Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien
dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan
untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien
menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga
kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin
banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam
membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yan
adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan budaya.

Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi


dalam kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien
menarik diri sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang
komprehensif penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang
semaksimal mungkin kepada pasien dengan masalah keperawatan utama
kerusakan interaksi sosial : menarik diri. Menurut pengajar Departemen
Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Surjo Dharmono,
penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di perbagai Negara
menunjukkan, sebesar 20-30 persen pasien yang datang ke pelayanan
kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling
sering adalah kecemasan dan depresi. (www.prakarsa-rakyat.ac.id)Dari
segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal yang
utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya
kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar
dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang
merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan
orang lain atau lingkungan disekitarnya (Carpenito, 1997).

1.2 Pembatasan Masalah


Untuk lebih memudahkan pembaca memahami isi makalah ini
maka penulus membatasi masalah mencakup :
1. Pengertian
2. Proses terjadinya masalah
3. Tanda dan gejala
4. Diagnosa keperawatan
5. Tindakan keperawatan

1
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkenalkan


isolasi sosial pada mahasiswa lainnya. Selain itu penulisan makalah ini
sebagai salah satu prasyarat dalam memenuhi nilai mata kuliah
Keperawatan Jiwa.

Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memacu


daya kritis mahasiswa lain dalam memecahkan permasalahan terutama
yang behubungan dengan keperawatan jiwa

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode


pengkajian dari berbagai buku sumber yang berkaitan dengan isolasi sosial
yang sering muncul di masyarakat saat ini, selain itu untuk melengkapi data
maka penulis melakukan pengaksesan langsung di internet sebagai
sumber pengetahuan global.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain. Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun
komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1998). Isolasi sosial adalah suatu
gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian
yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000).

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan


orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang
lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian
dan tidak sanggup berbagi pengalaman.

2.2 Proses Terjadinya Masalah

Pattern of parenting Ineffective coping Lack of Stessor Internal


(Pola Asuh) (Koping Individu Development task and External
Tidak Efektif) (Gangguan Tugas
Perkembangan) (Stres Internal dan
Eksternal)

Misal : Misal : Misal : Misal :

Pada anak yang Saat individu Kegagalan menjalani Stres terjadi akibat
kelahirannya tidak menghadapi hubungan intim ansietas yang
dikehendaki(unwanted kegagalan dengan sesama jenis berkepanjangan dan
child)akibat kegagalan menyalahkan orang atau lawan jenis, tidak terjadi bersamaan
KB, hamil diluar nikah, lain, ketidakberdayaan, mampu mandiri dan dengan
jenis kelamin yang menyangkal tidak menyelesaikan tugas, keterbatasan
tidak di inginkan, mampu menghadapi bekerja, bergaul, kemampuan individu
bentuk fisik kurang kenyataan dan bersekolah, untuk mengatasinya.
menawan menarik diri dari menyebabkan
menyebabkan lingkungan, terlalu ketergantungan pada Ansietas terjadi
keluarga tingginya self ideal dan orang tua, rendahnya akibat akibat
mengeluarkan tidak mampu ketahanan terhadap berpisah dengan
komentar-komentar menerima realitas berbagai kegagalan. orang terdekat,
negative, dengan rasa syukur. hilangnya pekerjaan
merendahkan, atau orang yang
menyalahkan anak. dicintai.

3
Respons adaptif yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam meyelesaikan
masalah.

1. Menyendiri : respons yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa


yang telah di lingkungan sosialnya.
2. Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama : kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
4. Interdependen : saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif

Respons yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial.


Yang termasuk respon maladaptive adalah :

1. Menarik diri : seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina


hubungan secara terbuka dengan orang lain
2. Ketergantungan : seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain
3. Manipulasi : seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
4. Curiga : seseorang gagagl mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain

2.3 Tanda dan Gejala

Gejala subjektif :

a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain


b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respons verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa ditolak

Gejala Objektif :

a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara


b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis ( acuh terhadap lingkungan )
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatiakn kebersihan diri
4
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Aktivitas menurun
p. Kurang energy (tenaga)
q. Rendah diri
r. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada
posisi tidur

2.4 Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah kronis
3. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
4. Koping keluarga tidak efektif
5. Koping individu tidak efektif
6. Intoleran aktivitas
7. Defisit perawatan diri
8. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

2.5 Tindakan Keperawatan

1. Membina hubungan saling percaya


Untuk membinan hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial
kadang-kadang perlu waktu yang tidak singkat. Perawat harus
konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu penihi janji
adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil. Bila klien sudah percaya maka
apapun yang akan diprogramkan, klien akan mengikutinya. Tindakan
yang harus dilakukan dalam menbina hubungan saling percaya,
adalah
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b. Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan nama
panggilan yang saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama
panggilan klien
c. Menanyakan perasaan dan keluhan klien selama ini
d. Buat kontrak asuhan : apa yang akan dilakukan bersama klien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien
g. Penuhi kebutuhan dasar klien saat berinteraksi

2. Membantu Klien Menyadari Perilaku Isolasi Sosial


Mungkin perilaku isolasi sosial yang dialami klien diangggap sebagai
perilaku yang normal. Agar klien menyadari bahwa perilaku tersebut
perlu diatasi maka hal yang pertama dilakukan adalah menyadarkan
klien bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan perlu diatasi. Hal
tersebut dapat digali dengan menanyakan :

5
a. Pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
b. Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
c. Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka
d. Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
3. Melatih klien cara-cara berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
a. Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c. Beri kesempatan klien mempraktikan cara berinteraksi dengan
orang lain yang dilakukan di hadapan perawat
d. Mulailah bantu klien berinteraksi dengan sato orang
teman/anggota keluarga
e. Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatan jumlah
interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
f. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan
oleh klien
g. Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi
dengan orang lain. Mungkin klien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus
agar klien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
4. Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki
5. Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi untuk
membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan
6. Ajarkan klien koping mekanisme yang konstruktif

2.6 Therapy

1. Therapy Farmakologi
2. Electri Convulsive Therapi
Electro Convulsif Therapy (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi
shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan
untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat
psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2
orang neurologist Italia Ugo Cerletti dan Lucio Bini pada tahun 1930.
Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap
tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu.
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat
memberi efek terapi (therapeutic clonic seizure) setidaknya selama 15
detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang
kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme
pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan
dengan memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau
ECT dapat meningkatkan kadar serum brain-derived neurotrophic
factor (BDNF) pada pasien depresi yang tidak responsif terhadap terapi
farmakologis.

6
3. Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau di arahkan oleh seorang therapist atau
petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulus bagi
klien dengan gangguan interpersonal.
4. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya
untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan
berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang yang akan
berdapak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi
psikologis seseorang.

2.7 Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan untuk kasus di atas adalah :

1. Isolasi sosial : Menarik diri


2. Gangguan sensori / persepsi : halusinasi pendengaran;
3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri;
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis;
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik;
6. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias
7. Ketiakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat
clien dirumah;

7
BAB 3

ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama Mahasiswa : Yuvita Dwi Rahmasari

Tanggal : 30 April 2012

Waktu : Pkl. 13.00 – 13.15 WIB (15 Menit)

Tempat : Ruang ucak Rowo

Inisial Klien : Tn. S

Interaksi ke : I (Fase Perkenalan)

Lingkungan : Meja, kursi, berhadapan, tenang

Deskripsi pasien : Penampilan kurang rapi, tamMas melamun

Tujuan komunikasi : Klien dapat mengenal perawat dan mengungkapkan secara terbuka permasalahannya

8
KOMUNIKASI VERBAL KOMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT RASIONAL
VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN

P : Selamat pagi Mas, P: Memandang K dan P : Ingin membuka K masih ragu terhadap Salam merupakan kalimat
boleh saya duduk di sini? tersenyum, mengangguk percakapan dengan klien orang baru yang masuk ke pembuka untuk memulai
dan berharap dengan lingkungannya suatu percakapan sehingga
K: Ekpresi datar sapaan sederhana P bisa dapat terjalin rasa percaya.
diterima oleh K.

K : diam
P merasa senang ada
tanggapan atas salam
walaupun belum K : ragu terhadap orang
K: Ekpresi datar diekpresikan secara tulus baru

P: Memandang K

P : Mas kenapa kok diam P : Memandang ke K P ingin memulai K memberikan respon Topik ringan akan
saja? percakapan dengan topik sepintas dan menunjukkan memudahkan interaksi
K : Sambil membetulkan ringan sebelum masuk ke perhatian cukup terhadap P lebih lanjut
posisinya kondisi K

K : Malas mbak, K : Menunduk


Mengantuk
P : Memandang ke K

9
P : Oh ya, perkenalkan P : Memandang K sambil P merasa bahwa K harus K masih memberikan Memperkenalkan diri dapat
saya Nita, saya mahasiswa menjulurkan tangan ke K diberikan penjelasan tanggapan secara ragu- menciptakan rasa percaya
praktek disini yang akan tentang kedatangan P ragu klien terhadap perawat
merawat Mas selama 2 K : Menjulurkan tangan ke
minggu P

K : (diam)

P : Nama Mas siapa ? P : Masih menjabat tangan P ingin tahu nama pasien K ragu-ragu Mengenal nama pasien
pasien dan mendekatkan akan memudahkan
diri ke-K interaksi

K : Menatap mata P

K : Menyebut nama sambil


mengusap kepala
K : Saifuddin P merasa K tidak ingin K merasa perkenalan
P : Tetap sambil berjabat lama-lama berbicara hanya formalitas belaka
tangan

P : Mas senangnya P : Memandang K P ingin menjalin kedekatan K mencoba mengingat Nama panggilan
dipanggil dengan nama apa dengan pasien nama yang disukainya merupakan nama akrab
K : Memandang ke bawah klien sehingga
menciptakan rasa senang
akan adanya pengakuan
K : Udin P senang walaupun K mulai tertarik dengan atas namanya
jawaban singkat perkenalan dengan P

10
K : Melihat ke arah P dan
menjawab singkat lalu
memandang ke bawah lagi

P : Masih memperhatikan
dengan seksama

P : Wah, kedengarannya P : Memandang K sambil P mencoba mengakrabkan K berpikir sejenak, Pujian berguna untuk
enak kalau saya manggil tersenyum suasana mengngingat nama yang mendekatkan perawat
Mas Udin disukainya menjalin hubungan
K : Tersenyum therapeutik dengan klien

K : Iya K mulai merasa bahwa P


K : Menoleh ke P P merasa pertanyaan datang untuk membantu K
mendapatkan respon
P : Memperhatikan

P : Mas asalnya dari mana P : Memandang K P masih berusaha K berpikir dan mengingat- Topik sederhana
Mas Udin? membangun keakraban ingat membantu menjalin
K : Menunduk dan berpikir dengan topik sederhana kedekatan dengan klien

P senang karena K
K : Kediri memberi respon K senang karena ingat
daerah asalnya dan

11
kembali membayangkan
K : Menoleh ke P dan daerah asalnya tersebut
mengalihkan pandangan
lagi

P : Memperhatikan K

P : Wah, jauh ya. Mas udin P : Memandang K sambil P mulai mengkaji data K berpikir dan berusaha Mengidentifikasi keluarga
asli sana? tersenyum umum pasien mengingat sebagai system pendukung

K : Mengangguk

K : Iya K : Bicara tanpa menoleh P P khawatir kalau K membayangkan daerah


pertanyaan membuat K aslinya
P : Memandang K tersinggung

12
P : Mas, Mas bersedia kan P : Berbicara dengan jelas P memulai kontrak waktu K menyetujui kontrak waktu Kontrak waktu perlu
ngobrol sama saya?10 dengan K yang diajukan dilakukan agar waktu lebih
menit saja K : memperhatikan dengan efisien dan tidak
seksama mengganggu istirahat klien
K : ya
K : mengangguk sambil P memulai kontrak waktu K menyetujui kontrak waktu
menjwab dengan K

P : tersenyum

P : Mas tadi bilang malas P : Memandang K sambil P mulai mengkaji pasien K sambil berfikir Mengidentifikasi pola
kenapa Mas? tersenyum istirahat dan keluhan fisik
pasien
K : malas, mbak. K : Menunduk

K : Menunduk
P mulai menggali informasi K masih tetap sambil
P : memperhatikan dengan dari K berfikir
seksama

P : Mas udin juga diam saja, P : Bertanya dengan hati- P menggali lebih dalam lagi K sambil mengingat Pengkajian lebih dalam
tidak mengobrol sama hati diperlukan untuk kevalidan
temannya. Kenapa Mas? data
K : Tersenyum
K : menyita waktu,mbak

13
P : Dulu sebelum masuk P : Menunjukkan P berhati-hati karena K mengingat-ingat Pengkajian lebih dalam
sini Mas juga diam saja keseriusan pertanyaan tsb sangat diperlukan untuk kevalidan
kalau diajak bicara? spesifik dan takut data
K : Menerawang ke atas menyinggung pasien

P lega karena K tidak


tersinggung
K : Mengangguk
K : diam K menjawab dengan tegas
P : menunjukkan
keseriusan

P : Kalau boleh saya tahu P : Bertanya perlahan P mengkaji lebih jauh K mengingat-ingat Pengkajian lebih dalam
kenapa Mas bisa dirawat alasan pasien dirawat diperlukan untuk
disini? K : Melihat ke P mengetahui alasan masuk

K : Tidak tahu, mbak. Kakak


saya yang membawa ke P mencoba menggali lebih
sini, kanya untuk berobat K : Melihat ke P dalam K tidak menyadari sakitnya

P : Memperhatikan respon
pasien

14
P : Selain kakak Mas punya P : Bertanya perlahan P mencoba menggali lebih K sambil mengingat-ingat Dengan diam therapeutik,
keluarga lain? dalam penyebab masa lalunya klien merasa didengarkan
K : Menunduk dan bercerita tentang
keadaannya

K : Punya. Saya anak ke-4


dari 5 bersaudara. Tapi
yang tinggal sama saya P berpikir tentang faktor K teringat kondisinya
cuma ibu, bapak dan adik. K : Melihat P sambil terus penyebab dahulu
bercerita

P : Memperhatikan

P : Mas lulus SMA bekerja? P : Mendekatkan diri P berusaha mengkaji data K membayangkan Isolasi sosial bisa timbul
yang terkait kata-katanya keadaannya dari pengalaman buruk di
K : Memandang kosong ke tadi masa lalunya
bawah
K : Saya lulus SMP P menemukan adanya
langsung kerja, tidak K : Melihat P sambil kemungkinan penyebab K mulai mengingat-ingat
melanjutkan sekolah bercerita dari isolasi sosialnya lagi kenangan terdahulu
karena tidak ada biaya
P : Memperhatikan

15
P : Mas bekerja apa? P : Memperhatikan P memvalidasi perkataan K K membayangkan Memvalidasi pernyataan
sebelumnya kehidupan yang lalu untuk mengetahui masalah
K : Mengubah posisi ada perubahan data

P menemukan adanya K mulai mengingat-ingat


K : bekerja di sawah K : Berbicara lirih kemungkinan penyebab lagi kenangan terdahulu
dari isolasi sosialnya
P : Mendengarkan dengan
serius

P :- P : Terkejut P kurang senang P mulai tidak nyaman Pasien mengantuk


membicarakan hal-hal dengan obrolan sehingga mengakhiri
K : Mbak sudah ya, saya P : Mulai gelisah ringan pembicaran
ingin tidur

P : Oh, baik Mas ini P: P memberikan K senang diberikan Kontrak berikutnya harus
memang sudah 10 menit. reinforcement pada K reinforcement ditentukan dan harus
Senang sekali Mas mau K : Memandang P sambil mendapatkan persetujuan
ngobrol dengan saya mengeser posisi badan klien agar klien ingat
Bagaimana kalau besok sedikit terhadap kontrak
jam 10 sebelum sarapan K ikut menentukan kontrak
kita ngobrol lagi?
P senang karena K mau
K : Boleh K : Memandang P menentukan kontrak
berikutnya
P : Tersenyum

16
P : Nah kalau Mas setuju P : Memandang K P menentukan topik dan K memikirkan tentang Kegiatan yang akan
nanti kita ngobrol tentang aktivitas pada kontrak kegiatan yang ditawarkan dilaksanakan harus
bagaimana cara K : Menutup mata dengan berikutnya mendapat persetujuan K
berkenalan ya. Mas mau? lengan K setuju tentang kegiatan sehingga bila K keluar dari
P senang karena K setuju yang akan dilaksanakan kegiatan dimaksud, bisa
K : Ya K : Mengangguk dengan kegiatan yang akan diingatkan tentang batasan
dilaksanakan kegiatan sesuai kontrak
P : Tersenyum

P : Terimakasih atas P : Menepuk bahu K dan P menutup fase I K menunjukkan rasa Salam penutup merupakan
kesediaan Mas ngobrol mengulurkan jabat tangan percaya pada P akhir fase yang harus
dengan saya, selamat pagi dilakukan untuk mencegah
K : Menoleh, menjabat tidak percaya pada klien
tangan P

K : pagi K : menunduk
K menyambut salam P
P : Tersenyum P senang karena K mau
berinteraksi dengan P

KESAN PERAWAT :

Fase awal yaitu fase I (perkenalan) dapat dilaksanakan dengan baik. Klien cukup kooperatif walaupun klien sering menunduk dan terdiam.
Data yang tergali adalah data mengenai isolasi social, harga diri rendah dan deficit perawatan diri. Kontrak selanjutnya telah dilaksanakan
dan pasien menerima kontrak tersebut. Secara umum proses interaksi sudah dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase kerja.

17
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan setudi kasus keperawatan pada Tn.S dengan


gangguan isolasi sosial menarik diri, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses


keperawatan, sedangkan hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada
Tn.S adalah klien kurang berenergi, lemah, malas beraktifitas, perasaan
malu pada orang lain, tidak tidak mampu berkosentrasi dan membuat
keputusan, bingung, merasa tidak berguna, menarik diri, tidak atau
jarang berkomunikasi dengan orang lain, tidak memiliki teman dekat,
menjauh dari orang lain tidak ada kontak mata, berdiam diri di kamar

2. Diagnose keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian


adalah isolasi sosial menarik diri.

3. Rencan keperawatan yang dapat dilakukan pada Tn.S meliputi tujuan


umum klien dapat berinteraksi dengan orang lain. Untuk tujuan pertama
klien dapat membina hubungan saling percaya.,tujuan khusus kedua
klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik diri,
tujuan khusus ke tiga klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
tujuan khusus keempat klein dapat berhubungan denangan orang lain
secara bertahap, dan tujuan khusus kelima klien mendapat dukungan
dari keluarga dalam berhubungan dengan orang lain.

4. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang


telah di susun. Penulisan melakukan implementasi pada Tn.S selam
tiga hari. Pada hari pertama perawat memberikan strategi pelaksanaan
1 (SP 1) yaitu membantu klien mengenal penyebab isolasi sosial,
keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain serta
mengajarkan cara berkenalan. Pada hari kedua dilaksanakan strategi
pelaksanaan 2 (SP 2) yaitu mengajarkan klien berinteraksi secara
bertahap ( berkenalan dengan orang pertama seorang perawat ). Pada
hari ketiga perawat melaksanakan strategi pelaksanaan 3 (SP 3) yaitu
mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap ( dengan orang kedua
seorang klien).

5. Evaluasi tindakan yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan


keperawatan pada Tn.S sampai pada strategi pelaksanaan ketiga. Tn.S
klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat,
mengenal penyebab isolasi sosial menarik diri, menyebutkan
keuntungan berhubungan dan tidak berhubungan dengan orang lain,
mampu untuk dilatih cara berkenalan, mampu berkenalan dengan

18
seorang perawat di ruangan namun belum maksimal berkenalan
dengan klien lain karena Tn.S merasa malu dan menolak tanpa
meberikan alasan yang lain. Beberapa kesulitan yang dialami penulis
dalam memberikan tindakan keperawatan adalah tidak tercapai semua
tujuan khusus karena keterbatasan waktu serta keadaan klien yang
kurang fokus dalam melakukan strategi pelaksanaan yang diberikan
oleh perawat. Selain itu proses keperawatan keluarga tidak dapat
tercapai karena selam proses keperawatan pada klien tidak ada
keluarga yang menjenguk.

4.2 SARAN

1. Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada klien jiwa dengan


seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

2. Institusi Pendidikan

3. Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang


merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan melalui praktek klinik dan pembuatan
laporan.

4. Penulis

5. Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu


seefektif mungkin, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien gangguan jiwa dapat tercapai secara optimal.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes Ri

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP dan SP). Jakarta:


Salemba Medika

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM ( Basik
Course). Jakarta: EGC

Keliat, B.A, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika

Nurjanah, Intan Sari. 2005. Komunitas Keperawatan. Yogyakarta: Moco


Medika

Rusman.2009.Keperawatan Kesehatan Mental Terintegrasi dengan Keluarga.


Jakarta: Sagung Seto

Riyardi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


GRAHA

ILMU

Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


EGC

Surtiningrum, Anjas. 2011. Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan


Bersosialisasi Pada Klien Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr

Amino Gondohutomo Semarang. Thesis. Depok: FIK UI

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart, G.w & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa
(terjemahan) . Ed. 3.

Jakarta: EGC

Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada


Keperawatan
20

Anda mungkin juga menyukai