LP Lansia Keluarga Hipertensi
LP Lansia Keluarga Hipertensi
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para
ahli. WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah
diatas 160/95 mmhg, sementara itu Smelttzer & Bare (2002:896)
mengemukakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau
terus menerus sehingga melebihi batas normal dimana tekanan sistolik
diatas 140 mmhg dan tekanan diastole diatas 90 mmhg. Pendapat yang
sama juga diutarakan oleh doenges (2000:42).
Terdapat perbedaan tentang batasan tentang hipertensi seperti
diajukan oleh kaplan (1990:205) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun,
dikatakan hipertensi bila tekanan darah waktu berbaring diatas atau sama
dengan 130/90mmhg, sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan
hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95 mmhg. Sedangkan pada wanita
tekanan darah diatas sama dengan 160/95 mmhg. Hal yang berbeda
diungkapkan TIM POKJA RS Harapan Kita (1993:198) pada usia dibawah
40 tahun dikatakan sistolik lebih dari 140 mmhg dan untuk usia antara 60-
70 tahun tekanan darah sistolik 150-155 mmHg masih dianggap normal.
Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg
ditemukan dua kali atau lebih pada dua atau lebih pemeriksaan yang
berbeda. (JNC VI, 1997).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan
sistolik lebih dari 140 mmhg dan atau diastolik lebih dari 90 mmhg.
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli,
diantaranya WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat
yaitu tingkat I tekanan darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan
atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan
gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala
kerusakan atau gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan
darah meningkat dengan gejala – gejala yang jelas dari kerusakan dan
gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, Klasifikasi
hipertensiadalah :
Kategori Tekanan sistolik Tekanan Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi:
Stage I (ringan) 140-159 90-99
Stage II (sedang) 160-179 100-109
Stage III (berat) 180-209 110-120
Klasifikasi lain diutarakan oleh Prof. Dr. dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007), mengklasifikasikan tekanan darah tinggi menjadi 4
tingkatan yaitu normal (SBP = Sistole Blood Pressure < 120 mm Hg dan
Distole Blood Pressure = DBP < 80 mm Hg), pra hipertensi (SBP 120-139
mm Hg dan DBP 80-89 mm Hg), hipertensi tahap 1 (SBP 140-159 mm Hg
dan DBP 90-99 mm Hg) dan hipertensi tahap 2 (SBP >= 160 dan DBP >=
100. mm Hg.)
Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta,
membagi hipertensi 6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu
tekanan darah diastolik, normal kadang 90-100mmHg. Hipertensi ringan,
tekanan darah diastolik 90-140mmHg.Hipertensi sedang, tekanan darah
diastolik 105-114 mmHg.Hipertensi berat tekanan darah diastolik
>115mmHg. Hipertensi maligna/ krisis yaitu tekanan darah diastolik lebih
dari 120 mmHg yang disertai gangguan fungsi target organ. Hipertensi
sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor,
diantaranya Reeves&lockhart(2001:114) mengemukakan bahwa Faktor-
faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi adalah stress,
kegemukan, merokok, hipernatriumia). Sedang Long (1995:660), TIM
POKJA RS Harapan Kita (2003:63) dan Yayasan jantung Indonesia
(2007) menambahkan bahwa Penyebab hipertensi dapat dibedakan
menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan
tekenan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yang
tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,
hiperkolesteroemia, emosi yang tergannggu /stress dan merokok.
Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang
disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia
gravidarum, peningkatan tekanan intra cranial, yang disebabkan tumor
otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab
hipertensi beragam diantaranya adalah: stress, kegemukan, merokok,
hipernatriumia, retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas
terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolesteroemia, penyakit kelenjar
adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra
cranial, yang disebabkan tumor otak, pengaruh obat tertentu missal obat
kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olah raga, genetik,
Obesitas, Aterosklerosis, kelainan ginjal, tetapi sebagian besar tidak
diketahui penyebabnya.
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari
vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis
dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan
abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system syaraf simpatis . Pada titik
ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
melepaskannya nere frineprine mengakibatkan konskriksi pembuluh darah.
Factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke
ginjal menjadi berkurang /menurun dan berakibat diproduksinya rennin,
rennin akan merangsang pembentukan angiotensai I yang kemudian
diubah menjadi angiotensis II yang merupakan vasokonstriktoryang kuat
yang merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenaldimana hormone
aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan
menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang
menyebabkan hipertensi.
TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:63) menyebutkan
patofisiologis hipertensi adalah: pada hipertensi primer perubahan
patologisnya tidak jela didalam tubuh dan organ-organ. Terjadi secara
perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada pembuluh darah besar
dan pembuluh darah kecil pada organ – organ seperti jantung, ginjal dan
pembuluh darah otak.Pembuluh seperti aorta, arteri koroner, arteri basiler
yang ke otak dan pembuluh darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik
dan membengkak.Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung
menurun, bergitu juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi
kerusakan pembuluh darah besar.
5. Manifestasi Klinik
Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) mengemukakan
bahwa manifestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien
mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran
menurun, mual, gelisah, muntah, kelemahan otot,epitaksis bahkan ada
yang mengalami perubahan mental.
Sedangkan menurut FKUI (1990:210) dan Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul
gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,
mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami gejala
dengan sakit kepala, epitaksis.
6. Penatalaksanaan
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi menurut FKUI (1990:
214-219) yaitu dengan non farmakologis dan dengan farmakologis. Cara
non farmakologis dengan menurunkan berat badan pada penderita yang
gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan hidup,
olah raga secara teratur dan kontrol tekanan darah secara teraut.
Sedangkan dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberikan obat-
obatan anti hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta
bloker seperti propanolol.Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine,
nitroprusside captapril.Simphatolitic seperti hidralazine,
diazoxine.Antagonis kalsium seperti nefedipine (adalat).
Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip
menurut FKUI (1990) yaitu pengobatan hipertensi sekunder harus lebih
mendahulukan pengobatan kausal, pengobatan hipertensi esensial
ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi, upaya
menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti
hipertensi, pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang
bahkan mungkin seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan
standard triple therapy (STT) menjadi dasar pengobatan hipertensi.
Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka
morbiditas sehingga upaya dalam menemukan obat anti hipertensi yang
memenuhi harapan terus dikembangkan.
7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto
(Depkes, 2007) adalah diantaranya : penyakit pembuluh darah otak seperti
stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack (TIA). Penyakit jantung
seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).Penyakit
ginjal seperti gagal ginjal.Penyakit mata seperti perdarahan retina,
penebalan retina, oedema pupil.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen
Fakultas kedokteran USU,Abdul Madjid (2004), meliputi pemeriksaan
laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa,
kolesterol total, HDL, LDL dan pemeriksaan EKG. sebagai tambahan
dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam
urat, TSH dan ekordiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal),
glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang
meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:
kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid
(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan
disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi) EKG (pembesaran
jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi.
9. Pathways
PATHWAYS
Elastisitas , arteriosklerosis
hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
edema
10. Pengkajian Fokus
Menurut Doenges, (2004:41-42) dan mengemukakan bahwa
pengkajian pasien hipertensi meliputi:
a. Aktifitas & istirahat meliputi kelemahan, keletihan, nafas pendek,
frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
b. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner,
episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, tekhicardi, kadang bunyi
jantung terdengar S2 pada dasar ,S3dan S4.
c. Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah ,otot
muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi meliputi Riwayat penyakit ginjal
e. Makanan /cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang
mengandung tinggi garam, linggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah,
perubahan berat badan, riwayat penggunaan obat diuritik, adanya
edema.
f. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala
sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan (diplopia, pandangan kabur) ,epitaksis.
g. Nyeri /ketidak nyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada
tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada.
h. Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat Bantu pernafasan,
bunyi nafas tambahan ,sianosis
i. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi
postural.
j. Pembalajaran/penyuluhan dengan adanya factor- factor resiko keluarga
yaitu arteriosclerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal.
B. Konsep Keluarga
1. Pegertian Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga.Terdapat
pengertian yang berbeda dalam hal mendefinisikan tentang
keluarga.UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar
konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994) mendefinisikan keluarga
adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar
orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,
baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah
tangga.
Dep.Kes.RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga beserta
beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan tinggal dalam satu
tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang
satu sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi. Friedman (1998)
mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Bailon dan Maglaya (1989) mendefiniskan keluarga adalah
dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan. Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Pengertian yang disampaikan para ahli terdapat beberapa
persamaan antara lain antara Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI
(1988), Bailon dan Maglaya (1989) dan Effendi (2005) yaitu keluarga
tergabung karena adanya hubungan perkawinan.namun terdapat
perbedaan pandangan yaitu pandangan dari Friedman (1998) yang
tidak menyebutkan secara spesifik adanya hubungan perkawinan
dalam rumah tangga, hanya menyebutkan adanya keterikatan aturan
dan emosional, tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama, adanya aturan didalamnya,
dan adanya interaksi antar anggota keluarga.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas
maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial
a. Tujuan dasar keluarga
Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga,
mempunyai suatu tujuan.Menurut Friedman (1998) tujuan utama
keluarga adalah sebagai perantara yaitu menanggung semua harapan
dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan mengubah
sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan
kepentingan setiap individu dalam keluarga.
b. Struktur keluarga
Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya: patrilineal, matrilineal, matrilokal,
patrilokal dan keluarga kawinan.
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan matrilineal adalah sama
dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu.
Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan
keluarga sedarah istri berbeda dengan patrilokal merupakan kebalikan
dari matrilokal yang tinggal dengan keluarga sedarah suami.Sedangkan
keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
c. Ciri – ciri struktur keluarga
Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut Effendy
(1998:33) yang mengutip dari Anderson Carter, ciri-ciri struktur
keluarga adalah: terorganisasi dimana antar anggota keluarga saling
ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan yaitu
setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.Kektiga.Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota
keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
d. Type-type keluarga :
Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan
keilmuan serta orang yang mengelompokkannya. Menurut Suprajitno,
SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : 1.
kelompok tradisional, 2. Kelompok non tradisional.
Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti
(Nuclear Family) yaitu keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau diadopsi atau keduanya.
dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-
nenek, paman-bibi).
Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu kelompok
tradisional dengan perkembangannya ditambah dengan kelompok lain
yaitu: keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) yaitu keluarga baru
yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan
pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga
yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya, ibu dengan anak tanpa
perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother), orang dewasa
laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah
(The single adult living alone), keluarga dengan anak tanpa pernikahan
sebelumnya (The non marital heterosecual cohabiting family) dan
keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama
(gay and lesbian family).
Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan
oleh Effendy (1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/
bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.Keluarga besar (Exstended
family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu
keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu
kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga duda/janda (single
family) yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian,
jika suami meninggal maka yang ada adalah keluarga janda dan bila
istri meninggal maka yang terbentuk adalah keluarga duda, bila bentuk
keluarga yang terjadi kerena perceraian maka akan terbentuk dua
keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga janda. Keluarga
berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama, poligami yaitu satu orang pria
dengan lebih dari satu istri dan masih hidup bersama.Keluarga kabitas
(Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.
e. Tahap dan tugas perkembangan keluarga
Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas
perkembangan sendiri dan mempuyai ciri yang berbeda dengan yang
lain. Terdapat beberapa teori tentang tahap dan tugas perkembangan
keluarga, yaitu: menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap
perkembangan terdiri dari : keluarga antara masa bebas (pacaran)
dewasa muda, terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan,
keluarga yang memiliki anak usia muda (anak usia bayi sampai
sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang mulai
melepaskan anaknya untuk keluar rumah, keluarga lansia.
Sedangkan menurut Duvall (1989), tahap perkembangan
keluarga dibagi dalam 8 tahap perkembangan yaitu: keluarga baru
menikah, keluarga dengan anak baru lahir (usia anak tertua sampai 30
tahun), keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -5
tahun), keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12
tahun), keluarga mulai melepaskan anak sebagia dewasa (anak-
anaknya mulai meninggalkan rumah), keluarga yang hanya terdiri dari
orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan
rumah), keluarga lansia.
Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai
dari pernikahan yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga.Dalam tahap ini keluarga mempunyai tugas perkembangan
yaitu membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya,
membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.
Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan
anak baru lahir.Yaitu ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai
dengan 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga ini adalah
mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan,
mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak
usia pra sekolah. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan
memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,
beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain yang lebih tua juga harus terpenuhi, mempertahankan
hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga, pembagian
waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab
anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan
anak usia sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau
masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai keintiman pasangan,
memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak
remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan
kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab mengingat anak
remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi,
mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, mempersiapkan
perubahan sistem peran dan peraturan (anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai
melepaskan anak sebagai dewasa.Tugas dalam tahap ini adalah
memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjelaskan keluarga
besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk
mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran
orang tua dan kegiatan dirumah.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia
pertengahan. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan
mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan,
mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan anak-
anaknya dan sebaya, meningkatkan keakraban pasangan.
Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah
keluarga usia tua. Tugas pada perkembangan ini adalah
mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling
menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan
terjadi, kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga,
mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat dan melak
life review masa lalu.
f. Pemegang kekuasaan dalam keluarga
Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam
mengatur kehidupan dalam keluarga.Effendy (1998:34) membagi
pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau keluarga dengan tiga
jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak ayah.Sementara pada keluarga matriakal
pihak ibu lebih dominan dan sebagai pemegang kekuasaan.Dan yang
ketiga adalah equalitarian yaitu keluarga yang dalam keluarga ayah
dan ibu sama-sama memegang kekuasaan.
g. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu.Effendy (1998: 34) membagi peranan
keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga
peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari istri dan ayah
dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung
dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-
anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga, Apabila dalam
keluarga sudah mempunyai anak, maka selain ada peranan ayan,
peranan ibu, juga ada peranan anak.
Sedangkan Peranan anak adalah melaksanakan peranan psiko-
sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spriritual.
h. Fungsi keluarga
Terbentuknya keluarga mempunyai berbagai fungsi dalam
menunjang kehidupan dalam Keluarganya.Beberapa ahli mempunyai
perbedaan dalam menyebutkan fungsi dalam keluarga.
.
i. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya(Suprajitno, 2004:29).Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-
hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi
pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan
suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa
(Friendman, 1998: 56)
a.1. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga.
Pada umumnya penderita hipertensi merupakan penyakit
yang dipengaruhi oleh pola hidup terutama pola hidup yang
salah, pola hidup yang berhubungan dengan emosi yang negative
seperti emosi yang tidak terkendali atau temperamental,
ambisius, pekerjakerasyang tidak tenang, takut dan kecemasan
yang berlebihan (Indomedia,2002).
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi
oleh Keluarga. Pada keluarga dengan hipertensi sering
dijumpai polamakan yang tidak benar seperti mengkosumsi
makanan yang banyak mengandung zat pengawet ,makanan
yang asin serta emosi yangnegatif
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitaskesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit
hipertensi. Adanya sumber pelayanan kesehatan digunakan
untuk upaya pencegahan dan pengobatan dini karena dapat
mencegah timbulnya komplikasi (Rokhaeni,2001:115).
c. Pengobatan tradisional
Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan
tradisional, yaitu minum sari bawang putih yang ditumbuk
halus dan diberi air secukupnya di minum pagi dan sore
(Hariadi,2001:26). Hipertensi akan menjadi parah dan
menimbulkan komplikasi bila pasien tidak memilih
pengobatan tradisional hipertensi yang benar dan tepat justru
akan memperparah dan bahkan akan menimbulkan gangguan
pada organ lain seperti hati, ginjal dan lambung.
3) Status Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal hipertensi beserta pengelolaannya.berpengaruhpula
terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap
keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada
angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
hipertensi. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit salah satunya disebabkan karena tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini.termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan
yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam
kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap
psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan cemas
stres(friedmen,1998:125).
5) Aktiftas
aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan
tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau
waktu melakukan kegiatan fisik,seperti olah raga.
6) Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti
lantai rumah,penerangan dan fentilasi yang baik dapat
mengurangai factor penyebab terjadinya hipertansi dan juga
ketenangan dalam rumah tangga dapat memperkecil serangan
hipertensi.
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi
oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada
hipertensi
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Masalah dalam keluarga dapat menjadi salah satunya faktor
pencetus terjadinya hipertensi dimana akan menyebabkan
cemasmerupakan factor resiko hipertensi
7) Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Nursalam, 2001:26) Semua interaksi
perawat dengan pasien adalah berdasarkankomunikasi.Istilah
komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha
mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan
perasaan.Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang
tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam
kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat
menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam
hipertensi.
c. Struktur peran
Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap
peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota
keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan
sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai
dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam
keluarga (Friedman, 1998).
8) Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota
keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan
menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini
akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah
seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya
partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit (Friedman, 1998).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota
keluarga yang menderita hipertensi dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan
ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.
c. Fungsi kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
a) Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada keluarganya, salah satunya adalah
disebabkan karena kurang pengetahuan (Effendy,
1998:50). Bila keluarga tidak mampu mengenali
masalah hipertensi yang disertai anggota
keluarganya, maka hipertensi akan berakibat
terjadinya komplikasi.
b) Mengambil keputusan.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,
disebabkan karena tidak memahami mengenai sifat,
berat dan luasnya masalah tidak begitu menonjol
(Eendy, 1998:50).
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga
yang sakit disebabkan karena tidak mengetahui
keadaan penyakit, misalnya komplikasi, progrfosis,
cara perawatan dan sumber-sumber yang ada dalam
keluarga.
d) Memelihara lingkungan rumah yang sehat
Keluarga diharapkan mengetahui
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
yang sehat, dan menyadarinya sebagai salah satu
media perawatan bagi anggota keluarga yang sakit.
Lingkungan rumah yang berdebu dan asap
rokok bisa menjadi pemicu serangan hipertensi
(Sundaru, 2001). Dengan melihat hal tersebut,
keluarga harus mampu memodifikasi lingkungan
yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi.
e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Pengetahuan keluarga tentang keberadaan
dan keuntungan yang didapat dari fasilitas-fasilitas
kesehatan, sangat berpengaruh terhadap penderita
hipertensi. Fasilitas kesehatan di masyarakat sangat
berperan daiam hal ini, juga saat penderita
hipertensi memerlukan pengobatan.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala
sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan. Pada
penderita hipertensi, gangguan istirahat tidur sering
diakibatkan oleh sesak nafas dan batuk.Tidak terpenuhinya
kebutuhan istirahat tidur beresiko memperburuk keadaan
hipertensi.
10) Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif,
pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung
rambut sampai kuku.Setelah ditemukan masalah kesehatan,
pemeriksaan fisik lebih difokuskan lagi pada pemeriksaan
sistem pernafasan terutama pada penderita hipertensi
dikarenakan dengan adanya hipertensi dapat terjadi
peningkatan tekanan intra kranial yang dapat menyebabkan
kelainan pada syaraf yang mempersyarafi pada pernafasan.
b. Diagnosa keperawatan
Menurut pendapat Friedman (1998:59) diagnosa keperawatan
keluarga merupakan perpanjangan dari diagnosa-diagnosa keperawatan
terhadap sistem keluarga dan merupakan hasil dari pengkajian.
Diagnosa keperawatan keluarga di dalamnya termasuk masalah-
masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
Doenges (1999) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah
cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan pasien
serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
Carpenito (1998:5) mendefinisikan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
“Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
potensial dan aktual dari individu atau kelompok dimana perawat
dapat secara legal mengidentifikasi dan untuk itu pula perawat
dapat menyusun intervensi-intervensi definitif untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah”.
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.
2000. Jakarta: EGC
FKUI. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta