Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak sekali ayat yang tegas dan muhkam dalam Kitabullah yang mulia,
memberikan anjuran untuk puasa sebagai sarana untuk taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah 'Azza wa Jalla dan juga menjelaskan keutamaan-keutamaannya, seperti
firman Allah (yang artinya): “Sesungguhnya kaum muslimin dan muslimat, kaum
mukminin dan mukminat, kaum pria yang patuh dan kaum wanita yang patuh, dan
kaum pria serta wanita yang benar (imannya) dan kaum pria serta kaum wanita yang
sabar (ketaatannya), dan kaum pria serta wanita yang khusyu', dan kaum pria serta
wanita yang bersedekah, dan kaum pria serta wanita yang berpuasa, dan kaum pria
dan wanita yang menjaga kehormatannya (kemaluannya), dan kaum pria serta wanita
yang banyak mengingat Allah; Allah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala
yang besar" [A-Ahzab : 35]

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam hadits yang


shahih bahwa puasa adalah benteng dari syahwat, perisai dari neraka. Allah Tabaraka
wa Ta'ala telah mengkhususkan satu pintu surga untuk orang yang puasa. Puasa bisa
memutuskan jiwa dari syahwatnya, menahannya dari kebiasaan-kebiasaan yang jelek,
hingga jadilah jiwa yang tenang. Inilah pahala yang besar, keutamaan yang agung ;
dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits shahih berikut ini, dijelaskan dengan
penjelasan yang sempurna.

Dari Abu Umamah Al-Bahili Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Aku pernah


mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) :
“Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang kedua lenganku,

Makalah Puasa Ramadhan 1


membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, "Naik". Aku
katakan, "Aku tidak mampu". Keduanya berkata, 'Kami akan memudahkanmu'.
Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara
yang keras. Akupun bertanya, 'Suara apakah ini?'. Mereka berkata, 'Ini adalah
teriakan penghuni neraka'. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat
orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah
mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, 'Siapa mereka?' Keduanya menjawab,
'Mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba
waktu berbuka ." [Riwayat An-Nasa'i dalam Al-Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul
Asyraf 4/166 dan Ibnu Hibban (no.1800 zawaid-nya) dan Al-Hakim 1/430 dari jalan
Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin 'Amir dari Abu Umamah. Sanadnya
shahih].

Jadi secara singkat kita telah dapat menyimpulkan bahwa betapa penting dan
bermanfaatnya puasa itu bagi kita. Baik yang berhubungan dengan ibadah kepada
Allah, kesehatan, dan hubunan sesama manusia. Dalam makalah ini akan
diberikan uraian singkat seputar puasa Ramadhan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan definisi dari puasa

2. Menjelaskan bentuk-bentuk puasa

3. Menjelaskan hikmah dan faedah puasa ramadhan.

4. Menjelaskan cara menentukan awal puasa

5. Menjelaskan amalan-amalan dalam berpuasa di bulan ramadhan

Makalah Puasa Ramadhan 2


C. Perumusan Masalah

Permasalahan puasa masih begitu luas, karena itu untuk menghindari


perluasan pembahasan dan mencapai tujuan diatas, maka makalah ini akan
dikembangkan untuk menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah definisi puasa dalam agama islam?

2. Bagaimana saja bentuk-bentuk puasa itu?

3. Apakah hikmah dan faedah dalam berpuasa?

4. Bagaimanakah amalan-amalan dalam puasa ramadhan?

Makalah Puasa Ramadhan 3


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Puasa

Secara bahasa Puasa adalah menahan diri dari sesuatu Sedangkan secara
terminology/syariat Puasa ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan
puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit
fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah, karena
mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepada-
Nya. Puasa Ramadhan wajib dilakukan, adakalanya karena telah melihat hitungan
Sya’ban telah sempurna 30 hari penuh atau dengan melihat bulan pada malam tanggal
30 Sya’ban. Sesuai dengan hadits Nabi SAW, Yang Artinya:
Berpuasalah dengan karena kamu telah melihat bulan (ru’yat), dan
berbukalah dengan berdasar ru’yat pula. Jika bulan tertutup mendung, maka
genapkanlah Sya’ban menjadi 30 hari.

Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat


membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bersenggama pada sepanjang hari
tersebut (sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas
seorang muslim yang baligh, berakal, bersih dari haid dan nifas, disertai niat ikhlas
semata-mata karena Allah ta’aala.
Adapun rukunnya adalah menahan diri dari makan dan minum, menjaga
kemaluannya (tidak bersenggama), menahan untuk tidak berbuka, sejak terbitnya
ufuk kemerah-merahan (fajar subuh) di sebelah timur hingga tenggelamnya matahari
sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah SWT pada surat Al-Baqarah : 187, yang
artinya:

Makalah Puasa Ramadhan 4


Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar”. (Q.S.)
Ibn’ Abdul Bar dalam hadits Rasulullah SAW, “Sesungguhnya Bilal biasa
azan pada malam hari, maka makan dan minumlah kamu sampai terdengarnya azan
Ibn Ummi Maktum”, menyatakan bahwa benang putih adalah waktu subuh dan sahur
hanya dikerjakan sebelum waktu fajar.

B. Bentuk Puasa
Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum
muslimin di seluruh dunia. Allah SWT telah mewajibkannya kepada kaum yang
beriman, sebagaimana telah diwajibkan atas kaum sebelum Muhammad SAW. Puasa
merupakan amal ibadah klasik yang telah diwajibkan atas setiap umat-umat
terdahulu.
Ada empat bentuk puasa yang telah dilakukan oleh umat terdahulu, yaitu :
1. Puasanya orang-orang sufi, yakni praktek puasa setiap hari dengan maksud
menambah pahala. Misalnya puasanya para pendeta.
2. Puasa bicara, yakni praktek puasa kaum Yahudi. Sebagaimana yang telah
dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 26, yang artinya :
Jika kamu (Maryam) melihat seorang manusia, maka katakanlah, sesungguhnya
aku bernadzar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan
berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Q.S. Maryam : 26)
3. Puasa dari seluruh atau sebagian perbuatan (bertapa), seperti puasa yang
dilakukan oleh pemeluk agama Budha dan sebagian Yahudi. Dan puasa-puasa
lainnya yang mempunyai cara dan kriteria yang telah ditentukan oleh masing-
masing kaum tersebut.
4. Sedang kewajiban puasa dalam Islam, orang akan tahu bahwa ia mempunyai
aturan yang tengah-tengah yang berbeda dari puasa kaum sebelumnya baik

Makalah Puasa Ramadhan 5


dalam tata cara dan waktu pelaksanaan. Tidak terlalu ketat sehingga
memberatkan kaum muslimin, juga tidak terlalu longgar sehingga mengabaikan
aspek kejiwaan. Hal mana telah menunjukkan keluwesan Islam.

C. Hikmah Puasa
Diwajibkannya puasa atas umat Islam mempunyai hikmah yang dalam. Yakni
merealisasikan ketaqwaan kepada Allah SWT. sebagaimana yang terkandung dalam
surat Al-Baqarah ayat 183 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kalian
bertaqwa (QS Al-Baqarah: 183).

Kadar taqwa tersebut terefleksi dalam tingkah laku, yakni melaksanakan


perintah dan menjauhi larangan. Al-Baqarah ayat 185, yang artinay:
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang haq dan bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu
hadir (di negeri tempat tinggalnya) bulan tersebut, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu. (QS Al-Baqarah: 185).
Ayat ini menjelaskan alasan yang melatarbelakangi mengapa puasa
diwajibkan di bulan Ramadhan, tidak di bulan yang lain. Allah mengisyaratkan
hikmah puasa bulan Ramadhan, yaitu karena Ramadhan adalah bulan yang penuh

Makalah Puasa Ramadhan 6


berkah dan yang diistimewakan Allah dengan menurunkan kenikmatan terbesar di
dalamnya, yaitu Al-Qur’an al-Karim yang akan menunjukkan manusia ke jalan yang
lurus. Ramadhan juga merupakan pengobat hati, rahmat bagi orang-orang yang
beriman, dan sebagai pembersih hati serta penenang jiwa raga. Inilah nikmat terbesar
dan teragung. Maka wajib bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk bersyukur
kepada Sang Pemberi Nikmat tiap pagi dan sore.
Bila puasa telah diwajibkan kepada umat terdahulu, maka adakah puasa yang
diwajibkan atas umat Islam sebelum Ramadhan? Jumhur ulama dan sebagian
pengikut Imam Syafi’i berpendapat bahwa tidak ada puasa yang pernah diwajibkan
atas umat Islam sebelum bulan Ramadhan. Pendapat ini dilandaskan pada hadits Nabi
SAW yang diriwayatkan oleh Mu’awiyah :
Artinya : Hari ini adalah hari Asyura’, dan Allah tidak mewajibkannya atas
kalian. Siapa yang mau silahkan berpuasa, yang tidak juga boleh
meninggalkannya

Sedangkan Madzhab Hanafi mempunyai pendapat bahwa puasa yang


diwajibkan pertama kali atas umat Islam adalah puasa Asyura’. Setelah datang
Ramadhan Asyura’ dirombak (mansukh). Madzhab ini mengambil dalil haditsnya Ibn
Umar dan Aisyah ra. :
Artinya : Diriwayatkan dari Ibn ‘Amr ra. bahwa Nabi SAW. telah berpuasa hari
Asyura’ dan memerintahkannya (kepada umatnya) untuk berpuasa pada
hari itu. Dan ketika datang Ramadhan maka lantas puasa Asyura’
beliau tinggalkan, Abdullah (Ibnu ‘Amr) juga tidak berpuasa”. (H.R.
Bukhari)
Artinya : Diriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa orang-orang Quraisy biasa
melakukan puasa Asyura’ pada masa jahiliyah. Kemudian Rasulullah
memerintahkan untuk berpuasa hari Asyura’ sampai diwajibkannya

Makalah Puasa Ramadhan 7


puasa Ramadhan. Dan Rasul berkata, barang siapa ingin berpuasa
Asyura’ silahkan berpuasa, jika tidak juga tidak apa-apa”. (H.R.
Bukhari dan Muslim)
Pada masa-masa sebelumnya, Rasulullah biasa melakukan puasa Asyura’
sejak sebelum hijrah dan terus berlanjut sampai usai hijrah. Ketika hijrah ke Madinah
beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa (Asyura’), beliau pun ikut
berpuasa seperti mereka dan menyerukan ke umatnya untuk melakukan puasa itu.

D. Beberapa Faedah Puasa


Puasa mempunyai banyak faedah bagi rohani dan jasmani kita, antara lain
Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Maka tiada
balasan bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang berlimpah ruah dan
baginya hak masuk surga melalui pintu khusus bernama ‘Ar-Rayyan’. Orang yang
berpuasa juga dijauhkan dari azab pedih serta dihapuskan seluruh dosa-dosanya yang
terdahulu, sebagaimana terdapat dalam sabda rasulullah SAW

))‫غ ِف َْرْ َل ْهُْ َماْتَ َق َّد َْمْ ِمنْْذَن ِب ِه‬


ُ ْ‫سابًا‬
َ ِ‫انْ ِإي َمانًاْ َواحت‬
َْ ‫ض‬
َ ‫صا َْمْ َر َم‬
َ ْْ‫(( َمن‬
Artinya : Siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala,
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.[HR. As-Syaikhân]
Sabda Nabi Muhammad SAW lain:
َ ‫ن ْإِلَى ْ َر َم‬
َْ ‫ض‬
ْ‫ان ْ ُمك َِف َراتْ ْ َما‬ َ ‫س ْ َوال ُجمعَ ْةُ ْإِلَى ْال ُجم َع ِْة ْ َو َر َم‬
ُْ ‫ضا‬ ُْ ‫صلَ َواتُْ ْال َخم‬
َّ ‫((ْال‬
َْ ‫نْ ِإذَاْاجت َ َن‬
))‫بْال َك َبا ِئ َر‬ َّْ ‫َبينَ ُه‬
Artinya : Antara shalat lima waktu, Jumat ke Jumat, Ramadhan ke Ramadhan
adalah penghapus dosa di antara itu semua, jika dosa besar dapat
dihindari." [HR. Muslim dan selainnya]

Makalah Puasa Ramadhan 8


Patuh kepada Allah SWT berarti meyakini dimudahkan dari segala urusannya
karena dengan puasa secara tidak langsung kita dituntun untuk bertaqwa, yaitu
mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya.
Selain itu berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai
masalah seperti jihad nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka yang
menimpa. Bila mencium aroma masakan yang mengundang nafsu atau melihat air
segar yang menggiurkan kita harus menahan diri sampai waktu berbuka. Kita juga
diajarkan untuk memegang teguh amanah Allah SWT, lahir dan batin, karena tiada
seorang pun yang sanggup mengawasi kita kecuali Ilahi Rabbi.
Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi,
mengajarkan sifat sabar dalam menghadapi segala sesuatu, mengarahkan cara berfikir
sehat serta menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis mengistirahatkan
roda perjalanan anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada anaknya :
“Wahai anakku, apabila lambung penuh, otak akan diam maka seluruh anggota
badan akan malas beribadah”.
Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun kapan
waktu buat menghidangkan sahur dan berbuka. Bahwa berpuasa hanya dirasakan oleh
umat Islam dari munculnya warna kemerah-merahan di ufuk timur hingga lenyapnya
di sebelah barat. Seluruh umat muslim sahur dan berbuka pada waktu yang telah
ditentukan karena agama dan Tuhan yang satu.

Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan serta


menimbulkan perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling membahu dalam
menghadapi rasa lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu mengistirahatkan lambung
agar terlepas dari bahaya penyakit menular misalnya. Rasulullah SAW bersabda,
“Berpuasalah kamu supaya sehat”. Seorang tabib Arab yang terkenal pada zamannya

Makalah Puasa Ramadhan 9


yaitu Harist bin Kalda mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya
penyakit dan sumber obat penyembuh.

Tiada diragukan kita dapati jihad nafsi, menyelamatkan kita dari segala aroma
keduniaan dalam menahan hawa nafsu. Seperti yang dikatakan Rasulullah SAW :
Artinya : Wahai pemuda/i, barang siapa yang telah memenuhi bekal,
bersegeralah kawin, sesungguhnya itu dapat menahan dari penglihatan
dan menjaga kemaluan. Dan barang siapa belum memenuhi maka
berpuasalah, sesungguhnya itu adalah penangkalnya.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai manfaat-
manfaat yang tidak bisa kita ukur. Karenanya bersyukurlah orang-orang yang dapat
mengerjakan puasa. Sebagaimana Kamal bin Hamman berkata, “Puasa adalah rukun
Islam yang ketiga setelah syahadat dan salat, disyariatkan Allah SWT karena
keistimewaan dan manfaatnya seperti : ketenangan jiwa dari menahan hawa nafsu,
menolong dan menimbulkan sifat menyayangi orang miskin, persamaan derajat baik
itu fakir atau kaya”.

E. Persiapan Menghadapi Ramadhan


1. Menghitung Bulan Sya’ban
Salah satu bentuk persiapan dalam menghadapi Ramadhan yang seharusnya
dilakukan oleh kaum muslimin adalah menghitung bulan Syakban, karena satu bulan
dalam hitungan Islam adalah 29 hari atau 30 hari sebagaimana yang dijelaskan
Rasulullah SAW dalam hadits Ibnu Umar, beliau bersabda:
Artinya : Satu bulan itu 29 malam. Maka jangan berpuasa sampai kalian
melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya), maka genapkanlah
30 hari. (Riwat al-Bukhariy).

Makalah Puasa Ramadhan 10


Maka tidaklah kita berpuasa sampai kita melihat hilal (anak bulan). Oleh
kerana itu, untuk menentukan bila masuk Ramadhan diperlukan pengetahuan
hitungan bulan Syaban.

2. Melihat hilal Ramadhan


Untuk menentukan permulaan bulan Ramadhan diperintahkan untuk melihat
hilal, dan itulah satu-satunya cara yang disyariatkan dalam Islam sebagaimana yang
dijelaskan oleh an-Nawawi dalam al-Majmu’ (6/289-290) dan oleh Ibnu Qudamah
dalam Al-Mughniy (3/27). Dan ini adalah pendapat Ibnu Taimiyah yang berkata, Kita
sudah mengetaui dengan pasti bahawa termasuk dalam agama Islam beramal dengan
melihat hilal puasa, haji, atau iddah (masa menunggu ), atau yang lainnya dari
hukum-hukum yang berhubungan dengan hilal. Adapun pengambilannya dengan cara
mengambil berita orang yang menghitungnya dengan hisab, baik dia melihatnya atau
tidak, maka tidak boleh. [Lihat: Majmu’ al-Fatawa 25/132).

Kemudian perkataan beliau ini merupakan kesepakatan kaum muslimin.


Sedang munculnya masalah bersandar dengan hisab dalam hal ini baru terjadi pada
sebagian ulama setelah tahun 300-an. Mereka mengatakan bahwa jikalau terjadi
mendung (sehingga hilal tertutup ) boleh bagi orang yang mampu menghitung hisab
untuk beramal dengan hisabnya itu hanya untuk dirinya sendiri. Jika hisab itu
menunjukkan rukyah, maka dia berpuasa, dan jika tidak, maka tidak boleh. (Lihat:
Majmu’ al-Fatawa 25/133).

3. Puasa pada hari yang Diragukan


Berpuasa pada hari yang diragukan, apakah sudah masuk bulan Ramadhan
atau belum, adalah terlarang sebagaimana di sebutkan dalam hadits Abu Hurairah
bahwa Rasulullah bersabda, yang
Artinya:

Makalah Puasa Ramadhan 11


Janganlah mendahului puasa Ramadhan dengan puasa satu hari atau dua
hari (sebelumnya), kecuali orang yang (sudah biasa) berpuasa satu puasa
(yang tertentu), maka hendaklah dia berpuasa. (Riwayat Muslim).

Penentuan bulan Ramadhan dengan cara melihat hilal dapat ditetapkan dengan
persaksian seorang Muslim yang adil sebagaimana yang dikatakan Ibnu Umar :
Manusia sedang mencari hilal, lalu aku khabarkan Nabi S.a.w bahawa aku telah
melihatnya maka beliau berpuasa dan memerintahkan manuasia untuk berpuasa.
(Riwayat Abu Dawud, ad-Darimy, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al- Baihaqy).

F. Amalan -Amalan Yang Berhubungan Dengan Puasa


1. Niat
Jika telah masuk bulan Ramadhan, wajib atas setiap muslim untuk berniat
puasa pada malam harinya kerana Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang tidak
berniat puasa sebelum fajar, maka tiada baginya puasa itu. (Riwayat Abu Dawud,
Ibnu Khuzaimah, dan al-Baihaqy dari Hafshah binti Umar).
Dan niat tempatnya di hati sedang melafazkannya itu termasuk kebidahan.
Dan berniat puasa pada malam hari khusus untuk puasa wajib saja.

2. Waktu Puasa
Adapun waktu puasa dimulai dari terbit fajar subuh sampai terbenam matahari
dengan dalil firman Allah, Dan makan dan minumlah kalian sampai jelas bagi kalian
putihnya siang dan hitamnya malam dari fajar.(Al-Baqarah, 2:186).
Dan perlu diketahui bahawa Rasulullah telah menjelaskan bahawa fajar ada
dua:
a. Fajar kazib (fajar awal). dalam waktu ini belum boleh dilakukan solat subuh dan
dibolehkan untuk makan dan minum bagi yang berpuasa.

Makalah Puasa Ramadhan 12


b. Fazar shodiq (fajar yang kedua/subuh) sebagaimana hadits Ibnu Abbas,
Rasulullah bersabda,
Untuk mengenal keduanya dapat dilihat dari bentuknya. Fajar yang pertama,
bentuknya putih memanjang vertikal seperti ekor serigala. Sedangkan fajar yang
kedua, berwarna merah menyebar horisontal (melintang) di atas lembah-lembah dan
gunung-gunung dan merata di jalanan dan rumah-rumah, dan jenis ini yang ada
hubungannya dengan puasa.
Dalam firmannya allah telah menjelaskan bahwa Waktu puasa bermula dari
terbitnya fajar subuh dan berakhir ketika matahari terbenam yakni dalam surah Al-
Baqaroh ayat 187 :
‫ام ِإلَى اللَّ ْي ِل‬ ِ ‫ض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر ث ُ َّم أَتِ ُّموا‬
َ ‫الص َي‬ ُ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى َيت َ َبيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي‬
ُ ‫ط ْاْل َ ْب َي‬
Artinya : Dan makan dan minumlah kalian hingga nampak bagi kalian benang
putih dari benang hitam yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa
itu sampai malam

3. Sahur
a. Hikmahnya
Setelah mewajibkan berpuasa dengan waktu dan hukum yang sama dengan yang
berlaku bagi orang-orang sebelum mereka, maka Allah mensyariatkan sahur atas
kaum muslimin dalam rangka membedakan puasa mereka dengan puasa orang-
orang sebelum mereka, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam hadits
Abu Sa’id al-Khudriy:
ِ ‫صيَ ِام أ َ ْه ِل ْال ِكتَا‬
‫ب أ َ َكلَةُ السَّحْ ِر‬ ِ ‫امنَا َو‬ ِ َ‫ص ُل َما بَيْن‬
ِ َ‫صي‬ ْ ََ
Pembeda antara puasa kami dan puasa ahlul kitab adalah makan sahur.
b. Keutamaannya
Keutamaan sahur antara lain:
1) Sahur adalah berkah sebagaimana sabda Rasulullah:

Makalah Puasa Ramadhan 13


Sesungguhnya dia adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian, maka
jangan kalian meninggalkannya. (Riwayat an-Nasai dan Ahmad dengan sanad
yang sahih)..Sahur sebagai suatu berkah dapat dilihat dengan jelas kerana sahur
itu mengikuti sunnah dan menguatkan orang yang berpuasa serta menambah
semangat untuk menambah puasa dan juga mengandung nilai menyelisihi ahli
kitab.
2) Salawat dari Allah dan malaikat bagi orang yang bersahur, sebagaimana yang
ada dalam hadits Abu Sa’id al-Khudry bahwa Rasulullah bersabda,
Sahur adalah makanan berkah, maka jangan kalian tinggalkan walaupun salah
seorang dari kalian hanya meneguk seteguk air, kerana Allah dan para malaikat
bersalawat atas orang-orang yang bersahur. (Riwayat Ibnu Abu Syaibah dan
Ahmad).

c. Sunnah Mengakhirkannya
Disunnahkan memperlambat sahur sampai mendekati subuh (fajar)
sebagaimana yang dilakukan Rasulullah di dalam hadits Ibnu Abbas dari Zaid bin
Tsabit, beliau berkata, Kami bersahur bersama Rasulullah , kemudian beliau pergi
untuk solat. Aku (Ibnu Abbas) bertanya, Berapa lama antara azan dan sahur? Beliau
menjawab, Sekitar 50 ayat. (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).

d. Hukumnya
Sahur merupakan sunnah yang muakkad dengan dalil:
1) Perintah dari Rasulullah untuk itu sebagaimana hadits yang terdahulu dan juga
sabda beliauyang artinya: Bersahurlah kerana dalam sahur terdapat berkah.
(Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).
2) Larangan beliau dari meninggalkannya sebagaimana hadits Abu Sa’id yang
terdahulu. Oleh kerana itu, al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bary (3/139)
menukilkan ijmak atas kesunahannya.

Makalah Puasa Ramadhan 14


4. Perkara-Perkara yang Membatalkan Puasa
Di dalam puasa ada perkara-perkara yang merosaknya, yang harus dijauhi
oleh seorang yang berpuasa pada siang harinya. Perkara-perkara tersebut adalah:
a. Makan dan minum dengan sengaja sebagaimana yang difirmankan Allah :
b. Sengaja untuk muntah ( muntah dengan sengaja).
c. Haid dan nifas.
d. Injeksi yang berisi makanan (infus).
e. Bersetubuh.
Kemudian ada perkara-perkara lain yang harus ditinggalkan oleh seorang
yang berpuasa, yaitu:
a. Berkata bohong .
b. Berbuat kesia-siaan dan kejahatan (kejelekan.

5. Perkara-Perkara yang dibolehkan


Ada beberapa perkara yang dianggap tidak boleh padahal dibolehkan, di
antaranya:
a. Orang yang junub sampai datang waktu fajar
b. Bersiwak.
c. Berkumur dan memasukkan air ke hidung ketika bersuci.
d. Bersentuhan dan berciuman bagi orang yang berpuasa dan dimakruhkan bagi
orang-orang yang berusia muda.
e. Injeksi yang bukan berupa makanan.
f. Berbekam.
g. Mencicipi makanan selama tidak masuk ke tenggorokan.
h. Memakai penghitam mata (celak) dan tetes mata.
i. Menyiram kepala dengan air dingin dan mandi.

Makalah Puasa Ramadhan 15


6. Orang-Orang yang Dibolehkan Tidak Berpuasa
Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang mudah. Oleh karena itu, ia
memberikan kemudahan dalam puasa ini kepada orang-orang tertentu yang tidak
mampu atau sangat sulit untuk berpuasa. Mereka itu adalah sebagai berikut:
a. Musafir (orang yang sedang dalam perjalanan/bepergian ke luar kota).
b. Orang yang sakit.
c. Wanita yang sedang haid atau nifas.
d. Orang yang sudah tua dan wanita yang sudah tua dan lemah.
e. Wanita yang hamil atau menyusui.

7. Berbuka Puasa
a. Waktu berbuka
Berbuka puasa dilakukan pada waktu terbenam matahari dan telah lalu
penjelasannya pada pembahasan waktu puasa.
b. Mempercepat Buka Puasa
c. Termasuk dalam sunnah puasa adalah mempercepat waktu berbuka dalam rangka
mengikuti contoh Rasulullah e dan para sahabatnya sebagaimana yang dikatakan
oleh Amr bin Maimun al-Audy bahawa sahabat-sahabat Muhammad saw adalah
orang-orang yang paling cepat berbuka dan paling lambat sahurnya.
(Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dalam al-Musannaf nomor 7591 dengan sanad
yang disahihkan Ibnu Hajar dalam Fath al-Bary 4/199).

Adapun manfaatnya adalah:


a. Mendapatkan kebaikan sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan
Sahl bin Saàd bahawa Rasulullah bersabda,
Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka mempercepat buka
puasanya. (Riwayat al-Bukhariy dan Muslim).

Makalah Puasa Ramadhan 16


b. Merupakan sunnah Nabi .
Dalam rangka menyelisihi ahli kitab sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu
Hurairah bahawa Rasulullah bersabda,
Agama ini akan senantiasa menang selama manusia (kaum muslimin)
mempercepat buka puasanya kerana orang-orang Yahudi dan Kristen (Nashrani)
mengakhirkannya. (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Hibban dengan sanad hasan).

Buka puasa dilakukan sebelum solat maghrib kerana itu merupakan akhlak
para nabi. Sedangkan Rasulullah memotivasi kita untuk berbuka dengan kurma dan
kalau tidak ada kurma, maka memakai air. Ini merupakan kesempurnaan kasih sayang
dan perhatian beliau e terhadap umatnya.

Makalah Puasa Ramadhan 17


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa puasa mempunyai manfaat-
manfaat yang tidak bisa kita ukur. Karenanya bersyukurlah orang-orang yang dapat
mengerjakan puasa. Sebagaimana Kamal bin Hamman berkata, “Puasa adalah rukun
Islam yang ketiga setelah syahadat dan salat, disyariatkan Allah SWT karena
keistimewaan dan manfaatnya seperti : ketenangan jiwa dari menahan hawa nafsu,
menolong dan menimbulkan sifat menyayangi orang miskin, persamaan derajat baik
itu fakir atau kaya”.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentu terdapat berbagai kekeliruan dan
kekurangan sebagaimana fitrah kami sebagai manusia, tempat salah dan lupa. Oleh
karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi pembaca sekalian untuk
menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.

Makalah Puasa Ramadhan 18


DAFTAR PUSTAKA

Abu Asma’ Kholid bin Syamhudi Shifat shaum Nabi Oleh Salim Al Hilaly dan Ali
Hasanhttp://downloads.ziddu.com/downloadfile/4230110/MakalahPuasaRamadhan.d
oc.html
http://www.docs-finder.com/makalah-masalah-Puasa.Ramadan-Piqih-doc~3.html
http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/08/10/panduan-puasa-ramadhan-di-bawah-
naungan-al-quran-dan-as-sunnah/

Makalah Puasa Ramadhan 19

Anda mungkin juga menyukai