Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN SEKSUALITAS

NAMA : SAHIDA NORSANTI


NPM: 1614901210776

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan
1.1 Definisi
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi
perasaan dua orang individu secara pribadi yang saling menghargai,
memerhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi sebuah hubungan
timbal balik antara dua individu tersebut.
Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda :
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka
dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut
kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti
sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat
gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk
pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan
fisiologi pada laki-laki dan perempuan, hubungan fisik antar
individu (aktivitas seksual genital).
Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek
somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual,
dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan
kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975).

1.2 Fisiologi
Perkembangan seksual di awali dari masa pre natal dan bayi, kanak-
kanak, masa pubertas, masa dewasa muda dan pertengahan umur,
serta dewasa.
1.2.1 Masa prenatal dan bayi
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai
berkembang. Berkembangnya organ seksual mampu merespon
rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan
adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika
mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut
Sigmund Freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa
ini adalah :
1.2.1.1 Tahap Oral
terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan
atau kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap,
menggigit, mengunyah, atau bersuara. Anak memiliki
ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta
dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah
yang di peroleh pada masa ini adalah masalah menyapih
dan makan.
1.2.1.2 Tahap Anal,
Terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini
terjadi pada saat pengeluaran feses. Anak mulai
menunjukan keakuannya, sikapnya sangat narsistik
(cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai
mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak
sudah dapat di latih dalam hal kebersihan.
1.2.2 Masa Kanak-kanak
Masa ini di bagi dalam usia prasekolah, dan sekolah.
Perkembangan seksual pada masa ini di awali secara biologis
atau fisik, sedangkan perkembangan psikoseksual pada masa ini
adalah :
1.2.2.1 Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun.
Kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu
meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa
erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak
laki-laki cenderung lebih suka sama ibunya dari pada
ayahnya, sebaliknya anak perempuan lebih suka
ayahnya. Anak mulai dapat mengidentifikasi jenis
kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan,
belajar melalui interaksi dengan figur orang tua, serta
mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis
kelaminnya.
1.2.2.2 Tahap Laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan
anak mulai terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas
dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti
suka berhubungan dengan kelompoknya atau teman
sebaya, dorongan libido mulai berbeda. Pada masa
sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal
seksual melalui interaksi dengan orang dewasa,
membaca atau berfantasi.
1.2.3 Masa Pubertas / Remaja
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual
dan akan terjadi kematangan secara psikososial. Terjadinya
perubahan secara psikologis ini ditandai dengan adanya
perubahan dalam citra tubuh (body image) , perhatian yang
cukup besar terhadap fungsi tubuh, pembelajaran tentang
perilaku, kondisi sosial, dan perubahan lain, seperti perubahan
berat badan, tinggi badan, perkembangan otot, bulu di pubis,
buah dada atau mentruasi bagi wanita. Tahap yang di sebut oleh
Freud sebagai tahap genital ini terjadi pada umur 12 - 18 tahun.
Kepuasan anak pada tahap ini akan kembali bangkit dan
mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

1.2.4 Masa Dewasa Muda dan Pertengahan Umur.


Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri
seks sekunder mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30
tahun. Pada masa pertengahan umur terjadi perubahan hormonal;
pada wanita di tandai dengan penurunan estrogen, pengecilan
payudara dan jaringan vagina, penurunan cairan vagina,
selanjutnya akan terjadi penurunan reaksi ereksi; pada pria di
tandai dengan penurunan ukuran penis serta penurunan semen.
Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan
intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak,
sehingga terjadi perubahan peran.
1.2.5 Masa Dewasa Tua
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya
adalah atrofi pada vagina dan dan jaringan payudara, penurunan
cairan vagina, dan penurunan intensitas orgasme pada wanita;
sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi
sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya
pencapaian ereksi, dan pembesaran kelenjar prostat.

1.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem:


1.3.1 Perkembangan manusia berpengaruh terhadap psiko-sosial,
emosional, dan biologis
Kultur / budaya : berpakaian,tata cara pernikahan, perilaku yang
diharapkan sesuai norma. Peran laki-laki dan perempuan
mungkin juga akan dipengaruhi budaya
Nilai-nilai Realigi :Aturan atau batasan yang boleh dan tidak
boleh dilakukan terkait seksualitas. Misalnya larangan aborsi,
hubungan seks tanpa nikah
Status Kesehatan : Klien dapat mengalami penurunan keinginan
seksual karena alasan fisik. Medikasi dapat mempengaruhi
keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika
diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang
mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan
perasaannya secara seksual.
Hospitalisasi :
Kesepian, tidak lagi memiliki privasi, merasa tidak berguna.
Beberapa klien di rumah sakit mungkin dapat berperilaku secara
seksual melalui pengucapan kata-kata kotor, mencubit,dll
Klien yang mengalami pembedahan dapat merasa kehilangan
harga diri dan perasaan kehilangan yang mencakup maskulinitas
dan femininitas.
Penyakit/Stress Yang Akan Mempengaruhi Kemampuan Seksual
Seseorang:
 Nyeri kronis
 Diabetes melitus
 Penyakit kardio vaskular
 Penyakit-penyakit sendi
 Pembedahan/ body image
 Gangguan mental
 Penyakit menular seksual
 Obat-obatan

1.4 Macam – macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem:


1.4.1 Pedofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan
objek anak-anak. Penyimpangan ini ditandai dengan adanya
fantasi berhubungan seksual dengan anak di bawah usia
pubertas. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kelainan
mental, seperti shizofrenia, sadism organic, atau gangguan
kepribadian organik.
1.4.2 Eksibisionisme.kepuasan seksual dicapai dengan cara
mempertontonkan alat kelamin di depan umum. Hal ini
biasanya dilakukan secara mendadak di hadapan orang
yang tidak di kenal, namun tidak ada upaya untuk
melakukan hubungan seksual.
1.4.3 Fetisisme. Kepuasan seksual; di capai dengan menggunakan
benda seks seperti sepatu tinggi, pakaian dalam, stocking,
atau lainnya. Disfungsi ini dapat di sebabkan antara lain
karena eksperimen seksual yang normal dan bedah
pergantian kelamin.
1.4.4 Transvestisme. Kepuasan seksual di capai dengan memakai
pakaian lawan jenis dan melakukan peran seks yang
berlawanan, misalnya pria yang senang menggunakan
pakaian dalam wanita.
1.4.5 Transeksualisme. Bentuk penyimpangan seksual ditandai
dengan perasaan tidak senang terhadap jenis kelaminnya,
adanya keinginan untuk berganti kelamin.
1.4.6 Voyerisme/Skopofilia. Kepuasan seksual dicapai dengan
melihat alat kelamin orang lain atau aktifitas seksual yang
dilakukan orang lain.
1.4.7 Masokisme. Kepuasan seksual dicapai melalui kekerasan
atau di sakiti terlebih dahulu secara fisik atau psikologis.
1.4.8 Sadisme. Merupakan lawan dari masokisme. Kepuasan
seksual di capai dengan menyakiti objeknya, baik secara
fisik atau psikologis (dengan menyiksa pasangan). Hal
tersebut dapat disebabkan antara lain karena perkosaan dan
pendidikan yang salah.
1.4.9 Homoseksual dan Lesbianisme. Penyimpangan seksual yang
di tandai dengan ketertarikan secara fisik maupun emosi
kepada sesama jenis. Kepuasan seksual dicapai melalui
hubungan dengan orang berjenis kelamin yang sama.
1.4.10 Zoofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan
objek binatang.
1.4.11 Sodomi. Kepuasan seksual dicapai dengan hubungan
melalui anus.
1.4.12 Nekropilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan
objek mayat.
1.4.13 Koprofilia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan
objek feses.
1.4.14 Urolagnia. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan
objek urine yang diminum.
1.4.15 Oral Seks/Kunilingus. Kepuasan seksual di capai dengan
menggunakan mulut pada alat kelamin wanita.
1.4.16 Felaksio. Kepuasan seksual di capai dengan menggunakan
mulut pada alat kelamin laki-laki.
1.4.17 Froterisme/Friksionisme. Kepuasan seksual di capai dengan
cara menggosokan penis pada pantat wanita atau badan
yang berpakaian di tempat yang penuh sesak manusia.
1.4.18 Goronto. Kepuasan seksual di capai melalui hubungan
dengan lansia.
1.4.19 Frottage. Kepuasan seksual di capai dengan cara meraba
orang yang di senangi tanpa di ketahui lawan jenis.
1.4.20 Pornografi. Gambar/tulisan yang dibuat secara khusus untuk
memberi rangsangan seksual (Maramis WF, 2004).

2. Rencana asuhan klien dengan gangguan seksualitas


2.1 Pengkajian
 Riwayat seksual
2.1.1.1 Klien yang menerima perawatan kehamilan, PMS,
infertility, kontrasepsi.
2.1.1.2 Klien yang mengalami disfungsi seksual / problem
(impoten, orgasmic dysfuntion, dll)
2.1.1.3 Klien yang mempunyai penyakit-penyakit yang akan
mempengaruhi fungsi seksual (peny.jantung, DM,
dll)
Pengkajian seksual mencakup :
Riwayat Kesehatan seksual
 Pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan
apakah klien mempunyai masalah atau kekhawatiran
seksual.
 Merasa malu atau tidak mengetahui bagaimana cara
mengajukan pertanyaan seksual secara langsung –
pertanyaan isyarat
 Pengkajian fisik
2.1.2.1 Inspeksi dan palpasi
2.1.2.2 Beberapa riwayat kes. yang memerlukan pengkajian
fisik misalnya riwayat PMS, infertilitas, kehamilan,
adanya sekret yang tdk normal dari genital,
perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria,
dll.
 Identifikasi klien yang berisiko
2.1.3.1Klien yang berisiko mengalami gangguan seksual
misalnya adanya ggn struktur/fungsi tubuh akibat
trauma, kehamilan, setelah melahirkan, abnormalitas
anatomi genital
2.1.4 Riwayat penganiayaan seksual, penyalahgunaan seksual
Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda
lahir, skar (masektomi) dan adanya ostomi pada tubuh
Terapi medikasi spesifik yang dapat menyebabkan mslh
seksual; kurangnya pengetahuan/salah informasi tentang
fungsi dan ekspresi seksual
Ggn aktifitas fisik sementara maupun permanen ; kehilangan
pasangan
Konflik nilai-nilai antara kepercayaan pribadi dengan aturan
religi
2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa I: disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan
fungsi tubuh(missal kehamilan, pelahiran baru-baru ini, obat,
pembedahan, anomaly, proses penyakit, trauma,
radiasi)(NANDA:0059)
2.2.1 Definisi
Kondisi ditandai dengan individu mengalami perubahan
fungsi seksual selama fase respon seksual hasrat,
terangsang, dan/orgasme, yang dipandang tidak
memuaskan, tidak berharga, atau tidak adekuat.
2.2.2 Batasan karakteristik
 Keterbatasan actual akibat penyakit
 Keterbatasan actual akibat terapi
 Perubahan dalam mencapai kepuasan seksual
 Perubahan minat terhadap orang lain
 Peruabahan minat terhadap diri sendiri
 Ketidakmampuan mencapai kepusan yang
diharapkan
 Persepsi perubahan pada rangsangan seksual
 Persepsi defisiensi hasrat seksual
 Persepsi keterbatasan akibat penyakit
 Persepsi keterbatasan akibat terapi
 Mencari konfirmasi tentang kemampuan
mencapai hasrat seksual
 Mengungkapkan masalah

2.2.3 Faktor yang berhubungan


 Ketiadaan model peran
 Perubahan funsi tubuh (mis,kehamilan,
pelahiran baru-bari ini, obat, pembedahan,
anomaly, proses penyakit, trauma, radiasi).
 Perubahan struktur tubuh (mis,kehamilan,
pelahiran baru-bari ini, obat, pembedahan,
anomaly, proses penyakit, trauma, radiasi).
 Perubahan biopsikososial seksualitas
 Defisiensi pengetahuan
 Model peran kurang dapat memengaruhi
 Kurang privasi
 Kurang orang terdekat
 Salah informasi
 Penganiayaan psikososial(mis, hubungan penuh
kekerasan)
 Konflik nilai
 Penganiayaan fisik
 Kerentanan
Diagnosa II: ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan
dengan deficit pengetahuan tentang responsn alternative
terhadap transisi terkait kesehatan, perubahan struktur atau
fungsi tubuh, penyakit, atau terapi medis.NANDA (00065)
2.2.4 Definisi
Ekspresi kekhawatiran tentang seksualitas individu
2.2.5 Batasan karakteristik
 Perubahan dalam mencapai persepsi peran seks
 Perubahan dalam hubungan dengan orang terdekat
 Konflik yang melibatkan nilai
 Menyatakan perubahan pada aktifitas seksuali
 Menyatakan perubahan pada perilaku
 Menyatakan kesulitan dalam aktifitas seksual
 Menyatakan kesulitan dalam perilaku seksual
 Menyatakan keterbatsan dalam aktifitas seksual
 Menyatakan keterbatasan dalam perilaku seksual
2.2.6 Faktor yang berhubungan
 Ketiadaan model peran
 Konflik dengan kecenderungan yang berbeda
 Deficit pengetahuan tentang respons alternative
terhadap transisi terkait kesehatan, perubahan struktur
atau fungsi tubuh, penyakit, atau terapi medis.
 Ketakutan mendpat infeksi menular seksual
 Ketakutan terhadap kehamilan
 Hambatan hubungan dengan oran terdekat
 Ketidakefektifan model peran
 kurang privasi
 kurang orang terdekat
 kurang keterampilantentang alternative respons
terhadap transisi terkait kesehatan, perubahan struktur
atau fungsi tubuh, penyakit, atau terapi medis.

2.3Perencanaan
Diagnosa 1: Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh(missal kehamilan, pelahiran baru-baru ini, obat, pembedahan,
anomaly, proses penyakit, trauma, radiasi)
2.3.1 Tujuan : Klien dapatmnerima perubahan struktur tubuh
terutama pada fungsi seksual yang dialaminya, dengan
kriterria hasil:
 Mengekspresikan kenyamanan
 Mengekpresikan kepercayaan diri
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
 Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi
tubuh termasuk organ seksual seiring dengan
bertambahnya usia
R: mengetahui sejauh mana pasien menyadari
perubahan fungsi yang dialaminya
 Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi
seksual
R: pasien menjadi mengetahui penyebab dari penurunan
fungsi seksual pada keadaan pasien saat ini
 Motivasi pasien untuk mengonsumsi makanan yang
rendah lemak, rendah kolesterol, dan berupa diet
vegetarian
R: membantu mengembalikan fungsi seksual pasien
 Anjurkan klien untuk menggunakan krim vagina atau gel
R: menjaga fungsi seksual pasien

Diagnosa II : ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan


deficit pengetahuan tentang responsn alternative terhadap transisi
terkait kesehatan, perubahan struktur atau fungsi tubuh, penyakit, atau
terapi medis
2.3.3 Tujuan dan kriterian hasil
Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang
disebabkan maasalah keshatannya,dengan kriteria hasil:
 Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktifitas seksual
yang disebabkan masalah kesehatan
 Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang
pantas dalam respon terhadap keterbatasannya
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
 Kaji faktor-faktor penyebab dan penunjang, yang
meliputi:keluhan nyeri, nafas pendek, keterbatasan
suplai O2, imobilisasi, kerusakan inervasi saraf,
peruabahan hormone, depresi, kurangnya informasi
yang tepat
R: pasien mengetahui hal-hal yang mengganggu
seksualitas pasien di sebabkan berbagai macam hal
 Ajarkan pentingnya mentaati aturan medis yang dibuat
untuk mengontrol gejala penyakit
R: membantu pasien lebih bisa lebih menjaga dirinya
 Berikan informasi yang tepat pada pasien dan
pasangannya tentang keterbatasan fungsi seksual yang
disebabkan oleh keadaan sakit
R: pasien ataupun pasangan bisa saling mengerti untuk
keterbatasan seksual pasien
 Ajarkan modifikasi yang mungkin dalam kegiatan
seksual dapat membantu penyesuaian dengan
keterbatasan akibat sakit
R: membantu pemenuhan kebutuhan seksual pasien
dengan sesuai kemampuan pasien
2 Daftar Pustaka

Alimul, Aziz. Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1, Salemba Medika,


Jakarta, 2009.
Nanda internasional, Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi
2012-2014: editor edisi bahasa Indonesia, T.Heather Herman.
Jakarta: EGC
Patricia A.Potter, Anne Griffin Perry; Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik/ Edisi 4 Volume 1,
Jakarta : EGC 2005

Buku saku Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria


hasil NOC, Edisi 7, editor edisi bahasa Indonesia, Judith M.
Wilkinson. Jakarta :EGC
Banjarmasin, Maret 2017
Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(...........................................) (............................................)

Anda mungkin juga menyukai