Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study : Keperawatn Komunitas


Topik : Perawatan DBD
Sub topik : Perawatan DBD
Sasaran : Ibu balita Pos Penimbangan 3
Tempat : Paud Pos Penimbangan 3
Hari/Tanggal : Pos Penimbangan 3
Waktu : 1 x 30 menit ( jam 09.00 WIB )

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit tentang penyakit DBD dan perawatan
DBD, warga mengerti mengenai penyakit DBD dan dapat mengetahui cara mendeteksi dini,
menanggulangi dan pertolongan dini terhadap penderita demem berdarah

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit tentang penyakit DBD, diharapkan warga
mengerti:
1. Menjelaskan pengertian DBD
2. Menjelaskan penyebab DBD
3. Menjelaskan tanda dan gejala DBD
4. Menjelaskan cara penularan
5. Menjelaskan cara perawatan pada DBD di rumah sebelum di bawa ke rumah sakit
6. Menjelaskan kapan harus di bawa ke rumah sakit
7. Menjelaskan cara pencegahan DBD di rumah

3. MATERI
1. Pengertian DBD
2. Penyebab DBD
3. Tanda dan gejala DBD
4. Cara penularan
5. Cara perawatan pada DBD di rumah sebelum di bawa ke rumah sakit
6. Kapan harus di bawa ke rumah sakit
1
2

7. Cara penanggulangan/pencegahan DBD di rumah

4. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

5. MEDIA
1. Leaflet DBD

6. KEGIATAN PENYULUHAN

No. FASE KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN WARGA WAKTU


1. Pra Interaksi  Menyiapkan Satuan Acara 1 minggu
Penyuluhan & bahan untuk sebelumnya
leaflet.
 Menentukan waktu penyuluhan
 Mempersiapkan peralatan dan
perlengkapan
2. Kerja  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dari  Mendengarkan
penyuluhan  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang akan
diberikan.  Memperhatikan
 Menggali pengetahuan warga
mengenai penyakit DBD.  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang pengertian
DBD 15 menit
 Memberi kesempatan kepada  Memperhatikan
warga untuk mengajukan
pertanyaan kemudian  Bertanya dan menjawab
didiskusikan bersama & pertanyaan yang diajukan.
menjawab pertanyaan.
 Memberikan leaflet DBD.

 Memperhatikan
3. Evaluasi :  Menanyakan kepada warga  Menjawab pertanyaan 10 menit
tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada warga yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. Terminasi :  Mengakhiri pertemuan &  Mendengarkan 5 menit
mengucapkan terimakasih atas
partisipasi Orang tua klien  Menjawab salam
(anak).
 Mengucapkan salam penutup
3

7. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan materi
2) Kesiapan SAP
3) Kesiapan media : leaflet
4) Warga hadir ditempat penyuluhan
5) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Balai RW 11 Kelurahan Kedongdoro
Surabaya
6) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi Proses
1) Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
2) Warga antusias terhadap materi penyuluhan
3) Warga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
4) Suasana penyuluhan tertib
5) Tidak ada warga yang meninggalkan tempat penyuluhan

3. Evaluasi Hasil
Warga dapat :
1) Menjelaskan pengertian DBD
2) Menjelaskan penyebab DBD
3) Menjelaskan tanda dan gejala DBD
4) Menjelaskan cara penularan
5) Menjelaskan cara perawatan DBD di rumah sebelum di bawa ke rumah sakit
6) Menjelaskan kapan harus di bawa ke rumah sakit
7) Menjelaskan cara pencegahan DBD di rumah
8. PENGORGANISASIAN
Pembawa Acara : Benediktus Sosimus Laka Belek W
Pembicara : Elly Tjitra Wardianny, S.Kep
Fasilitator : Elisabet Linda Loni Dasura
Observer : Ekania Handryanti Tani
4

9. DAFTAR PUSTAKA
Efendy,Christantie (1995). Perawatan Pasien DBD. Jakarta: EGC
Engram, Barbara (1994). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Alih
bahasa: Suharyati Samba. Jakarta: EGC.
Hendarwanto (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1..Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Ismoedijanto, Et all., (2006). Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI. Surabaya: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Unair.
Mansjoer, Arif dan Suprohaita (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Soeparman (2004). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Shepherd, Suzanne Moore (2007). Dengue Fever. www.emedicine.com
WHO.(1999).Demam Berdarah Dengue, Aplikasi, Pengobatan, Pencegahan dan
pengendalian.Alih bahasa:Monica Ester.Jakarta:EGC
5

LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ).
Demam Berdarah Dengue(DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama deman, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam DBD sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegepty (betina) (Seoparman , 1990).
2. Etiologi
Penyebab DBD adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes
( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ), (Hendarwanto 1999:417). Penyebab dari DBD
adalah Virus Dengue yg tergolong arbovirus, yaitu serotipe 1-4 virus dengue (DENV-1,
DENV-2, DENV-3, DENV-4). Dengue ditransmisikan ke tubuh manusia oleh nyamuk dari
genus Aedes yang terinfeksi virus, di mana nyamuk ini tersebar luas di daerah subtropis dan
tropis. Dua vektor yang kompeten untuk menyebarkan virus dengue adalah Aedes aegypti dan
Aedes albopictus (Mansjoer dan Suprohaita, 2000: 419).
3. Tanda dan gejala :
Menurut Hendarwanto (1999:421)
1) Meningkatnya suhu tubuh
2) Nyeri pada otot seluruh tubuh
3) Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
4) Suara serak
5) Batuk
6) Epistaksis
7) Disuria
8) Nafsu makan menurun
9) Muntah
10) Ptechie
11) Ekimosis
12) Perdarahan gusi
6

13) Muntah darah


14) Hematuria masif
15) Melena
4. Kriteria Klinis DBD
1) Menurut Hendarwanto (1999:423)
(1) Suhu badan yang tiba-tiba meninggi
(2) Demam yang berlangsung hanya beberapa hari
(3) Kurva demam yang menyerupai pelana kuda
(4) Nyeri tekan terutama di otot-otot dan persendian
(5) Adanya ruam-ruam pada kulit
(6) Leukopenia
2) Menurut WHO (1986) dalam Hendarwanto (1999:423)
(1) Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari kemudian turun secara lisis. Demam
disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang,
persendian dan kepala
(2) Manifestasi perdarahan:
a. Uji torniquet positif
b. Petekie, purpura, ekimosis
c. Epistaksis, perdarahan gusi
d. Hematemesis, melena
(3) Pembesaran hati yang nyeri tekan pada ikterus
(4) Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam menurun (hari
ke 3dan ke 7 sakit). Renjatan yang terjadi saat demam biasanya mempunyai prognosis
jelek
(5) Kenaikan nilai hematokrit/hemokonsentrasi. Meningkatnya nilai hematikrit merupakan
indikator yang peka akan timbulnya renjatan
5. Klasifikasi DBD
1) Menurut WHO(1999:32)
(1) Derajat I
a. Demam disertai gejala tidak khas, tsatu-satunya manifestasi perdarahan adalah tes
tourniquet positif atau mudah memar
7

(2) Derajat II
b. Perdarahan spontan selain manifestasi pasien pada derajat 1, biasanya pada bentuk
perdaraha kulit atau perdarahan lain.
(3) Derajat III
c. Kegagalan sirkulasi darah dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta
penurunan tekanan darah atau hipotensi dan adanya kulit dingin dan lembab serta gelisah
(4) Derajat IV
d. Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi
2) Menurut Hendarwanto (1999:423)
(1) Derajat I (ringan)
a. Demam medadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan
teringan yaitu uji torniquet positif
(2) Derajat II (sedang)
a. Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain
(3) Derajat III
a. Ditemukan tanda-tanda dini perdarahan
(4) Derajat IV
a. Ditemukan DSS dengan tensi dan nadi yang tak terukur
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratory Test (Shepherd, 2007)
(1). CBC (complete blood cells count):
a. Leukopenia.
b. Peningkatan hematocrit lebih dari 20%.
c. Thrombositopenia, platelet count kurang dari 100.000/L.
(2). Panel metabolik dasar (pada DBD dan DSS umumnya dijumpai):
a. Hiponatremia.
b. Peningkatan BUN.
c. Asidosis metabolik: perlu dilaksanakan analisa gas darah.
(3). LFT (liver function test):
a. Transaminase kadang meningkat ringan.
b. Hipoalbuminemia yang merupakan tanda hemokonsentrasi.
(4). Coagulation test:
8

- PT (prothrombin time) dan A-PTT (activated partial thromboplastin time) memanjang.


- Jika terjadi DIC: fibrinogen rendah dan peningkatan hasil degradasi fibrin.
(5). Test serologi:
a. Uji complement fixation (CF).
b. Neutralization test (NT).
c. Uji hemaglutinasi inhibisi (uji HI)
d. Uji ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)/assay IgM atau IgG yang positif.
(6). Urine lengkap: kadang dijumpai adanya albuminuria ringan.
(7). Kultur darah, urine, CSF serta cairan tubuh yang lain dilakukan jika diperlukan untuk
menegakkan penyebab potensial penyakit pasien.
2) Radiology Test
1) Thorax photo: kadang dijumpai adanya effusi pleura.
2) USG abdomen: kadang dijumpai hepato-splenomegali, adanya cairan di kavum
abdominal dan atau thorax, penebalan dinding galbladder.
7. Penatalaksanaan
1) Menurut Hendarwanto (1999:423)
a. Tirah baring.
b. Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5 – 2
liter/24 jam, susu, air gula/sirop, jus buah, atau air tawar ditambah dengan garam.
c. Medikamentosa bersifat asimptomatis, untuk hiperpireksia dapat diberikan golongan
asetaminofen, eukinin atau dipiron, hindari pemakaian asetosal/aspirin dan non steroidal
anti inflammatory drug (NSAID) karena bahaya perdarahan.
d. Antibiotik diberikan jika terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
e. Observasi terhadap penemuan dini tanda renjatan:
1) Defisit volume intravaskuler dikoreksi dengan cairan isotonik, misalnya Ringer Laktate.
2) Jika status hidrasi stabil, biasanya cairan intravena diberikan tidak lebih dari 24-48 jam,
hendaknya cairan intravena dihentikan jika hematocrite kurang dari 40% dan volume
cairan intravaskuler stabil.
Resusitasi segera dilakukan dengan memberikan cairan isotonik bolus 10-20 cc/kg BB,
selama 20 menit dan dapat diulang. Jika masih tidak berhasil, maka diberikan plasma
expander (misalnya Dextran 40) 10-20 cc/kg BB. Pasien dengan gastrointestinal bleeding
transfusi whole blood mungkin perlu dilakukan (dosis 10-20 cc/kg BB selama 10-20
9

menit). Dan jika terjadi koagulopati mungkin dapat diberikan fresh frozen plasma
(Shepherd, 2007)
8. Perencanaan Pulang
Perencanaan pulang dapat dipersiapkan jika dijumpai kriteria (Shepherd, 2007):
1) 24 jam tidak panas tanpa pemberian antipiretik.
2) Nafsu makan pasien baik/normal dan terjadi peningkatan kondisi klinis.
3) Produksi urine adekuat.
4) Hematokrit stabil.
5) Tidak ada distress nafas.
6) Sedikitnya setelah 48 jam sejak pulih dari shock.
7) Platelet count lebih dari 50.000/L
9. Pencegahan

Untuk mencegah berkembangnya demam berdarah, salah satu upaya penanggulangannya


dapat dilakukan melalui pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegpty.
Penyemprotan/pengasapan bukan tindakan memutuskan rantai penularan karena sama sekali
tidak ada pengaruhnya terhadap telur dan jentik nyamuk tersebut. Maka cara yang paling tepat
yang dapat dilakukan semua masyarakat adalah ;
1) Menguras tempat-tempat penampungan air 2 hari sekali dan memberi bubuk abate.
2) Membiasakan menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
3) Memusnahkan barang-barang bekas seperti kaleng, ban dan botol bekas.
4) Tidak menggantung pakaian dikamar.
Hal terpenting yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mempertahankan lingkungan hidup
yang bersih dan sehat dengan ventilasi dan sinar matahari yang cukup. Penjelasan tentang
pentingnya tindakan pertama bagi penderita. Tindakan pertama yang harus dilakukan yaitu:
1) Memberi penderita banyak minum
2) Kompres dingin saat panas tinggi
3) Segera bawa ke RS/Puskesmas terdekat
DEMAM BERDARAH Mimisan
Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat
penyakit yang disebabkan oleh virus pada sekitar mata
dengue sejenis virus yang tergolong Nyeri tekan terutama di otot-otot dan
arbovirus dan masuk kedalam tubuh persendian
penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty
NYAMUK AEDES AEGYPTI

Demam tinggi selama 5-7 hari (pelana


kuda) Betina

1. Mengigit pada sekitar dua jam setelah


matahari terbit dan beberapa jam
sebelum matahari terbenam atau pada
malam hari di lokasi berpenerangan
baik
2. Terbang pada ketinggian 1 meter dari
permukaan tanah
3. Senang menghabiskan hidupnya di
dalam atau sekitar rumah dan bisa
OLEH: terbang rata-rata sejauh 400 meter
4. Senang hinggap di kamar yang gelap
Perdarahan bawah kulit/ bintik merah,
MAHASISWA PROGRAM jika diregangkan maka bintik merah
STUDI PROFESI NERS akan hilang
ST. VINCENTIUS A PAULO 1. Beri penderita banyak minum
SURABAYA 2. Kompres hangat saat panas
3. Segera bawa penderita ke pelayanan
2019 Mual, muntah, nafsu makan menurun
kesehatan terdekat
Nyeri ulu hati
10
11

DIMANAKAH NYAMUK AEDES  Mengubur, membakar dan gerakannya.


AEGYPTI BERSARANG DAN membuang kaleng bekas, botol Jika jentik yang bergerak mendekati
BERKEMBANG bekas, dll arah cahaya, adalah jentik nyamuk DBD
 Rapikan halaman dan jangan
biarkan semak – semak di halaman
tak terurus.
 Bersihkan selokan agar air dapat Ambil jentik dan buang ke tanah, bukan
mengalir dengan lancar. dalam genangan atau menimbulkan
 Tidak membiarkan kain/ baju – baju genangan.
tergantung. Bisa juga jentik dikumpulkan di ember,
 Lakukan penyemprotan nyamuk kemudian larutkan desinfektan seperti
(bila memang diperlukan) pemutih pakaian untuk membunuh
 Larvasida/ Abate jentik
 Obat nyamuk Di luar lingkungan hidupnya, jentik
 Pencahayaan dan ventilasi di dalam akan mati sendiri dalam waktu 3 menit.
ruangan harus memadai karena
nyamuk senang hinggap di kamar
yang gelap
 Menanam tumbuhan anti
nyamuk seperti serai, lavender,
kecombrang dan rosemari
memutuskan rantai siklus hidup nyamuk
aedes aegypti pada fase nyamuk dewasa dan
fase larva hidup.
1. Memelihara lingkungan tetap bersih dan
cukup sinar matahari.
2. Melakukan pemberantasan sarang Menyorotkan lampu senter ke setiap
nyamuk dengan cara : sudut penampungan air selama kurang
lebih 3 menit.
 Menutup dan menguras tempat
Setiap jentik nyamuk akan terlihat dari
penampungan air 3 hari
12

12

Anda mungkin juga menyukai