Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori – teori yang berhubungan dengan perilaku organisasi
dan kepemimpinan, perencanaan sumber daya manusia dan pemberian insentif,
analisis estimasi biaya, dan studi kelayakan bisnis.

Bagian ini berisikan tentang deinisi biaya, klasifikasi biaya, harga pokok
produksi, cost driver, cost pool, break even point dan laba rugi.

2.3.1 Definisi Biaya dan Klasifikasi Biaya

Biaya adalah pengobanan sumber ekonomi untuk menghasilkan barang ataupun


jasa yang diharapkan akan memberi manfaat disaat sekarang atau dimasa yang akan datang
(Siregar, 2013). Biaya diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu biaya produksi,
biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.

2.3.1.1 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan akumulasi dari semua biaya yang dibutuhkan


dalam proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu barang atau
produk. Biaya ini meliputi (Mardiasmo, 2007):

a. Biaya Bahan Baku


Biaya bahan baku merupakan biaya yang diperoleh semua bahan yang pada
akhirnya akan menjadi bagian dari objek dan dapat ditelursuri ke objek biaya dengan cara
yang ekonomis.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tenaga kerja yang diidentifikasikan
dengan suatu proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk perusahaan.
c. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan seluruh biaya yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja langsung.

2.3.1.2 Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk


memastikan semua produk terbeli oleh konsumen, contoh dari biaya pemasaran
ialah biaya promosi dan iklan yang dilakukan perusahaan.

2.3.1.3 Biaya Administrasi dan Umum

Biaya ADM merupakan semua biaya yang digunakan untuk


mengkoordinasikan produksi dan pemasaran produk, seperti biaya gaji karyawan,
overhead kantor, dan biaya terkait lainnya.

2.3.2 Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi adalah sekumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan
baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan
produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir
(Bustami,2006).

2.3.2.1 Activity Based Costing (ABC)

Metode ABC merupakan suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat


penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan
dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume.
2.3.2.2 Klasifikasi Aktivitas

Analsis aktivitas berfungsi mengurangi pemborosan yang terjadi.


Pengggolongan aktivitas untuk membuat produk digolongkan menjadi beberapa
kelompok yaitu (Novia, 2017):

1. Unit Level Activity cost (Biaya aktivitas berlevel unit)


Biaya pada bagian ini dipengaruhi oleh jumlah produk uni yang dihasilkan.
Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya transportasi merupakan
contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini. Biaya ini dibebankan kepada
produk berdasarkan jumlah unit produk yang telah dihasilkan.

2. Batch Level Activity Cost (Biaya aktivitas berlevel batch)


Pada bagian ini biaya berhubungan dengan jumlah batch produk yang
dihasilkan. Pada bagian ini biaya angkutan bahan baku dalam pabrik, biaya
inspeksi, biaya order pembelian merupakan contoh dari biaya yang termasuk dalam
golongan ini.

3. Product Sustaining Activity Cost (biaya aktivitas penopang produk)


Bagian ini berhubungan dengan penenliti dan pengembangan produk
tertentu dan biaya untuk mempertahankan produk agar bisa dipasarkan. Biaya ini
tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk. Biaya yang termasuk dalam golongan
ini ialah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk, dan pengujian
produk.

4. Facility Sustaining Activity Cost (biaya aktivitas penopang fasilitas)


Biaya pada bagian ini berhubungan dengan kegiatan untuk
mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya yang termasuk
dalam golongan ini seperti biaya depresiasi dn amortisasi, biaya asuransi, dan biaya
gaji karyawan. Biaya ini dibebankan kepada produk atas taksiran unit produk yang
dihasilkan pada kapasitas normal penjual.
2.3.2.3 Tahap-Tahap ABC

Berikut merupakan tahapan dari perhitungan harga pokok produksi dengan


menggunakan metode ABC.
a. Mengidentifikasi Sumber Daya Dan Aktivitas
Tahap pertama dalam mendesain System Activity Based Costing (Sistem
ABC) adalah mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas perusahaan.
Klasifikasi aktivitas tersebut adalah sebagai berikut:

1) Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi


satu unit produk.

2) Aktivitas berlevel kelompok adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap


batch atau kelompok produk.

3) Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung


produksi produk yang berbeda.

4) Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung


produksi produk secara umum.

b. Membebankan Biaya Sumber Daya Ke Aktivitas


Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas menggunakan penggerak biaya
untuk konsumsi sumber daya untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas.

c. Membebankan Biaya Aktivitas Ke Objek Biaya


Tahap terakhir akhir adalah membebankan biaya aktivitas atau tempat
penampungan biaya ke objek biaya berdasarkan penggerak biaya untuk konsumsi
aktivitas yang tepat.

2.3.3 Cost Driver

Cost driver adalah faktor yang menyebabkan atau mengaitkan perubahan biaya
dari aktivitas, karena penggerak biaya berkaitan dengan jumlah perubahan biaya, jumlah
perubahan biaya yang terhitung merupakan biaya sumber daya pada aktivitas dan
membebankan biaya dari aktivitas ke objek biaya (Blocher, 2011).

2.3.4 Cost Pool

Cost pool merupakan pengelompokkan biaya yang lebih akurat dan jelas,
dikarenakan metode ABC dapat menggunakan biaya historis pada akhir periode untuk
menghitung biaya aktual apabila kebutuhan tersebut muncul.

2.3.5 Break Even Point dan Laba Rugi

Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami rugi artinya seluruh biaya itu ditutupi oleh penghasilan penjualan. sedangkan
laba rugi merupakan ringkasan pendapatan serta biaya pada suatu perusahaan selama
periode tertentu, yang diakhiri dengan laba serta kerugian bersih pada periode tersebut
(James, 2005).

Berikut merupakan rumus dari perhitungan break even point:


𝐅𝐂
BEP = 𝐏−𝐕𝐂 ...(1)

Keterangan:
BEP = Break Even Point
FC = Fixed Cost
VC = Variable Cost
P = Price Per Unit
S = Sales Volume
2.6 Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara


mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Jakfar, 2012). Sementara
Menurut Umar H (2007) Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian sebuah
rencana bisnis yang bukan hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnis
dijalankan, tetapi juga mengontrol kegiatan operasional secara rutin dalam rangka
pencapaian tujuan serta keuntungan yang maksimal.

2.7 Tujuan dan Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Umumnya tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari


resiko kegagalan besar dari kegiatan yang tidak menguntungkan. Studi kelayakan
bisnis dibuat untuk berbagai pihak, baik untuk pihak internal perusahaan maupun
pihak external perusahaan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), ada lima tujuan
mengapa studi kelayakan perlu dilakukan sebelum melakukan sebuah proyek atau
usaha, yaitu:
1. Menghindari Resiko Kerugian
Tujuan pertama yaitu, untuk meminimalkan risiko yang dapat dikendalikan
maupun yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi masa yang akan datang
tidak dapat diprediksi, sehingga perlu untuk melakukan analisis studi
kelayakan untuk memperkecil resiko.
2. Mempermudah Perencanaan
Dengan adanya ramalan untuk masa yang akan datang, maka
mempermudah perencanaan. Perencanaan itu sendiri meliputi jumlah
modal, waktu pelaksanaan, lokasi, cara pelaksanaan, besarnya keuntungan
serta keuntungan serta bagaimana pengawasan bila terjadi penyimpangan.
3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan
Perencanaan yang disusun dapat mempermudah penerapan nya, proses
bisnis dapat dilakukan secara tersusun sehingga para karyawan dapat
memiliki pedoman dan tetap fokus pada tujuan, sehingga rencana bisnis
dapat tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan.
4. Memudahkan Pengawasan
Dengan pelaksanaan yang sesuai dengan rencana yang telah disusun, maka
pengawasan dalam proses bisnis akan lebih mudah. Pengawasan dilakukan,
agar jalannya usaha tetap pada jalur dan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
5. Memudahkan Pengendalian
Bila terjadi penyimpangan, akan mudah untuk memperbaikinya dan dapat
langsung untuk dikendalikan sehingga tidak terlalu jauh penyimpangan
yang terjadi.

Manfaat dari studi kelayakan bisnis sangat di rasakan oleh berbagai pihak
terutama para pihak yang berkepentingan terhadap proyek atau usaha yang akan
dijalankan. Hasil penelitian yang dianggap layak harus dapat
dipertanggungjawabkan, agar tidak ada pihak yang dirugikan (Jakfar, 2012).

2.8 Aspek dalam Uji Kelayakan Bisnis

Terdapat beberapa aspek yang digunakan dalam uji kelayakan bisnis,


diantaranya:

2.3.1 Aspek Pemasaran

Menurut Kasmir dan Jakfar (2004), aspek pasar dan pemasaran bertujuan
untuk mengetahui berapa besar pasar yang akan dimasuki, struktur dan peluang
pasar yang ada, prospek pasar di masa yang akan datang, serta bagaimana strategi
pemasaran yang harus dilakukan. Aspek pasar dan pemasaran menyajikan tentang
peluang pasar, perkembangan permintaan produk di masa mendatang, kendala-
kendala yang dihadapi seperti keberadaan pesaing, serta beberapa strategi yang
dilakukan dalam pemasaran.
Strategi pemasaran adalah penggabungan oleh wirausahawan terhadap
penelitian pasar yang bermakna dengan suatu rencana untuk mengembangkan daya
saing dalam pasar sasaran tertentu untuk menciptakan bauran pemasaran yang
berhasil (Norman, 2002). Dalam menentukan strategi pemasaran, terdapat tiga
elemen, yaitu segmentation, targetting, dan positioning.

1. Segmentation

Menurut Solomon dan Elnora (2003), segmentasi adalah proses membagi


pasar yang lebih besar menjadi potongan-potongan yang lebih kecil berdasarkan
satu atau lebih karakteristik yang bermakna. Dengan melaksanakan segmentasi
pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah dan sumber daya yang
dimiliki perusahaan dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien dalam rangka
memberikan kepuasan bagi konsumen. Ada beberapa variabel segmentasi (Elnora,
2003):
a. Demografis. Segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar ke dalam
kelompok-kelompok berdasarkan variabel demografis sepert: Usia, jenis
kelamin, besarnya keluarga, pendapatan, ras, pendidikan, pekerjaan,
geografis.
b. Psikografis. Segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar ke dalam
kelompok-kelompok yang berlainan menurut kelas sosial, gaya hidup,
kepribadian, dan lain-lain.
c. Perilaku. Segmentasi ini dilakukan dengan membagi konsumen ke dalam
segmen-segmen berdasarkan bagaimana tingkah laku, perasaan, dan cara
konsumen menggunakan barang/situasi pemakaian, dan loyalitas merek.
Cara untuk membuat segmen ini yaitu dengan membagi pasar ke dalam
pengguna dan non- pengguna produk.

2. Targetting

Menurut Solomon dan Elnora (2003), target adalah kelompok yang dipilih
oleh perusahaan untuk dijadikan sebagai pelanggan sebagai hasil dari segmentasi
dan penargetan. Perusahaan dapat memilih dari empat strategi peliputan pasar
(Elnora, 2003):
a. Undifferentiated targeting strategy, strategi ini menganggap suatu pasar
sebagai satu pasar besar dengan kebutuhan yang serupa, sehingga hanya ada
satu bauran pemasaran yang digunakan untuk melayani semua pasar.
Perusahaan mengandalkan produksi, distribusi, dan periklanan massa guna
menciptakan citra superior di mata sebagian besar konsumen.
b. Differentiated targeting strategy, perusahaan menghasilkan beberapa
produk yang memiliki karakteritik yang berbeda. Konsumen membutuhkan
variasi dan perubahan sehingga perusahaan berusaha untuk menawarkan
berbagai macam produk yang bisa memenuhi variasi kebutuhan tersebut.
c. Concentrated targeting strategy, perusahaan lebih memfokuskan
menawarkan beberapa produk pada satu segmen yang dianggap paling
potensial.
d. Custom targeting strategy, lebih mengarah kepada pendekatan terhadap
konsumen secara individual.

3. Positioning

Pengertian positioning menurut menurut Solomon dan Elnora (2003),


adalah mengembangkan strategi pemasaran yang bertujuan untuk mempengaruhi
bagaimana sebuah segmen pasar tertentu memandang sebuah barang atau jasa
dibandingkan dengan kompetisi. Penentuan posisi pasar menunjukkan bagaimana
suatu produk dapat dibedakan dari para pesaingnya. Ada beberapa positioning yang
dapat dilakukan (Elnora, 2003):
a. Positioning berdasarkan perbedaan produk. Pendekatan ini dapat
dilakukan jika produk suatu perusahaan mempunyai kekuatan yang lebih
dibandingkan dengan pesaing dan konsumen harus merasakan benar adanya
perbedaan dan manfaatnya.
b. Positioning berdasarkan atribut produk atau keuntungan dari produk
tersebut. Pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan atribut apa yang
dimiliki suatu produk dan manfaat yang dirasakan oleh kosumen atas
produk tersebut.
c. Positioning berdasarkan pengguna produk. Pendekatan ini hampir sama
dengan targeting dimana lebih menekankan pada siapa pengguna produk.
d. Positioning berdasarkan pemakaian produk. Pendekatan ini digunakan
dengan membedakan pada saat apa produk tersebut dikonsumsi.
e. Positioning berdasarkan pesaing. Pendekatan ini digunakan dengan
membandingkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh pesaing
sehingga konsumen dapat memilih produk mana yang lebih baik.
f. Positioning berdasarkan kategori produk. Pendekatan ini digunakan
untuk bersaing secara langsung dalam kategori produk, terutama ditujukan
untuk pemecahan masalah yang sering dihadapi oleh pelanggan.
g. Positioning berdasarkan asosiasi. Pendekatan ini mengasosiasikan produk
yang dihasilkan dengan asosiasi yang dimiliki oleh produk lain. Harapannya
adalah sebagian asosiasi tersebut dapat memberikan kesan positif terhadap
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
h. Positioning berdasarkan masalah. Pendekatan ini digunakan untuk
menunjukkan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan memiliki
positioning untuk dapat memecahkan masalah.

2.3.2 Aspek Teknis dan Produksi

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan proses


pembangunan fisik usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah bangunan
fisik selesai dibangun (Kamaluddin, 2004). Pembahasan dalam aspek teknis
meliputi penentuan lokasi proyek, perolehan bahan baku produksi, serta pemilihan
mesin dan jenis teknologi yang digunakan untuk menunjang proses produksi.

2.3.3 Aspek Lingkungan

Pertumbuhan dan pekembangan perusahaan berpengaruh terhadap


lingkungan sekitar apakah membawa dampak negatif atau positif terhadap
masyarakat sekitar atau sebaliknya apakah masyarakat sekitar membawa dampak
positif atau negative terhadap perusahaan. Analisia yang dilakukan terhadap aspek
ini bermanfaat untuk mengindentifikasi kelayakan bisnis yang dijalankan sesuai
dengan standar lingkungan hidup yang ada. Salah satu media dari aspek ini adalah
AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang sedang dan telah dikembangkan di
beberapa Negara maju dengan nama Environmental Impact Analysis atau
Envirinmental Impact Assessment (EIA) (Nurjanah,2013).

2.3.4 Aspek Hukum

Berdasarkan pendapat Husnan dan Suwarsono (2007) aspek hukum dalam


studi kelayakan menganalisis tentang bentuk badan usaha yang akan dipergunakan
dan jaminan – jaminan yang bisa disediakan apabila akan menggunakan sumber
dana berupa pinjaman. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan
sebagainya. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan diwajibkan
memiliki Surat Izin Perusahaan Dagang (SIUP), yaitu surat izin yang diberikan oleh
menteri atau pejabat yang ditunjuk kepada pengusaha untuk melaksanakan kegiatan
usaha perdagangan secara sah, baik itu perusahaan kecil, perusahaan menengah,
apalagi perusahaan besar, terkecuali perusahaan kecil perorangan. Untuk
memperoleh SIUP, perusahaan wajib mengajukan Surat Permohonan Izin (SPI),
yaitu daftar isian yang memuat perincian data perusahaan pengusaha dan kegiatan
usaha, dan pengusaha juga wajib membayar sejumlah uang sebagai biaya
administrasi (Afiyah, 2015).

2.3.5 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia

Aspek ini mencakup manajemen dalam pembangunan proyek dan


manajemen dalam operasi (Afiyah, 2015). Manajemen dalam pembangunan proyek
mengkaji tentang pembangunan proyek secara fisik, sedangkan manajemen dalam
operasi mencakup pengadaan sumber daya manusia, jumlah tenaga kerja serta
kualifikasi yang diperlukan untuk mengelola dan mengoperasikan suatu proyek
(Afiyah, 2015). Aspek manajemen dan organisasi digunakan untuk meneliti
kesiapan sumber daya manusia yang akan menjalankan usaha tersebut, kemudian
mencari bentuk struktur organisasi yang sesuai dengan usaha yang akan dijalankan
(Jakfar, 2004).

2.3.6 Aspek Finansial

Sofyan (2004) menjelaskan analisis finansial adalah kegiatan melakukan


penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak
dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Pembahasan dalam aspek
finansial ini yaitu sumber dan penggunaan dana, modal kerja, pendapatan, biaya
usaha, serta aliran kas atau arus kas (cash flow).

2.9 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu analisa untuk dapat melihat


pengaruhpengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger
1986). Pada bidang pertanian, perubahan yang terjadi pada kegiatan usaha dapat
diakibatkan oleh empat faktor utama yaitu perubahan harga jual produk,
keterlambatan pelaksanaan usaha, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan mencari beberapa nilai pengganti pada
komponen biaya dan manfaat yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan
investasi atau maksimum nilai NPV sama dengan nol, nilai IRR sama dengan
tingkat suku bunga dan Net B/C ratio sama dengan 1 (cateris paribus) (Gittinger,
1986). Parameter harga jual produk, jumlah penjualan dan biaya dalam analisis
finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya (cateris paribus). Namun, dalam
keadaan nyata ketiga parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan
waktu. Untuk itu, analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk melihat sampai berapa
persen penuruan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan
perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak
(Gittinger, 1986).

Anda mungkin juga menyukai