PENDAHULUAN
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien
dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan
untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien
menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga
kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam
membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yan
adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan budaya.
1
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada anak yang Saat individu Kegagalan menjalani Stres terjadi akibat
kelahirannya tidak menghadapi hubungan intim ansietas yang
dikehendaki(unwanted kegagalan dengan sesama jenis berkepanjangan dan
child)akibat kegagalan menyalahkan orang atau lawan jenis, tidak terjadi bersamaan
KB, hamil diluar nikah, lain, ketidakberdayaan, mampu mandiri dan dengan
jenis kelamin yang menyangkal tidak menyelesaikan tugas, keterbatasan
tidak di inginkan, mampu menghadapi bekerja, bergaul, kemampuan individu
bentuk fisik kurang kenyataan dan bersekolah, untuk mengatasinya.
menawan menarik diri dari menyebabkan
menyebabkan lingkungan, terlalu ketergantungan pada Ansietas terjadi
keluarga tingginya self ideal dan orang tua, rendahnya akibat akibat
mengeluarkan tidak mampu ketahanan terhadap berpisah dengan
komentar-komentar menerima realitas berbagai kegagalan. orang terdekat,
negative, dengan rasa syukur. hilangnya pekerjaan
merendahkan, atau orang yang
menyalahkan anak. dicintai.
3
Respons adaptif yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam meyelesaikan
masalah.
Respon maladaptif
Gejala subjektif :
Gejala Objektif :
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah kronis
3. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
4. Koping keluarga tidak efektif
5. Koping individu tidak efektif
6. Intoleran aktivitas
7. Defisit perawatan diri
8. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
5
a. Pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
b. Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
c. Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka
d. Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
3. Melatih klien cara-cara berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
a. Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c. Beri kesempatan klien mempraktikan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakukan di hadapan perawat
d. Mulailah bantu klien berinteraksi dengan sato orang
teman/anggota keluarga
e. Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
f. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan
oleh klien
g. Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin klien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus
agar klien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
4. Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki
5. Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi untuk
membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan
6. Ajarkan klien koping mekanisme yang konstruktif
2.6 Therapy
1. Therapy Farmakologi
2. Electri Convulsive Therapi
Electro Convulsif Therapy (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi
shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan
untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat
psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2
orang neurologist Italia Ugo Cerletti dan Lucio Bini pada tahun 1930.
Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap
tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu.
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat
memberi efek terapi (therapeutic clonic seizure) setidaknya selama 15
detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang
kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme
pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan
dengan memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau
ECT dapat meningkatkan kadar serum brain-derived neurotrophic
factor (BDNF) pada pasien depresi yang tidak responsif terhadap terapi
farmakologis.
6
3. Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau di arahkan oleh seorang therapist atau
petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi
klien dengan gangguan interpersonal.
4. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya
untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan
berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan
berdapak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi
psikologis seseorang.
7
BAB 3
Tujuan komunikasi : Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahannya
8
KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT RASIONAL
VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P : Selamat pagi Mas, P: Memandang K dan P : Ingin membuka K masih ragu terhadap Salam merupakan kalimat
boleh saya duduk di sini? tersenyum, mengangguk percakapan dengan klien orang baru yang masuk ke pembuka untuk memulai
dan berharap dengan lingkungannya suatu percakapan sehingga
K: Ekpresi datar sapaan sederhana P bisa dapat terjalin rasa percaya.
diterima oleh K.
K : diam
P merasa senang ada
tanggapan atas salam
walaupun belum K : ragu terhadap orang
K: Ekpresi datar diekpresikan secara tulus baru
P: Memandang K
P : Mas kenapa kok diam P : Memandang ke K P ingin memulai K memberikan respon Topik ringan akan
saja? percakapan dengan topik sepintas dan menunjukkan memudahkan interaksi
K : Sambil membetulkan ringan sebelum masuk ke perhatian cukup terhadap P lebih lanjut
posisinya kondisi K
9
P : Oh ya, perkenalkan P : Memandang K sambil P merasa bahwa K harus K masih memberikan Memperkenalkan diri dapat
saya Nita, saya mahasiswa menjulurkan tangan ke K diberikan penjelasan tanggapan secara ragu- menciptakan rasa percaya
praktek disini yang akan tentang kedatangan P ragu klien terhadap perawat
merawat Mas selama 2 K : Menjulurkan tangan ke
minggu P
K : (diam)
P : Nama Mas siapa ? P : Masih menjabat tangan P ingin tahu nama pasien K ragu-ragu Mengenal nama pasien
pasien dan mendekatkan akan memudahkan
diri ke-K interaksi
K : Menatap mata P
P : Mas senangnya P : Memandang K P ingin menjalin kedekatan K mencoba mengingat Nama panggilan
dipanggil dengan nama apa dengan pasien nama yang disukainya merupakan nama akrab
K : Memandang ke bawah klien sehingga
menciptakan rasa senang
akan adanya pengakuan
K : Udin P senang walaupun K mulai tertarik dengan atas namanya
jawaban singkat perkenalan dengan P
10
K : Melihat ke arah P dan
menjawab singkat lalu
memandang ke bawah lagi
P : Masih memperhatikan
dengan seksama
P : Wah, kedengarannya P : Memandang K sambil P mencoba mengakrabkan K berpikir sejenak, Pujian berguna untuk
enak kalau saya manggil tersenyum suasana mengngingat nama yang mendekatkan perawat
Mas Udin disukainya menjalin hubungan
K : Tersenyum therapeutik dengan klien
P : Mas asalnya dari mana P : Memandang K P masih berusaha K berpikir dan mengingat- Topik sederhana
Mas Udin? membangun keakraban ingat membantu menjalin
K : Menunduk dan berpikir dengan topik sederhana kedekatan dengan klien
P senang karena K
K : Kediri memberi respon K senang karena ingat
daerah asalnya dan
11
kembali membayangkan
K : Menoleh ke P dan daerah asalnya tersebut
mengalihkan pandangan
lagi
P : Memperhatikan K
P : Wah, jauh ya. Mas udin P : Memandang K sambil P mulai mengkaji data K berpikir dan berusaha Mengidentifikasi keluarga
asli sana? tersenyum umum pasien mengingat sebagai system pendukung
K : Mengangguk
12
P : Mas, Mas bersedia kan P : Berbicara dengan jelas P memulai kontrak waktu K menyetujui kontrak waktu Kontrak waktu perlu
ngobrol sama saya?10 dengan K yang diajukan dilakukan agar waktu lebih
menit saja K : memperhatikan dengan efisien dan tidak
seksama mengganggu istirahat klien
K : ya
K : mengangguk sambil P memulai kontrak waktu K menyetujui kontrak waktu
menjwab dengan K
P : tersenyum
P : Mas tadi bilang malas P : Memandang K sambil P mulai mengkaji pasien K sambil berfikir Mengidentifikasi pola
kenapa Mas? tersenyum istirahat dan keluhan fisik
pasien
K : malas, mbak. K : Menunduk
K : Menunduk
P mulai menggali informasi K masih tetap sambil
P : memperhatikan dengan dari K berfikir
seksama
P : Mas udin juga diam saja, P : Bertanya dengan hati- P menggali lebih dalam lagi K sambil mengingat Pengkajian lebih dalam
tidak mengobrol sama hati diperlukan untuk kevalidan
temannya. Kenapa Mas? data
K : Tersenyum
K : menyita waktu,mbak
13
P : Dulu sebelum masuk P : Menunjukkan P berhati-hati karena K mengingat-ingat Pengkajian lebih dalam
sini Mas juga diam saja keseriusan pertanyaan tsb sangat diperlukan untuk kevalidan
kalau diajak bicara? spesifik dan takut data
K : Menerawang ke atas menyinggung pasien
P : Kalau boleh saya tahu P : Bertanya perlahan P mengkaji lebih jauh K mengingat-ingat Pengkajian lebih dalam
kenapa Mas bisa dirawat alasan pasien dirawat diperlukan untuk
disini? K : Melihat ke P mengetahui alasan masuk
P : Memperhatikan respon
pasien
14
P : Selain kakak Mas punya P : Bertanya perlahan P mencoba menggali lebih K sambil mengingat-ingat Dengan diam therapeutik,
keluarga lain? dalam penyebab masa lalunya klien merasa didengarkan
K : Menunduk dan bercerita tentang
keadaannya
P : Memperhatikan
P : Mas lulus SMA bekerja? P : Mendekatkan diri P berusaha mengkaji data K membayangkan Isolasi sosial bisa timbul
yang terkait kata-katanya keadaannya dari pengalaman buruk di
K : Memandang kosong ke tadi masa lalunya
bawah
K : Saya lulus SMP P menemukan adanya
langsung kerja, tidak K : Melihat P sambil kemungkinan penyebab K mulai mengingat-ingat
melanjutkan sekolah bercerita dari isolasi sosialnya lagi kenangan terdahulu
karena tidak ada biaya
P : Memperhatikan
15
P : Mas bekerja apa? P : Memperhatikan P memvalidasi perkataan K K membayangkan Memvalidasi pernyataan
sebelumnya kehidupan yang lalu untuk mengetahui masalah
K : Mengubah posisi ada perubahan data
P : Oh, baik Mas ini P: P memberikan K senang diberikan Kontrak berikutnya harus
memang sudah 10 menit. reinforcement pada K reinforcement ditentukan dan harus
Senang sekali Mas mau K : Memandang P sambil mendapatkan persetujuan
ngobrol dengan saya mengeser posisi badan klien agar klien ingat
Bagaimana kalau besok sedikit terhadap kontrak
jam 10 sebelum sarapan K ikut menentukan kontrak
kita ngobrol lagi?
P senang karena K mau
K : Boleh K : Memandang P menentukan kontrak
berikutnya
P : Tersenyum
16
P : Nah kalau Mas setuju P : Memandang K P menentukan topik dan K memikirkan tentang Kegiatan yang akan
nanti kita ngobrol tentang aktivitas pada kontrak kegiatan yang ditawarkan dilaksanakan harus
bagaimana cara K : Menutup mata dengan berikutnya mendapat persetujuan K
berkenalan ya. Mas mau? lengan K setuju tentang kegiatan sehingga bila K keluar dari
P senang karena K setuju yang akan dilaksanakan kegiatan dimaksud, bisa
K : Ya K : Mengangguk dengan kegiatan yang akan diingatkan tentang batasan
dilaksanakan kegiatan sesuai kontrak
P : Tersenyum
P : Terimakasih atas P : Menepuk bahu K dan P menutup fase I K menunjukkan rasa Salam penutup merupakan
kesediaan Mas ngobrol mengulurkan jabat tangan percaya pada P akhir fase yang harus
dengan saya, selamat pagi dilakukan untuk mencegah
K : Menoleh, menjabat tidak percaya pada klien
tangan P
K : pagi K : menunduk
K menyambut salam P
P : Tersenyum P senang karena K mau
berinteraksi dengan P
KESAN PERAWAT :
Fase awal yaitu fase I (perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik. Klien cukup kooperatif walaupun klien sering menunduk dan terdiam.
Data yang tergali adalah data mengenai isolasi social, harga diri rendah dan deficit perawatan diri. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan
dan pasien menerima kontrak tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.
17
BAB 4
4.1 KESIMPULAN
18
seorang perawat di ruangan namun belum maksimal berkenalan
dengan klien lain karena Tn.S merasa malu dan menolak tanpa
meberikan alasan yang lain. Beberapa kesulitan yang dialami penulis
dalam memberikan tindakan keperawatan adalah tidak tercapai semua
tujuan khusus karena keterbatasan waktu serta keadaan klien yang
kurang fokus dalam melakukan strategi pelaksanaan yang diberikan
oleh perawat. Selain itu proses keperawatan keluarga tidak dapat
tercapai karena selam proses keperawatan pada klien tidak ada
keluarga yang menjenguk.
4.2 SARAN
1. Rumah Sakit
2. Institusi Pendidikan
4. Penulis
19
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM ( Basik
Course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
ILMU
Stuart, G.w & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa
(terjemahan) . Ed. 3.
Jakarta: EGC