Anda di halaman 1dari 6

Presepsi Lintas Budaya tentang Privasi di Amerika Serikat,

Vietnam, Indonesia dan Taiwan

Internet telah banyak memberikan kemudahan dalam pertukaran informasi yang


dibutuhkan, tetapi internet juga memberikan hal-hal yang tidak diinginkan dan menggangu
penggunanya. Banyaknya pesan-pesan email yang tidak diinginkan (spam) sudah menjadi
gangguan sehari-hari yang tidak asing lagi. Berbagai penipuan melalui internet juga menjadi
perhatian penting. Salah satu penipuan melalui internet yang paling terkenal adalah penipuan 419
atau lebih dikenal dengan sebutan penipuan “Nigerian”. Penerima email diminta untuk
memberikan informasi-informasi pribadi dengan imbalan akan diberi uang dalam jumlah yang
banyak. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam penipuan dapat memperoleh daftar email-
email yang dapat mereka beli secara komersial. Beberapa email yang ada dalam daftar tersebut
dicari secara manual di Internet, yaitu dari orang-orang yang tidak sengaja secara terbuka
mencantumkan emailnya di internet.

Perdebatan tentang privasi pengguna internet di Amerika Serikat selama ini lebih banyak
berfokus pada tidak jelasnya batas antara ruang publik dan privasi dan pertanggungjawaban
etika, pertarungan hukum dan etika antara hak untuk tahu dan hak untuk privasi, bentrok
pendapat apakah penyedia layanan internet diperbolehkan membuka informasi pengguna internet
ke Record Industry Association of America (RIAA). Sementara reaksi bagamana negara-negara
lain menyikapi gangguan privasi pengguna Internet tidak begitu diperhatikan. Di Amerika
serikat, setelah bertahun-tahun pengguna internet memperoleh panggilan-panggilan telepon yang
tidak diinginkan dan pesan-pesan email yang menggangu dibentuklah beberapa tindakan seperti,
National Do Not Call (DNC) Registry, the CAN-SPAM, the spy act, dan Verizon. Semua
tindakan tersebut merupakan hasil dari kemenangan penyedia layanan telepon di Amerika
Serikat dalam persidangan kasus gangguan pengguna telepon. Walaupun kinerja tindakan-
tindakan tersebut belum sempurna, setidaknya terdapat tindakan-tindakan yang dapat mencegah
privasi pengguna internet.

1
Tidak seperti di Amerika Serikat, di Asia tidak ada tindakan seperti DNC dan the CAN-
SPAM. Banyak penduduk Taiwan yang mengeluh karena mendapat pangilan telepon dari penipu
dan pesan-pesan email yang tidak diinginkan yang sudah menjadi permasalahan setiap harinya,
tapi tidak ada tindakan hukum yang diambil untuk permasalahan tersebut seperti yang telah
dilakukan di Amerika Serikat. Walapun penduduk Taiwan merasa terganggu dengan adanya
permasalahan-permasalahan seperti di atas, mereka tidak pernah memikirkan lebih jauh terlebih
dahulu tentang seberapa personalnya permasalahan nomor telepon, email, informasi keluarga
mereka yang di peroleh si penipu dan penyebar spam. Hal ini sangat berbeda dengan Penduduk
Amerika Serikat dimana spam dan penipuan membawa ketakutan bahwa informasi pribadi
mereka sedang diperjual-belikan dengan bebas.

Sampai saat ini belum ada penilitian impiris yang dalam mengenai perbedaan respon
antara beberapa negara terhadap gangguan privasi ini. Penelitian lintas budaya tentang
pandangan privasi oleh Capurro pada tahun 2005 memberikan filosofis singkat alasan di balik
perbedaan pandangan privasi Jepang dan Jerman yang difokuskan tentang bagaimana dua
budaya yang berbeda ini melihat konsep ruang privasi. Dinev, Bellotto, Hart, Russo, Serra, &
Coluatti (2006) juga meneliti pandangan privasi antara Italia dan Amerika Serikat,
memanfaatkan pendekatan yang lebih empiris dengan cara membandingkan perbedaan budaya
dan pandangan privasi melalui kuesioner.

National Do Not Call (DNC) Registry


National DNC diciptakan untuk memberi individu pilihan apakah mereka bersedia untuk
menerima panggilan telemarketing di rumah. Setelah nomor telepon telah terdaftar dengan DNC
selama 31 hari hari, telemarketer tidak mungkin membuat panggilan yang tidak diminta ke
nomor yang terdaftar. Jika terdaftar menerima telepon yang tidak diminta, keluhan dapat
diajukan di situs web DNC. Keluhan tersebut kemudian ditangani oleh Federal Trade
Commission (FTC). Nomor terdaftar akan terlindungi sampai 5 tahun setelahnya mereka harus
didaftarkan kembali (National Do Not Call Registry, 2003).

2
Undang-Undang CAN-SPAM
Undang-Undang ini menetapkan persyaratan bagi perusahaan yang mengirimkan email
komersial dan menjelaskan dengan jelas hukuman bagi spammer dan perusahaan yang tidak
mematuhi. Peraturan ini meliputi: melarang informasi header yang menyesatkan, pernyataan
tentang nama domain asal dan alamat email, dan melarang baris subjek yang menipu. Undang-
Undang ini juga memberi konsumen hak untuk meminta perusahaan iklan untuk berhenti
mengirimkan iklan dalam bentuk spam kepada mereka.

Undang-Undang Spy Tahun 2007


Undang-Undang Spy melarang bentuk spyware yang lebih jelas seperti membajak
computer seseorang atau log keystrokes. Perangkat lunak pencatatan keystroke mencatat semua
teks yang diketik ke keyboard dan berjalan sepenuhnya tersembunyi tanpa diketahui orang lain.
Namun, ada beberapa permasalahan dalam Undang-Undang Spy. Banyak orang menunjukkan
keterbatasan undang-undang ini dengan menemukan masalah yang terkait dengannya.
Keterbatasan pada dasarnya memberi perhatian pada perangkat keras, perangkat lunak, dan
vendor jaringan untuk menggunakan spyware, bahkan beberapa hal yang lebih mencolok lagi,
hak untuk memantau pelanggan mereka dalam menggunakan produk dan layanan mereka.
Sebagian besar melihat UU Spy hanya sebagai perpanjangan UU CAN-SPAM karena hanya
memberi pelaku sebenarnya spam dan spyware sebagai mandat hukum. Benar atau tidaknya
intensi asli ini bisa diperdebatkan, akan tetapi benar bahwa CAN-SPAM dan UU Spy memiliki
celah yang dapat dikritisi oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, undang-undang tersebut
mendapat banyak kritik untuk alasan yang baik.

Verizon vs Asosiasi Industri Rekaman Amerika


Pada bulan Juli tahun 2002, Asosiasi Industri Rekaman Amerika (RIAA) mengeluarkan
surat perintah pengadilan kepada Verizon Online yang meminta perusahaan telepon untuk
mengungkapkan identitas pelanggan yang diyakini oleh RIAA memiliki materi hak cipta.
Verizon menolak untuk untuk menjadi perusahaan yang dipanggil pengadilan dengan alasan
bahwa Undang Undang Hak Cipta Digital Milennium menyatakan bahwa materi yang memiliki
hak cipta harus benar-benar berada pada sistem atau jaringan Verizon Online agar Verizon dapat
3
mematuhi hukum. Dengan hanya menjadi ISP, Verizon Online tidak bertanggung jawab atas
tindakan penggunanya. Oleh karena itu, karena materi yang diduga melanggar undang-undang
hak cipta sesuai dengan RIAA ada di komputer pelanggan, Verizon tidak harus mematuhi
perintah pengadilan tersebut. Sebagai tanggapan, RIAA menggugat Verizon dan mendapatkan
persetujuan pengadilan bahwa Verizon harus mematuhi surat panggilan RIAA. Verizon langsung
mengajukan banding ke Pengadilan Banding Amerika Serikat dengan alasan bahwa panggilan
pengadilan tunggal RIAA untuk semua pengguna melanggar Konstitusi. Agar permintaan RIAA
berada di dalam batas Transkripsi, RIAA diminta untuk mengajukan surat perintah pengadilan
untuk setiap pelanggaran pengguna yang dimilikinya. Pengadilan Banding setuju dengan
argumen Verizon dan membuat kasus tersebut gagal. Permohonan Verizon meletakkan dasar
penting. Seandainya Verizon tidak memenangkan banding, pintunya pasti terbuka bagi siapa saja
yang mencurigai pengguna pelanggaran hak cipta untuk mendapatkan informasi privasi tanpa
menentukan dengan tepat apa atau siapa yang dicurigai.

Analisis Komparatif Amerika Serikat dan Uni Eropa


tentang Hukum Privasi Tempat Kerja
Salah satu perbedaan mendasar antara undang-undang privasi Amerika Serikat dan Uni
Eropa adalah pendekatan yang dilakukan oleh regulator di dua yurisdiksi tersebut. Uni Eropa
mengambil pendekatan perlindungan data dimana Amerika Serikat memiliki pendekatan hak
sipil yang lebih banyak terhadap privasi. Informasi generik di tempat kerja diperlakukan sebagai
isu hak-hak sipil di Amerika Serikat. Perundang-undangan kemudian dirancang untuk mengatasi
penyalahgunaan informasi genetik karena dianggap diskriminasi di tempat kerja. Memperoleh
dan menggunakan informasi genetik karyawan untuk membuat keputusan ketenagakerjaan
adalah bentuk diskriminasi. Sebaliknya, Uni Eropa, mengikuti pendekatan perlindungan data,
mengakui bahwa individu memiliki hak untuk mengendalikan data pribadi mereka dan
mewajibkan pengusaha untuk membenarkan pemrosesan data tersebut berdasarkan kebutuhan
bisnis yang sah. Sebaliknya, negara-negara Asia belum melihat secara mendalam masalah
privasi. Undang-undang privasi yang melindungi warga negara dari spam, panggilan telepon
yang tidak diminta, dan spyware tidak ada. Universitas dan ISP juga dengan sukarela
memberikan informasi untuk merekam industri di Asia, yang sangat berbeda dengan perilaku

4
Verizon yang melawan RIAA hampir sampai ke puncak sistem pengadilan A.S. Meskipun
teknologi seperti tag RFID dan kartu identitas nasional yang diusulkan di Amerika Serikat telah
menimbulkan kekhawatiran mengenai pelanggaran privasi, negara-negara Asia telah menjadi
orang pertama yang mengadaptasi kartu kredit nirkabel dan jalur kereta bawah tanah, sementara
gagasan tentang kartu identitas nasional hampir tidak bermanfaat. Mungkin perbedaan budaya
adalah kunci mengapa undang-undang privasi belum berada di garis depan di negara-negara
Asia.

Peraturan Pemerintah
Kelompok Vietnam menunjukkan bahwa mereka sangat membutuhkan peraturan
pemerintah mengenai informasi pribadi secara online, begitu pula kelompok Indonesia. Peserta
di kedua kelompok menyatakan bahwa sementara spam adalah gangguan, konten tersebut hanya
dengan sengaja menghapus e-mail yang menyinggung. Kelompok Taiwan, sambil
mengungkapkan pendapat bahwa pemerintah harus "melakukan sesuatu tentang hal itu," juga
menunjukkan ketidakpercayaan dalam industri telekomunikasi dan percaya bahwa ISPlah yang
menjual daftar e-mail kepada para pelaku spam. Peserta dalam kelompok Taiwan juga sepakat
bahwa upaya pemerintah untuk mengatur, tidak akan efektif karena tidak menjadi masalah yang
cukup penting bagi legislatif untuk dicurahkan perhatiannya. Ketika ditanya, tidak ada peserta
kelompok Vietnam, Indonesia, atau Taiwan yang mengetahui undang-undang khusus yang
melindungi privasi, online atau offline mereka.

Peserta di kelompok Amerika merasa bahwa spam cukup bermasalah untuk menjamin
intervensi pemerintah. Dibandingkan dengan kelompok Vietnam, Indonesia, dan Taiwan, sebuah
diskusi yang lebih intens muncul dari kelompok Amerika. Banyak peserta di kelompok Amerika
merasa bahwa pelaku spam melanggar undang-undang dan dalam pelanggaran serius terhadap
privasi pribadi. Beberapa menyatakan keinginan untuk menuntut spammer atau pihak yang
membuat informasi pribadi tersedia. Beberapa orang Amerika sadar akan undang-undang seperti
National DNC Registry di Amerika Serikat dan telah mengambil langkah untuk mendaftarkan
nomor telepon saat berada di negara asalnya. Semua individu yang mengetahui DNC juga
menyatakan keinginan agar undang-undang tersebut disahkan di Taiwan juga.

Kesimpulan
5
Meskipun penelitian tentang privasi telah menimbulkan banyak perhatian, penting untuk
diingat bahwa tidak semua persepsi budaya tentang privasi sama, sehingga menimbulkan
masalah yang berbeda mengenai privasi. Orang Amerika di Taiwan mungkin merasa curiga jika
diminta memberikan nomor paspornya oleh itus web komunitas, sementara orang Taiwan di
Amerika mungkin bingung dan terasing oleh hiruk-pikuk di mana orang benar-benar menjaga
kehidupan pribadi mereka.

Investigasi terhadap undang-undang dan kasus yang menjadi dasar perlindungan hukum
untuk privasi juga harus ditangani dengan hati-hati. Sementara Amerika Serikat disebut-sebut
sebagai sistem pemerintahan sendiri, apakah ini benar bila penyelidikan dilakukan di tingkat
negara bagian? Sebagian besar sistem hukum Amerika Serikat didasarkan pada kasus pengadilan
terdahulu dan sebelumnya, apakah sistem ini tidak dihitung sebagai kontrol hukum yang sangat
ketat? Taiwan mungkin memiliki undang-undang yang memastikan kebebasan individu dan hak.

Bagaimana negara-negara Asia terus berkembang dan melihat privasi online juga patut
ditinjau. Sementara Great Firewall of China saat ini mempertahankan beberapa kemiripan untuk
memisahkan jaringan China dari belahan dunia lainnya, privasi online semakin menjadi masalah
di seluruh dunia. Karena tidak memiliki ketetapan hukum historis yang kuat yang tersedia di
Amerika Serikat, negara-negara Asia harus mengembangkan sistem mereka sendiri untuk
melindungi privasi sementara pada saat bersamaan memerangi perambahan lebih lanjut. Namun,
petunjuk penelitian yang diusulkan ini hanya menggores permukaan bagaimana melihat
perlindungan privasi. Tetap pada peneliti individu untuk menentukan cara terbaik dalam
menganalisis segudang masalah secara mendalam.

Anda mungkin juga menyukai