Anda di halaman 1dari 70

RINGKASAN EKSEKUTIF

Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

1 Pendahuluan

1.1 Landasan Hukum


Dalam rangka penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 digunakan beberapa
peraturan perundangan yang dijadikan dasar hukum, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-Pokok
Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
10. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN);
12. Undang-Undang No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
16. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
17. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara;
18. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam
Penataan Ruang;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk Penataan Ruang Wilayah;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;

PT. Saranabudi Prakarsaripta 1


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

26. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;


27. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air;
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2008 tentang Air
Tanah;
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2010 tentang Tata
Cara Peruntukan dan Perubahan Fungsi Hutan;
34. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
35. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budi
Daya;
36. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
37. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional.

1.2 Isu Strategis Pengembangan Wilayah Kabupaten Buol


Meskipun Kabupaten Buol sudah cukup lama berdiri tetapi sebagian besar kawasan
masih mengalami keterbatasan akses terhadap infrastruktur transportasi, air bersih,
sanitasi, dan pengelolaan sampah. Keterbatasan akses terhadap infrastruktur
transportasi akan menghambat mobilitas orang dan barang baik dari Kabupaten
Buol maupun menuju Kabupaten Buol, sehingga berakibat pada kegiatan ekonomi
kurang berkembang. Selain faktor ketertinggalan wilayah akibat keterbatasan akses
masyarakat akan infrastruktur, tantangan pembangunan wilayah di Kabupaten Buol
pada masa mendatang adalah perlu ada upaya yang keras agar pemerintah
Kabupaten Buol bersama pemangku kepentingan lainnya:
a) Mampu mengentaskan kemiskinan.
b) Lebih memeratakan pembangunan ke seluruh pelosok wilayah kabupaten,
konsentrasi permukiman ada pada pesisir (lihat gambar).
c) Pemerataan akses masyarakat terhadap infrastruktur sebagai upaya untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 2


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

d) Menjaga kelestarian lingkungan dalam upaya meminimasi dampak pemanasan


global dan perubahan iklim yang akan sedikit banyak berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat serta sistem aktivitas wilayah seperti pertanian,
perikanan dan berbagai usaha yang mengandalkan sumber daya alam.
e) Menjamin keberlanjutan pembangunan.

Selain itu dengan keberadaan bentang alam yang lengkap, mulai dari gunung,
rimba, dan lautan maka keragaman ekosistem ini merupakan sebuah tantangan
yang harus dipertahankan keunikannya. Keberlanjutan dari ekologi ini selain untuk
kepentingan internal Kabupaten Buol juga untuk kepentingan eksternal Provinsi
Sulawesi Tengah dan juga NKRI, hal ini tidak terlepas dari keberadaan ases nasional
berupa jalan lintas timur Trans Sulawesi sebagai urat nadi perekonomian di Provinsi
Sulteng bagian timur yang tidak hanya menghubungkan antar kabupaten termasuk
juga antar provinsi. Kerusakan alam hutan akan dapat menimbulkan bencana banjir
yang dapat menghambat pergerakan lalu lintas pada jalur lintas Trans Sulawesi ini.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 3


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

1°20'0"N 1°20'0"N

N
HA Oan
SA

Dako

N
JA
A

LE H
Mendaanbesar

IN
S.

S.P
Muara Lakuan

S.DIU
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
Busak 1 Intam
Tuinan Busak 2
Lakea 1Lakea 1
S.G Lakea 2 draw Kumaligon
A LU
MP Lakea 2
S.B
O NT O
AN
G
KE
A Karamat Los
BUA A
S.L

!o
YA
Leok 1
TOLI-TOLI Biau

S.P
Lakea Leok 2

IN
1°10'0"N 1°10'0"N

AM
LI
Kali
Kulango Buol

UL
MO
GO
N

A
Pajeko
A

S.O
TO

Bugis
Lamadong 1Buoyong
TO

P. Raja
IN

Lamadong Negerilama
S.B

Pinamula

S.T Momunu
sa
Depak p
Tongon
Potugu Bungkudu
Bokat
Tang
P. Boki
TangkibulDutuno LiangOyak Oyak
Lintindu
Biau Pokobo

S.B
W
EL BoilanMomunu Kodolagon Bila Tangmas Bulano
EY DoulanBongo Tibu

O
Bodi Talokan Milato

LO
P. Lamari

!o!o !o
Diat Bunto Lesi
Dou P. Panjang Lilito P. Tolinggula

GID
Unone Taat Labuton

!o P. Lringit
Mekar Tamit Botugolu Liang Paleleh Tolau

UM
Sarang PALELEH Yango
Mopu Palas Pabean Dutuno Umu
Lonu
Poongan Oyak Bokal
Inalatan Nantu Lokodoka Paleleh Barat Kualabesar Ulantangan
Pololahua
Kotajin
BaturataTalaki Wawohu

S.BONU BOGU
S.AIR Mayongo
TE RA Hepu
NG Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N

N
AA

S.M ATINAN
G
AN
Bunobogu

N
S.

PROVINSI GORONTALO

PA
OT

S.
BO
LO
IT

Bukal

S.
L
AN
Keterangan

S.BO

U
KAT
O NG Tiloan
AB

S.B
U OL
/S.T
Sungai
0°50'0"N Garis Pantai 0°50'0"N
S.B

Batas Provinsi
U
KA
L
S.G

Batas Kabupaten
A
SA
NG

Keterangan
Batas Kecamatan
Hutan Perkantoran Pemerintah Rawa/Lahan Basah
S.
T Arteri
S.L

PARIGI MOUTONG U
LA S.T
Hutan Bakau Pelabuhan Tambak
AM

D O
EN LA
BU

G N I
G
Lokal
NU

0°40'0"N I 0°40'0"N
/K

Kebun Kelapa Rumah Sakit Sungai/Saluran/Tubuh Air


.T
OO

h
PO

Kebun/Tegalan/Ladang Stadion Olah Raga Terminal


K.O

!o
NG

Perkebunan Sawit Sawah


G

Pelabuhan
UTO
OT
IO N

A
S.M

Permukiman Semak Belukar


S.M
O LO S
IPAT p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

KONDISI PENGGUNAAN LAHAN


KABUPATEN BUOL TAHUN 2010
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0 1.5 3
µ 6 9 12
Miles

Gambar 1.1. Kondisi Penggunaan Lahan Kabupaten Buol 2010

PT. Saranabudi Prakarsaripta 4


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

2 Kebijakan dan Strategi Penataan


Ruang Kabupaten Buol

2.1 Visi Penataan Ruang Kabupaten Buol


Berdasarkan pada arahan konsep pembangunan yang berkelanjutan dan
berkeadilan serta visi jangka panjang pembangunan Kabupaten Buol maka dapat
dirumuskan visi jangka panjang (20 tahun) yang kiranya sesuai untuk Penataan
Ruang Kabupaten Buol adalah: “Terwujudnya struktur dan pola ruang Kabupaten
Buol yang berkualitas dan mampu mendorong kemandirian dan kemajuan wilayah
yang berkeadilan dalam pembangunan berkelanjutan”.

2.2 Tujuan Penataan Ruang


Rumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Buol adalah sebagai berikut:
”Mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Buol yang mampu mendukung
terwujudnya pembangunan berbasis sumber daya alam yang mencakup
pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan serta sumber daya alam
lainnya; dan jasa yang berkelanjutan dan berkeadilan”.

Sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai pijakan utama pembangunan di
Kabupaten Buol terutama adalah sektor pertanian termasuk didalamnya pertanian
tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura serta potensi perikanan dan
kelauatan yang membentang sepanjang lebih dari 160 km, pengembangan
perikanan diarahkan dalam bentuk pengembangan budidaya perikanan dan
pengolahan hasil perikanan sebagai langkah antisipatif terhadap semakin
memburuknya dampak pemanasan global dan perubahan iklim terhadap perikanan
tangkap. Fenomena pemanasan global dan perubahan iklim patut menjadi perhatian
pemerintah Kabupaten Buol dikarenakan fenomena yang terjadi pada aktivitas
perikanan tangkap disebagian besar wilayah Indonesia menunjukkan gejalan
penurunan. Sebagai contoh yang terjadi pada para nelayan tangkap di Kota
Pekalongan di Jawa Tengah yang mengalami dampak perubahan iklim dan
pemanasan global yang mengakibatkan para nelayan tidak dapat melaut. Dampak
ikutan secara langsung pada nelayan adalah penurunan pendapatan dan
produktivitas perikanan tangkap.

Sektor jasa yang dimaksud disini adalah sektor jasa perhubungan yang
memanfaatkan peran Lokodidi sebagai pusat pelabuhan skala regional serta sektor
jasa pariwisata. Pembangunan pelabuhan Lokodidi yang terintegrasi dalam konsep
Kawasan Bahari Terpadu akan dapat memberikan nilai tambah bagi penduduk
sekitar dan juga Pemerintah Kabupaten Buol. Kedua sektor tersebut akan dapat
secara signifikan mendorong perekonmi Kabupaten Buol. Keberadaan Pelabuhan

PT. Saranabudi Prakarsaripta 5


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Lokodidi-pun dapat menjadi tumpuan ekspor dan impor barang dari Buol dan Parigi
Moutong sebagai wilayah kabuapten terdekat dari buol yang dapat memanfaatkan
jasa pelabuhan Lokodidi.

Kerbelanjutan memberikan implikasi bahwa kegiatan pemanfaatan ruang sesedikit


mungkin memberikan kontribusi negatif terhadap kualitas lingkungan. Berkeadilan
memberikan konsekuensi bahwa kegiatan pemanfaatan ruang yang dalam bentuk
aktivitas pembangunan wilayah harus memberikan rasa keadilan baik secara ruang
maupun keadilan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Buol.
Muara utama dari tujuan penataan ruang adalah terciptanya kesejahteraan
masyarakat sebagaimana diuraikan pada penjelasan sebelumnya.

2.3 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang


Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Buol untuk 20 tahun mendatang
meliputi kebijakan struktur ruang dan kebijakan pola ruang untuk mencapai tujuan
penataan ruang yang telah ditetapkan. Adapun untuk mencapai keadaan yang
diinginkan dalam 20 tahun mendatang terkait penataan ruang di Kabupaten Buol
maka kebijakan utama yang harus diimplementasikan dalam kebijakan struktur dan
pola ruang Kabupaten Buol adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan ambang keberlanjutan (sustainability thresholds) yang
membatasi tingkat maksimal eksploitasi sumberdaya alam, khususnya sumber
daya hutan dan sumber daya mineral.
2. Meminimalkan eksternalitas negatif kegiatan ekonomi yang merugikan
lingkungan hidup dan masyarakat. Harus ada upaya konkrit dari pemerintah
Kabupaten Buol yang juga didukung oleh pemerintah pada tingkat yang lebih
tinggi untuk membatasi upaya pemanfaatan lahan yang memanfaatkan
kawasan yang berfungsi sebagai wilayah resapan air maupun berfungsi
lindung.
3. Memfasilitasi agar semua pihak terkait (stakeholders) membayar reinvestasi
untuk keberlanjutan. Pihak-pihak yang berkepentingan yang sudah terlanjur
melakukan eksploitasi sumber daya alam Kabupaten Buol difasilitasi untuk
bersama-sama melakukan perbaikan kualitas sumber daya alam di Kabupaten
Buol.

Ketiga hal tersebut terutama berkaitan dengan tujuan menjamin keadilan pada
fungsi non-produksi, dan akan merupakan prioritas utama bagi pembangunan
wilayah Kabupaten Buol.

Selanjutnya, penting pula untuk memperhatikan upaya untuk mencapai tujuan


keadilan pada fungsi-fungsi lainnya berikut ini:
4. Mendukung pengembangan kegiatan ekonomi padat karya, terutama jika
perluasan kegiatan padat modal yang ada tidak optimal secara sosial.
5. Menciptakan iklim usaha konduksif sehingga terjadi hubungan saling
menguntungkan antar kegiatan-kegiatan ekonomi.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 6


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

6. Mendukung para pelaku ekonomi untuk menerapkan sistem penghargaan


yang memadai sehingga para pekerja merasa aman secara ekonomi dan
sosial.
7. Memfasilitasi pengembangan fasilitas dan pelayanan publik serta perumahan
yang terjangkau oleh masyarakat miskin.

Keempat pokok kebijakan tersebut terutama berkaitan dengan tujuan menjamin


keadilan dalam distribusi manfaat pembangunan, meskipun akan terkait pula
dengan tujuan keadilan pada fungsi produksi.

8. Memfasilitasi peningkatan akses pada sumberdaya alam sehingga terjadi


pemerataan akses untuk pelaku dengan kebutuhan yang sama. Kebocoran-
kebocoran ekonomi (economic leakages) yang mengakibatkan manfaat
sumberdaya alam Indonesia banyak dinikmati pihak luar negeri umumnya
disebabkan lemahnya pelaksanaan strategi ini. Pihak asing sering diberikan
hak istimewa (privilege) untuk mengelola sumberdaya alam di Indonesia.
9. Mendukung koreksi terhadap kegagalan pasar dalam menghargai sumberdaya
alam sebagai faktor produksi. Tidak berjalannya strategi ini telah
menyebabkan sumberdaya alam kita dihargai sangat murah, yang selanjutnya
mengakibatkan perlunya eksploitasi besar-besaran yang mengancam
keberlanjutan.
10. Memfasilitasi perbaikan persaingan usaha ke arah yang lebih adil.

Ketiga pokok kebijakan terakhir ini terutama berkaitan dengan tujuan menjamin
keadilan pada fungsi produksi. Dari 10 kebijakan utama tersebut harus dijadikan inti
dalam pengembangan kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Buol.
Berikut adalah uraian kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah tersebut.

2.3.1 Kebijakan Struktur Ruang Wilayah


Kebijakan struktur ruang wilayah Kabupaten Buol dimaksudkan untuk mendorong
proses pertumbuhan pada wilayah yang mempunyai potensi untuk berkembang
serta untuk memacu pertumbuhan wilayah sesuai dengan karakteristiknya dengan
tetap menjaga keberlanjutan pembangunannya melalui pembatasan tingkat
eksploitasi maksimal sumber daya alam. Kebijakan struktur ruang di Kabupaten Buol
dibuat dengan mendasari beberapa isu strategis yang ada di Kabupaten Buol di
antaranya adalah ketimpangan pembangunan wilayah, wilayah perdesaan sebagai
sentra aktivitas pertanian masih belum berperan optimal sebagai akibat dari
ketersediaan prasarana dan sarana penunjang sistem aktivitas perdesaan yang
masih terbatas. Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Buol
meliputi:
1. Kebijakan pemantapan sistem perdesaan termasuk didalamnya
pengembangan kawasan tertinggal Kabupaten Buol.
2. Kebijakan pemantapan dan peningkatan sistem perkotaan dan pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah secara merata, berkeadilan dan berhierarki.
3. Kebijakan pengembangan dan pemerataan prasarana dan sarana wilayah.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 7


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Untuk dapat terlaksananya kebijakan-kebijakan tersebut dengan baik, diperlukan


strategi pengembangan struktur ruang wilayah berikut ini.

A. Strategi Pengembangan Sistem Perdesaan


Strategi pengembangan sistem perdesaan meliputi:
(1) Memperlakukan sistem perdesaan sebagai kontinum dengan sistem perkotaan
dalam kerangka sistem perwilayahan pembangunan Kabupaten Buol. Hal ini
adalah dalam rangka pengintegrasian sistem perdesaan ke dalam sistem
wilayah Kabupaten Buol sehingga tercipta interaksi desa-kota yang harmonis,
yang dicerminkan dari berfungsinya pusat-pusat perdesaan dalam suatu
kesatuan sistem pusat-pusat se-wilayah Kabupaten Buol.
(2) Mengembangkan sektor-sektor primer perdesaan, yang meliputi pertanian,
perkebunan, kehutanan, pertambangan, serta sektor lain yang memungkinkan
melalui upaya peningkatan produktifitas tanpa mengabaikan aspek kelestarian
lingkungan. Hal ini adalah dalam upaya pengoptimalan kegiatan-kegiatan
ekonomi primer tersebut sehingga mencapai tingkat produktifitas yang
memadai dan berkelanjutan. Pengembangan sektor-sektor primer perdesaan
merupakan penjabaran dari tujuan penataan ruang yang diinginkan hingga
2030.
(3) Untuk mengantisipasi pengurangan daya serap tenaga kerja sebagai akibat -
salah satunya- peningkatan produktifitas sektor-sektor primer tersebut, dan
untuk mencegah arus migrasi ke kota-kota besar seperti Palu, Makasar,
Gorontalo, dll, perlu dikembangkan kegiatan-kegiatan non-pertanian
perdesaan (rural non-farm sector), yaitu kegiatan ekonomi perdesaan yang
merupakan keterkaitan langsung dengan potensi sektor-sektor primer
perdesaan, seperti misalnya industri makanan dan industri kerajinan, yang
berkerakteristik usaha mikro, kecil dan menengah (Koperasi dan UMKM), dan
membutuhkan keahlian yang tidak terlalu tinggi (low skilled) serta padat karya.
Pengembangan kegiatan nonpertanian diarahkan pada wilayah perdesaan di
sekitar KTM Air Terang. Air Terang sebagai PKL difungsikan sebagai pusat
pelayanan utama pengembangan sistem perdesaan di Kabupaten Buol.
(4) Melakukan pendekatan komprehensif dalam pengembangan kegiatan non-
pertanian perdesaan, sehingga tidak hanya mengembangkan produksinya,
tapi juga jaringan pemasarannya. Pendekatan-pendekatan pembangunan
perdesaan terpadu seperti agropolitan misalnya, dan perhatian terhadap
pengembangan non-farm perdesaan dapat dilakukan, dan seyogyanya
terakomodasi di dalam rencana-rencana tata ruang lanjutan yang lebih rinci
dari RTRW Kabupaten Buol ini.
(5) Melengkapi kawasan perdesaan dengan prasarana dan sarana, baik yang
bersifat umum, sosial dan ekonomi, yang lengkap dan terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat. Hal ini adalah dalam upaya menjamin terpenuhinya
kebutuhan dasar penduduk perdesaan dan terfasilitasinya pengembangan
potensi-potensi ekonomi perdesaan. Pemantapan sistem infrastruktur wilayah
perdesaan juga dimaksudkan sebagai fasilitasi penciptaan keterkaitan desa-
kota secara kontinum

PT. Saranabudi Prakarsaripta 8


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

(6) Mengembangkan sistem pusat perdesaan yang terhirarki dengan baik dan
mampu meningkatkan keterhubungan kawasan perdesaan dengan pusat-
pusat kawasan perkotaan terdekatnya. Sistem pusat perdesaan dikembangkan
sebagai pusat pelayanan lingkungan untuk masing-masing desa di Kabupaten
Buol.

B. Strategi Pengembangan Sistem Perkotaan


Strategi pengembangan sistem perkotaan meliputi:
(1) Mengintegrasikan kota-kota dalam kesatuan sistem, yaitu suatu sistem yang
menggambarkan sebaran kota, fungsi kota-kota dan hirarki fungsional kota-
kota yang terkait dengan interaksi antar kota-kota dan antara kota-kota
dengan kawasan perdesaan, yang tercermin pada pola transportasi, prasarana
dan sarana wilayah lainnya dalam kesatuan ruang wilayah Kabupaten Buol
dan Provinsi Sulawesi Tengah.
(2) Karena itu, dalam menetapkan fungsi kawasan perkotaan seyogyanya
memperhatikan tidak hanya potensi utama perkotaan, tapi juga potensi utama
kawasan perdesaan di sekitarnya, sehingga interaksi desa-kota yang terjadi
dapat bersifat kontinum yang menguntungkan masyarakat banyak, bukan
besifat dualisme yang merugikan.
(3) Mengembangkan sistem kota-kota berdasarkan sistem nasional yang terdiri
dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) melalui
penguatan prasarana, fasilitas, dan kegiatan yang berskala pelayanan lebih
dari satu kabupaten pada kawasan perkotaan yang akan ditetapkan sebagai
PKW. Selain itu pengembangan sistem kota-kota dilakukan sebagai upaya
untuk mengurangi ketimpangan pembangunan di Kabupaten Buol yang
selama ini terkonsentrasi di perkotaan Buol. Pengembangan sistem kota
diprioritaskan pada pengembangan perkotaan Lakea, Perkotaan Air Terang
dan Perkotaan Lokodidi sebagai PKL. Pengembangan perkotaan Lakea akan
mampu menjadi subpusat pelayanan bagian barat Kabupaten Buol sekaligus
untuk menangkap peluang ekonomi dari masyarakat perbatasan yang tinggal
di Kabupaten Tolitoli. Prioritas utama pengembangan perkotaan Lakea adalah
pelayanan perekonomian. Pengembangan perkotaan Lokodidi sebagai pusat
distribusi/outlet dan inlet bagi Kabupaten Buol yang dilengkapi dengan
berbagai fungsi kawasan. Pengembangan Lokodidi diarahkan sebagai kawasan
bahari terpadu yang mengintegrasikan kegiatan perikanan, pariwisata, industri
pengolahan dan perhubungan laut. Sedangkan pengembangan Perkotaan Air
Terang diarahkan sebagai pusat pengembangan agrobisnis di bagian selatan
Buol dalam konsep Kota Terpadu Mandiri sebagai bagian terintegrasi dalam
program pembangunan transmigrasi di Indonesia.
(4) Mengembangkan dan mendorong kawasan-kawasan perkotaan yang telah
dan/atau berpotensi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) untuk dapat
menopang fungsinya melalui penguatan prasarana, fasilitas, dan kegiatan
yang berskala pelayanan satu kecamatan atau lebih pada kawasan perkotaan
tersebut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 9


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

(5) Memantapkan peranan pusat-pusat permukiman wilayah sebagai PPL di


Kabupaten Buol. Pengembangan pusat-pusat permukiman diarahkan untuk
pemenuhan kebutuhan publik secala lingkungan.

C. Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah


(1) Transportasi Darat
Strategi pengembangan transportasi darat meliputi:
a. Pemantapan jaringan transportasi jalan raya untuk menunjang distribusi
orang dan barang antar kawasan perkotaan dan perdesaan dan atau dari
pusat produksi ke kawasan konsumsi yang cepat, efektif, handal, dan
efisien. Upaya ini dapat tercapai dengan menciptakan keterhubungan
antar pusat kegiatan di Kabupaten Buol mulai dari PKW-PKL-PKLp-PPK.
b. Pengembangan dan pengembangan jaringan jalan kolektor antar
kabupaten (Buol-Parimo) dan jaringan lingkar kabupaten sebagai langkah
antisipatif kejenuhan jaringan jalan arteri Trans Sulawesi.
c. Pemantapan dan pengembangan jaringan jalan perdesaan guna
meningkatkan aksesibilitas kawasan perdesaan dan daerah terisolasi serta
memudahkan mobilitas produk pertanian menuju pusat-pusat pemasaran
di wilayah perkotaan di Kabupaten Buol
d. Pemantapan prasarana transportasi angkutan umum untuk menunjang
pergerakan orang antar wilayah dan antara kawasan perkotaan dengan
kawasan perdesaan.
e. Pemantapan dan pengembangan prasarana transportasi barang pada
matra darat guna meningkatkan penyebaran barang di Kabupaten Buol
agar lebih efisien dan efektif.
f. Perbaikan simpul-simpul transportasi angkutan umum di Kabupaten Buol
termasuk prasarana terminalnya. Pengembangan simpul-simpul
transportasi baru sebagai bagian dari upaya peningkatan pelayanan jasa
transportasi orang dan barang di Kabupaten Buol yang menjangkau
seluruh pusat-pusat kegiatan yang ada.

(2) Transportasi Udara


a. Pemantapan dan pengembangan prasarana perhubungan udara untuk
mendukung pergerakan regional.
b. Pemantapan dan pengembangan sarana dan prasarana pendukung
perhubungan udara, khususnya untuk mendukung perpindahan antar
moda.

(3) Transportasi Laut


a. Pemantapan dan pengembangan Pelabuhan Lokodidi sebagai pelabuhan
regional di Kabupaten Buol.
b. Pemantapan peran Pelabuhan Leok sebagai pelabuhan penumpang.
c. Pemantapan dan pengembangan pelayaran pesisir untuk mendukung
pergerakan (komplementer transportasi darat) antar kecamatan di
wilayah pesisir dengan memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan yang sudah
ada saat ini.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 10


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

(4) Prasarana Telematika


Strategi pengembangan prasarana telematika meliputi:
a. Pengembangan jaringan telepon terestrial yang mampu menunjang
percepatan pembangunan di kawasan perdesaan.
b. Pengembangan prasarana telepon satelit guna meningkatkan
keterhubungan masyarakat.
c. Pengembangan prasarana internet guna meningkatkan keterbukaan
informasi dunia luar bagi masyarakat Kabupaten Buol dalam rangka
mendukung upaya pencerdasan kehidupan bangsa.
d. Pengembangan jaringan distribusi dan prasarana penunjang telepon kabel
sampai di seluruh pesisir Kabupaten Buol (bakcbone dengan jaringan FO).
e. Pengembangan sistem telepon tanpa kabel sebagai jaringan internet
murah di kawasan perdesaan.

(5) Prasarana Sumber Daya Energi


Strategi pengembangan prasarana sumberdaya energi meliputi:
a. Pengembangan prasarana penunjang sumberdaya energi guna
meningkatkan efisiensi proses produksi dan distribusi.
b. Pengembangan prasarana sumberdaya energi guna meningkatkan
ketersediaan sumberdaya listrik di Kabupaten Buol.
c. Pengembangan prasarana pengolah sumberdaya alternatif seperti tenaga
air, biogas, surya, angin, dan lainnya yang memungkinkan, terutama di
kawasan perdesaan.
d. Pengembangan depo-depo BBM guna untuk meningkatkan ketersediaan
cadangan BBM dan meningkatkan kemudahan pelayanan BBM di
Kabupaten Buol.

(6) Prasarana Sumberdaya Air


Strategi pengembangan prasarana sumberdaya air meliputi:
a. Pemantapan prasarana sumber daya air yang mampu mendukung
pasokan air untuk mendukung kegiatan pertanian. Pemantapan sistem
irigasi teknis di Kabupaten Buol menjadi titik krusial dalam rangka
mewujudkan tujuan penataan ruang Kabupaten Buol.
b. Pengembangan prasarana sumberdaya air yang mampu meningkatkan
cadangan air baku dan mengendalikan banjir dalam rangka
mengembalikan keseimbangan siklus air.
c. Pengembangan prasarana sumberdaya air yang mampu menjaga sumber
daya air secara berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian
lingkungan.
d. Peningkatan kualitas sungai dalam wilayah sungai melalui penataan
bantaran sungai dan daerah aliran sungai.
e. Peningkatan embung-embung sebagai prasarana penangkap air
permukaan guna meningkatkan cadangan air baku sekaligus sebagai
pengendali banjir.
f. Pemanfaatan lahan-lahan kosong masyarakat sebagai area resapan air
melalui program insentif dan disinsentif.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 11


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

(7) Prasarana Lingkungan


Strategi pengembangan prasarana lingkungan meliputi:
a. Pengembangan prasarana lingkungan yang mampu mendorong upaya
penciptaan lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.
b. Pengembangan prasarana penyehatan lingkungan yang ekonomis, efisien
dan efektif dengan berbasis manajemen modern.
c. Pengembangan prasarana lingkungan yang menjamin kelangsungan
kehidupan manusia dan makhluk hidup lain di sekitarnya.
d. Pengembangan tempat pembuangan sampah yang memiliki dampak
lingkungan minimal (sanitary landfill atau controlled landfill system).
e. Pengembangan TPA yang memanfaatkan pengelolaan antar wilayah yang
didukung kerjasama antar daerah bila perlu terutama untuk pelayanan
sampah pada wilayah perbatasan yang secara ekonomis terlalu mahal
untuk biaya pengangkutannya.
f. Pengembangan TPS-TPS yang dilengkapi dengan prasarana pengolahan
sementara dan sarana komposting di tiap kecamatan sebagai upaya
pemanfaatan ulang sampah organik.
g. Pembuatan saluran-saluran drainase kawasan perkotaan yang baik dan
memadai.

(8) Pemantapan Sarana Pelayanan Publik


Sebagaimana diuraikan pada bagian awal dari tulisan ini adalah masih
minimnya sarana pelayanan publik di Kabupaten Buol. Pemantapan sarana
pelayanan publik diarahkan pada seluruh wilayah pusat permukiman baik
memiliki fungsi PKW hingga PPL. Pengembangan sarana pelayanan publik
yang mendesak sebagaimana diuraikan dalam bagian pertama tulisan ini
adalah pengembangan sarana kesehatan, pengembangan sarana pendidikan
usia dini dan pengembangan fasilitas ruang publik.

Secara diagramatis kebijakan dan strategi struktur ruang dapat digambarkan pada
gambar berikut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 12


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

Pengembangan Pemantapan
Perkotaan Lakea Perkotaan Buol
1°20'0"N 1°20'0"N

AN
Oan
AH Dako

N
AS

Pengembangan

JA
EH
Mendaanbesar

IN
S.

S.P
S.DIUL
Muara Lakuan
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
Busak 1 Intam
Tuinan Busak 2
Lakea 1Lakea 1

Perkotaan Lokodidi
S.GA Lakea 2 draw Kumaligon
LU
MPA Lakea 2
S.BO
NT O
NG
KE
A Karamat Los
BUAY S.LA
A

TOLI-TOLI Biau !o
Leok 1

S.P
Lakea Leok 2

IN
1°10'0"N 1°10'0"N

AM
LI
Kali
Kulango Buol

UL
MO
GO N

A
Pajeko
A
S.O
TO

Bugis
Lamadong 1Buoyong
TO

P. Raja
IN

Lamadong Negerilama
S.B

Pinamula

S.T
sa

Momunu
Tongon
Depak Potugu p
Bungkudu
Bokat
P. Boki
TangkibulDutuno LiangOyak Oyak
Biau Kodolagon Tang Pokobo Lintindu

S.B
W
EL BoilanMomunu Bila Tangmas Bulano
EY DoulanBongo Tibu

O
Bodi Talokan Milato

LO
P. Lamari

!o!o !o
Diat Bunto Lesi
Dou P. Panjang Lilito P. Tolinggula

GID
Unone Taat Labuton

!o P. Lringit
Mekar Tamit Paleleh Tolau
Botugolu Liang

UM
Sarang PALELEH Yango
Mopu Palas Pabean Dutuno Umu
Lonu
Poongan Oyak Bokal
Inalatan Nantu Lokodoka Paleleh Barat Kualabesar Ulantangan
Pololahua
Kotajin
BaturataTalaki Wawohu

S.BONUBOGU
S.A IR Mayongo
TERAN Hepu
G Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N

N
AA

S.MAT INAN
G
AN
Bunobogu

AN
S.T

PROVINSI GORONTALO

S.P
O
BO
LO
IT

Bukal

S.L
AN
Keterangan

S.B OK

U
AT
BO
NG Tiloan
S.BU
OL/
S.TA
Sungai
0°50'0"N Pemantapan Garis Pantai 0°50'0"N
S.B

Perkotaan Air Terang Batas Provinsi


U
KA
L
S.G

Batas Kabupaten
AS
AN
G

Batas Kecamatan
S.T Pembangunan Arteri
S.L

PARIGI MOUTONG U
LA S.T
AM

D O
EN LA
BU

dan Peningkatan
G N I
G
Lokal
NU

0°40'0"N I 0°40'0"N
/K
.T
OO

h
PO

Terminal
Jalan Kolektor
K.O

!o
NG
GO

Pelabuhan
AUTO
TIO
N

S.M

S.MO
LO SI
PAT p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

Gambar 2.1. Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Kabupaten Buol 2011-2030 µ
SKPD DEKONSENTRASI BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
BIDANG PENATAAN RUANG KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH
DINAS PEKERJAAN UMUM Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
WILAYAH ADMINISTRASI Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009, 0 1.5 3 6 9 12
PROVINSI SULAWESI TENGAH KABUPATEN BUOL DKP Buol, 2010 Miles

2.3.2 Kebijakan Pola Ruang Wilayah


Kebijakan pola ruang wilayah Kabupaten Buol dimaksudkan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan
guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan pengembangan
pola ruang wilayah Kabupaten Buol meliputi:
a. Kebijakan pemantapan kawasan lindung yang mencakup pemantapan
kawasan hutan lindung, pemantapan kawasan cekungan air tanah dan
pemantapan kawasan lindung setempat sempadan pantai sebagai benteng
alami dalam penaggulangan abrasi.
b. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya
c. Kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten.

A. Strategi Kawasan Lindung


Strategi pemantapan kawasan lindung meliputi:
1. Melestarikan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian alam dan fungsi
hidrologis dan ekologis:
a. Mempertahankan kawasan lindung yang ada.
b. Melarang pengembangan kegiatan budidaya di kawasan lindung kecuali
kegiatan yang mendukung fungsi kawasan lindung, antara lain seperti
wisata alam, pendidikan, dan penelitian.
c. Memindahkan (relokasi) kegiatan budidaya yang tidak mendukung fungsi
lindung.
2. Menambah kawasan lindung untuk meningkatkan fungsi ekologis dan
pelestarian lingkungan, seperti misalnya menetapkan kawasan rawan gempa
tektonik sebagai kawasan lindung, menjadikan kawasan hutan bakau sebagai

PT. Saranabudi Prakarsaripta 13


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

kawasan lindung yang mampu melindungi wilayah pesisir dari bahaya abrasi
sekaligus sebagai plasma nutfah untuk mendukung budidaya perikanan di
Kabupaten Buol.

B. Strategi Kawasan Budidaya


Strategi pengembangan kawasan budidaya meliputi:
1. Mengembangkan kawasan budidaya sesuai dengan daya tampung penduduk
dan tingkat kegiatan masyarakat.
2. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa khususnya pada perkotaan
Buol dan Lakea.
3. Mengembangkan kawasan multifungsi yang berbasis pertanian di Air Terang
dengan komoditas utama sektor perkebunan dan pertanian hortikultura.
4. Mengembangkan kawasan multifungsi yang berbasis perikanan dan kelautan
di Lokodidi yang mencakup kawasan pelabuhan, pengolahan perikanan dan
pariwisata.
5. Mengembangkan kawasan perdesaan yang berkelanjutan dengan memberikan
insentif dan disinsentif dalam pelaksanaannya. Pengembangan kawasan
perdesaan dilakukan melalui pemantapan kawasan pertanian, baik tanaman
pangan maupun perkebunan sebagai lokomotif utama penggerak
perekonomian Kabupaten Buol dalam kurun waktu 20 tahun mendatang.
6. Mengembangkan dan memantapkan kawasan pesisir sebagai pusat
pengembangan budidaya perikanan di Kabupaten Buol.
7. Mengembangkan kawasan pertambangan yang strategis dengan konsep
ramah lingkungan dan tanpa merusak fungsi kawasan di sekitarnya.
8. Mengembangkan peruntukan industri yang tidak polutif dan mampu
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Kabupaten Buol, dengan
memanfaatkan potensi pertanian dan perikanan yang ada di Kabupaten Buol.
9. Mengembangkan kawasan pariwisata alam (pesisir dan pegunungan/cagar
alam G. Tinombala dan G. Dako) untuk meningkatkan kunjungan wisatawan
ke Kabupaten Buol.

C. Strategi Pengembangan Kawasan Strategis


Strategi pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Buol utamanya adalah
menetapkan kawasan-kawasan strategis berdasarkan kepentingan strategis skala
Kabupaten Buol, meliputi:
1. Kepentingan strategis pertumbuhan ekonomi, yaitu mampu memacu
pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Buol, baik melalui keterkaitan
fungsional keterpusatannya maupun melalui fungsi-fungsi ekonomi khusus
yang dikembangkan pada kawasan tersebut, dan juga melalui keterpaduan
sektor-sektor perekonomian di kawasan tersebut. Strategi pengembangan
kawasan strategis ekonomi Kabupaten Buol dilakukan melalui pemantapan
kawasan perkebunan, pemantapan kawasan pertanian, pengembangan
kawasan lokodidi sebagai pusat distribusi (outlet dan inlet) regional di
Kabupaten Buol. Pengembangan kawasan strategis ekonomi kabupaten Buol
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kerangka pengembangan
struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Buol.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 14


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

2. Kepentingan strategis sosial budaya, yaitu merupakan tempat pelestarian dan


pengembangan adat istiadat atau budaya lokal; merupakan prioritas
peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri lokal; merupakan aset
lokal yang harus dilindungi dan dilestarikan; merupakan tempat perlindungan
peninggalan budaya lokal atau provinsi; memberikan perlindungan terhadap
keanekaragaman budaya; dan/atau memiliki potensi kerawanan terhadap
konflik sosial skala lokal atau provinsi.
3. Kepentingan strategis pendayagunaan sumberdaya alam dan/atau teknologi
tinggi. Dengan keberadaan potensi tambang mineral logam yang terdapat di
Paleleh, Paleleh Barat dan Gadung, strategi pengembangan kawasan strategis
pendayagunaan sumber daya alam diarahkan agar eksploitasinya tidak
melebihi daya dukung ruang dan meminimalkan potensi konflik kepentingan di
masa mendatang.
4. Kepentingan strategis pelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan.
5. Kepentingan strategis pertahanan dan keamanan.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 15


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

3 Rencana Struktur Ruang


Kabupaten Buol
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Rencana struktur
ruang wilayah Kabupaten Buol adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan
wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala
kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan
kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air,
termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai,
dan sistem jaringan prasarana lainnya yang berfungsi untuk mendukung sistem
aktivitas wilayah di Kabupaten Buol dalam 20 tahun mendatang.

3.1 Rencana Sistem Kota


Rencana struktur ruang Kabupaten Buol 2011-2030 (lihat gambar 3.1) adalah:
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) sekaligus pusat (ibukota) Kabupaten Buol
adalah perkotaan Buol yang mencakup 7 (tujuh) wilayah kelurahan di
Kecamatan Biau yaitu Buol, Bugis, Kali, Kulanggo, Kumaligon, Leok I, dan
Leok II. Penetapan Buol sebagai PKW tidak terlepas dari kebijakan pada
tingkat yang lebih tinggi dan ketersediaan prasarana perkotaan.
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Orde I meliputi perkotaan Lakea, Perkotaan Air
Terang dan Perkotaan Lokodidi. Pengembangan Air Terang dan Lokodidi
sebagai PKL penuh tidak terlepas dari peran strategis kawasan tersebut dalam
menjembatani kesenjangan wilayah yang ada. Karena apabila mendasarkan
pada kondisi pusat permukiman yang ada, maka tantangan pemerataan
pembangunan (mengatasi disparitas yang tinggi) tidak akan dapat tercapai.
3. PKL Orde II meliputi Perkotaan Lamadong (Momunu); Perkotaan Bokat
(Bokat) dan perkotaan Paleleh berfungsi sebagai pusat pelayanan skala lokal
melayani kawasan belakang dari wilayah perkotaan tersebut, kawasan ini saat
ini masih berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan dan dapat ditingkatkan
statusnya menjadi PKL di masa mendatang.
4. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi seluruh ibukota kecamatan di luar
yang difungsikan sebagai PKW dan PKL di Kabupaten Buol.
5. Pusat Pelayanan Lingkungan meliputi seluruh pusat permukiman perdesaan
diluar yang telah ditetapkan sebagai PKW, PKL, dan PPK di Kabupaten Buol

PT. Saranabudi Prakarsaripta 16


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

1°20'0"N 1°20'0"N

N
Oan
HA
SA Dako

N
JA
A

LE H
Mendaanbesar

IN
S.

S.P
Muara Lakuan

S.DIU
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
Intam

S.G
(h
C
Lakea 1Lakea 1
Lakea 2
Tuinan
draw
Busak 1
Busak 2 #
* Kumaligon
A LU
MP Lakea 2
S.B
O NT O
AN
G
KE
A Karamat Los
BUA A
S.L

!o
YA
Leok 1
TOLI-TOLI Biau

S.P
Lakea Leok 2
*hB

IN
1°10'0"N 1°10'0"N

AM
LI
Kali
Kulango Buol

UL
MO
GO N

A
Pajeko
A
S.O
TO

Bugis
#
*
Lamadong 1Buoyong
TO

P. Raja
IN

Lamadong Negerilama
S.B

*h
Pinamula C
sa
#p Tongon
P. Boki
S.T Momunu
Depak Potugu Bungkudu
Biau hC
Bokat
Tang TangkibulDutuno LiangOyak

#
*Pokobo
Oyak
Lintindu

S.B
W
EL BoilanMomunu Kodolagon Bila Tangmas Bulano
EY
#
*
DoulanBongo Tibu

O
Milato

h(C Bodi Talokan

LO
P. Lamari

!!oh( o
C !
Diat Bunto Lesi
Lilito

h#*C Dou P. Panjang P. Tolinggula

GID
Unone Taat Labuton

(!o
Mekar P. Lringit
o
Tamit Botugolu Liang Paleleh Tolau

UM
Mopu
#
*
Lonu
Palas
Bokal
Pabean
Sarang
Paleleh Barat Dutuno #
*
PALELEH Yango Umu

hC
Poongan Oyak Lokodoka Kualabesar Pololahua
Inalatan Nantu Ulantangan Kotajin
BaturataTalaki Wawohu

S.BONU BOGU
S.AIR Mayongo
TE RA Hepu
NG Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N

N
AA

S.M ATINAN
G
*h h
C

AN
C Bunobogu
#

N
S.

PROVINSI GORONTALO

PA
OT

S.
BO
LO
IT

Bukal

S.
L
AN
Keterangan

S.BO

U
KAT
O NG Tiloan
AB

S.B
U OL
/S.T
Sungai
0°50'0"N Garis Pantai 0°50'0"N
S.B

Batas Provinsi
U
KA
L
S.G

Batas Kabupaten
A
SA
NG

Sistem Perkotaan
Batas Kecamatan
S.
T
* PKW
Arteri
S.L

PARIGI MOUTONG U
LA S.T
AM

(
D O
EN LA
PKL
BU

G N I
G
Lokal
NU

0°40'0"N I 0°40'0"N
/K
.T
OO

#
* PPK h
PO

Terminal
#
* PPL
K.O

!o
NG
G

Pelabuhan
UTO
OT
IO N

A
S.M

Rencana Jalan Kolektor


S.M
O LO S
IPAT p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

RENCANA STRUKTUR RUANG


KABUPATEN BUOL 2011-2030
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0 1.5 3
µ 6 9 12
Miles

Gambar 3.1 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Buol

PT. Saranabudi Prakarsaripta 17


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Untuk mendukung perannya sebagai pusat pelayanan publik bagi Kabupaten Buol,
maka arahan fungsi kota yang diharapkan mampu dijalankan dengan baik oleh
masing-masing perkotaan di Kabupaten Buol adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1. Arahan Pengembangan Fungsi Kota di Kabupaten Buol


Status Skala Fungsi
No Perkotaan Strategi Pengembangan
Hirarki Pelayanan Pelayanan
1. Buol Pusat Kabupaten Pemerintahan, Penataan kawasan perkotaan dan
Wilayah Perekonomian, pengendalian pertumbuhan kawasan
(PKW) Pelayanan Umum perkotaan secara ekstensif, khususnya
pada kawasan pesisir.
2. Lakea Pusat Lokal Pelayanan Umum, Penataan kawasan perkotaan dan
Lokal Perekonomian, pengendalian pertumbuhan kawasan
orde I Pelayanan perkotaan,
(PKL) prasarana dasar Pengembangan prasarana dan sarana
lingkungan pelayanan umum dan perekonomian,
permukiman Pemantapan fungsi kawasan lindung
CA. G. Dako,
Pengendalian fungsi budidaya pada
kawasan resapan air, pengendalian
kegiatan penambangan galian C,
Pemantapan fungsi pertanian dan
perikanan tangkap dan budidaya dalam
konsep minapolitan
3. Air Terang Pusat Lokal Pelayanan Umum, Pemantapan fungsi perdesaan dengan
Lokal Pelayanan prioritas pengembangan kegiatan
Orde I prasarana dasar agribisnis,
(PKL) lingkungan Insentif infrastruktur untuk
permukiman pengembangan perdesaan dan Kota
Terpadu Mandiri Air Terang,
Pemantapan kawasan lindung setempat,
Peningkatan nilai tambah sektor
pertanian.
Konsep pengembangan kawasan Air
Terang dapat menggunakan pendekatan
agropolitan.
4. Lokodidi Pusat Lokal Pelabuhan, Pemantapan fungsi pelayanan outlet dan
Lokal perikanan dan inlet barang di Kabupaten Buol,
Orde I kelautan, Pengembangan Kawasan Bahari
(PKL) Industri ringan non Terpadu Lokodidi,
polutan Pemantapan fungsi lindung setempat
khususnya hutan bakau untuk
mengantisipasi ancaman abrasi.
Peningkatan nilai tambah sektor
perdagangan dan jasa.
Untuk semakin memantapkan fungsi dan
daya tarik kawasan maka
pengembangan Lokodidi sebagai
kawasan bahari terpadu tampaknya
sebuah opsi yang layak untuk
dipertimbangkan

PT. Saranabudi Prakarsaripta 18


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Status Skala Fungsi


No Perkotaan Strategi Pengembangan
Hirarki Pelayanan Pelayanan
5 Lamadong, PKL Lokal Pelayanan Umum, Pemantapan fungsi pelayanan umum
Bokat, dan Orde II Pelayanan dan penyediaan prasarana dasar
Paleleh (PPK- transportasi udara, wilayah,
PKLp) Pelayanan Pengendalian fungsi perkotaan pada
prasarana dasar kawasan sekitar bandara Pogogul,
Pemantapan fungsi perdesaan
6 Busak, PPK Kecamatan Pelayanan Umum, Pemantapan fungsi pelayanan umum
Timbulon, Pelayanan dan penyediaan prasarana dasar
Bunobogu, prasarana dasar wilayah,
Unone dan Pemantapan fungsi perdesaan
Bulagidun
7 Seluruh pusat PPL Desa/ Pelayanan Umum, Pemantapan fungsi pelayanan umum
permukiman Kelurahan Pelayanan dan penyediaan prasarana dasar
utama pada prasarana dasar wilayah,
masing-masing Pemantapan fungsi perdesaan
desa di luar
yang telah
ditetapkan
sebagai PKW,
PKL, dan PPK
Sumber: Rumusan Tim Penyusun, 2010

3.2 Rencana Sistem Jaringan Prasarana


Pengembangan jaringan prasarana wilayah dimaksudkan untuk mendukung
aktivitas penduduk dan aktivitas wilayah Kabupaten Buol. Pengembangan prasarana
wilayah meliputi pengembangan prasarana perhubungan dan prasarana dasar
lainnya. Pengembangan jaringan prasarana sangat mendesak untuk dilakukan
mengingat keterbatasan prasarana wilayah yang ada serta masih rendahnya akses
masyarakat akan prasarana wilayah di Kabupaten Buol. Pengembangan sistem
prasarana wilayah merupakan penjabaran dari salah satu misi penataan ruang yaitu
peningkatan akses pelayanan umum termasuk didalamnya adalah akses akan
jaringan prasarana wilayah. Secara garis terinci prioritas pengembangan sistem
jaringan prasarana wilayah dapat dilihat pada gambar 3.2-3.6 berikut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 19


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Gambar 3.2 Rencana Sistem Transportasi Darat Kabupaten Buol

PT. Saranabudi Prakarsaripta 20


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

Buol-Kalimantan, Makassar, Surabaya

Buol-Toli-toli-Palu-Donggala

1°20'0"N 1°20'0"N

N
Oan
HA
SA Dako

N
JA
A

LE H
Mendaanbesar

IN
S.

S.P
Muara Lakuan

S.DIU
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
Intam Buol-Bitung
S.G
(h
C
Lakea 1Lakea 1
Lakea 2
Tuinan
draw
Busak 1
Busak 2 #
* Kumaligon
A LU
MP Lakea 2
S.B
O NT O
AN
G
KE
A Karamat Los
BUA A
S.L

!o
YA
Leok 1
TOLI-TOLI Biau

S.P
Lakea Leok 2
*hB

IN
1°10'0"N 1°10'0"N

AM
LI
Kali
Kulango Buol

UL
MO
GO N

A
Pajeko
A
S.O
TO

Bugis
#
*
Lamadong 1Buoyong
TO

P. Raja
IN

Lamadong Negerilama
S.B

*h
C aleleh
Leok-Lokodidi-P
Pinamula
sa
#p Tongon
P. Boki
S.T Momunu
Depak Potugu Bungkudu
Biau hC
Bokat
Tang TangkibulDutuno LiangOyak

#
*Pokobo
Oyak
Lintindu

S.B
W
EL BoilanMomunu Kodolagon Bila Tangmas Bulano
EY
#
*
DoulanBongo Tibu

O
Milato

h(C Bodi Talokan

LO
P. Lamari

!!oh( o
C !
Diat Bunto Lesi
Lilito

h#*C Dou P. Panjang P. Tolinggula

GID
Unone Taat Labuton

(!o
Mekar P. Lringit
o
Tamit Botugolu Liang Paleleh Tolau

UM
Mopu
#
*
Lonu
Palas
Bokal
Pabean
Sarang
Paleleh Barat Dutuno #
*
PALELEH Yango Umu

hC
Poongan Oyak Lokodoka Kualabesar Pololahua
Inalatan Nantu Ulantangan Kotajin
BaturataTalaki Wawohu

S.BONU BOGU
S.AIR Mayongo
TE RA Hepu
NG Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N

N
AA

S.M ATINAN
G
*h h
C

AN
C Bunobogu
#

N
S.

PROVINSI GORONTALO

PA
OT

S.
BO
LO
IT

Bukal

S.
L
AN
Keterangan

S.BO

U
KAT
O NG Tiloan
AB

S.B
U OL
/S.T
Sungai
0°50'0"N Garis Pantai 0°50'0"N
S.B

Batas Provinsi
U
KA
L
S.G

Batas Kabupaten
A
SA
NG

Sistem Perkotaan
Batas Kecamatan
S.
T
* PKW
Arteri
S.L

PARIGI MOUTONG U
LA S.T
AM

(
D O
EN LA
PKL
BU

G N I
G
Lokal
NU

0°40'0"N I 0°40'0"N
/K
.T
OO

#
* PPK h
PO

Terminal
#
* PPL
K.O

!o
NG
G

Pelabuhan
UTO
OT
IO N

A
S.M

Rencana Jalan Kolektor


S.M
O LO S
IPAT p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

RENCANA JARINGAN TRANSPORTASI LAUT


KABUPATEN BUOL 2011-2030
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0 1.5 3
µ 6 9 12
Miles

Gambar 3.3 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut

PT. Saranabudi Prakarsaripta 21


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

1°20'0"N 1°20'0"N

Karamat

Biau
1°10'0"N Lakea 1°10'0"N

P. Raja

P. Boki

Momunu
P. Lamari P. Tolinggula
P. Lespan P. Lringit
Paleleh Barat

Bokat
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N

Bunobogu

Bukal

Tiloan

0°50'0"N 0°50'0"N

KETERANGAN

Sungai
0°40'0"N 0°40'0"N
Batas Kabupaten
Batas Kecamatan
Batas Provinsi
Garis Pantai
JTM: Jaringan Distribusi Listrik
Tegangan Menengah Jalan

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

RENCANA PENGEMBANGAN JTM


KABUPATEN BUOL TAHUN 2011-2030
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM, DPU Kabupaten Buol, 2009;
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0
µ
1,25 2,5 5 7,5 10
Miles

Gambar 3.4 Rencana Sistem Jaringan Distribusi Listrik

PT. Saranabudi Prakarsaripta 22


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

1°20'0"N 1°20'0"N

SA
HA
N b
!
Oan
Dako

N
JA
A

LE H
Mendaanbesar

IN
S.

S.P
Muara Lakuan

S.DIU
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo

S.B
S.G
A LU
MP
AN
G
(b
!hC
Lakea 1Lakea 1
Lakea 2
Lakea 2
Tuinan
draw
Karamat
Busak 1

b
!#*
Busak 2
Intam

Kumaligon

O NT O A
A KE Los
BUA S.L

!o
YA
Leok 1
TOLI-TOLI Biau

b
! *hB

S.P
Lakea Leok 2

IN
1°10'0"N 1°10'0"N

AM
LI
Kali
Kulango Buol

UL
MO
GO N

A
Pajeko
A
S.O
TO

Bugis
#
*
Lamadong 1Buoyong
TO

P. Raja
IN

Lamadong Negerilama
S.B

*h
Pinamula C
sa
#p Tongon
P. Boki
S.T Momunu
Depak Potugu Bungkudu
hC
Bokat TangkibulDutuno LiangOyak Oyak

b
Tang Lintindu
Biau

!#* #
*Pokobo

h(Cb

S.B
W
Bila Tangmas Bulano

C ! b
Kodolagon

! BoilanMomunu
EL
EY DoulanBongo
! Tibu

O
Bodi Talokan Milato

LO
P. Lamari

!!oh( o
Diat Bunto Lesi
Lilito

h#*C Dou P. Panjang P. Tolinggula

GID
Unone Taat Labuton

! (!o
Mekar P. Lringit
o
Tamit Botugolu Liang Paleleh Tolau

UM
Sarang

b #
*
PALELEH Yango

b
Mopu Palas Umu

!#*
Lonu Pabean Dutuno
Bokal Paleleh Barat
hC
Poongan Oyak Lokodoka Kualabesar Pololahua
Inalatan Nantu Ulantangan Kotajin
BaturataTalaki Wawohu

S.BONU BOGU
S.AIR Mayongo
TE RA Hepu
NG Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N

N
AA

S.M ATINAN
G
*h !h
C

AN
C Bunobogu
#

N
b
S.

PROVINSI GORONTALO

PA
OT

S.
BO
LO
IT

Bukal

S.
L
AN
Keterangan

S.BO

U
KAT
O NG Tiloan
AB

S.B
U OL
/S.T
Sungai
0°50'0"N Garis Pantai 0°50'0"N
S.B

Batas Provinsi
U
KA
L
S.G

Batas Kabupaten
A
SA
NG

Sistem Perkotaan
Batas Kecamatan
S.
T
* PKW
Arteri
S.L

PARIGI MOUTONG U
LA S.T
AM

(
D O
EN LA
PKL
BU

G N I
G
Lokal
NU

0°40'0"N I 0°40'0"N
/K

b
!
.T
OO

BTS #
* PPK h
PO

Terminal
Jaringan Kabel #
* PPL
K.O

!o
NG
G

Pelabuhan
UTO
OT
IO N

A
S.M

Kabel FO Rencana Jalan Kolektor


S.M
O LO S
IPAT p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

RENCANA SISTEM TELEKOMUNIKASI


KABUPATEN BUOL 2011-2030
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0 1.5 3
µ 6 9 12
Miles

Gambar 3.5 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

PT. Saranabudi Prakarsaripta 23


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

1°20'0"N 1°20'0"N

N
Oan
HA
SA Dako

N
JA
A

LE H
Mendaanbesar

IN
S.

S.P
Muara Lakuan

S.DIU
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
Busak 1 Intam
Busak 2
LAKEA Lakea 1 Tuinan
Kumaligon
S.G
A LU Lakea 1 Lakea 2 draw
MP Lakea 2
S.B
O NT O
AN
G
KE
A Karamat Los
BUA A
S.L

!o
YA
Leok 1
TOLI-TOLI Biau

S.P
Lakea Leok 2

IN
1°10'0"N 1°10'0"N

AM
LI
Kali
Kulango Buol

UL
MO
GO N

A
Pajeko
A
S.O
TO

Bugis
Lamadong 1Buoyong
TO

P. Raja
IN

Lamadong Negerilama
S.B

Pinamula

S.T
sa

Momunu
Depak p
Tongon
Potugu Bungkudu
Bokat
Tang
P. Boki
TangkibulDutuno LiangOyak Oyak
Lintindu
Biau Pokobo

S.B
W Kodolagon Bila Tangmas Bulano
PINAMULA Momunu
EL Doulan
EY Tibu

O
Bodi Talokan Milato

LO
P. Lamari

!o!o !o
Diat Lesi
Air Terang MekarDou Bunto
P. Panjang Lilito P. Tolinggula

GID
Unone Taat Labuton
Tayadun Tamit Botugolu Liang
!o
Paleleh Tolau P. Lringit

UM
Air Terang Palas
Sarang PALELEH Yango Umu
Mopu Lonu Pabean Dutuno
Poongan Oyak Bokal
Inalatan Nantu Lokodoka Paleleh Barat Ulantangan
Pololahua
KUALA BESAR Talaki Kotajin
Baturata Wawohu Mayongo
S.AIR
TE RA Hepu
NG Bokat Bendungan
1°0'0"N LONU Gadung Paleleh 1°0'0"N

N
AA

S.M ATINAN
G
AN
Bunobogu

N
S.

PROVINSI GORONTALO

PA
OT

S.
BO
LO
IT

Bukal

S.
L
AN
Keterangan

S.BO

U
KAT
ON
G Tiloan
AB

S.B
UO
L /S.T
Sungai
0°50'0"N Garis Pantai 0°50'0"N
S.B

Batas Provinsi
U
KA
L

irigasi
S.G

Batas Kabupaten
A
SA

N_DI
NG

Batas Kecamatan
Air Terang
S.
T Arteri
S.L

PARIGI MOUTONG U
LA S.T
KUALA BESAR
AM

D O
EN LA
BU

G N I
G
Lokal
NU

0°40'0"N I 0°40'0"N
/K
.T
OO

LAKEA
h
PO

Terminal
LONU
K.O

!o
NG
G

Pelabuhan
UTO
OT
IO N

A
S.M

PINAMULA
S.M
O LO S
IPAT p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

DAERAH IRIGASI DI
KABUPATEN BUOL
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0 1.5 3
µ 6 9 12
Miles

Gambar 3.6 Daerah Irigasi Kabupaten Buol

PT. Saranabudi Prakarsaripta 24


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

4 Rencana Pola Ruang Kabupaten


Buol

Rencana Pola Ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang menggambarkan letak dan luasan dari
kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Aspek-aspek yang dipertimbangkan adalah
fungsi lingkungan, estetika lingkungan, kuantitas dan kualitas ruang, pola dan
struktur tata ruang, lokasi pemanfaatan sumber alam, dan sumber daya manusia
untuk kegiatan pembangunan, integritas dan keamanan wilayah. Pola ruang
didapatkan dengan melakukan delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial,
ekonomi, budaya, dan kawasan-kawasan lainnya, sehingga didapatkan kategori
kawasan budidaya dan kawasan lindung. Secara umum, pembagian kategori
kawasan ini dilakukan agar terwujud keseimbangan antara fungsi ekonomi dan
lingkungan.

Pola ruang sendiri dibagi menjadi 2 (dua) macam pengelompokan, yaitu Kawasan
Non Budidaya dan Kawasan Budidaya. Kawasan Non Budidaya atau yang lebih
dikenal sebagai kawasan lindung merupakan wilayah kendala dan wilayah limitasi
dalam pemanfaatan ruang. Kawasan Lindung ini kemudian digolongkan lagi menjadi
beberapa kelompok. Berdasarkan pada Permen PU No 16/PRT/M/2009, kawasan
lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu
ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang
memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah
kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah
kabupaten yang terdiri atas:
a) kawasan hutan lindung;
b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
c) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan
sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta
kawasan lindung spiritual, dan kearifan lokal lainnya;
d) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan
suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka
margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut,
kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut,
taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan
cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
e) kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor,
kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;

PT. Saranabudi Prakarsaripta 25


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

f) kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan


rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah; dan
g) kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru,
kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu
karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

Terkait dengan Kabupaten Buol pola ruang kawasan lindung terdiri atas hutan
lindung, kawasan resapan air, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana alam
(banjir dan longsor), kawasan rawan bencana geologi (zona patahan).

Sementara itu untuk kawasan budidaya didefinisikan sebagai kawasan yang


ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan yang
terdiri dari:
a) kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan
peruntukan: hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan
produksi yang dapat dikonversi;
b) kawasan hutan rakyat;
c) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura;
d) kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas
perkebunan yang ada di wilayah kabupaten;
e) kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
perikanan tangkap, budi daya perikanan, dan pengolahan ikan;
f) kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasan
peruntukan: mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, serta
air tanah di kawasan pertambangan;
g) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan: peruntukan
industri besar, industri sedang, dan industri rumah tangga;
h) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan;
i) kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan. Sebagai
kawasan budi daya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan
fungsi masing-masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter
lokasi, misalnya di pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan
sebagainya; dan
j) kawasan peruntukan lainnya.

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Buol pada hakekatnya adalah rencana
distribusi peruntukan ruang wilayah untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju
sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW Kabupaten Buol yang memberikan
gambaran pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Buol hingga 20 (dua puluh) tahun
mendatang (Permen No 16/PRT/M/2009). Penetapan rencana pola ruang Kabupaten
Buol juga memperhatikan usulan perubahan fungsi/status hutan sebagaimana yang

PT. Saranabudi Prakarsaripta 26


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

diajukan oleh Pemerintah Kabupaten Buol melalui Surat Bupati Buol No 522 Bulan
Nopember 2009 yang ditujukan kepada Gubernur Sulawesi Tengah. Surat ini
kemudian ditindaklanjuti dengan penyepakatan oleh para Bupati/Walikota se
Provinsi Sulawesi Tengah tentang kawasan hutan. Secara garis besar rencana pola
ruang Kabupaten Buol dapat dilihat pada tabel dan gambar 4.1 berikut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 27


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Tabel 4.1 Rencana Pola Ruang Kabupaten Buol 2011-2030


Status Kawasan Hutan
No Arahan Pola Ruang Luas (Ha) Persentase
Asal (Ha) Usul Perubahan (Ha)
I Pola Ruang Kawasan Lindung CA HL HSAW HPT HP HPK CA HL HSAW HPT HP HPK
1 Hutan Lindung 70.292,19 18,41% 48.095,52 70.228,66
2 Cagar Alam 6.325,72 1,66% 6.325,72 6.325,72
3 Hutan Suaka Alam 818,16 0,21% 818,16 818,16
4 Kawasan Lindung Setempat 6.155,52 1,61%
5 Sungai/Tubuh Air 1.434,17 0,38%
II Pola Ruang Kawasan Budidaya
A Budidaya Kehutanan
1 Hutan Produksi Terbatas 103.213,22 27,03% 100.887,47 103.213,22
2 Hutan Produksi Tetap 21.248,13 5,56% 51.533,92 21.248,13
3 Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi 9.797,12 2,57% 35.829,72 9.797,12
B Budidaya Nonkehutanan
1 Permukiman 4.549,01 1,19%
2 Fasilitas Umum dan Ruang Terbuka 69,80 0,02%
3 Pertanian Lahan Kering 76.216,96 19,96%
4 Pertanian Lahan Basah 9.196,44 2,41%
5 Perkebunan 70.832,92 18,55%
Fasilitas Transportasi (Pelabuhan,
6 Terminal, Bandara) 182,56 0,05%
7 Perikanan Budidaya (Darat) 376,70 0,10%
8 Kawasan Wisata Bahari 601,70 0,16%
9 Industri Perikanan 84,49 0,02%
10 Perdagangan dan Jasa 57,33 0,02%
11 Pemerintahan 68,47 0,02%
12 Industri Pengolahan Hasil Pertanian 84,49 0,02%
13 Kawasan Bahari Terpadu 219,27 0,06%
Jumlah 381.824,40 100,00%
Sumber: Rumusan Tim Perencana, 2010; RTRW Provinsi Sulteng 2009-2028; Surat Bupati Buol No 522 Bulan Nopember 2010

PT. Saranabudi Prakarsaripta 28


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

1°20'0"N 1°20'0"N

N
Oan

HA
SA
Dako

N
JA
A

LE H
Mendaanbesar

IN
S.

S.P
Muara Lakuan

S.DIU
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
Intam

S.G
(h
C
Lakea 1Lakea 1
Lakea 2
Tuinan
draw
#
Busak 1
* Busak 2
Kumaligon
A LU
MP Lakea 2
S.B
O NT O
AN
G
KE
A Karamat Los
BUA A
S.L

!o
YA
Leok 1
TOLI-TOLI Biau

S.P
Lakea Leok 2
*hB

IN
1°10'0"N 1°10'0"N

AM
I Kali
OL Kulango Buol

UL
M
GO
N

A
A Pajeko
S.O
TO
Bugis
#
*
Lamadong 1Buoyong
TO

P. Raja
IN

Lamadong Negerilama
S.B

*h
Pinamula C
sa Tongon
#p P. Boki
S.T Momunu
Depak Potugu
Bungkudu
Bokat
Biau Kodolagon Tang hC TangkibulDutuno LiangOyak

#
*
Pokobo
Oyak
Lintindu

S.B
W
EL BoilanMomunu Bila Tangmas Bulano
EY DoulanBongo
#
* Tibu

O
Milato

h(
C Bodi Talokan

LO
P. Lamari

!!oh( o
C !
Diat Bunto Lesi
Lilito

h#*C Dou P. Panjang P. Tolinggula

GID
Unone Taat Labuton

(!o
Mekar P. Lringit
Tamit
o
Botugolu Liang Paleleh Tolau

UM
Mopu
#
*
Lonu
Palas
Bokal
Pabean
Sarang
Paleleh Barat Dutuno #
*
PALELEH Yango Umu

hC
Poongan Oyak Lokodoka Kualabesar Pololahua
Inalatan Nantu Ulantangan Kotajin
BaturataTalaki Wawohu

S.BONU BOGU
S.AIR Mayongo
TE RA Hepu
NG Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N

N
AA

S.M ATINAN
G
*h h
C

AN
C Bunobogu
#

N
S.

PROVINSI GORONTALO

PA
OT

S.
BO
LO
IT

Bukal

S.
L
AN
Keterangan

S.BO

U
KAT
B ON
G Tiloan
.TA
S.B
U OL
/S
Sungai
Sistem Perkotaan
0°50'0"N
* PKW Garis Pantai 0°50'0"N
S.B

( PKL Batas Provinsi


U
KA
L

#
* PPK
S.G

Batas Kabupaten
A

#
* PPL
SA
NG

Rencana Jalan Kolektor


Batas Kecamatan
S.
T Arteri
RPR
S.L

PARIGI MOUTONG U
LA S.T Hutan Produksi Tetap Industri Pertanian Perkebunan
AM

D O
EN LA
BU

G N I
G
POLA_RUANG Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi Perikanan Budidaya Pertanian Lahan Basah Lokal
NU

0°40'0"N I 0°40'0"N
/K
.T
OO

Hutan Lindung Permukiman Kawasan Wisata Bahari Pertanian Lahan Kering


h
PO

Cagar Alam Perdagangan dan Jasa Kawasan Bahari Terpadu Ruang Terbuka Terminal
K.O

Hutan Suaka Alam dan Wisata Perkantoran Pemerintah Kawasan Bandara Pogogul
!o
NG
G

Pelabuhan
UTO
OT
IO N

Kawasan Lindung Setempat Industri Pengolahan Pelabuhan


A
S.M

Hutan
S.M
OLOProduksi Terbatas
SIPAT
Industri Perikanan Pelabuhan Pendaratan Ikan p Bandara
120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

RENCANA POLA RUANG


KABUPATEN BUOL 2011-2030
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0 1.5 3
µ 6 9 12
Miles

Gambar 4.1 Rencana Pola Ruang Kabupaten Buol 2011-2030

PT. Saranabudi Prakarsaripta 29


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

5 Rencana Penetapan Kawasan


Strategis Kabupaten Buol

Kawasan strategis Kabupaten Buol adalah wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup internal
Kabupaten Buol ataupun lingkup eksternal yang lebih luas, terhadap aktivitas
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis merupakan
kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar
terhadap:
1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;
2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau
3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kawasan strategis kabupaten berfungsi:


a) mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam
mendukung penataan ruang wilayah kabupaten;
b) sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai
mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten
bersangkutan;
c) untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di
dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang;
d) sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW
kabupaten; dan
e) sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:


a) kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b) nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
penanganan kawasan;
c) kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan
terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan
pada kawasan yang akan ditetapkan;
d) daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan
e) ketentuan peraturan perundang-undangan.

Secara ringkas, kriteria penetapan kawasan strategis di Kabupaten Buol dapat


dilihat pada tabel 5.1 berikut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 30


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Tabel 5.1 Kriteria Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Buol


No Jenis Kawasan Strategis Kriteria Penetapan Indikasi Lokasi

1. Kawasan Strategis Pertanian Lahan Basah Biau, Tiloan, Lakea, Bokat, Momunu
Ekonomi Irigasi Teknis
Perkebunan Kelapa dan
Kelapa Sawit
Kecenderungan pertumbuhan Perkotaan Buol, Lakea
sektor perdagangan dan
pemerintahan
Keberadaan bahan tambang Bukal, Gadung, Paleleh dan Paleleh Barat
mineral (logam dan
nonlogam)
Keberadaan Bandara Perkotaan Lamadong dan Sekitarnya
Keberadaan Pelabuhan Perkotaan Lokodidi (Kawasan Bahari Terpadu
Regional dan Lokodidi)
Pengembangan sektor
perikanan dan kelautan
Pengembangan Transmigrasi Tiloan (Air Terang)
dan Agro Industri
2. Kawasan Strategis Keberadaan Ekosistem yang Tiloan (CA. G Tinombala; Kawasan Hutan Lindung),
Lingkungan unik; menuntut prioritas Lakea (HSAW G. Dako, CAT Buol), Bokat (Hutan
tinggi peningkatan kualitas Lindung), Bukal (Hutan Lindung), Paleleh (Hutan
lingkungan hidup; menjaga Lindung), Momunu (Hutan Lindung), Biau (Hutan
keseimbangan hidrologi Lindung, Hutan Nipah, hutan Bakau), Gadung
(Hutan Lindung, Hutan Bakau), Paleleh (Hutan
Lindung), Paleleh Barat (Hutan Lindung),
Pulau-Pulau kecil sekitar Buol (Lesman, Panjang,
Boki, Raja, dll)
3. Kawasan Strategis Pusat pelayanan Perkotaan Buol sebagai pusat pemerintahan skala
Pemerintahan dan pemerintahan skala kabupaten dan wilayah PPK/Ibukota Kecamatan di
Pelayanan Publik kabupaten maupun seluruh kecamatan di Kabupaten Buol
kecamatan
Sumber: Rumusan Tim Perencana, 2010

Berdasarkan pada kriteria-kriteria tersebut di atas, maka lokasi-lokasi di Kabupaten


Buol yang memiliki peran strategis dalam pengembangan wilayah antara lain:
A. Kawasan Strategis Pengembangan Ekonomi
1. Kawasan Strategis Perkotaan Buol
Perkotaan Buol sebagai PKW merupakan orientasi utama pertumbuhan
wilayah di Kabupaten Buol selama ini. Wilayah perkotaan ini menyedia pusat
utama perdagangan dan jasa di Kabupaten Buol dan menjadi pusat distribusi
dan koleksi komoditas utama perdagangan di Kabupaten Buol. Wilayah yang
menjadi pusat pengembangan kawasan strategis perkotaan Buol mencakup
Kelurahan Kali, Kelurahan Buol, Kelurahan Bugis, Kelurahan Leok I dan II,
serta Kelurahan Kumaligon. Sistem aktivitas utama yang dapat dikembangkan
pada kawasan perkotaan Buol adalah perdagangan dan jasa skala kabupaten
dan skala regional yang akan terkonsentrasi pada kawasan di sekitar Jalur II
yang membelah perkotaan Buol.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 31


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

2. Kawasan Agropolitan Air Terang


Sebagai kawasan dengan potensi pertanian yang sangat signifikan maka,
perlu ada upaya strategis dari pemerintah Kabupaten Buol untuk
mengembangkan pertanian secara terpadu, salah satunya melalui
pengembangan Kawasan Agropolitan yang sudah dirintis oleh Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui pengembangan KTM Air Terang di
Kecamatan Tiloan. Kecamatan-kecamatan yang berpotensi sebagai kawasan
pengembangan agropolitan antara lain adalah wilayah yang mempunyai nilai
daya saing komoditas unggulan sektor pertanian, antara lain Kecamatan
Tiloan, Bukal, Bokat. Tentu saja pengembangan kawasan agropolitan ini perlu
didukung dengan infrastruktur yang memadai. Kendala utama pengembangan
kawasan di Kabupaten Buol sebagaimana diuraikan dalam pembahasan
sebelumnya adalah keterbatasan infrastruktur pendukung pengembangan
wilayah, seperti aksesibilitas, energi, dan telekomunikasi.
3. Kawasan Bahari Terpadu Lokodidi
Merupakan salah satu kawasan prioritas dalam rangka mengurangi
kesenjangan pembangunan antara wilayah timur dan wilayah barat Kabupaten
Buol yang memiliki ketimpangan sangat besar. Ide dasar pengembangan
Kawasan Bahari Terpadu adalah rencana keberadaan pelabuhan regional.
Untuk mendukung keberadaan pelabuhan regional dan memanfaatkannya
secara optimal dalam rangka pengembangan wilayah, maka muncul ide untuk
mengintegrasikannya dengan upaya pengembangan ekonomi lokal di kawasan
Lokodidi dan sekitarnya dalam bentuk Kawasan Bahari Terpadu, yang di
dalamnya mengintegrasikan aktivitas perikanan dan kelautan, perhubungan,
industri pengolahan, pariwisata, dan pengelolaan lingkungan hidup.
4. Kawasan Pertambangan
Kabupaten Buol memiliki kawasan pertambangan mineral yang cukup
potensial untuk dikembangkan dan lokasinya berada di luar kawasan lindung,
yaitu di Kecamatan Paleleh dan Paleleh Barat. Tetapi kawasan ini berpotensi
menimbulkan konflik lingkungan dengan kawasan sekitarnya, sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya perlu mendapat prioritas penanganan
dari pemerintah Kabupaten Buol.

B. Kawasan Strategis Lingkungan


Terdapat tiga kawasan yang memiliki fungsi strategis lingkungan hidup di
Kabupaten Buol yaitu kawasan hutan lindung, kawasan cagar alam, dan kawasan
Cekungan Air Tanah Buol.
1. Kawasan Cagar Alam G. Dako
Kawasan Cagar Alam G. Dako ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sulawesi
Tengah sebagai kawasan Hutan Suaka Alam dan Wisata, dengan luas lebih
kurang 818 Ha atau 0,21% dari luas wilayah Kabupaten Buol. Kawasan Cagar
Alam G. Dako meliputi 2 wilayah Kabupaten di Sulawesi Tengah yaitu
Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol. Cagar Alam ini ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kehutanan No 238/Kpts II/1999 dengan luas total kawasan
adalah sebesar 19.590,20 Hektar. Bagian terluas dari wilayah Cagar Alam ini
terdapat di Kabupaten Toli-toli.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 32


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Cagar Alam G. Dako terletak di Kecamatan Lakea dengan luas lebih kurang
818 Ha. Jumlah ini relatif kecil dibanding dengan luas kawasan CA. G. Dako
yang lebih kurang 19.590,2 Ha. Pada Kawasan CA. G. Dako merupakan
habitat dari beberapa flora dan fauna endemik khas Sulawesi. Berdasarkan
data dari Ditjen PHKA Departemen Kehutanan tahun 2006 Kawasan CA. G.
Dako merupakan habitat dari pohon Damar, Nyatoh, Meranti, dan Kayu Manis,
serta habitat dari satwa Anoa, Babi Rusa, Monyet Hitam, dan Elang Laut.
2. Kawasan Cagar Alam G. Tinombala
Cagar Alam Gunung Tinombala terletak di Buol, Toli-toli, dan Donggala,
Sulawesi Tengah. Kawasan konservasi ini menempati lahan seluas 37.106,12
Hektar. Diresmikan sebagai cagar alam berdasarkan Menhutbun No. 354/Kpts-
II/1999, 27 Mei 1999.
Luas Kawasan CA. G. Tinombala yang terdapat di Kabupaten Buol lebih
kurang seluas 4.500 Ha (Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2008).
Cagar Alam Gunung Tinombala merupakan habitat dari Pohon Kayu Hitam
(Ebony), Damar, Meranti Putih, Meranti Merah, Palapi, dan Rotan. Sedangkan
fauna khas yang terdapat pada CA. G. Tinombala adalah Ular Phyton, Anoa,
dan Rusa.
3. Kawasan Cekungan Air Tanah Buol
Kawasan ini terletak pada wilayah utara Kabupaten Buol yang mencakup
Kecamatan Lakea, Karamat, Biau, sebagian Momunu dan sebagian Bokat.
Keberadaan kawasan CAT Buol ini memiliki peran strategis dalam menjaga
keseimbangan hidrologi di Kabupaten Buol. Keberadaan kawasan CAT ini yang
sebagian besar berada pada kawasan budidaya nonkehutanan perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah Kabupaten Buol khususnya dalam hal
pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan CAT Buol tersebut.
4. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan ini membentang dari barat ke timur pada wilayah pegunungan
Kabupaten Buol. Kawasan ini memiliki peran strategis dalam menjaga
kelestarian lingkungan dan melindungi kawasan bawahannya dari potensi
bencana alam. Keberadaan hutan lindung yang berada pada wilayah
perbatasan dengan Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Parigi Moutong harus
menjadi perhatian serius untuk menjamin sinkronisasi pola ruang pada kedua
wilayah perbatasan tersebut agar tidak saling merugikan.

C. Kawasan Strategis Pemerintahan


1. Kawasan Pusat Pemerintahan Buol
Pusat pemerintahan Kabupaten Buol saat ini dalam tahap penyelesaian
pembangunan fisik kawasan. Keberadaan kawasan pusat pemerintahan ini
akan memberikan fungsi strategis pelayanan umum kepada masyarakat
Kabupaten Buol. Ketersediaan akses yang memadai pada kawasan ini akan
semakin menambah peran dan fungsinya dalam pelayanan jasa pemerintahan
skala kabupaten. Kebutuhan utama dalam rangka pengembangan kawasan ini
adalah pengendalian pemanfaatan ruang kawasan sekitar pusat pemerintahan
yang secara fisik akan berbatasan langsung dengan pusat perekonomian di

PT. Saranabudi Prakarsaripta 33


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Kabupaten Buol. Diharapkan dengan upaya pengendalian pemanfaatan ruang


yang ketat potensi konflik yang mungkin timbul dapat diminimalisir.
2. Kawasan Ibukota Kecamatan
Kawasan ibukota kecamatan ditempatkan sebagai kawasan strategis karena
setiap pemerintahan kecamatan harus dapat melayani penduduknya dengan
suatu sistem pelayanan yang cepat dan terpadu. Hal ini disebabkan karena
kondisi wilayah perdesaan di Kabupaten Buol pada umunya berjauhan
letaknya, sehingga penduduk akan sangat terbantu apabila pelayanan yang
mereka butuhkan pada saat datang ke ibukota kecamatan tersedia di satu
tempat, dengan kelengkapan dan tingkat pelayanan yang memuaskan.

Gambaran selengkapnya mengenai potensi kawasan strategis di Kabupaten Buol


dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 34


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

1°20'0"N 1°20'0"N

N
HA
Oan
SA
Dako

N
JA
A

LE H
Mendaanbesar

IN
S.

Muara Lakuan

S.P
S.DIU
Lakuan Buol
Lamakan Kano Mokupo
Busak 1 Intam

S.G (h
C
Lakea 1Lakea 1
Lakea 2
Tuinan
draw
Busak 2 #
* Kumaligon
A LU
MP Lakea 2
S.B
O NT O
AN
G
KE
A Karamat Los
BUA A
S.L

!o
YA
Leok 1
TOLI-TOLI Biau

S.P
Lakea Leok 2
*hB

IN
1°10'0"N 1°10'0"N

AM
LI
Kali
Kulango Buol

UL
MO
GO N

A
Pajeko
A
S.O
TO

Bugis
#
*
Lamadong 1Buoyong
TO

P. Raja
IN

Lamadong Negerilama
S.B

*h
Pinamula C
sa
#p Tongon
P. Boki
S.T Momunu
Depak Potugu Bungkudu
Biau hC
Bokat
Tang TangkibulDutuno LiangOyak

#
*Pokobo
Oyak
Lintindu

S.B
W
EL BoilanMomunu Kodolagon Bila Tangmas Bulano
EY
#
*
DoulanBongo Tibu

O
Milato

h(C Bodi Talokan P. Lamari

LO
Diat

!!oh( o
C ! Bunto Lesi Lilito

h#*C P. Panjang P. Tolinggula


Dou

GID
Unone Taat Labuton

(!o
P. Lringit
o
Mekar Tamit Botugolu Paleleh Tolau

UM
Liang
Mopu
#
*
Lonu
Palas
Bokal
Pabean
Sarang
Paleleh Barat Dutuno #
*
PALELEH Yango Umu

h
Poongan Oyak Lokodoka Pololahua
Inalatan Nantu Kualabesar
C
BaturataTalaki
Ulantangan Kotajin
Wawohu

S.BONU BOGU
S.AIR Mayongo
TE RA Hepu
NG Bokat Bendungan
1°0'0"N Gadung Paleleh 1°0'0"N

N
AA

S.M ATINAN
G
*h h
C

AN
C Bunobogu
#

N
S.

PROVINSI GORONTALO

PA
OT

S.
BO
LO
IT

Bukal

S.
L
AN
Keterangan

S.BO

U
KAT
O NG Tiloan
AB

S.B
U OL
/S.T
Sungai
0°50'0"N Garis Pantai 0°50'0"N
S.B

Batas Provinsi
U
KA
L
S.G

Batas Kabupaten
A
SA
NG

Batas Kecamatan
S.
T Arteri
N

S.L

PARIGI MOUTONG U
LA
OTIO

S.T
AM

D
EN O
LA Sistem Perkotaan
BU

G N
K.OG

G I
Lokal
NU

0°40'0"N I 0°40'0"N
*
/K

PKW
.T
OO

h
PO

KAWASAN STRATEGIS ( PKL


Terminal
#
* PPK
Kawasan Strategis Ekonomi !o
NG

Pelabuhan
UTO

#
* PPL
A
S.M

S.M
O LO S
Kawasan Strategis Lingkungan Rencana Jalan Kolektor
p Bandara
IPAT

120°50'0"E 121°0'0"E 121°10'0"E 121°20'0"E 121°30'0"E 121°40'0"E 121°50'0"E 122°0'0"E 122°10'0"E

SKPD DEKONSENTRASI
BIDANG PENATAAN RUANG
DINAS PEKERJAAN UMUM
PROVINSI SULAWESI TENGAH
BANTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW
KABUPATEN BUOL, PROVINSI SULAWESI TENGAH

RENCANA KAWASAN STRATEGIS


KABUPATEN BUOL 2011-2030
Sumber: Peta RBI Skala 1:100.000; Peta Administrasi TopDAM,
Dinas Kehutanan Provinsi Sulteng, 2009, ALOS, 2010, Dinas ESDM Provinsi Sulteng, 2009,
DKP Buol, 2010
0 1.5 3
µ 6 9 12
Miles

Gambar 5.1 Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Buol 2011-2030

PT. Saranabudi Prakarsaripta 35


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

6 Arahan Pemanfaatan Ruang


Kabupaten Buol

Perwujudan RTRW Kabupaten Buol pada dasarnya dilakukan melalui berbagai


program pemanfaatan ruang atau pelaksanaan pembangunan sesuai dengan arahan
rencana. Untuk menyusun program-program pembangunan Kabupaten Buol sesuai
dengan arahan rencana, maka diperlukan suatu indikasi program pembangunan
yang diturunkan dari Rencana Struktur dan Rencana Pola Ruang Kabupaten Buol
sebagaimana tertuang dalam RTRW Kabupaten Buol 2011-2030. Di dalamnya
tercakup program-program pembangunan yang bersifat indikatif, tahapan
pelaksanaan, sumber dana serta institusi pelaksanaannya.

Dalam perumusan indikasi program pembangunan Kabupaten Buol ini


dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Adanya komponen-komponen RTRW Kabupaten Buol yang perwujudannya
membutuhkan implementasi secara langsung dalam bentuk program-program
pembangunan fisik (rencana pemanfaatan ruang, rencana pengembangan
sarana-prasarana, dan rencana pengembangan kawasan prioritas).
2. Adanya kebutuhan untuk melakukan prioritisasi dalam pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan tahapan pembangunan kabupaten.
3. Adanya sumber dana yang berbeda serta perlunya dukungan kelembagaan
untuk melaksanakan program pembangunan.

Program-program yang akan disusun tersebut pada dasarnya masih bersifat


indikatif dan diharapkan menjadi suatu indikator di dalam penyusunan program
pembangunan sektoral oleh instansi untuk jangka panjang. Susunan program
pembangunan sektoral tersebut, tidak dapat terlepas dari kebijakan pembangunan
yang telah digariskan di dalam RPJP Daerah, RPJM daerah serta program-program
pembangunan yang telah disusun oleh instansi untuk jangka menengah.

A. Nama Program
Nama program dari usulan program pemanfaatan ruang yang merupakan
penjabaran dari perwujudan rencana struktur ruang Kabupaten Buol, Rencana Pola
Ruang Kabupaten Buol 2011-2030, dan perwujudan kawasan strategis Kabupaten
Buol.

B. Lokasi Program
Lokasi program dan kegiatan adalah Kabupaten Buol.

C. Besaran Program
Menggambarkan kerangka indikatif volume program.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 36


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

D. Instansi Pelaksana
Menggambarkan tugas dan tanggung jawab institusi pengelola program di
Kabupaten Buol sesuai tupoksi yang telah ditetapkan.

E. Sumber Pendanaan
Menggambarkan pos-pos pembiayaan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan
program baik melalui APBN, APBD, ataupun sumber pembiayaan lain yang sah.

F. Jangka Waktu Pelaksanaan Program


Jangka waktu dan tahapan pelaksanaan program dari rencana pengembangan
kawasan perencanaan didasarkan prioritas pembangunan dan berdasarkan rencana
pembangunan 20 (dua puluh) tahun Kabupaten Buol. Gambaran selengkapnya dari
arahan program pemanfaatan ruang di Kabupaten Buol selama kurun waktu 20
tahun mendatang dapat disajikan dalam tabel berikut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 37


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Tabel 6.1 Arahan Program Pemanfaatan Ruang Kabupaten Buol 2011-2030


Waktu Pelaksanaan
No Program Utama Indikasi Lokasi Indikasi Sumber Dana Instansi Pelaksana
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
A. Perwujudan Struktur Ruang Kabupaten Buol
1. Perwujudan Pusat Kegiatan
1.1 Pembangunan Pusat Pemerintahan Kabupaten Perkotaan Buol
1.1.1 Penataan Lingkungan Kawasan Pusat Pemerintahan APBD DPU, DTRP, Bappeda
1.1.2 DED Penataan Lingkungan Kawasan Pusat Pemerintahan APBD DPU, DTRP, Bappeda
1.1.3 Pembangunan (Finishing) Kawasan Pusat Pemerintahan APBN dan APBD DPU

1.2 Revitalisasi Pusat Perdagangan dan Jasa Kabupaten Buol Perkotaan Buol
1.2.1 Penyusunan Masterplan Revitalisasi Kawasan Pusat Perdagangan Kabupaten Buol APBD DPU, DTRP, Bappeda
1.2.2 Studi Kelayakan dan DED Revitalisasi Kawasan Pusat Perdagangan APBD DPU, DTRP, Bappeda
1.2.3 Pelaksanaan Revitalisasi Kawasan Pusat Perdagangan Buol APBD, APBN, Swasta DPU

1.3 Pengembangan Pusat Perdagangan Komoditas Pertanian Skala Regional Air Terang (Tiloan), Lakea (Lakea), Bokat, Bukal, Bunobogu APBN, APBD, Swasta DPU, Dinas Perindagkop

1.4 Pembangunan Kawasan Bahari Terpadu Lokodidi Kecamatan Gadung


DKP, Dishub, Bappeda, DTRP,
1.4.1 Penyusunan Masterplan Kawasan Bahari Terpadu Lokodidi APBN, APBD, Swasta DPU
DKP, Dishub, Bappeda, DTRP,
1.4.2 FS dan DED Kawasan Bahari Terpadu Lokodidi APBN, APBD, Swasta DPU
1.4.3 Pembangunan Pelabuhan Lokodidi APBN, APBD, Swasta Dishub
1.4.4 Pembangunan Kawasan Industri Perikanan Terpadu APBN, APBD, Swasta DKP, Disperindagkop
1.4.5 Pembangunan Kawasan Wisata Bahari APBN, APBD, Swasta DPU, Diparta

1.5 Pembangunan Kawasan Perkotaan Strategis


1.5.1 Pembangunan Pusat Kegiatan Lokal Buol, Air Terang, Momunu, Lokodidi APBD DPU
1.5.2 Pembangunan Pusat Pelayanan Kawasan Karamat, Bunobogu, Gadung, Bukal, Bokat, Paleleh, Paleleh Barat APBD DPU
1.5.3 Pembangunan Pusat Pelayanan Lingkungan Pusat-Pusat Desa di Seluruh Kabupaten APBD DPU

1.6 Pengendalian Pertumbuhan Kota Berbasis Mitigasi Bencana Seluruh wilayah pada kawasan pesisir Kabupaten Buol APBD DTRP, Bappeda
Wilayah-wilayah yang dekat dengan zona sesar APBD
1.7 Pembangunan KTM Air Terang Tiloan APBN dan APBD Disnakertrans, DPU

2. Perwujudan Sistem Prasarana dan Sarana Wilayah


2.1 Perwujudan Sistem Jaringan Transportasi Darat
2.1.1 Pembangunan Jalan Lingkar Kota Buol (Lakea-Air Terang-Momunu-Bokat) Lakea, Tiloan, Momunu dan Bokat APBN dan APBD DPU
2.1.2 Peningkatan Jalan Kolektor Primer Buol-Parigi Moutong (Boilan-Kota Nagaya) Tiloan APBN dan APBD DPU
2.1.3 Pemantapan Jalan Lokal Seluruh Kecamatan di Kabupaten Buol APBD DPU
2.1.4 Pembangunan Jalan Usaha Tani Seluruh Kecamatan di Kabupaten Buol APBD, APBN DPU, Dinas Pertanian

2.2 Perwujudan Fasilitas Perhubungan Darat


2.2.1 Pemantapan Terminal AUP Bugis, Lamadong dan Leok Biau dan Momunu APBN dan APBD Dishub
2.2.2 Pengembangan Terminal Baru pada Pusat Pengembangan Baru Lakea, Tiloan, Momunu, Bokat, Bukal, Bunobogu, Lokodidi Paleleh APBN dan APBD Dishub
2.2.3 Pengembangan Terminal AUP Perdesaan Seluruh Desa di Kabupaten Buol APBD Dishub

PT. Saranabudi Prakarsaripta 38


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Waktu Pelaksanaan
No Program Utama Indikasi Lokasi Indikasi Sumber Dana Instansi Pelaksana
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030
2.3 Perwujudan Sistem Jaringan Energi dan Ketenagalistrikan
2.3.1 Pengembangan Sumber-sumber Energi Terbarukan
2.3.1.1 Pengembangan Mikro Hidro Bagian hulu sungai utama Kabupaten Buol APBN dan APBD Dinas ESDM
2.3.1.2 Pengembangan Energi Angin Wilayah Pesisir Kabupaten Buol APBN dan APBD Dinas ESDM
2.3.1.3 Pengembangan Bio Energi Berbasis Peternakan Seluruh Desa di Kabupaten Buol APBN dan APBD Dinas ESDM
2.3.1.4 Pengembangan Energi Listrik Matahari Desa-desa yang belum terjangkau Jaringan distribusi PLN APBN dan APBD Dinas ESDM
2.3.2 Pengembangan Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Seluruh Kabupaten Buol Swasta PLN

2.4 Pengembangan Prasarana Sumber Daya Air


2.4 .1 Pendayagunaan Sumber Daya Air
2.4.1.1 Pengembangan Sumber-Sumber Air Baku untuk Rumah Tangga, Perkotaan dan Pertanian Seluruh wilayah Kabupaten Buol APBN dan APBD DPU
2.4.1.2 Pemantapan dan Pemeliharaan Sistem Jaringan Irigasi Teknis dan Setengah Teknis DI Air Terang, DI Lonu, DI Pinamulya dan DI Lakea APBD DPU
2.4.1.3 Peningkatan Sistem Irigasi Sederhana menjadi Setengah Teknis Lakea, Momunu APBD DPU
2.4.1.4 Pemeliharaan Bangunan Bendung di Sungai Buol Momunu APBN dan APBD DPU
2.4.2 Konservasi Sumber Daya Air
2.4.2.1 Pembangunan Bangunan Pengendali Erosi dan Sedimentasi Tiloan, Momunu, Bokat, Bukal, Bunobogu, Gadung APBN dan APBD DPU
2.4.2.1 Pemantapan Kawasan Cekungan Air Tanah Buol Lakea, Momunu, Biau dan Bokat APBN dan APBD DPU
2.4.2.3 Pengendalian Kawasan Sekitar Cekungan Air Tanah Buol Lakea, Momunu, Biau dan Bokat APBN dan APBD DTRP, Bappeda, DPU
2.4.3 Pengendalian Daya Rusak Air
Tiloan, Momunu, Biau, Bokat Lakea, Bunobogu, Bukal, Gadung,
2.4.3.1 Pembangunan dan Pemeliharaan Tanggul Sungai Paleleh, Palaleh Barat APBD DPU
2.4.3.2 Pembangunan Sumur Resapan dan Biopori Seluruh Kecamatan di Kabupaten Buol APBD, Masyarakat DPU, Masyarakat
2.4.3.3 Pembangunan Bangunan Penahan Abrasi Gadung APBN dan APBD DPU
2.4.3.4 Penanganan Abrasi Secara Vegetatif Seluruh wilayah pesisir Kabupaten Buol APBD, Masyarakat DPU, DKP, LSM

2.5 Pengembangan Prasarana dan Sarana ke-Cipta Karya-an


2.5.1 Pengembangan Prasarana Pengelolaan Sampah Seluruh wilayah Kabupaten Buol APBN dan APBD KLH Buol
2.5.2 Pengembangan Prasarana Drainase Permukiman Lakea, Biau, Bokat, Momunu, Bunobogu, Gadung APBN dan APBD DPU
2.5.3 Perbaikan dan Pengembangan Prasarana Pengelolaan Sanitasi Lakea, Biau, Bokat, Momunu, Bunobogu, Gadung APBN dan APBD KLH Buol
2.5.4 Peningkatan dan Pengembangan Prasarana Penyediaan Air Bersih
Perkotaan Lakea, Perkotaan Buol, Perkotaan Lamadong,
2.5.4.1 Peningkatan Pelayanan Air Bersih Perpipaan Perkotaan Perkotaan Lokodidi, Perkotaan Paleleh APBN dan APBD DPU, PDAM
2.5.4.2 Peningkatan Kapasitas Sumber Air Baku melalui Pembangunan Intake dan Reservoir Labuton, Air Terang dan Paleleh APBN dan APBD DPU, PDAM
2.4.4.3 Peningkatan dan Pengembangan Pelayanan Air Bersih Komunal (Perdesaan) Seluruh desa di Kabupaten Buol di luar kawasan perkotaan APBN dan APBD DPU, PDAM
2.5.5 Pengembangan Sarana Perkotaan (Fasilitas Umum) DPU
2.5.5.1 Peningkatan Sarana Pendidikan Seluruh wilayah Kabupaten Buol APBN dan APBD Dinas Pendidikan, DPU
Kecamatan Paleleh Barat (prioritas) dan kecamatan lain di
2.5.5.2 Peningkatan Sarana Kesehatan Kabupaten Buol APBN dan APBD Dinas Kesehatan, DPU
2.5.5.3 Peningkatan Sarana Perekonomian Seluruh Kawasan Perkotaan di Kabupaten Buol APBN dan APBD Dinas Perindagkop, DPU
APBN dan APBD,
2.5.6 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Lakea, Biau, Gadung, Bukal Masyarakat DPU

2.6 Pengembangan Prasarana Telematika


Perkotaan Lakea, Perkotaan Buol, Perkotaan Lamadong,
2.6.1 Pengembangan Sistem Telepon Kabel Perkotaan Lokodidi, Perkotaan Paleleh Swasta PT. Telkom
2.6.1 Pengembangan Sistem Telepon Terestrial Seluruh Kabupaten Buol Swasta Swasta

PT. Saranabudi Prakarsaripta 39


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Waktu Pelaksanaan
No Program Utama Indikasi Lokasi Indikasi Sumber Dana Instansi Pelaksana
2011-2015 2016-2020 2021-2025 2026-2030

B. Perwujudan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Buol


1. Perwujudan Kawasan Lindung
APBN dan APBD, DTRP, Bappeda, Dinas
1.1 Rehabilitasi Pemantapan Kawasan Cagar Alam G. Tinombala dan HSAW G. Dako Tiloan dan Lakea Masyarakat Kehutanan, LSM
Biau, Bokat, Bukal, Bunobogu, Gadung, Karamat, Momunu, APBN dan APBD, DTRP, Bappeda, Dinas
1.2 Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung Paleleh, Paleleh Barat, Tiloan Masyarakat Kehutanan, LSM
Biau, Bokat, Bukal, Bunobogu, Gadung, Karamat, Lakea, APBN dan APBD, DTRP, Bappeda, Dinas
1.3 Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan Lindung Setempat Sempadan Sungai Momunu, Paleleh, Paleleh Barat, Tiloan Masyarakat Kehutanan, LSM
Biau, Bokat, Bukal, Bunobogu, Gadung, Karamat, Lakea, APBN dan APBD, DTRP, Bappeda, Dinas
1.4 Rehabilitasi dan Pemantapan Kawasan Lindung Setempat Sempadan Pantai Paleleh, Paleleh Barat Masyarakat Kehutanan, LSM
Biau, Bokat, Bukal, Bunobogu, Gadung, Karamat, Lakea, APBN dan APBD, DTRP, Bappeda, Dinas
1.5 Pemantauan dan Pengendalian Pola Ruang Pada Kawasan Rawan Bencana Momunu, Paleleh, Paleleh Barat, Tiloan Masyarakat Kehutanan, LSM

2. Perwujudan Kawasan Budidaya


2.1 Pengendalian dan Pemantapan Kawasan Pertanian
Biau, Bokat, Bukal, Bunobogu, Karamat, Lakea, Momunu, APBN dan APBD,
2.1.1 Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pemantapan Produktivitas Pertanian Lahan Basah Paleleh, Tiloan Masyarakat Dinas Pertanian dan Perkebunan
Biau, Bokat, Bukal, Bunobogu, Gadung, Karamat, Lakea, APBN dan APBD,
2.1.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pemantapan Produktivitas Pertanian Lahan Kering Momunu, Paleleh, Paleleh Barat, Tiloan Masyarakat Dinas Pertanian dan Perkebunan
Biau, Bokat, Bukal, Bunobogu, Karamat, Lakea, Momunu, APBN dan APBD,
2.1.3 Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pemantapan Produktivitas Perkebunan Tiloan Masyarakat Dinas Pertanian dan Perkebunan

2.2 Pengendalian dan Pemantapan Kawasan Hutan Produksi


Bokat, Bukal, Bunobogu, Gadung, Lakea, Momunu, Paleleh, APBN dan APBD, DTRP dan Dinas Kehutanan,
2.2.1 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Hutan Produksi Terbatas Paleleh Barat, Tiloan Masyarakat LSM
APBN dan APBD, DTRP dan Dinas Kehutanan,
2.2.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Hutan Produksi Tetap Biau, Bunobogu, Gadung, Karamat, Lakea, Momunu, Tiloan Masyarakat LSM
APBN dan APBD, DTRP dan Dinas Kehutanan,
2.2.3 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Hutan Produksi Konversi Gadung, Karamat, Lakea, Momunu, Paleleh Barat, Tiloan Masyarakat LSM

C. Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten Buol


1. Pengendalian dan Pemantapan Kawasan Perkotaan Buol Kecamatan Biau APBD, Masyarakat DPU
2. Pengendalian dan Pemantapan Kawasan Perkotaan Lakea Kecamatan Lakea APBD, Masyarakat DPU
3. Pengendalian dan Pemantapan Kawasan Perkotaan Lokodidi Kecamatan Gadung APBD, Masyarakat DPU dan DKP
4. Pengendalian dan Pemantapan Kawasan Perkotaan Air Terang Kecamatan Tiloan APBD, Masyarakat DPU dan Disnakertrans
5. Pengendalian dan Pemantapan Kawasan Perkotaan Lamadong Kecamatan Momunu APBD, Masyarakat DPU dan Dishub
6. Pengendalian dan Pemantapan Pusat-pusat Pelayanan Skala Kawasan Ibukota Kecamatan Seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Buol APBD, Masyarakat DPU

PT. Saranabudi Prakarsaripta 40


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

7 Ketentuan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


proses penataan ruang. Pemanfaatan ruang dalam pelaksanaannya tidak selalu
sejalan dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Ketidaksesuaian atau
pelanggaran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tekanan
perkembangan pasar terhadap ruang, belum jelasnya mekanisme pengendalian dan
lemahnya penegakan hukum. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa untuk mewujudkan
terciptanya pembangunan yang tertib ruang diperlukan tindakan pengendalian
pemanfaatan ruang. Kecenderungan penyimpangan tersebut dapat terjadi karena
produk rencana tata ruang kurang memperhatikan aspek-aspek pelaksanaan
(pemanfaatan ruang) atau sebaliknya bahwa pemanfaatan ruang kurang
memperhatikan rencana tata ruang.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Buol diperlukan


untuk mewujudkan pembangunan yang tertib berdasarkan rencana tata ruang yang
telah disusun dalam RTRW ini. Berdasarkan UU No. 26/2006 pasal 35 diuraikan
bahwa Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui penetapan peraturan
zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Pada
pasal 36 disebutkan bahwa peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan daerah.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten pada dasarnya
berisikan (1) Arahan Zonasi, (2) Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, (3)
Arahan Perijinan, dan (4) Arahan Sanksi. Berikut ini dikemukakan arahan-arahan
tersebut.

7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Pola Ruang


Arahan Zonasi merupakan arahan yang terkait dengan kepentingan perijinan yang
menjadi wewenang Kabupaten dengan pola ruang wilayah Kabupaten. Yang
termasuk dalam kategori ini adalah arahan peraturan zonasi kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Arahan ini mengkaitkan antara pola pemanfaatan ruang yang
ada di Kabupaten Buol dengan kegiatan yang mungkin diajukan oleh berbagai pihak
untuk dimintakan perijinannya.

Pertimbangan dalam penyusunan arahan zonasi pemanfaatan ruang Kabupaten


Buol dapat diikuti pada Tabel 7.1. Adapun untuk kegiatan transportasi sekitar jalan
nasional, provinsi, dan kabupaten, beberapa indikasi arahan zonasi yang dapat
menjadi pertimbangan dalam penetapan arahan zonasi pada kriteria ini adalah
sebagai berikut:

PT. Saranabudi Prakarsaripta 41


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

1. Pemanfaatan ruang di sepanjang jalan Nasional dan Provinsi dengan fungsi


arteri dan kolektor perlu dilakukan pembatasan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu pergerakan regional dengan kecepatan menengah.
2. Pemanfaatan ruang di sekitar jalan strategis Kabupaten, harus dapat
menunjang fungsi kawasan-kawasan strategis yang terhubung oleh jalan
tersebut
3. Penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan arteri, kolektor dan lokal
disesuaikan dengan kepentingan dan kecepatan pergerakan di jalan
Kabupaten.

Lebih lanjut mengenai arahan zonasi dipaparkan pada Tabel 7.1 berikut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 42


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Tabel 7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten Buol
Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Deskripsi
Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
A. Kawasan Lindung
A.1 Kawasan Lindung yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok Kegiatan yang diperbolehkan: Hutan lindung di Kabupaten Buol mencakup areal
sebagai perlindungan sistem penyangga Wisata alam yang tidak berpotensi merusak ekologi seluas 70.313,50 Ha yang tersebar di Kecamatan
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah kawasan hutan lindung Tiloan, Biau, Momunu, Gadung, Bukal, Paleleh,
banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara Kegiatan penelitian dan pendidikan yang tidak Paleleh Barat.
kesuburan tanah. mengganggu ekosistem pada kawasan hutan lindung
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Buol Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat:
memiliki karakteristik vegetasi hutan tropis khas Aktivitas pertambangan mineral strategis, sebagaimana
Sulawesi diatur dalam UU No 4 Tahun 2009
Kegiatan yang tidak diperbolehkan:
Aktivitas budidaya yang memberikan ancaman besar
terhadap keberlanjutan lingkungan
A.2 Kawasan Lindung Setempat
A.2.1 Sempadan Sungai Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang Kegiatan yang diperbolehkan: Sempadan Sungai ditetapkan sebesar 50-100 meter
kiri kanan sungai, yang mempunyai manfaat 1. Wisata Alam yang memberikan dampak kecil di sepanjang sungai Buol dan Sungai Lantikadigo, S.
penting untuk mempertahankan kelestarian terhadap keberlanjutan kualitas air sungai Lonu, S. Bunobogu, S. Bulagidun, S. Bodi, S.
fungsi sungai. Tujuan perlindungan sempadan 2. Pertanian Tanaman Keras Timbulon (Orde 1), dan 50 meter di sepanjang aliran
sungai adalah untuk melindungi sungai dari Kegiatan yang tidak diperbolehkan: sungai orde 2 dan 3.
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan Aktivitas budidaya yang merusak bentang alam dan
merusak kualitas air sungai, mengamankan berpotensi mengganggu aliran air, mencemari air sungai
aliran sungai dan mencegah terjadinya erosi seperti permukiman, pertambangan galian C,
sedimen pinggiran sungai pertambangan yang tidak ramah lingkungan dengan
menggunakan logam berat tanpa dilengkapi dengan
IPAL
A.3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, Dan Cagar Budaya
A.3.1 Cagar Alam G. Dako Kawasan Cagar Alam G. Dako ditetapkan dalam Kegiatan yang diperbolehkan: Cagar Alam ini ditetapkan melalui Keputusan
RTRW Provinsi Sulawesi Tengah sebagai 1. Wisata Alam yang memberikan dampak kecil Menteri Kehutanan No 238/Kpts II/1999 dengan luas
kawasan Hutan Suaka Alam dan Wisata, terhadap keberlanjutan ekosistem pada Kawasan total kawasan adalah sebesar 19.590,20 Hektar.
dengan luas lebih kurang 818 Ha atau 0,21% Cagar Alam Bagian terluas dari wilayah Cagar Alam ini terdapat
dari luas wilayah Kabupaten Buol. Kawasan 2. Kegiatan penelitian flora dan fauna di Kabupaten Toli-toli.
Cagar Alam G. Dako meliputi 2 wilayah Kegiatan yang tidak diperbolehkan: Cagar Alam G. Dako terletak di Kecamatan Lakea
Kabupaten di Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten 1. Aktivitas budidaya pertanian dengan luas lebih kurang 818 Ha. Jumlah ini relatif
Toli-toli dan Kabupaten Buol. 2. Aktivitas budidaya permukiman kecil dibanding dengan luas kawasan CA G. Dako
Pada Kawasan CA. G. Dako merupakan habitat 3. Aktivitas lainnya yang mengganggu keberlanjutan yang lebih kurang 19.590,2 Ha
dari beberapa falora dan fauna endemik khas ekosistem di Kawasan Cagar Alam G. Dako

PT. Saranabudi Prakarsaripta 43


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Deskripsi
Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
Sulawesi. Berdasarkan data dari ditjen PHKA
Departemen Kehutanan tahun 2006 Kawasan
CA. G. Dako merupakan habitat dari pohon
Damar, Nyatoh, Meranti, dan Kayu Manis serta
habitat dari satwa Anoa, Babi Rusa, Monyet
Hitam, dan Elang Laut.
A.3.2 Cagar Alam G. Tinombala Cagar Alam Gunung Tinombala terletak di Buol, Kegiatan yang diperbolehkan: Diresmikan sebagai Cagar Alam berdasarkan
Toli-toli, dan Donggala, Sulawesi Tengah. 1. Wisata Alam yang memberikan dampak kecil Menhutbun No. 354/Kpts-II/1999, 27 Mei 1999.
Kawasan konservasi ini menempati lahan seluas terhadap keberlanjutan ekosistem pada Kawasan Kawasan CA. G. Tinombala yang terdapat di
37.106,12 hektar. Luas Cagar Alam Gunung Cagar Alam Kabupaten Buol lebih kurang seluas 4.500 Ha
Tinombala merupakan habitat dari Pohon Kayu 2. Kegiatan penelitian flora dan fauna (Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2008)
Hitam (Ebony), Damar, Meranti Putih, Meranti Kegiatan yang tidak diperbolehkan:
Merah, Palapi, dan Rotan. Sedangkan fauna 1. Aktivitas budidaya pertanian
khas yang terdapat pada CA. G. Tinombala 2. Aktivitas budidaya permukiman
adalah Ular Phyton, Anoa, dan Rusa. 3. Aktivitas lainnya yang mengganggu keberlanjutan
ekosistem
A.4 Kawasan Rawan Bencana Alam
A.4.1 Kawasan Rawan Longsor Resiko kelongsoran dapat diidentifikasi Kegiatan yang tidak diperbolehkan: Kawasan rawan longsor di Kabupaten Buol tersebar
berdasarkan pada jenis butiran tanah yang Lahan dengan tingkat kepekaan tinggi tidak di Kecamatan Bukal, Bokat, dan Bunobogu
membentuk lapisan tanah. Tiap jenis tanah direkomendasikan untuk budidaya pertanian,
mempunyai tingkat kepekaan terhadap longsor pembangunan infrastruktur, atau perumahan.
yang berbeda. Kepekaan tanah terhadap Kegiatan yang diperbolehkan:
longsor dinilai dengan cara menjumlahkan skor 1. Pemanfaatan ruang untuk fungsi perlindungan
dari masing-masing faktor. Tanah dengan dengan vegetasi permanen (hutan)
jumlah skor 6-10 digolongkan sebagai lahan 2. Kegiatan pertanian lahan kering dengan jenis
dengan tingkat kepekaan rendah, skor 11-15 tanaman tahunan
kepekaan sedang, dan 16-22 kepekaan tinggi.
A.4.2 Kawasan Rawan Gempa dan Gerakan Kawasan rawan gempa bumi adalah kawasan Kegiatan yang diperbolehkan: Berdasarkan pada data resiko kegempaan di
Tanah yang pernah atau berpotensi mengalami Pemanfaatan ruang non budidaya Indonesia, Kabupaten Buol (dalam hal ini Pulau
kerusakan akibat gempa bumi. Terjadinya Aktivitas pertanian lahan kering, perkebunan Sulawesi) memiliki resiko yang cukup tinggi yaitu
dampak yang disebabkan oleh gempabumi Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat: antara 0,15-0,35g. Keberadaan patahan yang
adalah patahan di permukaan, goncangan Aktivitas permukiman yang berada di luar zona sesar tersebar semakin memberikan gambaran yang jelas
tanah, pelulukan atau pencairan tanah, tsunami, yang menggunakan konstruksi tahan gempa tentang resiko bencana kegempaan di Kabupaten
retakan tanah permukaan, longsoran/gerakan Kegiatan yang tidak diperbolehkan: Buol.
tanah, dan amblesan. Permukiman padat tanpa konstruksi tahan gempa
Kabupaten Buol yang memiliki banyak sesar
memiliki resiko gempa yang cukup besar

PT. Saranabudi Prakarsaripta 44


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Deskripsi
Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
A.4.3 Kawasan Rawan Banjir Kawasan yang memiliki kerentanan terhadap Kegiatan yang diperbolehkan: Kejadian ini tidak terlepas dari pengelolaan lahan
limpasan air hujan yang tidak tertampung oleh Aktivitas budidaya pertanian tanaman pangan, pada kawasan hulu yang kurang memperhatikan
sistem drainase alam yang ada. perkebunan aspek konservasi tanah, sehingga potensi limpasan
Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat: air bertambah besar seiring dengan perubahan
Kegiatan budidaya permukiman yang dilengkapi dengan tutupan lahan, dampak lainnya adalah erosi dan
prasyarat tertentu untuk menyikapi banjir, misal sedimentasi pada Sungai Buol dan sedimentasi
bangunan rumah tinggal dengan arsitektur panggung pada muara sungai Buol. Sebagai akibatnya daya
tampung sungai menjadi menurun dan tidak mampu
lagi menampung secara optimal limpasan air hujan
saat debit puncak.
B. Kawasan Budidaya
B.1 Kawasan Budidaya Hutan Produksi
Kawasan Budidaya Hutan Produksi Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan Kegiatan yang dipebolehkan: Luas kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten
yang digunakan sebagai tempat memproduksi memanfaatkan ruang beserta sumber daya hutan, Buol adalah 98.565,18 Ha.
hasil hutan. Pemanfaatan hasil hutan ini harus dengan cara tebang pilih dan tanam untuk menghasilkan Persebaran Kawasan Hutan Produksi Terbatas di
mempertimbangkan perlindungan dan hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, Kabupaten Buol mencakup wilayah sebagai berikut:
pelestarian lingkungan hidup, sehingga potensi industri dan ekspor dengan tetap memelihara kelestarian 1. Bokat (1.880,08 Ha)
yang ada dapat mencukupi penyediaan sumber lingkungan dan keanekaragaman. 2. Bukal (4.380,63 Ha)
bahan baku bagi industri pengolahan hasil hutan Kegiatan pertambangan mineral strategis sebagaimana 3. Bunobogu (7.119,31 Ha)
secara berlanjut dan dapat mendukung diatur dalam UU No 4 Tahun 2009 dan harus mendapat 4. Gadung (9.663,15 Ha)
pembangunan sektor lainnya. Menurut jenisnya, persetujuan Menteri Kehutanan 5. Lakea (7.280,30 Ha)
kawasan ini terbagi menjadi hutan produksi 6. Momunu (105,08 Ha)
terbatas dan hutan produksi tetap 7. Paleleh (10.673,92 Ha)
8. Paleleh Barat (2.506,51 Ha)
9. Tiloan (54.956,20 Ha)
Luas Kawasan Hutan Produksi Tetap di Kabupaten
Buol adalah 21.247,35 Ha, yang tersebar di
beberapa kecamatan sebagai berikut.
1. Biau (919,96 Ha)
2. Bunobogu (1,64 Ha)
3. Gadung (4,94 Ha)
4. Karamat (1,34 Ha)
5. Lakea (6.172,71 Ha)
6. Momunu (1.142,24 Ha)
7. Tiloan (13.004,53 Ha)

PT. Saranabudi Prakarsaripta 45


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Deskripsi
Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
Luas Kawasan Hutan Produksi yang dapat
dikonversi adalah 9.497,55 Ha, dengan persebaran
sebagai berikut:
1. Gadung (666,79 Ha)
2. Karamat (930,12 Ha)
3. Lakea (964,20 Ha)
4. Momunu (1.707,79 Ha)
5. Paleleh Barat (2.360,10 Ha)
6. Tiloan (3.168,20 Ha)
B.2 Pertanian
B.2.1 Pertanian Lahan Basah Pengembangan budidaya usahatani merupakan Kegiatan yang diperbolehkan: Kawasan pengembangan Pertanian lahan basah di
usaha budidaya integral, dan bersifat universal, Usaha Mina Tani Kabupaten Buol tersebar di Kecamatan Lakea, Biau,
dimana memandang kawasan sebagai titik Kegiatan yang tidak diperbolehkan: Momunu, serta memiliki potensi untuk dapat dilalui
sentral pembangunan komoditas dalam upaya Kegiatan pemanfaatan ruang yang menyebabkan jaringan irigasi alam dan buatan. Luasan pertanian
meningkatkan produksi dan produktivitas perubahan fungsi pertanian lahan basah menjadi fungsi lahan basah di Kabupaten Buol per kecamatan
sumberdaya lahan. budidaya non pertanian adalah sebagai berikut.
1. Biau (269,50 Ha)
2. Bokat (405,67 Ha)
3. Bukal (2.434,33 Ha)
4. Bunobogu (241,22 Ha)
5. Karamat (64,92 Ha)
6. Lakea (519,16 Ha)
7. Momunu (4.752,86 Ha)
8. Paleleh (88,39 Ha)
9. Tiloan (420,39 Ha)
B.2.2 Pertanian Lahan Kering Pengembangan budidaya usahatani merupakan Kegiatan yang diperbolehkan: Pertanian lahan kering tersebar secara merata di
usaha budidaya integral, dan bersifat universal, Konversi lahan pertanian lahan kering menjadi seluruh kecamatan di Kabupaten Buol dan
dimana memandang kawasan sebagai titik perkebunan diarahkan pada wilayah hilir dari Kabupaten Buol.
sentral pembangunan komoditas dalam upaya Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat: Persebaran kawasan pertanian lahan kering per
meningkatkan produksi dan produktivitas Perubahan lahan menjadi permukiman kecamatan adalah sebagai berikut.
sumberdaya lahan. 1. Biau (3.798,84 Ha)
2. Bokat (8.346,91 Ha)
3. Bukal (7.266,45 Ha)
4. Bunobogu (8.667,07 Ha)
5. Gadung (4.990,85 Ha)
6. Karamat (7.266,77 Ha)
7. Lakea (2.293,65 Ha)

PT. Saranabudi Prakarsaripta 46


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Deskripsi
Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
8. Momunu (11.769,04 Ha)
9. Paleleh (13.252,28 Ha)
10. Paleleh Barat (7.706,95 Ha)
11. Tiloan (777,91 Ha)
B.2.3 Perkebunan Pengembangan kawasan perkebunan memiliki Kegiatan yang diperbolehkan: Kawasan perkebunan tersebar di beberapa
arti penting dalam pengembanan wilayah di 1. Perkebunan tanaman keras kecamatan di Kabupaten Buol antara lain:
Kabupaten Buol, mengingat kontribusi sektor 2. Perkebunan tanaman tahunan 1. Biau (499,93 Ha)
perkebunan yang cukup berarti dalam 3. Perkebunan hortikultura 2. Bokat (285,43 Ha)
pengembangan wilayah di Kabupaten Buol, Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat adalah 3. Bukal (12.520,67 Ha)
serta fungsi konservasi terhadap lingkungan, kegiatan perkebunan yang menyebabkan perubahan 4. Bunobogu (1.021,05 Ha)
maka upaya secara ekstensif masih dapat iklim mikro dan yang menimbulkan potensi erosi yang 5. Karamat (3.482,48 Ha)
dilakukan besar 6. Lakea (6.616,39 Ha)
7. Momunu (10.701,21 Ha)
8. Tiloan (35.705,31 Ha)
B.2.4 Kawasan Perikanan Budidaya Kawasan perikanan budidaya memiliki peranan Kegiatan yang diperbolehkan: Kawasan perikanan budidaya berupa tambak
strategis di masa mendatang bagi nelayan di Kegiatan budidaya tambak yang tidak merusak tersebar di kecamatan-kecamatan sebagai berikut.
Kabupaten Buol. Kawasan perikanan budidaya lingkungan, misalnya dengan penebangan vegetasi 1. Biau (2,37 Ha)
diarahkan untuk menempati kawasan pada bakau untuk membuka tambak 2. Bokat (201,96 Ha)
sekitar muara sungai dan pinggiran pantai dan Membangun saluran pasok untuk suplai air ke dalam 3. Bunobogu (5,36 Ha)
dapat pula menempati kawasan lindung tambak 4. Gadung (31,09 Ha)
setempat sempadan pantai yang bukan Membangun prasarana dan sarana pengolahan limbah 5. Karamat (9,53 Ha)
merupakan hutan mangrove. tambak 6. Lakea (96,04 Ha)
Pengembangan perikanan budidaya pada masa Kegiatan yang tidak diperbolehkan: 7. Paleleh (32,93 Ha)
mendatang akan memberikan kontribusi Aktivitas industri yang memberikan dampak pencemaran
signifikan terhadap masyarakat nelayan terhadap badan air
Kabupaten Buol sebagai alternatif produksi Membuka lahan tambak di luar batas daya dukung
perikanan apabila perikanan tangkap sulit untuk kawasan
ditingkatkan seiring dengan fenomena anomali
iklim yang menyebabkan gangguan pada para
nelayan tangkap dalam melakukan aktivitasnya.
Sebagai gambaran kondisi ini sudah banyak
terjadi pada nelayan pada wilayah pantura Jawa
yang kesulitan menangkap ikan akibat cuaca
buruk yang ekstem di wilayah tersebut, di satu
sisi para nelayan tangkap tidak memiliki lahan
untuk budidaya perikanan, akibatnya banyak
nelayan yang terpaksa kehilangan pendapatan
selama musim pancaroba tersebut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 47


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Deskripsi
Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
B.3 Kawasan Pertambangan
Kawasan Pertambangan Kawasan pertambangan di Kabupaten Buol Kegiatan yang diperbolehkan: Potensi tambang di Kabupaten Buol meliputi
mencakup pertambangan mineral logam dan Penambangan secara ramah lingkungan tambang emas di Kecamatan Paleleh dan galian C
non logam Kegiatan yang tidak diperbolehkan: pada sungai-sungai utama di Kabupaten Buol
Usaha tambang yang merusak lingkungan, dan
berpotensi mencemari sumber air
B.4 Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata Pengelolaan kawasan pariwisata dilakukan Kegiatan yang diperbolehkan:
untuk memanfaatkan potensi keindahan alam Aktivitas Wisata Alam
dan budaya guna mendorong perkembangan Kegiatan yang diperkenankan dengan syarat:
pariwisata dengan memperhatikan kelestarian Pembangunan pondok wisata
nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan Kegiatan yang tidak diperkenankan:
keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan Aktivitas Ruang yang berpotensi merusak ekosistem dan
pembangunan yang berkelanjutan keanekaragaman hayati di kawasan hutan wisata
B.5 Kawasan Permukiman
B.5.1 Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan Permukiman Perkotaan Pengembangan kawasan permukiman Kegiatan yang diperbolehkan: Sesuai dengan arahan rencana struktur ruang, maka
perkotaan diarahkan untuk menopang kegiatan- Permukiman dengan kepadatan rendah kawasan perkotaan yang direncanakan di
kegiatan distribusi, koleksi dan pelayanan umum Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat: Kabupaten Buol terdiri dari:
serta produksi komoditas berbasis pertanian. Industri kecil berbasis komoditas pertanian 1. Kawasan perkotaan untuk menunjang kegiatan
Dimana kedekatan jarak antara permukiman dan Penambahan aktivitas perdagangan yang bersifat fungsi perdagangan skala regional yang diarahkan di
kegiatan produksi merupakan kebutuhan yang tambahan misalnya warung Kecamatan Buol, Bugis, Kali, dan Leok
perlu difasilitasi. Kegiatan yang tidak diperbolehkan 2. Kawasan perkotaan yang berfungsi pusat
Membangun industri skala menengah pemerintahan skala kabupaten yang
Membangun pusat perdagangan direncanakan berlokasi di Leok 2 dengan
wilayah pengaruh mencakup seluruh kecamatan
di Kabupaten Buol
3. Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai
pusat pelayanan skala lokal yang tersebar di
Kecamatan Lakea, Gadung, dan Tiloan
4. Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai
pusat penyebaran kecamatan yaitu ibukota
kecamatan untuk setiap kecamatan di
Kabupaten Buol diluar yang ditetapkan sebagai
PKW dan PKL

PT. Saranabudi Prakarsaripta 48


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Deskripsi
Kabupaten Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
B.5.2 Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan Permukiman Perdesaan Permukiman Perdesaan di Kabupaten Buol Kegiatan yang diperbolehkan: Kawasan permukiman perdesaan diarahkan pada
terdiri dari permukiman transmigrasi dan Permukiman dengan kepadatan rendah kawasan-kawasan yang berada pada wilayah hulu
permukiman penduduk lokal. Permukiman ini Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat: Kabupaten Buol, antara lain di Kecamatan Tiloan,
walaupun umumnya sederhana namun sudah 1. Industri kecil berbasis komoditas pertanian Kecamatan Bukal bagian selatan, Kecamatan
cukup layak untuk dihuni. Permukiman 2. Penambahan aktivitas perdagangan yang bersifat Bunobogu bagian selatan, Kecamatan Gadung
perdesaan tersebar secara merata di masing- fungsi tambahan misalnya warung bagian selatan, kecamatan Paleleh, dan Kecamatan
masing desa di Kabupaten Buol, khususnya 3. Kegiatan yang tidak diperbolehkan Paleleh Barat
Tiloan, Bokat, Bukal. Keberadaan kawasan 4. Membangun industri skala menengah
permukiman yang ada saat ini sebagian 5. Membangun pusat perdagangan
berlokasi di kawasan lindung atau sekitar
kawasan lindung jika masih memungkinkan
dapat dipertahankan dan perkembangannya
dibatasi sehingga tidak merusak kawasan
lindung
Sumber: Rumusan Tim Perencana, 2010

PT. Saranabudi Prakarsaripta 49


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

7.2 Ketentuan Perizinan Pemanfaatan Ruang


Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan
ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana
tata ruang. Izin pemanfaatan ruang diatur dan diterbitkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan
izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif, sanksi pidana
penjara, dan/atau sanksi pidana denda (UUPR No. 26 Tahun 2007).

Bila mekanisme perijinan tidak berjalan dengan baik, maka penertiban akan sulit
untuk dilakukan. Mekanisme perijinan juga menjadi perangkat insentif dan
disinsentif untuk mendorong perkembangan atau menghambat pemanfaatan ruang,
sehingga harus berlangsung seefektif dan seefisien mungkin. Mekanisme perijinan
yang merupakan langkah-langkah formal yang harus dilaksanakan dalam rangka
penguasaan, pemanfaatan dan pembangunan lahan, dengan urutan sebagai
berikut:
1. Pengurusan Ijin Lokasi
Merupakan ijin yang diberikan berdasarkan rekomendasi Bupati untuk
memperoleh tanah bagi keperluan pembangunan suatu proyek. Ijin ini
diperlukan bila pelaku proyek belum memiliki lahan ataupun membutuhkan
pembebasan sejumlah lahan tertentu.
2. Pengurusan Ijin Peruntukan Penggunaan tanah (IPPT)
Merupakan perijinan pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk
pembangunan suatu fungsi tertentu yang didasarkan kepada kesesuaian
rencana peruntukan lahan. Dasar hukumnya dapat diatur Peraturan Daerah
tentang Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah di Kabupaten Buol.
3. Pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
Merupakan perijinan yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman
untuk melaksanakan pembangunan fisik di atas lahan yang telah ditetapkan
ijin lokasi dan IPPT-nya serta dipenuhinya persyaratan pembangunan seperti
konstruksi, rencana tata letak, dan sebagainya berdasarkan Perda tentang
Bangunan yang harus dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Buol.
4. Pengurusan Ijin dan rekomendasi lainnya
Setelah IMB dipenuhi pelaku kegiatan usaha perlu mengurus ijin lainnya
seperti Ijin Gangguan (HO), Ijin Jalan Masuk, dan sebagainya serta
rekomendasi lalu lintas, amdal, kebakaran, dan lainnya dari dinas terkait.

Khusus untuk pemanfaatan lahan berdampak kecil dan setiap permohonan


perubahan pemanfaatan lahan hanya diajukan kepada Dinas yang bersangkutan
untuk diperiksa kesesuaiannya dengan rencana. Perubahan berdampak stratagis
melibatkan Bappeda dan BKPRD dengan mengikuti prosedur perijinan pemanfaatan
lahan berdampak besar.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 50


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Pada prakteknya, masyarakat (perorangan) atau badan usaha swasta yang


melakukan perubahan kecil pemanfaatan lahan/bangunan sebagai wadah aktifitas
komersialnya, hanya mengurus ijin usaha (SIUP), mengurus ijin perubahan atau
penyesuaian IMB (misalnya dari bangunan perumahan ke komersial) pada Dinas
Bangunan, dan ijin gangguan (HO) tanpa mengurus ijin perencanaan (IPPT) ke
Dinas Permukiman dan Tata Ruang/PU/Bappeda. Sebagian besar kegiatan komersial
di beberapa lokasi masih menggunakan IMB asli (umumnya tempat tinggi) dan
bahkan ada yang beroperasi tanpa ijin.

Khusus untuk Ijin Mendirikan Bangunan, sebaiknya sebagian wewenang


dilimpahkan ke pihak kecamatan, yaitu pengurusan IMB untuk lahan seluas ≤
100 m2 dan luas bangunan yang akan dibangun ≤ 70 m2. Namun, karena
keterbatasan kemampuan sumber daya di tingkat kecamatan, wewenang pemberian
ijin tersebut dilakukan oleh cabang dinas pada wilayah terkait yang ditempatkan di
kantor kecamatan. Mekanisme perijinan terkait pola ruang dalam RTRW Kabupaten
Buol dapat digambarkan sebagai berikut (lihat gambar 7.1).

7.3 Ketentuan Insentif-Disinsentif


Penerapan insentif atau disinsentif secara terpisah dilakukan untuk perizinan skala
kecil/individual sesuai dengan peraturan zonasi, sedangkan penerapan insentif dan
disinsentif secara bersamaan diberikan untuk perizinan skala besar/kawasan karena
dalam skala besar/kawasan dimungkinkan adanya pemanfaatan ruang yang
dikendalikan dan didorong pengembangannya secara bersamaan.

Insentif dapat diberikan antar pemerintah daerah yang saling berhubungan berupa
subsidi silang dari daerah yang penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan
dampak kepada daerah yang dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam
hal pemerintah memberikan preferensi kepada swasta sebagai imbalan dalam
mendukung perwujudan rencana tata ruang.

Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 UU no 26 Tahun 2007, yang


merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang, dan kurun saham;
b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.

Disinsentif berupa pengenaan pajak yang tinggi dapat dikenakan untuk


pemanfaatan ruang yang tidak sesuai rencana tata ruang melalui penetapan nilai
jual objek pajak (NJOP) dan nilai jual kena pajak (NJKP) sehingga pemanfaat ruang
membayar pajak lebih tinggi. Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 UU

PT. Saranabudi Prakarsaripta 51


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

no 26 Tahun 2007, yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi


pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata
ruang, berupa:
a. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang; dan/atau
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.


Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;
b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan
c. pemerintah kepada masyarakat.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 52


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

KEPALA DINAS TATA RUANG KEPALA DINAS TATA RUANG


DAN PERMUKIMAN DAN PERMUKIMAN

Gambar 7.1 Mekanisme Perijinan Terkait Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Buol


(sumber: Rumusan Tim Perencana, 2010)

PT. Saranabudi Prakarsaripta 53


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Tabel 7.2 Perangkat Insentif-Disinsentif Penataan Ruang di Kabupaten Buol 2011-2030


Kawasan Sub Arahan Kegiatan Arahan Insentif dan Disinsentif
Lindung Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Dengan Syarat Dilarang Aspek Ekonomi Aspek Fisik
Kawasan Hutan 1. Kegiatan yang menunjang fungsi dan 1. Kegiatan budidaya yang sudah ada di 1. kegiatan yang dapat mengakibatkan 1. Perangkat disinsentif ekonomis bagi Pemberian insentif berupa:
perlindungan Lindung kelestarian hutan lindung seperti: kawasan hutan lindung yang tidak perubahan keutuhan Kawasan Hutan kegiatan usaha di bidang wisata agar 1. Pemberian kemudahan ijin dan bibit tanaman
kawasan a. rehabilitasi kawasan hutan lindung mendukung fungsi lindung secara bertahap Lindung. fungsi lindung terpenuhi, berupa untuk perorangan/ organisasi/ perusahaan yang
bawahannya yang rusak (sesuai dengan dikembalikan pada fungsi utama kawasan. 2. mengubah bentang alam kawasan yang pengenaan biaya dampak pembangunan melakukan rehabilitasi kawasan hutan lindung
peraturan yang berlaku) 2. Proses peralihan fungsi ini dilaksanakan mengusik atau mengganggu kehidupan secara progresif. fisiografis yang rusak
b. pemasangan patok batas hutan sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan tumbuhan dan satwa, seperti: 2. Perangkat disinsentif ekonomis bagi 2. Pemberian penghargaan (secara materiil dan non
lindung ekonomi setempat, dan kemampuan  melakukan perburuan terhadap satwa kegiatan budidaya yang memanfaatkan materiil ) bagi perorangan/ organisasi/ perusahaan
2. Kegiatan Budidaya yang diperbolehkan pemerintah dengan pengembalian yang adil. yang berada di dalam kawasan; areal hutan lindung, berupa pengenaan yang melakukan rehabilitasi kawasan hutan lindung
adalah sebagai berikut:  memasukkan jenis-jenis tumbuhan dan pajak khusus secara progresif. fisiografis yang rusak
a. penelitian dan pengembangan; satwa bukan asli ke dalam kawasan; 3. Pengaturan insentif ini akan disesuaikan dengan
b. ilmu pengetahuan;  memotong, merusak, mengambil, Secara umum perangkat disinsentif ini peraturan yang berlaku atau dibuat kemudian.
c. pendidikan; dan menebang, dan memusnahkan tumbuhan berpengaruh pada aspek fiskal daerah
d. kegiatan penunjang budidaya dan satwa dalam dan dari kawasan; (sumber penerimaan daerah) sebagai Pemberian disinsentif berupa:
seperti wisata alam/ ekowisata.  menggali atau membuat lubang pada kompensasi biaya pemulihan dan 1. Pelarangan pemberian utilitas umum terhadap
3. Masyarakat di sekitar hutan tanah yang mengganggu kehidupan pemeliharaan lingkungan. Nilainya dihitung kegiatan budidaya yang mengurangi fungsi
mempunyai kewajiban ikut serta tumbuhan dan satwa dalam kawasan; berdasarkan persentase tertentu atas lindung.
dalam usaha pencegahan dan  Dilarang melakukan penebangan pohon besarnya kerusakan lingkungan yang 2. Pencabutan, penangguhan ijin operasional
pemadaman kebakaran hutan. dalam radius/jarak tertentu dari mata air, dilakukan. perusahan bagi
4. Ketentuan-ketentuan tentang usaha tepi jurang, waduk, sungai, dan anak perorangan/organisasi/perusahaan yang
pencegahan dan pemadaman sungai yang terletak di dalam kawasan melakukan rehabilitasi kawasan hutan lindung
kebakaran hutan diatur dengan hutan, hutan cadangan dan hutan fisiografis yang rusak
Peraturan Daerah Tingkat I dengan lainnya. 3. Tindak pidana (sesuai peraturan/UU yang berlaku)
memperhatikan petunjuk Menteri.  Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang bagi perorangan/organisasi/perusahaan yang
bertujuan untuk mengambil bahan-bahan terbukti melakukan perusakan kawasan hutan
galian yang dilakukan di dalam kawasan lindung
hutan atau hutan cadangan, diberikan
oleh instansi yang berwenang setelah
mendapat persetujuan Menteri.
 Dalam hal penetapan areal yang
bersangkutan sebagai kawasan hutan
dilakukan setelah pemberian izin
eksplorasi dan eksploitasi, maka
pelaksanaan lebih lanjut kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi tersebut harus
sesuai dengan petunjuk Menteri.
 Selain dari petugas-petugas kehutanan
atau orang-orang yang karena tugasnya
atau kepentingannya dibenarkan berada
di dalam kawasan hutan, siapapun
dilarang membawa alat-alat yang lazim
digunakan untuk memotong, menebang,
dan membelah pohon di dalam kawasan
hutan.
 Setiap orang dilarang melakukan
penebangan pohon-pohon dalam hutan
tanpa izin dari pejabat yang berwenang.
 Setiap orang dilarang mengambil/
memungut hasil hutan lainnya tanpa izin
dari pejabat yang berwenang.
 Setiap orang dilarang membakar hutan
kecuali dengan kewenangan yang sah.
 Penggembalaan ternak dalam hutan,
pengambilan rumput, dan makanan
ternak lainnya serta serasah dari dalam
hutan hanya dapat dilakukan di tempat-
tempat yang ditunjuk khusus untuk
keperluan tersebut oleh pejabat yang
berwenang.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 54


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Kawasan Sub Arahan Kegiatan Arahan Insentif dan Disinsentif


Lindung Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Dengan Syarat Dilarang Aspek Ekonomi Aspek Fisik
Hutan yang 1. Pada kawasan hutan lindung yang Kegiatan yang masih boleh dilaksanakan di 1. Pada kawasan hutan lindung yang berada di
Secara berada di luar kawasan hutan, kawasan ini adalah pertanian tanaman semusim luar kawasan hutan, kegiatan budidaya yang
Fisiografis kegiatan budidaya yang atau tahunan yang disertai tindakan konservasi dilarang adalah kegiatan yang mengolah
berfungsi diperkenankan adalah kegiatan yang dan agrowisata tetapi dalam jumlah yang permukaan tanah secara intensif seperti
seperti tidak mengolah permukaan tanah terbatas hutan atau tanaman keras yang panennya
Hutan secara intensif seperti hutan atau atas dasar penebangan pohon secara
Lindung tanaman keras yang panennya atas menyeluruh/habis sehingga terjadi erosi
dasar penebangan pohon secara tanah
terbatas/terpilih sehingga tidak terjadi 2. kegiatan yang dapat mengakibatkan
erosi tanah perubahan keutuhan Kawasan Hutan
2. Pengembangan Hutan Rakyat (lestari) Lindung fisiografis, seperti:
yang dikelola seperti hutan lindung  Kegiatan membakar hutan fisiografis
kecuali dengan kewenangan yang sah.
 Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang
bertujuan untuk mengambil bahan-bahan
galian yang dilakukan di dalam kawasan
hutan, kecuali diberikan oleh instansi
yang berwenang setelah mendapat
persetujuan pejabat yang berwenang.

Resapan Air a. Kegiatan budidaya yang diperbolehkan Kegiatan yang bersifat menutup lahan secara 1. Pada kawasan hutan lindung yang Dukungan insentif prasarana sarana bagi yang
adalah kegiatan yang tidak permanen dan mencegah adanya infiltrasi air ke dikuasai Pemerintah, pemberian insentif memberikan dukungan pada aspek fungsi lindung dan
mengurangi fungsi lindung kawasan dalam tanah dan disinsentif dikaitkan dengan aspek sebaliknya.
ini. penukaran lahan dan pengelolaan tanah.
b. Kegiatan budidaya tersebut seperti 2. Pada kawasan hutan lindung yang tidak
kebun campuran berbagai tanaman dikuasai Pemerintah, pemberian insentif
tahunan, hutan produksi terbatas, dan disinsentif dikaitkan dengan aspek
hutan rakyat, ataupun hutan lindung pengelolaan tanah.
diperbolehkan.
c. Kegiatan yang masih boleh
dilaksanakan di kawasan ini adalah
pertanian tanaman semusim atau
tahunan yang disertai tindakan
konservasi dan agrowisata.

Kawasan Sempadan 1. Kegiatan lindung yang menjaga 1. Pada kawasan sempadan sungai yang belum 1. Setiap orang dilarang melakukan 1. Pengenaan retribusi progresif bagi 1. Pencegahan dan Pemberian Disinsentif untuk
perlindungan Sungai kelestarian kawasan sungai seperti terbangun, masih diperbolehkan kegiatan penebangan pohon di kawasan sempadan pelanggaran sempadan, semakin lama/ pembangunan infrastruktur yang diperkirakan akan
setempat hutan mangrove pertanian, peternakan dan perikanan dengan sungai tanpa izin dari pejabat/instansi yang besar membuat kerusakan semakin besar memberikan dan sudah menimbulkan dampak
2. Kegiatan budidaya yang justru luasan yang terbatas. berwenang. pula nilai pungutannya. mempercepat kerusakan sempadan.
memperkuat fungsi perlindungan 2. Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan lahan 2. Setiap orang dilarang membakar 2. Jumlah retribusi tersebut berdasarkan 2. Pemberian kemudahan perijinan untuk kegiatan
kawasan sempadan sungai tetap boleh secara luas masih bisa diperbolehkan seperti tanaman/pohon di sempadan sungai untuk peraturan yang berlaku. yang mendukung/menjaga keutuhan dan fungsi
dilaksanakan tapi dengan ruang terbuka hijau, taman, lapangan olah keperluan tertentu kecuali dengan kawasan sempadan sungai (lihat kegiatan-kegiatan
pengendalian agar tidak mengubah raga kecil. kewenangan yang sah. yang diperbolehkan).
fungsi kegiatannya di masa 3. Kegiatan yang sudah ada seperti permukiman 3. Pada kawasan sempadan sungai yang 3. Pemberian penghargaan dan bantuan prasarana
mendatang nelayan masih diperbolehkan tetapi belum dibangun, pendirian bangunan tidak sarana bagi kawasan permukiman di tepi sungai
Kegiatan budidaya tersebut adalah : pengembangan lebih lanjut jumlahnya dibatasi diijinkan (IMB tidak diberikan). yang mampu menjaga keutuhan, fungsi dan
 kegiatan perkebunan, hutan dan harus menjaga kebersihan kawasan 4. Kegiatan atau bangunan yang secara kebersihan sungai.
produksi, hutan rakyat, hutan sungai sengaja dan jelas menghambat arah dan
lindung fisografis intensitas aliran air sama sekali tidak
 Penggembalaan ternak, diperbolehkan.
pengambilan rumput, dan
makanan ternak lainnya. .

Sekitar Kegiatan yang masih boleh diusahakan 1. Pada kawasan sempadan pantai yang belum 1. Kegiatan yang mengganggu kelestarian 1. Pengenaan retribusi progresif bagi 1. Pencegahan dan Pemberian Disinsentif untuk
Danau/ adalah: terbangun, masih diperbolehkan kegiatan daya tampung/waduk seperti pendirian pelanggaran sempadan, semakin lama/ pembangunan infrastruktur yang diperkirakan akan
Waduk/ 1. Kegiatan perikanan, pariwisata yang pertanian lahan kering, peternakan dan bangunan, permukiman dan penanaman besar membuat kerusakan semakin besar memberikan dan sudah menimbulkan dampak
Rawa hanya untuk menikmati pemandangan perikanan dengan luasan yang terbatas. tanaman semusim yang mempercepat pula nilai pungutannya. mempercepat kerusakan sempadan.
saja, pertanian dengan jenis tanaman 2. Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan lahan proses pendangkalan tidak diperkenankan 2. Jumlah retribusi tersebut berdasarkan 2. Pemberian kemudahan perijinan untuk kegiatan
yang diijinkan, pemasangan papan secara luas masih bisa diperbolehkan seperti dan dilarang. peraturan yang berlaku yang mendukung/menjaga keutuhan dan fungsi
pengumuman, pemasangan pondasi ruang terbuka hijau, taman, lapangan olah 2. Selain bangunan pengendali/pengukur kawasan sempadan danau/waduk/rawa (lihat

PT. Saranabudi Prakarsaripta 55


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Kawasan Sub Arahan Kegiatan Arahan Insentif dan Disinsentif


Lindung Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Dengan Syarat Dilarang Aspek Ekonomi Aspek Fisik
dan rentang kabel, pondasi jembatan/ raga kecil. volume air, yang diperkenankan adalah kegiatan-kegiatan yang diperbolehkan).
jalan umum maupun kereta api, 3. Kegiatan yang sudah ada seperti permukiman kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata 3. Pemberian penghargaan dan bantuan prasarana
bangunan lalu lintas, serta nelayan masih diperbolehkan tetapi seperti hotel, rumah makan, tempat sarana bagi kawasan permukiman di tepi
pengambilan dan pembuangan air. pengembangan lebih lanjut jumlahnya dibatasi rekreasi dengan tetap mengupayakan danau/waduk/rawa yang mampu menjaga
2. Kegiatan penanaman pohon di dan harus menjaga kebersihan kawasan pembangunan fisik yang mampu keutuhan, fungsi dan kebersihan kawasannya
kawasan sempadan danau/waduk/ sungai mencegah terjadinya sendimentasi ke
rawa. 4. Kegiatan wisata danau/waduk dan dalam danau.
3. kegiatan perkebunan, hutan produksi, pendukungnya masih diperbolehkan tetapi 3. Setiap orang dilarang melakukan
hutan rakyat, hutan lindung fisografis. harus melalui proses amdal kawasan. penebangan pohon yang ada di kawasan
sempadan danau/waduk tanpa izin dari
pejabat/instansi yang berwenang.
4. Setiap orang dilarang membakar
tanaman/pohon di sempadan waduk/danau
untuk keperluan tertentu kecuali dengan
ijin dan kewenangan yang sah.
5. Pada kawasan sempadan pantai yang
belum dibangun, pendirian bangunan tidak
diijinkan (IMB tidak diberikan).

Sekitar Mata Kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan Penggalian atau perubahan bentuk medan atau 1. Pengenaan retribusi progresif bagi 4. Pencegahan dan Pemberian Disinsentif untuk
Air penghutanan atau tanaman tahunan yang pembangunan bangunan fisik yang pelanggaran sekitar mata air, semakin pembangunan infrastruktur yang diperkirakan akan
produksinya tidak dengan penebangan mengakibatkan penutupan jalannya mata air lama dan luas areal kerusakan semakin memberikan dan sudah menimbulkan dampak
pohon. serta mengganggu keberadaan dan kelestarian besar nilai pungutannya. mempercepat kerusakan kawasan sempadan.
mata air dilarang. 2. Jumlah retribusi tersebut berdasarkan
peraturan yang berlaku

Kawasan Cagar Alam 1. Kegiatan lain, selain perlindungan (1) kegiatan yang dapat mengakibatkan Pada kawasan cagar alam yang tidak dikuasai Dukungan insentif prasarana sarana bagi yang
suaka alam, plasma nutfah, yang diperkenankan perubahan keutuhan Kawasan Cagar Alam pemerintah, pemberian insentif dan disinsentif memberikan dukungan pada aspek fungsi lindung dan
pelestarian tetap berlangsung di dalam kawasan dan Kawasan Suaka Margasatwa. dikaitkan dengan aspek pengelolaannya. sebaliknya.
alam, dan ini adalah kegiatan pariwisata atau pos (2) Termasuk dalam pengertian kegiatan yang Seperti :
cagar budaya pengawas yang pengelolaannya dapat mengakibatkan perubahan keutuhan  Kemudahan Perijinan
diupayakan sedemikian rupa sehingga kawasan, adalah:  Promosi wisata melalui media massa
ekosistem binatang, ikan atau a. melakukan perburuan terhadap satwa
tumbuhan langka yang dilindungi tidak yang berada di dalam kawasan;
terganggu. b. memasukkan jenis-jenis tumbuhan
2. Kegiatan Budidaya yang diperbolehkan dan satwa bukan asli ke dalam
adalah sebagai berikut: kawasan;
a. penelitian dan pengembangan; c. memotong, merusak, mengambil,
b. ilmu pengetahuan; menebang, dan memusnahkan
c. pendidikan; dan tumbuhan dan satwa dalam dan dari
d. kegiatan penunjang budidaya kawasan;
seperti wisata alam/ekowisata. d. menggali atau membuat lubang pada
tanah yang mengganggu kehidupan
tumbuhan dan satwa dalam kawasan;
e. mengubah bentang alam kawasan
yang mengusik atau mengganggu
kehidupan tumbuhan dan satwa.
(3) Kegiatan yang sudah ada, yang berada di
dalam kawasan Cagar Alam, yang
mengganggu fungsi kawasan secara
bertahap akan dipindahkan dengan diberi
penggantian yang layak oleh pemerintah.
(4) Kegiatan pembangunan yang
mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan dan perlindungan plasma
nutfah dilarang.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 56


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Kawasan Sub Arahan Kegiatan Arahan Insentif dan Disinsentif


Lindung Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Dengan Syarat Dilarang Aspek Ekonomi Aspek Fisik
Rawan Pada zona waspada dan zona siaga di Pada kawasan rawan bencana yang disebabkan Tidak ada Disinsentif dukungan prasarana, sarana dan utilitas
Bencana kawasan rawan bencana alam, masih oleh aktivitas gunung berapi dan rawan gas umum.
Vulkanik diperkenankan adanya budidaya yang beracun, khususnya pada zona bahaya dan zona
atau bersifat sementara, pertanian tanaman waspada, ditetapkan sebagai daerah yang
Tektonik semusim dan tahunan. tertutup bagi permukiman penduduk. Bila pada
daerah ini terdapat permukiman, maka
Pada zona siaga masih diperkenankan penduduk yang bermukim di dalam kawasan ini
adanya permukiman, namun perlu mendapatkan prioritas pertama untuk
diwaspadai dan selalu siap untuk dipindahkan.
mengadakan pengungsian apabila
sewaktu-waktu gunung berapi
menunjukkan aktivitas yang
membahayakan, atau gempa tektonik
mengancam.

Rawan Kawasan Lindung  Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan  Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan  Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan Tinggi)
Bencana Tinggi) Tinggi)  Kegiatan eksisting yang tidak memenuhi
Longsor Kegiatan pariwisata alam dan hutan kota  Tidak untuk pembangunan fisik. persyaratan segera dihentikan/direlokasi.
diperbolehkan secara terbatas dengan konsep  Fungsi tidak dapat diubah sebagai  Pengawasan dan pengendalian ketat.
penyesuaian lingkungan/rekayasa kondisi hutan lindung.  Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan Rendah)
alam eksisting.  Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan perlu pengawasan dan pengendalian.
 Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan Sedang)  Kemiringan 21-40% (Tingkat Kerawanan Tinggi)
Sedang) Tidak layak untuk permukiman, industri,  Pengawasan dan pengendalian ketat.
 Pariwisata terbatas dengan syarat pertambangan, hutan produksi,  Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan Tinggi dan
analisis geologi, daya dukung perkebunan, pretanian pangan, perikanan Sedang), Kemiringan 21-40% (Tingkat Kerawanan
lingkungan, kestabilan lereng, Amdal, dan peternakan. Tinggi, Sedang dan Rendah) dan Kemiringan 0-
rekayasa teknik, wisata alam dan  Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan 20% (Tingkat Kerawanan Tinggi dan Rendah)
vegetasi tepat. Rendah) Kegiatan yang tidak konsisten dalam pemanfaatan
 Jenis usaha wisata yang diijinkan wisata Tidak dapat untuk industri. akan dikembalikan ke fungsi semula secara
pondokan, camping ground, pendaki  Kemiringan 21-40% (Tingkat Kerawanan bertahap.
gunung. Tinggi) Kegiatan yang tidak konsisten dalam pemanfaatan
 Hutan kota diijinkan dengan  Fungsi tidak dapat diubah sebagai akan dikembalikan ke fungsi semula secara
pengawasan dan pengendalian ketat hutan lindung. bertahap.
lewat rekayasa teknik,vegetasi yang  Tidak layak untuk permukiman,
mendukung fungsi resapan dan pertambangan, industri, peternakan
kelestarian lingkungan, terasering, dan perikanan.
drainase.  Kemiringan 21-40% (Tingkat Kerawanan
 Kemiringan > 40% (Tingkat Kerawanan Sedang)
Rendah) Tidak layak untuk permukiman, industri dan
 Sangat layak untuk pariwisata terbatas pertambangan.
dan hutan kota / RTH kota.  Kemiringan 21-40% (Tingkat Kerawanan
 Dapat untuk semua jenis kegiatan dengan Rendah)
persyaratan tertentu.  Kemiringan 0-20% (Tingkat Kerawanan
 Kemiringan 21-40% (Tingkat Kerawanan Tinggi)
Tinggi) Tidak boleh untuk industri, permukiman,
Kegiatan pariwisata terbatas, hutan kota, pertambangan dan peternakan.
hutan produksi, perkebunan dan pertanian  Kemiringan 0-20% (Tingkat Kerawanan
diperbolehkan dengan syarat menjaga Sedang)
kelestarian lingkungan, vegetasi yang tepat, Tidak boleh untuk industri.
rekayasa teknik, kestabilan lereng, drainase,  Kemiringan 0-20% (Tingkat Kerawanan
dll. Rendah)
 Kemiringan 21-40% (Tingkat Kerawanan Tidak boleh untuk industri.
Sedang)
 Pariwisata dengan syarat rekayasa
teknik dan wisata alam.
 Jenis usaha wisata yang diijinkan wisata
pondokan, camping ground, pendaki
gunung.
 Hutan kota, hutan produksi,
perkebunan, pertanian, perikanan dan

PT. Saranabudi Prakarsaripta 57


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Kawasan Sub Arahan Kegiatan Arahan Insentif dan Disinsentif


Lindung Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Dengan Syarat Dilarang Aspek Ekonomi Aspek Fisik
peternakan diijinkan dengan
pengawasan dan pengendalian ketat
lewat rekayasa teknik,vegetasi yang
tepat.
 Kemiringan 21-40% (Tingkat Kerawanan
Rendah)
 Pariwisata alam, hutan kota, hutan
produksi, perkebunan dan pertanian
dengan syarat rekayasa teknik, vegetasi
yang tepat.
 Pertambangan, pariwisata dan
permukiman dengan syarat memenuhi
Amdal, daya dukung lingkungan,
penyelidikan untuk menentukan
konstruksi bangunan.
 Pertambangan harus memenuhi aspek
kestabilan lereng, daya dukung
lingkungan, reklamasi lereng, revitalisasi
kawasan, dll.
 Kemiringan 0-20% (Tingkat Kerawanan
Tinggi)
 Hutan kota, hutan produksi dan
perkebunan diijinkan dengan syarat ketat
dan pengendalian ketat melalui rekayasa
teknik, penguatan lereng, vegetasi yang
mendukung fungsi resapan dan
penelitian.
 Pertanian, perikanan, dan peternakan
diijinkan dengan syarat rekayasa teknik
dan pemilihan vegetasi.
 Pariwisata diijinkan dengan syarat
rekayasa teknik dan jenis wisata air.
 Kemiringan 0-20% (Tingkat Kerawanan
Sedang)
 Hutan kota, hutan produksi dan
perkebunan, diijinkan dengan
pengawasan dan pengendalian ketat
lewat rekayasa teknik,vegetasi yang
mendukung fungsi resapan.
 Pertanian, peternakan dan perikanan
diijinkan dengan syarat rekayasa teknik
dan vegetasi.
 Pertambangan, permukiman dan
pariwisata dengan syarat ketat yaitu
tidak melebihi daya dukung, patuh
Amdal, penyelidikan untuk penetapan
konstruksi bangunan.
 Pertambangan harus memenuhi aspek
kestabilan lereng, daya dukung
lingkungan, reklamasi lereng, revitalisasi
kawasan, dll.
 Kemiringan 0-20% (Tingkat Kerawanan
Rendah)
 Pariwisata dengan syarat rekayasa
teknik dan jenis wisata air.
 Peternakan dengan syarat rekayasa
teknik dan kelestarian lingkungan.
 Pertambangan dengan syarat penelitian
dan pengendalian tambang sesuai
peraturan yang ada, menjaga kelestarian

PT. Saranabudi Prakarsaripta 58


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Kawasan Sub Arahan Kegiatan Arahan Insentif dan Disinsentif


Lindung Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Dengan Syarat Dilarang Aspek Ekonomi Aspek Fisik
lingkungan.
 Permukiman dengan syarat rekayasa
teknik, bangunan rendah hingga sedang,
kelestarian lingkungan.
 Transportasi dengan syarat rekayasa
teknik, mengikuti pola kontur.

Kawasan Pemanfaatan hasil hutan dengan Pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi yang Khusus untuk rakyat, diperlukan insentif Penggunaan hutan produksi untuk kegiatan budidaya
Hutan memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian berdampak negatif terhadap keseimbangan ekonomis agar tanah tandus dan kering dapat lain diluar ijin tidak diberikan dukungan prasarana,
Produksi lingkungan. ekologis dibudidayakan sebagai hutan rakyat. sarana dan utilitas umum.

Pembangunan infrastruktur yang


dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil hutan.

Kawasan Kawasan Penanaman tanaman padi secara terus Pembangunan bangunan fisik dengan fungsi Disinsentif ekonomi bagi sawah irigasi Penggunaan sawah irigasi untuk kegiatan budidaya
Pertanian pertanian menerus sesuai dengan pola tanam yang tidak mendukung kegiatan pertanian. ditentukan nilainya atas dasar letak lahan, lainnya tidak didukung prasarana, sarana dan utilitas
lahan basah tertentu. harga lahan, kelas lahan serta produktivitas umum.
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian lahan. Bentuk disinsentif dilakukan melalui
Penanaman tanaman selain padi, dengan bukan lahan basah. pengenaan pajak tinggi terhadap praktek
mempertimbangkan tingkat ketersediaan konversi lahan irigasi serta pajak ringan bagi
air dan optimalitas kemampuan produksi. pemilik lahan sawah irigasi yang
mempertahankan fungsi sawah tersebut.
Pemanfaatan untuk pembangunan
infrastruktur penunjang kegiatan pertanian
(irigasi).

Kawasan Pemanfaatan lahan untuk kegiatan Pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi yang Insentif ekonomis bagi kawasan perkebunan Dukungan prasarana, sarana dan utilitas bagi yang
perkebunan/ agroindustri dan agrowisata. berdampak negatif terhadap keseimbangan yang melestarikan fungsi lindung dan mendukung pelestarian fungsi lindung dan sebaliknya.
pertanian ekologis. sebaliknya.
lahan kering Pemanfaatan lahan untuk usaha
pertambangan, dengan syarat memiliki
nilai tinggi serta tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan.

Pemanfaatan lahan untuk kegiatan


penyediaan sarana dan prasarana jalan,
listrik, air minum, jaringan irigasi serta
pipa minyak dan gas, dengan syarat tidak
menurunkan daya dukung kawasan.

Konservasi fungsi sebagai kawasan


pertanian lahan basah dengan
mempertimbangkan daya dukung
lingkungan.

Kawasan Pemanfaatan lahan untuk kegiatan Pemanfaatan lahan untuk kegiatan industri Disinsentif ekonomis bagi kawasan peternakan Dukungan prasarana, sarana dan utilitas bagi yang
peternakan pemeliharaan, pembiakan dan penyediaan pengolahan pakan dan hasil ternak secara yang mendukung penanggulangan mendukung penanggulangan pencemaran, dan
pakan. permanen. pencemaran lingkungan dan sebaliknya. sebaliknya.
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan-kegiatan
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan lainnya yang berdampak negatif terhadap
penelitian/ pengembangan teknologi produktivitas peternakan dan terhadap kualitas
peternakan. lingkungan.

Kawasan Kegiatan pemijahan, pemeliharaan dan Pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi non Disinsentif ekonomis bagi kawasan Dukungan prasarana, sarana dan utilitas bagi kegiatan
perikanan pendinginan ikan. Pemanfaatan lahan perikanan. pertambakan yang melestarikan pantai dan yang mendukung kelestarian pantai dan sebaliknya.
untuk bangunan pendinginan ikan secara Pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi yang sebaliknya.
sementara, penyimpanan pakan ikan dan berdampak negatif terhadap keseimbangan
bangunan penunjang kegiatan perikanan ekologis.
lainnya.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 59


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Kawasan Sub Arahan Kegiatan Arahan Insentif dan Disinsentif


Lindung Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Dengan Syarat Dilarang Aspek Ekonomi Aspek Fisik
Kawasan Kegiatan yang diijinkan adalah Setiap penyelenggaraan kegiatan pertambangan Pemanfaatan lahan untuk kegiatan yang Disinsentif ekonomis bagi kegiatan Dukungan prasarana, sarana dan utilitas bagi kegiatan
pertambangan penambangan, pengolahan awal dan harus: berpotensi untuk mengganggu produktivitas pertambangan yang mendukung pertambangan yang mendukung penanggulangan
dan wilayah pengemasan, pengangkutan, pengelolaan  Sesuai kebijakan lokasi penambangan yang kegiatan pertanian. penanggulangan pencemaran lingkungan dan pencemaran, dan sebaliknya.
cekungan air dan pemantauan kawasan, penelitian. layak untuk diusahakan berdasarkan Kegiatan pertambangan dengan mengabaikan sebaliknya.
bawah tanah lingkungan; kelestarian lingkungan. Penambang wajib melakukan pemulihan kesuburan
Jenis bangunan yang diijinkan adalah  Menjaga daya dukung lingkungan pada Penambang dilarang mengambil bahan galian di tanah dan reklamasi permukaan tanah paska
bangunan pengolahan dan penunjang, daerah tambang; yang tidak sesuai dengan ijin yang ditambang.
fasilitas pengangkutan dan penunjangnya,  Menyediakan data kerusakan lingkungan diperolehnya.
pos pengawasan dan kantor pengelola, lahan bekas pertambangan; Setiap kegiatan penambangan baru dapat
balai penelitian.  Menjaga kualitas dan kuantitas air bawah dilakukan bila telah mendapat ijin dari pejabat
tanah; berwenang.
 Melakukan penataan lokasi kegiatan usaha Pemanfaatan lahan di wilayah cekungan air
pertambangan. tidak boleh menimbulkan kerusakan di
sekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi
dan tekanan penduduk.
Pemanfaatan yang tidak diijinkan di wilayah
cekungan air adalah industri dan atau kegiatan
lain yang disertai pertumbuhan pemukiman
yang pesat.

Kawasan Kegiatan yang diizinkan adalah tempat Kegiatan penambangan pada kawasan yang Pemanfaatan lahan untuk kegiatan yang a. Insentif ekonomis bagi kawasan Dukungan prasarana, sarana dan utilitas bagi kegiatan
Permukiman tinggal, pertemuan dan penunjangnya sudah dihuni penduduk hanya dapat dilakukan berdampak negatif terhadap keseimbangan permukiman yang dikembangkan dalam permukiman yang mendukung pengembangan Kasiba/
seperti pelayanan pemerintah, bila nilai tambangnya secara ekonomis sangat ekologis. Kasiba dan Lisiba Lisiba dan sebaliknya.
perdagangan, perbankan dan lain-lain tinggi bagi kepentingan nasional. Ijin b. Insentif ekonomis bagi kawasan
yang sejenis. penambangan pada kondisi yang demikian ini Membangun/mengembangkan kegiatan yang permukiman yang dikembangkan untuk Kawasan tersebut secara teknis dapat digunakan untuk
diterbitkan oleh Presiden. tidak sesuai dengan kegiatan permukiman. masyarakat berpendapatan rendah sampai permukiman yang aman dari bahaya bencana alam,
Jenis bangunan yang diizinkan yaitu sedang dan sebaliknya sehat, dan mempunyai akses untuk kesempatan
rumah tinggal, rumah toko, gedung Pengembangan permukiman di lokasi pusat Sejauh mungkin tidak menggunakan tanah berusaha.
pertemuan, sekolahan, poliklinik, pelayanan (seperti ibukota kecamatan/ sawah beririgasi teknis.
puskesmas, pasar, pertokoan, bank kabupaten) dialokasikan di sekeliling kota yang
asuransi dan lain-lain yang sejenis. bersangkutan atau merupakan perluasan areal Sejauh mungkin tidak menggunakan tanah
permukiman yang telah ada. sawah beririgasi setengah teknis, tetapi
intensitas penggunaannya lebih dari satu kali
Pengembangan permukiman pada sawah non- dalam satu tahun.
irigasi teknis atau kawasan pertanian lahan kering
diperkenankan sejauh mematuhi ketentuan yang
berlaku mengenai peralihan fungsi peruntukan
kawasan.

Kawasan Pemanfaatan lahan untuk pembangunan Kegiatan industri, terutama yang menggunakan Pemanfaatan lahan untuk fungsi-fungsi yang a. Insentif ekonomis bagi industri yang Dukungan prasarana, sarana dan utilitas bagi kegiatan
Peruntukan bangunan dan infrastruktur yang fasilitas penanaman modal, tidak diperkenankan berdampak negatif terhadap keseimbangan dikembangkan dalam kawasan industri. industri yang mendukung pengembangan kawasan
Industri menunjang kegiatan industri. membangun industri di luar wilayah industri dan ekologis. Disinsentif bagi industri yang industri dan sebaliknya.
diarahkan dan ditampung pada wilayah industri. dikembangkan secara individual.
Penguasaan/pemilikan tanah yang telah Membangun/mengembangkan kegiatan yang b. Disinsentif ekonomis bagi industri Disinsentif prasarana, sarana dan utilitas bagi industri
ada dan tidak sejalan dengan kegiatan Kegiatan industri tidak boleh mengganggu tidak sesuai dengan kegiatan industri. berdampak penting yang bertahan untuk yang bertahan dalam kawasan peruntukan bukan
industri, dengan syarat tidak diintensifkan kegiatan semula. berlokasi dalam peruntukan lain yang kawasan industri.
ataupun diekstensifkan (pada kawasan Tidak boleh menyelenggarakan kegiatan baru ditetapkan dalam rencana.
industri) yang tidak sesuai dengan kegiatan industri Pemerintah menyediakan prasarana di luar dan menuju
seperti permukiman, pertanian, perusahaan dan kawasan industri serta mempromosikan kawasan
Penguasaan, pemilikan penggunaan dan jasa perkantoran, kecuali dalam batas-batas industri kepada investor.
pemanfaatan tanah yang telah ada, yang dibutuhkan untuk memadukan kegiatan
sepanjang mendukung kegiatan utama industri di kawasan tersebut.
diizinkan (pada wilayah industri).
Kawasan Kegiatan yang diijinkan adalah kunjungan Sarana wisata seperti hotel, motel, lapangan  Setiap kegiatan pembangunan/ Insentif ekonomis bagi kawasan pariwisata Ketersedian prasarana, sarana dan utilitas penunjang
Pariwisata atau pelancongan, olah raga dan rekreasi, olahraga dan sebagainya, hendaknya pengembangan pariwisata dilarang merusak yang melestarikan fungsi lindung dan wisata yang terawat dan berfungsi optimal sehingga
pertunjukkan dan hiburan, komersial, ditempatkan di luar areal wisata yang kelestarian objek wisata terutama objek sebaliknya. Baik kepada dunia usaha dapat menunjang citra kawasan wisata.
menginap/bermalam, pengamatan, menghendaki daya dukung rendah seperti taman wisata budaya (cagar budaya) dan wisata pariwisata maupun wisatawan itu sendiri,
pemantauan, penjagaan dan pengawasan, nasional. alam (cagar alam/ suaka alam). pemberian keringanan pajak untuk investasi. Dukungan promosi pariwisata baik di dalam maupun di
pengelolaan kawasan.  Kegiatan pembangunan yang merusak citra luar negeri.
kawasan sebagai objek wisata.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 60


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Kawasan Sub Arahan Kegiatan Arahan Insentif dan Disinsentif


Lindung Kawasan Diperbolehkan Diperbolehkan Dengan Syarat Dilarang Aspek Ekonomi Aspek Fisik
Jenis bangunan yang diijinkan adalah Sarana dan prasarana penunjang wisata lain yang
gardu pemandangan, restoran dan fasilitas dapat menunjang fungsi objek wisata dapat
penunjang lainnya, fasilitas rekreasi dan diselenggarakan dengan bila memenuhi
olahraga, tempat pertunjukan, pasar dan persyaratan berikut:
pertokoan serta fasilitas parkir, fasilitas  Signifikan dan diperlukan dengan kebutuhan
pertemuan, hotel, cottage, kantor pengembangan objek wisata (melalui
pengelola dan pusat informasi serta koordinasi dengan instansi terkait)
bangunan lainnya yang dapat mendukung  Tidak merusak lingkungan dan cagar budaya
upaya pengembangan aktivitas yang ada.
kepariwisataan.  Untuk kawasan cagar budaya harus
memenuhi kaidah konservasi.
 Tidak merusak citra kawasan sebagai objek
wisata.
 Bila dirasa perlu dapat dikerjasamakan antar
kawasan.
 Kebutuhan sesuai trend pariwisata (melalui
koordinasi dengan instansi terkait).

Sumber: Rumusan Tim Perencana, 2010

PT. Saranabudi Prakarsaripta 61


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

7.4 Arahan Sanksi Administratif


Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang sanksi, baik
pelanggaran maupun kejahatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Bentuk pengenaan sanksi, berupa:
a. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang
berakibat pada terlambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang. Sanksi
administrasi menurut UUPR No. 26 Tahun 2007 Pasal 63 dapat berupa:
1. Peringatan tertulis;
2. Penghentian sementara kegiatan;
3. Penghentian sementara pelayanan umum;
4. Penutupan lokasi;
5. Pencabutan izin;
6. Pembatalan izin;
7. Pembongkaran bangunan;
8. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
9. Denda administratif.

b. Sanksi Pidana
Sanksi pidana dikenakan atas pelanggaran karena terganggunya kepentingan
umum, sanksi ini dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan.
Pelanggaran atas kepentingan umum adalah jenis pelanggaran yang terkait
dengan salah satu atau lebih dari pelaksanaan produk pemanfaatan ruang dan
juga memiliki dampak negatif. Gangguan yang dirasakan secara umum
pelanggaran ini dapat berupa:
1. Rusak dan terganggunya fungsi lindung;
2. Bencana aiam;
3. Pencemaran lingkungan;
4. Dan lain-lain.
Sanksi Pidana menurut UUPR No. 26 Tahun 2007 Pasal 69 - 74 dapat berupa:
1. Penjara;
2. Denda;
3. Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya;
4. Pencabutan izin usaha;
5. Pencabutan status badan hukum.

c. Sanksi Perdata
Sanksi perdata dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat
terganggunya seseorang maupun lebih, atau badan hukum. Sanksi perdata
menurut UUPR No. 26 Tahun 2007 Pasal 75 dapat berupa Tuntutan ganti
kerugian secara perdata bagi orang yang dirugikan akibat tindak pidana.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 62


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Tabel 7.3 Ketentuan Sanksi Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang


Pasal Unsur Tindak Pidana Sanksi Pidana
69 ayat (1) • Tidak mentaati rencana tata ruang; dan • Penjara paling lama 3 tahun
• Mengakibatkan perubahan fungsi ruang. dan denda paling banyak Rp.
500 juta
69 ayat (2) • Tidak mentaati rencana tata ruang; • Penjara paling lama 8 tahun
• Mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan denda paling banyak Rp.
dan 1, 5 miliar
• Mengakibatkan kerugian terhadap harta
benda atau rusaknya barang.
69 ayat (3) • Tidak mentaati rencana tata ruang; • Penjara paling lama 15 tahun
• Mengakibatkan perubahan fungsi ruang; dan denda paling banyak Rp.
dan 5 miliar
• Mengakibatkan Kematian orang
70 ayat (1) • Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan • Pidana penjara paling lama 3
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang tahun dan denda paling
berwenang. banyak Rp. 500 juta
70 ayat (2) • Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan • Pidana penjara paling lama 5
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang tahun dan denda paling
berwenang; dan banyak Rp. 1 miliar
• Mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
70 ayat (3) • Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan • Pidana penjara paling lama 5
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang tahun dan denda paling
berwenang; dan banyak Rp. 1.5 miliar
• Mengakibatkan kerugian terhadap harta
benda atau kerusakan barang.
70 ayat (4) • Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan • Pidana penjara paling lama 15
izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang tahun dan denda paling
berwenang; dan banyak Rp. 5 miliar
• Mengakibatkan kematian orang
71 • Tidak mematuhi ketentuan yang • Pidana penjara paling lama 3
ditetapkan dalam persyaratan izin tahun dan denda paling
pemanfaatan ruang. banyak Rp. 500 juta
72 • Tidak memberikan akses terhadap • Pidana penjara paling lama 1
kawasan yang oleh peraturan perundang- tahun dan denda paling
undangan dinyatakan sebagai milik umum banyak Rp. 100 juta
73 • Pejabat pemerintah penerbit izin; dan • Pidana penjara paling lama 5
• Menerbitkan izin tidak sesuai dengan tahun dan denda paling
rencana tata ruang. banyak Rp. 500 juta
• Dapat dikenai pidana
tambahan berupa
pemberhentian tidak hormat
dari jabatannya.
Sumber: UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

PT. Saranabudi Prakarsaripta 63


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

8 Kajian Lingkungan Hidup


Strategis
Seiring dengan derap pembangunan dan berbagai dampak pembangunan yang
gagal diantisipasi sebagai implikasi dari kegiatan pemanfaatan ruang mendorong
kementerian lingkungan hidup untuk menetapkan aspek lingkungan hidup strategis
sebagai salah satu pertimbangan dalam penataan ruang. Selain itu tuntutan
pembangunan yang menjadi paradigma saat ini adalah pembangunan berkelanjutan
yang menuntut adanya keadilan inter dan antar generasi serta inter dan antar
wilayah merupakan sebuah tantangan yang harus diwadahi dalam kegiatan
penyelenggaraan penataan ruang.

Beberapa alasan mendasar perlunya aspek lingkungan strategis dalam kegiatan


penyelenggaraan penataan ruang antara lain:
1. Meningkatkan manfaat pembangunan.
2. Rencana dan implementasi pembangunan lebih terjamin keberlanjutannya.
3. Mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam membuat prakiraan/prediksi pada
awal proses perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan.
4. Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif
diatasi atau dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap
formulasi kebijakan, rencana, atau program pembangunan.

KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi


terhadap lingkungan hidup dari inisiatif usulan kebijakan, rencana, atau program
(KRP) dalam rangka memastikan adanya pertimbangan LH yang tepat dan
dilaksanakan pada tahapan sedini/seawal mungkin dari proses pengambilan
keputusan KRP selain pertimbangan ekonomi dan sosial (Sadler dan Verheem,
1996).

A. Tujuan
Kajian singkat aspek lingkungan strategis rencana tata ruang wilayah Kabupaten
Buol bertujuan untuk memberikan gambaran awal implikasi kegiatan penataan
ruang di Kabupaten Buol terhadap kualitas fisik lingkungan hidup dan potensi
dampak yang akan dirasakan oleh masyarakat.

B. Metode yang Digunakan


Dalam melakukan kajian aspek lingkungan hidup strategis dalam proses
perencanaan ini digunakan metode penapisan awal. Metode ini merupakan
pendekatan yang dirasakan paling tepat untuk mengevaluasi kontribusi kebijakan
penataan ruang di Kabupaten Buol terhadap kualitas lingkungan dan keberlanjutan
dan sekaligus sebagai langkah awal dalam KLHS yang lebih detail yang harus segera
disusun oleh pemerintah Kabupaten Buol sebelum proses penetapan perda RTRW
Kabupaten Buol.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 64


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

C. Isu-isu Lingkungan Strategis Kabupaten Buol


Berdasarkan pada kajian tim penyusun RTRW Kabupaten Buol, beberapa isu
lingkungan hidup di Kabupaten Buol antara lain:
a. Kemiskinan dan ketimpangan pembangunan wilayah berpotensi memberikan
tekanan terhadap sumber daya alam di Kabupaten Buol (misalnya yang sudah
terjadi adalah perambahan hutan mangrove). Saat ini lebih dari 20%
penduduk di Kabupaten Buol dikategorikan sebagai penduduk miskin dan
sebagian besar dari penduduk miskin bertempat tinggal pada wilayah pesisir
Kabupaten Buol. Di sisi lain terdapat satu perbedaan yang sangat mencolok
dalam kegiatan pembangunan. Pembangunan saat ini masih terkonsentrasi di
wilayah perkotaan Buol atau dalam hal ini Kecamatan Biau. Jika tidak ada
upaya redistribusi kegiatan pembangunan maka tekanan terhadap wilayah
perkotaan buol akan semakin tinggi dan implikasinya akan memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan, mengingat kecamatan Biau adalah salah
satu kecamatan yang memiliki keterbatasan lahan sebagai akibat dari
keberadaan ekosistem unik hutan mangrove dan nipah yang harus
dikonservasi. Kejadian yang ada adalah sudah mulai terjadi perambahan
wilayah hutan mangrove pada sekitar muara Sungai Buol.
b. Ketahanan pangan. Kabupaten Buol yang merupakan kabupaten yang terletak
cukup jauh dari Ibukota Provinsi dan berbatasan langsung dengan Provinsi
Gorontalo hingga tahun 2009 masih mengalami defisit beras. Di satu sisi
masih ada kecenderungan untuk melakukan konversi lahan pertanian menjadi
penggunaan lain, sehingga kondisi ini apabila terus dibiarkan akan berpotensi
meningkatkan defisit bahan pangan di Kabupaten Buol dan akan sangat sulit
sekali mencapai swasembada pangan.
c. Mengendalikan konversi lahan hutan, khususnya pada kawasan hutan lindung,
hutan produksi terbatas, dan hutan mangrove di kawasan pesisir Buol.
Meskipun status kawasan hutan sudah ditetapkan oleh pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah, jika tanpa ada pengendalian terhadap fungsi kawasan hutan
maka proses konversi lahan akan terus terjadi. Begitu banyaknya minat
investasi pengembangan perkebunan di Kabupaten Buol mengindikasikan
potensi ancaman terhadap keberlanjutan kawasan hutan di Kabupaten Buol.
d. Memantau dan mengendalikan aktivitas pada kawasan pertambangan di
Paleleh dan Paleleh Barat. Sebagai wilayah yang dikaruniai oleh potensi
tambang mineral logam terutama tembaga dan emas akan mendorong
pemangku kepentingan di sektor pertambangan mengeksploitasi potensi yang
ada. Kegiatan pertambangan emas memiliki resistensi terhadap kualitas
lingkungan apabila tidak dipantau aktivitas penambangan dan pengolahan
hasil tambang di lapangan.
e. Memantau, mengendalikan, dan membatasi kegiatan perkebunan yang
diindikasikan memberikan kontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Indikasi
awal konstribusi negatif kawasan perkebunan dan aktivitas lainnya pada
kawasan perkebunan sudah mulai nampak. Sedimentasi yang cukup tinggi
terlihat pada muara Sungai Buol. Selain itu terdapatnya beberapa kantong
permukiman pada bantaran Sungai Buol yang melintas pada kawasan

PT. Saranabudi Prakarsaripta 65


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

perkebunan tersebut juga memberikan potensi ancaman terhadap


keberlanjutan kualitas Sungai Buol.
f. Tingginya resiko kebencanaan sebagai akibat dari keberadaan sesar dan juga
topografi wilayah yang bervariasi (dataran tinggi-dataran banjir). Resiko
kebencanaan akan semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan fisik
wilayah yang kurang memperhatikan aspek kebencanaan yang ada. Sebagai
gambaran kejadian banjir di beberapa lokasi di Kabupaten Buol diakibatkan
karena kurang terkendalinya aktivitas pada wilayah hulu khususnya untuk
kegiatan budidaya non kehutanan; kejadian abrasi pada pesisir yang cukup
parah terjadi sebagai akibat dari semakin rusaknya ekosistem mangrove
sebagai pertahanan alami terhadap abrasi pada wilayah pesisir Buol. Selain
bencana alam, potensi bencana yang dihadapi oleh Kabupaten Buol, terkait
dengan dinamika wilayah adalah potensi bencana nonalam khususnya
kejadian penyakit seperti ISPA, Malaria, Demam Berdarah, dan sebagainya.
Potensi ini besar kemungkinan terjadi mengingat banyak lahan yang
merupakan kawasan lahan basah berubah fungsi menjadi kawasan
permukiman.

D. Potensi Dampak Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buol


Terhadap Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan Pembangunan Wilayah
Untuk mengetahui seberapa jauh kebijakan dan strategi operasionalisasi struktur
dan pola ruang RTRW Kabupaten Buol, berdampak terhadap kualitas lingkungan
hidup dan keberlanjutan pembangunan wilayah Kabupaten Buol, maka dalam
bagian ini akan diuraikan potensi dampak yang terjadi. Pendekatan potensi dampak
dianalisis melalui pendekatan dengan dan tanpa RTRW Kabupaten Buol. Uraian
pada bagian ini bersifat deskriptif dan kualitatif dan masih bersifat indikatif,
sehingga harus dilakukan upaya pendetailan dalam kegiatan yang lain.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi dampak yang
terjadi apabila pembangunan wilayah Kabupaten Buol mengacau pada RTRW
Kabupaten Buol dan apabila pembangunan tidak mengacu pada RTRW Kabupaten
Buol akan disajikan dalam bentuk matrik sebagai berikut.

PT. Saranabudi Prakarsaripta 66


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Tabel 8.1 Potensi Dampak Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Buol


Isu Strategis Pengembangan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW
No
Wilayah Kebijakan Penataan Ruang Potensi Dampak Positif Potensi Dampak Negatif Dampak Positif Dampak Negatif
1. Kemiskinan dan Ketimpangan 1. Kebijakan Struktur Memberikan multiplier effect Pengembangan jalur jalan Kolektor - Ketimpangan wilayah tetap terjadi
Pembangunan Ruang: Pengembangan terhadap kawasan sekitar pusat Boilan-Kota Nagaya yang melewati Pembangunan terkonsentrasi di
Pusat Pertumbuhan pertumbuhan baru berupa kawasan hutan lindung berpotensi Buol
Baru; pengembangan peningkatan aktivitas perekonomian, meningkatkan tekanan terhadap Pengentasan kemiskinan
jalan lingkar luar kota penciptaan lapangan kerja, eksistensi kawasan lindung mungkin sulit tercapai
Buol; pembangunan meningkatnya efisiensi pergerakan Keberadaan jalur kolektor tersebut Pola pertumbuhan cenderung
jalan poros Boilan-Kota orang dan barang dikhawatirkan akan meningkatkan laju sporadis dan tidak terkendali
Nagaya Terdapat peluang untuk peningkatan deforestasi di Kabupaten Buol Inefisiensi pelaksanaan program
kesejahteraan masyarakat sekaligus pembangunan
mereduksi kemiskinan
2. Kebijakan Pola Ruang: Potensi peningkatan rasio Mengingat lemahnya daya saing pada - Eksploitasi SDA akan semakin
Pengembangan kepemilikan lahan pada tingkat sektor sekunder dan tersier maka tekanan meningkat tajam mengingat
Kawasan Pertanian petani (dari 11,5 ribu Ha menjadi pada sektor primer akan menjadi titik lemahnya akses masyarakat
(lahan sawah, lahan 85,2 ribu hektar), peluang utama, artinya eksploitasi SDA akan miskin terhadap lapangan kerja
kering, perkebunan); peningkatan produktivitas pertanian meningkat tajam. Tekanan terhadap Resiko kerusakan lingkungan dan
Pengembangan tanaman pangan; peluang biodiversitas meningkat. perambahan hutan akan semakin
Kawasan Perikanan, swasembada beras; peluang Pengembangan kawasan bahari terpadu tinggi
Pengembangan pengembangan sektor industri di Lokodidi berpeluang besar memberikan Ancaman terhadap ketahanan
kawasan multifungsi pengolahan hasil perikanan dan tekanan terhadap ekosistem bakau pangan juga semakin besar
(Kawasan Bahari pertanian dalam penciptaan apabila instrumen pengendalian Potensi kebencanaan semakin
Terpadu); Pemantapan lapangan kerja dan nilai tambah pemanfaatan ruang tidak dijalankan tinggi, karena tidak ada upaya
kawasan lindung sektor pertanian. Potensi dengan benar. mitigasi terhadap potensi
peningkatan produktivitas perikanan Pengembangan kawasan perikanan kebencanaan di Kabupaten Buol
budidaya sebagai sumber pengganti budidaya dalam hal ini kegiatan tambak
produktivitas perikanan tangkap berpeluang untuk memicu kerusakan
akibat perubahan iklim hutan bakau pada kawasan pesisir,
Resiko bencana alam dapat kerusakan ini akan semakin menambah
tereduksi seiring dengan beban berat ekosistem pesisir karena
pemantapan kawasan lindung di ancama abrasi akan semakin besar
Kabupaten Buol Pengembangan kawasan perkebunan
berpotensi menambah tekanan terhadap
ekosistem apabila tidak diikuti dengan
teknik konservasi tanah
Ekosistem berubah  peluang
percepatan perubahan iklim

PT. Saranabudi Prakarsaripta 67


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Isu Strategis Pengembangan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW


No
Wilayah Kebijakan Penataan Ruang Potensi Dampak Positif Potensi Dampak Negatif Dampak Positif Dampak Negatif
2. Ketahanan Pangan 1. Kebijakan Struktur Pengembangan pusat Pengembangan jalur lingkar dan jalan Potensi alih fungsi Tidak adanya aturan yang jelas
Ruang: Pengembangan pengembangan agrobisnis sedikit kolektor bisa menjadi kontra produktif lahan pertanian tidak terhadap pola ruang berpotensi
Pusat Pertumbuhan banyak akan membantu para petani dalam rangka peningkatan ketahanan akan meluas pada besar mengancam ketahanan
Baru (berbasis dalam meningkatkan produktivitas pangan apabila dampak ikutan dari wilayah belakang, pangan di Kabupaten Buol.
pertanian); sektor pertanian khususnya tanaman pengembangan prasarana jalan tidak meningat pola Kecenderungan orang untuk
pengembangan jalan pangan, hal ini disebabkan adanya diantisipasi yaitu kecenderungan alih perkembangan fisik mengalihkan lahan pertanian
lingkar luar kota Buol; peluang pemasaran produk fungsi lahan akibat pembangunan jalur kawasan yang lebih produktif menjadi lahan
pembangunan jalan pertanian secara lebih luas melalui transportasi. terkonsentrasi pada nonpertanian akan semakin tinggi
poros Boilan-Kota keberadaan kawasan agropolitan di kawasan pesisir, atau
Nagaya Air Terang yang akan mampu sepanjang jalan
menjadi katalisator perkembangan nasional trans
sektor pertanian sulawesi
Pembangunan jalan kolektor dan
lingkar luar akan mampu mendoro
akses pasar yang lebih luas dari
berbagai komoditas pertanian di
Buol
2. Kebijakan Pola Ruang: Pengembangan pola ruang kawasan Pengembangan sektor pertanian secara Resiko kerusakan Keberadaan lahan pertanian
Pengembangan pertanian secara ekstensif akan esktensif dan intensif tanpa diimbangi lingkungan akibat akan semakin terjepit seiring
Kawasan Pertanian dapat menjadi media dalam rangka regulasi serta pendampingan yang baik penggunaan dengan peningkatan kebutuhan
(lahan sawah, lahan mengatasi defisit pangan yang saat dapat menjadi awal dari bencana insektisida dan lahan untuk aktivitas
kering, perkebunan); ini terjadi di Kabupaten Buol. lingkungan, penggunaan pestisida dan pestisida berkurang nonpertanian, khususnya pada
herbisida serta pemupukan yang berlebih kawasan perkotaan, di satu sisi
dapat mempengaruhi kualitas lingkungan tidak terdapat instrumen yang
di Kabupaten Buol mampu menjamin keberadaan
lahan pertanian
3. Konversi lahan hutan 1. Kebijakan struktur ruang Dengan adanya kebijakan struktur Proses konversi lahan lebih terarah pada Semakin sedikit lahan Beban kawasan perkotaan yang
dalam bentuk ruang yang jelas maka proses kawasan perkotaan yang sudah yang beralih fungsi sudah ada akan semakin tinggi
perwujudan sistem pengendalian terhadap potensi berkembang saja sebagai kawasan sebagai akibat dari
jaringan transportasi konversi lahan dapat dilokalisir dan budidaya terkonsentrasinya kegiatan pada
Laut (lokodidi) dan diarahkan pada lokasi-lokasi yang satu lokasi saja
jaringan transportasi memiliki tingkat kesesuaian tinggi Resiko bencana nonalam pada
darat (lingkar luar dan untuk kegiatan budidaya kawasan perkotaan meningkat
kolektor Boilan Kota nonkehutanan sebagai akibat dari kepadatan
Nagaya) bangunan, ketidaksiapan
prasarana dan sarana lingkungan
permukiman

PT. Saranabudi Prakarsaripta 68


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Isu Strategis Pengembangan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW


No
Wilayah Kebijakan Penataan Ruang Potensi Dampak Positif Potensi Dampak Negatif Dampak Positif Dampak Negatif
2. Kebijakan Pola Ruang: Resiko konversi lahan menjadi lebih - - Resiko perambahan hutan akan
Pemantapan Kawasan kecil karena ada aturan yang jelas semakin tinggi mengingat tidak
Hutan di Kabupaten Buol bagi para pelanggar pola ruang yang adanya kejelasan status hutan di
sesuai dengan status telah ditetapkan kabupaten Buol
Memberikan kepastian yang jelas
pada para pemangku kepentingan
khususnya pemilik modal dalam
melakukan investasi terkait
pemanfaatan ruang
Resiko kebencanaan dapat ditekan
dan diantisipasi lebih awal
4. Eksploitasi Tambang Penetapan Kawasan Memberikan kepastian berusaha Ketidaksiapan masyarakat secara sosial Kerusakan lingkungan Jika tidak ada arahan yang jelas
Tambang dan Mineral bagi pelaku sektor pertambangan menyikapi perubahan yang cepat akibat akibat kegiatan kegiatan penambangan secara
Dapat memicu pertumbuhan dan pertumbuhan fisik kawasan berpotensi pertambangan illegal akan marak terjadi,
perkembanan aktivitas turunan menimbulkan konflik sosial semakin kecil kibatnya resiko kerusakan
Adanya batasan yang jelas dalam Kegiatan pertambangan berpotensi Potensi konflik sosial lingkunan semakin besar
pengusahaan kawasan menimbulkan bahan pencemaran semakin kecil
pertambangan mineral logam di lingkungan yang semakin tinggi, apabila
Kabupaten Buol tidak ada pengawasan terhadap aktivitas
Pertumbuhan kawasan timur buol pertambangan
yang selama ini jauh tertinggal
dibanding wilayah barat dapat
dipercepat
Peningkataan kesempatan kerja
masyarakat
Peluang peningkatan kesejahteraan
masyarakat
5. Perkembangan Kawasan Penetapan Kawasan Resiko kerusakan lingkungan dapat Investasi yang sangat tinggi pada sektor Jika investasi Jika investasi terhadap
Perkebunan pada wilayah hulu Perkebunan diperkecil, karena sudah ada perkebunan dapat menurun seiring perkebunan rendah, perkebunan tinggi, resiko
Kabupaten Buol rencana mitigasi terhadap kegiatan dengan pembatasan lahan untuk resiko kebencanaan konversi lahan hutan menjadi
perkebunan pengembangan kawasan perkebunan dan dapat ditekan kawasan perkebunan akan
Setiap investasi perkebunan wajib aturan yang ketat terhadap bentuk semakin tinggi, karena
memberikan kajian dampak konservasi tanah pemerintah tidak memiliki
lingkungan terhadap investasi yang Peluang peningkatan perekonomian ketentuan yang kuat untuk
akan ditanamkan regional menjadi berkurang mengatur dan mengarahkan
aktivitas perkebunan

PT. Saranabudi Prakarsaripta 69


RINGKASAN EKSEKUTIF
Bantek Penyusunan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030

Isu Strategis Pengembangan RTRW Kabupaten Buol 2011-2030 Tanpa RTRW


No
Wilayah Kebijakan Penataan Ruang Potensi Dampak Positif Potensi Dampak Negatif Dampak Positif Dampak Negatif
Resiko perambahan hutan akan
semakin meningkat
Potensi bencana alam akan
semakin besar apabila pelaku
sektor perkebunan mengabaikan
aspek keselamatan lingkungan
dalam proses budidaya kawasan
perkebunan
6. Kerentanan terhadap bencana Penetapan kawasan lindung Potensi kebencanaan (khususnya Jika tidak ada aturan main yang jelas - Resiko kebencanaan tidak dapat
alam dan bencana non alam setempat bencana alam) dapat ditekan serta upaya penegakan hukum atas dilakukan tindakan mitigasi
Kerugian akibat bencana dapat peraturan daerah tentang RTRW Resiko kerugian bencana akan
diminimalkan, karena kawasan Kabupaten Buol 2011-2030 yang ketat semakin tinggi baik yang sifatnya
rawan bencana sudah ditetapkan maka masyarakat akan berupaya kerugian material maupun jiwa
sebagai kawasan lindung setempat “mencuri-curi” kesempatan Resiko deforestasi kawasan
dan atau kawasan budidaya memanfaatkan kawasan lindung hutan akan semakin meningkat,
nonpermukiman setempat sebagai kawasan permukiman meningat keterbatasan akses
Resiko abrasi dan sedimentasi dapat sebagaimana yang terjadi saat ini masyarakat untuk memanfaatkan
ditekan sumber daya nonalam dalam
Faktor bencana nonalam akan dapat peningkatan kesejahteraan
ditekan, karena aktivitas budidaya hidupnya
permukiman diarahkan pada Pencurian kayu pada kawasan
kawasan yang memiliki resiko hutan akan semakin marak
bencana nonalam paling kecil
Melalui penataan kepadatan
permukiman serta penyiapan
prasarana dan sarana lingkungan
permukiman yang baik resiko
bencana nonalam khususnya
penyakit menular dapat ditekan
Sumber: Rumusan Tim Perencana, 2010

PT. Saranabudi Prakarsaripta 70

Anda mungkin juga menyukai