atau menopause. Di bagian inilah, sela-sel berubah cepat
dan bisa jadi abnormal. Sel –sel yang rusak itu berubah bentuk dan warna dan
akhirnya menjadi tumor dan selanjutnya kanker yang mematikan. Kanker servik
makin ganas dari bulan kebulan dan tahun ke tahun. Pada masa pra kanker
(setelah sel berubah menjadi abnormal), ada tiga tahapan perubahan sel, Cervical
Intraepithel Neoplasma (CIN) 1, CIN 2 dan CIN 3. Setelah CIN 3, sel yang
abnormal itu menjadi sangat tebal dan akhirnya menjadi kanker.Tetapi kanker
tersebut tidak serta merta, dari terindikasi ada virus HPV hingga mencapai CIN 2
endoserviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri
eksternum., sedang pada wanita berumur lebih dari 35 tahun, SCJ berada dalam
kanalis serviks. Maka untuk melakukan paps smear yang efgatif, yang dapat
mengusap zona transformasi, harus dikerjakan dengan skraper dari Ayre atau
cytobrush sikat khusus. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi
2.3 ETIOLOGI
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi
genetic yang mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat
tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan
bertambah banyak tanpa control dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel
abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan
sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di dalam tubuh
(metastasis)
Kanker serviks paling sering bermula dengan sel datar, tipis yang
80% dari kasus kanker serviks. Kanker serviks dapat juga terjadi pada sel kelenjar
yang membentuk bagian atas dari cerviks. Dapat disebut dengan adenocarcinoma,
prevalensi kanker ini yaitu 15% dari kanker serviks. Kadang-kadang kedua tipe
sel ditemukan pada kanker serviks. Terdapat kanker lain pada sel lain di serviks
dan berkembang menjadi kanker belum begitu jelas. Namun, telah jelas bahwa
Human papiloma virus (HPV) pada infeksi menular seksual berperan. Bukti
bahwa HPV ditemukan pada hampir semua kanker serviks. Namun, HPV
merupakan virus yang sangat umum dan kebanyakan wanita dengan HPV tidak
pernah mengidap kanker serviks. Ini berarti faktor resiko lainnya, seperti faktor
genetik, lingkungan, dan gaya hidup, juga menentukan apakah seseorang akan
(HPV), khususnya HPV tipe 16 dan 18, yang ditularkan melalui kontak kulit
kelamin.
2.4 EPIDEMIOLOGI
peringkat pertama di Indonesia. Umur penderita antara 30-60 th, terbanyak antara
45-50 th. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasive memakan
waktu sekitar 10 th. Hanya 9% dari wanita berusia < 35 th menunjukan kanker
serviks yang invasive pada saat didiagnosis, sedangkan 53% dari KIS terdapat
pada wanita dibawah usia 35 th. Mempertimbangkan keterbatasan yang ada, kita
sepakat secara nasional melacak (mendeteksi dini) setiap wanita sekali saja
berhenti sampai usia 60th. Yang penting dalam pelacakan ini adalah cakupannya
PKK) untuk mengenali bentuk portio yang mencurigakan untuk dapat di Pap
smear oleh dokter atau bidan di Puskesmas atau Puskesling sebagaimana
untuk terkena HPV. Sel imatur cenderung lebih rentan untuk mendapatkan
Semakin banyak jumlah partner seks (dan semakin banyak jumlah partner
sex dari partner sex pasien), semakin besar kemungkinan untuk terkena
HPV.
terkena HPV.
perubahan pre-kanker dan terjadi pada servik. Merokok dan infeksi HPV
adanya erosi serviks kemudian menjadi infeksi berupa radang yang terus
(SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio
dengan epitel kuboid /silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis
serviks. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedang
pada wanita usia>35 tahun SCJ berada di dalam kanalis servikalis. Maka untuk
melakukan pap smear yang efektif, yang dapat mengusap zona transformasi, harus
dikerjakan dengan skraper ayre atau cytobrush sikat khusus. Pada awal
serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses
yaitu lapisan skuamo kolumnar asli dan lapisan skuamo kolumnar baru yang
menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif
yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma
virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut
dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang
mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma
(NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari:
dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian
30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena
tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan
mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas
endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus ; 3) ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung
merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk
terjadinya regresi spontan dengan pengobatan/ tanpa diobati itu dekenal dengan
selama tak ada bukti adanya perubahan diplastik dari SCJ. Penting untuk dapat
menggaet sel-sel dari SCJ untuk pemeriksaan eksfoliatif sitologi, meski pada
Penanganan / terapi hanya boleh dilakukan atas dasar bukti histopatologik. Oleh
karena itu untuk konfirmasi hasil pap smear perlu tindak lanjut upaya diagnostik
biopsi serviks.
2.7 PENYEBARAN
arah:
Melalui pembuluh darah getah bening dalam parametrium kanan dan kiri
sel tumor dapat menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam
invasi lebih dari 1mm dan sel tumor belum terlihat dalam pembuluh limfa atau
darah. Jika sel tumor sudah terdapat lebih dari 1mm dari membrana basalis, atau
lebih dari 1mm tetapi sudah tampak berada dalam pembuluh limfe atau darah,
serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai karsinoma. Tumor yang
menjadi invasif, penyebaran secara limfogen menuju kelenjar limfa regional dan
rektum, dan kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat
secara teoretis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus dikanan danvena subklavia
perdarahan-perdarahan yang eksesif dan gagal ginjal menahun akibat uremia oleh
dari vagina ini makin lama kan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
serviks (75-80%)
akan lebih sering terjadi, juga diluar senggama (perdarahan spontan). Perdarahan
spontan umumnya terjadi pada tinkat klinik lebih lanjut ( II atau III ), terutama
pada tumor yang bersifat eksofitik. Pada wanita yang sudah usia lanjut yang
sudah tak melayani suami secara seksual, atau janda yang sudah mati haid
dari serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter. Adanya perdarahan
karsinoma serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk khas memperkuat dugaan
berulang. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf, memerlukan
khususnya pada lumen vagina yang sempit dan dinding yang sklerotik dan
meradang. Gejala lain yang dapat timbul ialah gejala-gejala yang disebabkan oleh
akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF = Chronic Renal
Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang
klinis sudah agak lanjut tidaklah sulit. Yang menjadi masalah adalah bagaimana
mendiagnosa dalam tingkat yang sangat awal, misalnya dalam tingkat pra invasif,
(displasia/diskariosis serviks)
positif tidak boleh dianggap doiagnosis pasti. Diagnosis harus dipastikan dengan
porsio dengan larutan lugol dan jaringan yang diambil hendaknya pada batas
antara jaringan normal (berwarna coklat tua karena menyerap iodium) dengan
porsio yang pucat ( haringan abnormal yang tidak menyerap iodium). Kemudian
Perlu disadari mengerjakan biopsi yang benar dan tidak mengambil bagian yang
nekrotik. Pada tingkat klinik O, Ia, Ib-occ, penentuan tingkat keganasan secara
klinis didasarkan atas hasil pemeriksaan histologik. Oleh karena itu untuk
konfirmasi diagnosis yang tepat sering diperlukan tindak lanjut seperti kuretase
Jika seseorang mengalami tanda dan gejala kanker serviks, pasien dapat
serviks dari sel abnormal. Jika terlihat area yang tidak biasanya, dapat
alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler
khusus untuk mengambil sebagian kecil dari serviks. Biopsi jenis lainnya
dapat digunakan tergantung dari lokasi dan
2.9.3 Stadium
pengobatan.
Tingka Kriteria
t
0 Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra epitel, membrana basalis
masih utuh.
Ia Karsinoma mikro invasif; bila membrana basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah memasuki stroma tak>3mm, dan sel tumor tidak terdapat
Ib occ Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian
IIb atas vagina dan ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
tumor.
panggul.
atau proses pada tingkat klinik I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal
ginjal.
IVa Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
Ivb histologik), atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ke tempat-
Tingka Kriteria
t
T Tak ditemukan tumor primer
korpus uteri)
NB : mencapai dinding panggul (tak ada celah bebas antara tumor dengan
dinding panggul).
T4b Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktiksn
NB : secara histologik.
sebagai T4.
M1 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan
Dokter dapt menggunakan alat khusus untuk melihat kandung kemih secara
2.9.5 Radiologi
Pemerksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan atau MRI dapat
pertama setelah aktif secara seksual, atau tidak lebih dari umur 21. Skrining dapat
berupa.
Selama Pap test, dokter mengambil sel dari serviks – leher sempit dari
uterus- dan mengirim sample tersebut ke lab. Sel ini kemudian diperiksa ada
tidaknya abnormalitas.
Stadium prekanker terjadi pada saat sel abnormal terdapat hanya pada lapisan luar
dari serviks dan tidak menginvasi bagian lebih dalam. Jika tidak ditangani, sel
abnormal ini dapat berubah menjadi sel kanker, dimana dapat menyebar pada
beberapa tempat sekitar serviks, vagina bagian atas, area pelvis, dan bagian lain
dari tubuh. Kanker atau prekanker yang ditemukan pada stadium preinvasif jarang
Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah cara paling efektif untuk
mendeteksi kanker serviks pada stadium yang lebih dini. Panduan jadwal Pap
2.9.6.1 Pap Smear pertama dilakukan pada 3 tahun pertama setelah hubungan sex
pertama atau pada umur 21 tahun (lakukan yang mana terjadi duluan)
2.9.6.2 Dari umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap rutin setiap satu
2.9.6.4 Umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negative maka Pap smear
Jika pasien mempunyai resiko yang lebih besar terjadinya kanker seviks,
terinfeksi salah satu dari 13 jenis HPV yang sepertinya paling mungkin
menyebabkan kanker serviks. Seperti pada Pap tes, tes HPV DNA mengambil
jaringan dari serviks untuk diperiksa di lab. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
strain resiko tinggi HPV pada DNA sel sebelum perubahan pada sel serviks
dapat terlihat.
tidak digunakan untuk wanita lebih muda dari 20 tahun dengan hasil Pap yang
normal, kebanyakan infeksi HPV pada wanita pada kelompok ini sembuh sendiri
Society for Colposcopy and Cervical Pathology, dan the US Preventive Services
lebih tiga tahun dan umurnya tidak kurang dari 21 tahun saat
pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada karsinoma serviks berasal lebih
setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan biasanya sangat jarang
disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN
HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun
meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun
infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual
sebagai HPV yang persisten. Apabila ini dialami pada wanita dengan
usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko karsinoma
serviks.
2.9.6.5.5 Skrining dihentikan bila usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3
mata oleh tenaga medis yang terlatih. Setelah serviks diulas dengan
asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat
abnormal.
2.10 PENATALAKSANAAN
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang
elektrofulgerasi, bedah krio (cryosurgery) atau dengan sinar laser, kecuali bila
yang menangani seorang ahli dalam kolposkopi dan penderitanya masih muda dan
diagnostik acapkali untuk terapetik. Ostium uteri internum tidak boleh sampai
rusak karenanya. Bila penderita cukup tua atau sudah mempunyai cukup anak,
uterus tidak perlu ditinggalkan, agar penyakitnya tidak kambuh (relapse) dapat
Pada tingkat klinik Ia, umumnya dianggap dan ditangani sebagai kanker
yang invasif. Bila kedalaman invasif kurang atau hanya 1 mm dan tidak meliputi
area yang luas serta tidak melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah,
Pada klinis Ib, Ib occ dan IIa dilakukan histerektomi radikal dengan
tergantung ada/ tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfe regional yang diangkat.
Pada tingkat IIb, III dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah.
Untuk ini primer adalah radioterapi. Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran
kasus yang kambuh 1 tahun sesudah penanganan lengkap, dapat dilakukan operasi
jika terapi terdahulu adalah radiasi dan prosesnya masih terbatas pada panggul.
Bila proses sudah jauh atau operasi tak mungkin dilakukan, harus dipilih
khemoterapi bila syaratnya terpenuhi. Untuk ini tak dilakukan sitostatika tunggal,
mendapat radiasi, dengan mesin Linac dan di tangan yang ahli, hasilnya tidak
2.11 PENCEGAHAN
infeksi HPV. HPV menyebar melalui kontak kulit dengan bagian badan yang
menerima vaksin. Vaksin ini paling efektif diberikan sebelum wanita aktif secara
seksual.
vaksin ini tidak dapat mencegah infeksi dari virus lain yang dapat juga
menyebabkan kanker serviks. Pap Smear secara rutin untuk skrining kanker
berkembang biak
2.11.1.2 Vaksin HPV dibuat dari HPV yang sudah tidak memiliki
HPV.
terbentuk
Para ahli sebenarnya sudah lama meyakininya, tetapi kini mereka punya
penyebab kutil kelamin (genital warts) dan banyak kasus karsinoma leher rahim.
lebih kecil untuk terkena infeksi human papillomavirus (HPV) dibanding wanita
yang pasangannya sangat jarang (tak sampai 5 persen dari seluruh jumlah
ternyata penggunaan kondom pada pasangan usia subur di negara ini masih sekitar
0,9 persen.
dengan penurunan resiko infeksi HPV pada penis dan pada kasus seorang pria
2.12 PROGNOSIS
di Indonesia. Ada 15.000 kasus baru pertahun dengan kematian 8000 pertahun.
Angka harapan hidup lima tahun jika kanker ini diketahui dan diobati pada
stadium I adalah 70-75 persen, pada stadium 2 adalah 60 persen, pada stadium 3
KESIMPULAN
serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses
yaitu lapisan skuamo kolumnar asli dan lapisan skuamo kolumnar baru yang
menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif
Kini, cara terbaik untuk mencegah karsinoma ini adalah bentuk skrining
Angka harapan hidup lima tahun jika kanker ini diketahui dan diobati pada
stadium I adalah 70-75 persen, pada stadium 2 adalah 60 persen, pada stadium 3
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, 2005. Obstetri Williams
april 2019
april 2019
april 2019
(http://www.medicinenet.com/cervical_cancer/discussion-88.htm).
(http://www.cancerhelps.com/kanker.htm).
Series.
12. Wilopo, SA. 2010. Epidemiologi dan Pencegahan Kanker Leher Rahim.
Online (http://chnrl.net/mkia-kr/files/CaCervic-texfinal.pdf).