Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Rifqi Marzuqi Zain
NIM. 1607078
Mengetahui,
Pembimbing
NIP. 197311112000121001
Mengetahui
Mengetahui
Ketua Program Studi D3 Teknik Mesin
2
Rifqi Marzuqi Zain / NIM. 1607078
PERBAIKAN LINE LCO ( LIGHT CYCLE OIL )
YANG MENGALAMI KOROSI
Franciskus Sembiring
747529
Mengetahui,
Sr Supervisor Mechanical
Mutamakin
73362
3
i
KATA PENGANTAR
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penyusun masih diberikan
kemampuan untuk dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
2. Bapak Franciskus Sembiring selaku Section head Mentainence Area I RU VI
Balongan.
3. Bapak Mutamakin selaku pembimbing Kerja Praktek lapangan di PT.
PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan atas penjelasan, bimbingan, bantuan
dan kesabarannya dalam pelaksanaan Kerja Praktek dan dalam penyusunan
laporan
4. Bapak Yanto yang telah memudahkan dalam proses administrasi sebagai
peserta Praktek Kerja Lapangan serta memberikan referensi mengenai
penulisan Laporan Kerja Praktek.
5. Bapak Drs.Tatang Permana, M.Pd. selaku Ketua Jurusan D3 - Teknik Mesin,
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ,Universitas Pendidikan
Indonesia
6. Bapak Dr.Purnawan, M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek
yang telah memberikan bimbingan, doa dan dukunganya.
i
7. Bapak Agus Raharjo, Bapak Rangga dan Bapak Budi Pembimbing
lapangan di unit CDU dan juga operator di unit CDU, RCU, dan
LEU yang telah memandu kami saat orientasi di lapangan.
8. Bapak Riki Triyanto dan Bapak Marulus Pembimbing lapangan di unit
RCC
9. Orang tua dan keluarga kami atas kasih sayang, dukungan dan
doanya sehingga kami tetap dapat melaksanakan kerja
praktek dengan baik.
10. Teman-teman kami dari Universitas Pendidikan Indonesia
yaitu Andri, Edwin, dan Yayang serta teman-teman dari UI,
UNHAS, UGM
11. Serta semua pihak lainya yang tidak bisa dituliskan penulis satu per
satu yang telah membantu selama pelaksanaan Praktek Kerja
Lapangan PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan.
ii
DAFTAR ISI
iii
2.12.1 Spesifikasi Bahan Baku Utama .......................................................... 26
iv
3.3.3 Tipe Muka Flange ................................................................................ 59
v
BAB V PENUTUPAN ......................................................................................... 80
vi
DAFTAR TABEL
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
Dalam pelaksanaan praktek kerja ini ada beberapa manfaat yang ingin
dicapai, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mendekatkan kemampuan dan keterampilan yang diperoleh di DPTM FPTK
UPI dengan perkembangan kebutuhan industri.
2. Adanya pengalaman industri bagi mahasiswa DPTM FPTK UPI sesuai dengan
dasar keahliannya baik otomotif maupun produksi, sehingga dapat dijadikan
bahan perkembangan berpikir dimasa depan.
3. Memperaktekan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dalam aktivitas
kerja yang sebenarnya di industri.
4. Memahami karakteristik industri, meliputi etika dan budaya kerja, peraturan
kerja, dan spesifikasi tenaga kerja.
5. Terjalinnya kerja sama antara DPTM FPTK UPI dengan pihak industri dalam
rangka memberikan kesempatan/pengalaman industri bagi mahasiswa.
3
4
4
5
BAB II
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA
Sampai saat ini minyak bumi masih menjadi komoditas utama di Indonesia,
baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan dasar produk turunan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Proses pengolahan minyak bumi menjadi
produk dengan nilai ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari
perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan
industri petrokimia hilir. Pengelolaan sumber daya ini diatur oleh negara untuk
kemakmuran rakyat seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Hal ini
ditujukan untuk menghindari praktik monopoli dan mis-eksploitasi kekayaan alam.
Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan
Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha
tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang
melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni
1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia.
Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur)
tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun
1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921. Penemuan-
penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan maskapai
perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac, Caltex dan
maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di
Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan pengelolaan
perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah
Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak
Nasional (PT PERMINA). Kemudian dengan PP No. 198/1961 PT PERMINA
dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP No.
27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu perusahaan yang
bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PN
5
6
PERTAMINA). Sebagai landasan kerja baru, lahirlah UU No. 8/1971 pada tanggal
15 September 1971. Sejak itu, nama PN PERTAMINA diubah menjadi PT.
PERTAMINA, dan dengan PP No. 31/2003 PT. PERTAMINA menjadi (Persero),
yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang berwenang
mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan di Indonesia.
Berikut ini adalah kronologis sejarah berdirinya PT Pertamina (Persero).
Tabel 2. 1 Sejarah Perkembangan PT.Pertamina 2005
6
1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.
2. Sebagai sumber devisa negara.
1 RU II Dumai 170.0
2 RU III Plaju 133.7
3 RU IV Cilacap 348.0
4 RU V Balikpapan 260.0
5 RU VI Balongan 125.0
6 RU VII Kasim 10.0
Selama 37 tahun (20 Agustus 1968 – 1 Desember 2005) orang mengenal logo
kuda laut sebagai identitas PERTAMINA. Perkiraan perubahan logo sudah dimulai
sejak 1976 setelah terjadi krisis PERTAMINA.Pemikiran tersebut dilanjutkan pada
tahun-tahun berikutnya dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi PERTAMINA.
Demikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya dan diperkuat
melalui Tim Restrukturisasi PERTAMINA tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian
yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan
biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya perubahan
kebijakan atau pergantian direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai
dengan terbentuknya PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tahun 2003. Adapun
pertimbangan pergantian logo yaitu agar dapat membangun semangat baru,
membangun perubahan corporate cultre bagi seluruh pekerja, mendapatkan
pandangan (image) yang lebih baik diantara global oil dan gas companies serta
7
mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi, antara lain :
8
Gambar 2. 1 Logo PT. PERTAMINA
Arti Logo :
Misi:
9
2.4 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
10
Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. Pertamina (Persero)
RU VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed) menjadi
minyak ringan yang lebih berharga. Residu yang dihasilkan sangat besar sehingga
sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan. Kapasitas unit
ini yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini.
Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas produksi kilang minyak
domestik menjadi 1.074.300 BPSD. Produksi kilang minyak Balongan berjumlah
kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan
sekitarnya.
2.5 Logo, Slogan, Visi dan Misi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
11
3. Warna :
12
tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan area perkantoran adalah unit utilitas dan
tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif aman.
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan
adanya faktor pendukung, antara lain :
1. Bahan Baku
2. Air
Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari,
kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan
secara pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal
1.100 m3 serta kecepatan maksimum 1.200m3. Air tersebut berfungsi untuk steam
boiler, heat exchanger (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan.
Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan
sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini. Secara
spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter NH3, fenol,
dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan.
3. Transportasi
13
rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan
produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan
fasilitas yang dinamakan jetty facilities.
4. Tenaga Kerja
14
1. Relatif dekat dengan konsumen BBM terbesar, yaitu Jakarta dan Jawa
Barat.
2. Telah tersedianya sarana penunjang yaitu: Depot UMPS III, Terminal
DOH-JBB (Jawa Bagian Barat), Conventional Buoy Mooring (CBM) dan
Single Buoy Mooring (SBM).
3. Dekat dengan proyek pipanisasi BBM di Pulau Jawa.
4. Tersedianya lahan yang dibutuhkan yaitu bekas sawah yang kurang
produktif.
5. Tersedianya sarana infrastruktur.
15
20 UOB FW
Condensation BPSD
15.000
Light Cycle Oil 21 UOB JGC
BPSD
76
Hydrogen Plant 22 FW FW
MMSCFD
Amine Treater Plant 23 - JGC JGC
Sour Water Stripper 24 - JGC JGC
Sulphur Plant 25 27 MTD JGC JGC
16
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip
bisnis yang sehat.
6 Capable : Dikelola oleh pemimpin dan pekerja
profesional yang memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen
dalam membangun kemampuan riset
dan pengembanga.
2.9 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tabel 2. 4 Bagan Struktur Organisasi Pertamina RU VI
17
organisasi RU VI Balongan terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi
dan tanggung jawab masing-masing yaitu sebagai berikut :
1. General Manager
3. Production-I Manager
18
4. Production-II Manager
19
7. Maintenance Planning & Support Manager
8. REL Manager
20
10. Engineering & Development Manager
21
perusahaan, corporate activity, manajemen security, budaya security, operasional
program security, emergency program, pengelolaan peralatan dan fasilitas security,
juga security regulation compliance untuk mendukung kegiatan operasional agar
berjalan efektif dan optimal di fungsi Refinery Unit VI.
22
2. Seksi Pelatihan, tugas-tugas yang dilakukan antara lain :
a. Menyiapkan dan mengadakan pelatihan bagi karyawan dan kontraktor agar
lebih menyadari tentang keselamatan kerja.
b. Membuat dan menyebarkan bulletin LKKK pada karyawan agar wawasan
karyawan tentang LKKK meningkat .
3. Seksi Fire, tugas-tugas yang dilakukan antara lain :
a. Membuat prosedur emergency agar penanggulangan berjalan dengan baik.
b. Mengelola regu pemadam kebakaran agar selalu siap bila suatu waktu
diperlukan.
c. Mengadakan pemeriksaan kehandalan alat-alat pemadam kebakaran.
d. Mengadakan dan menyiapkan pelatihan bagi karyawan dan kontraktor agar
lebih menyadari tentang keselamatan kerja.
e. Membuat dan menyebarkan bulletin.
4. Seksi Lindung Lingkungan, tugas-tugas yang dilakukan antara lain :
a. Memprogram Rencana Kelola Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RKL dan RPL).
b. Mengusulkan tempat-tempat pembuangan limbah dan house keeping.
5. Seksi Rekayasa, tugas-tugas yang dilakukan antara lain :
a. Me-review gambar-gambar dan dokumen proyek.
b. Melakukan evaluasi-evaluasi semua kegiatan yang berhubungan dengan
LKKK. Hal ini diperlukan untuk mencegah kecelakaan, kebakaran, maupun
pencernaan lingkungan dari segi engineering.
2.11 Sistem Kontrol
23
2.12 Spesifikasi Bahan Baku
2.12.1 Spesifikasi Bahan Baku Utama
24
Tabel 2. 5 Spesifikasi Minyak Mentah dan Duri
Spesifikasi
Analisis Satuan
Minas Duri
Pour point °C 36 34
Nikel Ppm wt 8 32
25
2.12.2 Spesifikasi Bahan Baku Pendukung
15-B-101, 15-E-104
Kalgen mengatasi kesadahan
A/B
Mengurangi kandungan
12, ICR131KAQ 12/13-R.101/102/103
logam
13
Sulphur absorber 22-R-102 A/B Adsorbsi H₂S
15
Molsieve Pru Adsorbsi moisture dari
19-V104 A/B
ODG-44 LPG campuran C₃
26
Unit Jenis Aplikasi Fungsi
Oksidasi Sodium
Katalis 18-A-202, 206
15, mercaptide
16,
17, 11-V-101, 102, 103,
18, Kaustik 106 dan 18-V-102, Mengikat H₂S
19, 18-V-104
E-315 Katalis
Menghilangkan kandungan
19 Propylene Metal 19-V-111
metal
Treater
Menjenuhkan senyawa
Katalis SHP H-
19-R-101 A/B diolefin menjadi
14171
20 monoolefin
High Temperature
Mengubah CO menjadi
22 Shift Converter 22-R-103
CO₂
type C12-4
Preparasi larutan
23,
DIPA dilakukan pada 23-V- Mengikat H₂S
24
102
27
Unit Jenis Aplikasi Fungsi
Injeksi pada kolom
RCC (24-C-201) dan
23,
Anti Foam kolom NH₃stripper Mencegah foaming
24
(24-c-102) dan aliran
masuk 23-V-102
24-V-302, 24-V-303
Soda Menetralisir kaustik
dan 24-Z-301
Lynde Adsorbent
Menyerap pengotor H₂
tipe LA22LAC- 22-V-109 A-M
(CO, CO₂, N₂, HC )
612, C-200F
28
2.13 Spesifikasi Produk
Produk dari kilang minyak tiap unit (CDU, AHU, RCC) hanya sebagai
bahan dasar produk yang dijual di pasar, PT. PERTAMINA membuat dengan cara
mencampur antara minyak dengan angka oktan tinggi dan angka angka oktan kecil
untuk mendapatkan spesifikasi produk yang sesuai dengan pasar. Dalam hal ini,
produk yang mempunyai angka oktan paling tinggi adalah Super-TT dan RU-VI
Balongan adalah satu-satunya kilang di Indonesia yang memproduksinya.
1. Premium
Bilangan oktan : 87 min
Kandungan TEL, ml/USG : max 0,54
RVP pada 100°F, psi : max 9
Kandungan GUM, mg/100 ml : max 4
Sulfur, % wt : max 0,2
Copper Strip Corrotion, 3h/122°F : max nomor 1
Kandungan merkaptan, %wt : max 0,015
Warna : kuning
Kandungan zat warna, g/100USG : max 0,5
2. Pertamax
Bilangan oktan : min 92
Kandungan belerang, %wt : max 0,1
Kandungan timbal, g/ml : max 0,013
Kandungan aromatik : max 50
Densitas, kg/m3 : max 780
Kandungan merkaptan, %wt : max 0,002
Warna : biru
Getah purwa, mg/100 ml :4
29
3. Pertamax Plus
Bilangan oktan : min 95
Kandungan belerang : max 0,1
Kandungan timbal, g/ml : max 0,013
Kandungan aromatik : max 50
Densitas, kg/m3 : max 780
Kandungan merkaptan : max 0,002
Warna : merah
Getah purwa, mg/100 ml :4
5. Decant Oil
Viskositas, CSTS pada 122°F : max 180
Kandungan sulfur, %wt : max 4
Kandungan abu, %wt : max 0,1
Flash point, °C : max 62
Kandungan katalis, ppm : max 30
Sedimen, %wt : max 0,15
MCR, %wt : max 18
30
6. LPG
RVP pada 100°F, psig : max 120
Copper Strip Corrotion, 3h/122°F : max nomor 1
Kandungan metana, %wt :0
Kandungan etana, %wt : max 0,2
Kandungan propane&butane,%wt : max 97,5
Kandungan pentane, %wt : max 2,5
Merkaptan, ml/1000 USG : 50
7. Propylene
Propylene, %mol (kemurnian) : min 99,6
Total paraffin, %mol : max 0,4
Kandungan metana, ppm : max 20
Kandungan etilen, ppm : max 25
Kandungan etana, ppm : max 300
Kandungan propane, ppm : max 5
Kandungan pentane, ppm : max 10
Asetilen, ppm : max 5
Metiasetilen,propadien,1-3butadien : max 2
Total butane, ppm : max 100
Pentane, ppm : max 100
Hidrogen, ppm : max 20
Nitrogen, ppm : max 100
CO, ppm : max 0,5
CO2, ppm : max 1
O2, ppm : max 1
Kandungan air, ppm : max 2,5
Total sulfur, ppm : max 1
Amoniak, ppm : max 5
31
Tabel 2. 7 Kapasitas dan Distribusi Produksi Pertamina RU VI Balongan
Satuan
Jenis Produk Kapasitas
BBM
BPSD
Motor Gasoline 57.500
BPSD
Automotive Diesel Oil 26.900
BPSD
Industrial diesel Oil 7.000
BPSD
Decant Oil dan Fuel Oil 8.500
Non BBM
Ton/hari
LPG 700
Ton/hari
Propylene 600
Ton/hari
Ref. Fuel Gas 125
Ton/hari
Sulfur 30
BBK
BPSD
Pertamax 580
BPSD
Pertamax Plus 10.000
BPSD
HOMC 30.000
32
mentah menjadi beberapa produk melalui proses pemisahan fisik berdasarkan
perbedaan titik didih dengan proses yang dikenal sebagai distilasi. Produk yang
dihasilkan adalah Straight Run Naptha, Herosene, Gasoil dan Atmospheric
residue.
f. PENNEX
Unit 33 yaitu unit penex ini berfungsi untuk mengkonversikan light naptha
melalui proses isomerasi menjadi produk Isomerat yang beroktan 87 serta LPG
sebagai produk samping.
Unit NHT, Platformer dan PENEX tersebut merupakan terobosan atau
breakthrough Pertamina dalam mendukung program Pemerintah untuk
menghapuskan penggunaan timbal pada bensin yang dikenal dengan Program
Langit Biru Balongan (PLBB). Campuran produk Platformer dan produk
Isomerate menghasilkan produk HOMC dengan oktan 92 yang digunakan
33
sebagai komponen blending bensin tanpa timbal, diagram alir produksi dapat
dilihat seperti pada gambar 2.14.
34
35
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Pipa
3.1.1 Definisi Pipa
Pipa merupakan media berbentuk tubular yang digunakan untuk mengalirkan
fluida dari suatu tempat ketempat yang lain dengan ketentuan :
1. Pengaliran fluida berlangsung kontinu dalam interval waktu tertentu
2. Hambatan tekanan sekecil mungkin
3. Panas yang hilang minimum
Disamping hal tersebut, ada beberapa persyaratan tertentu terhadap kondisi
pipa yaitu :
1. Pipa harus rapat
2. Tahan terhadap kondisi kerja
3. Tahan terhadap bahan / zat kima
4. Tahan terhadap oxidasi
3.1.2 Material Pipa
Material pipa dibagi dalam dua kelompok dasar : Logam (Metal) dan bukan
Logam (Non-Metal). Pipa non-metal dapat berasal dari kaca,(glass), ceramic,
plastic dan lain sebagainya. Sedangkan pipa logam dibagi dua lagi menjadi :
Ferrous dan non ferrous.
3.1.2.1 Pipa Non-Metal
1. Pipa Beton (tanpa tulangan & dengan tulangan)
35
2. Pipa PVC (Poly Vinyl Chloride)
36
5. Pipa PE (Poly Ethylene)
Gambar 3. 5 Pipe PE
Pipa Almunium
37
2. Pipa Metal Ferrous
1. Carbon Steel Pipe (Pipa Baja Karbon)
Sifat mekanik dari pipa carbon steel memiliki kekuatan lebih besar,
kekerasan rendah, mudah dibentuk dengan mesin dan sifat mampu las baik.
Pipa carbon steel banyak digunakan untuk fluida air, minyak, uap dan
udara.
38
Pipa ini banyak digunakan untuk tekanan dan temperature tinggi.
39
Pertibangan utama dalam menentukan ukuran standar ketebalan dan bahan
material pipa adalah dikaitkan dengan operasionalnya yaitu fluida, tekanan dan
suhunya.
• Diameter bagian luar pipa selalu tetap untuk segala ukuran dan kelas.
• Ketebalan dinding pipa bervariasi dari masing-masing ukuran diameter
nominal sesuai dengan angka schedule-nya.
40
Gambar 3.13 Perbandingan Ukuran pada Diameter Nominal pipa 2” dengan
Schedule Number 40,60,dan 160
1 Uniform lenght = 21 ft
2 Normal lenght = 12 ft.
3 One half random = 8 s.d 16 ft.
4 Single random = 16 s.d 22 ft.
5 Double random = 40 ft.
6 Cut length = panjang sesuai dengan pesanan.
41
2. Pipa dengan Sambungan (Welded Pipe)
Welded pipe adalah pipa yang sepanjang dinding terdapat sambungan las,
karena pipa tersebut dibuat dari plat baja lembaran dengan ukuran tertentu yang
diroll menjadi bentuk pipa kemudian dilakukan pengelasan. Welded Pipe ada 2
Jenis :
1. Pipa dengan Pengelasan Lurus (Straight Welded Pipe)
Pada pengelasan lurus bentuk kampuh las butt welding dan lap welding.
Biasanya untuk diameter pipa 24 inch.
42
3.1.5 Bentuk Ujung Pipa
Bentuk ujung pipa akan menentukan jenis sambungan pipa dengan pipa,
pipa dengan fitting dan peralatan lainya. Bentuk ujung pipa ada beberapa jenis :
43
3.1.6 Kondisi Permukaan Pipa .
Beberapa kondisi permukaan pipa yang diproduksi pabrikan, yaitu:
44
3.2 Fitting
45
Gambar 3. 18 Jenis Fitting
• Standard Weight (STD WT) yaitu fitting dengan ukuran atau dimensi yang
normal (tertentu) dan digunakan dalam pelayanan tekanan dan temperatur
operasi relatif rendah.
• Extra Strong (XS) yaitu fitting dengan ukuran berbanding lebih tebal
dibandingkan dengan fitting Standard Weight dan digunakan melayani
tekanan dan temperatur menengah.
• Double Extra Strong (XXS) yaitu fitting dengan ukuran berbanding lebih
tebal ganda (dua kali dari Extra Strong) dan digunakan untuk melayani
tekanan dan temperatur tinggi.
• ASA series 150 Psi = STD WT, API = ASA, Sch pipe 40.
• ASA series 300 Psi = XS, API = ASA, Sch pipe 80.
• ASA series 600 Psi = XXS, API = ASA, Sch pipe 160.
46
Forged steel socked fitting dibuat dari bahan baja karbon yang ditempa,
dibagi dalam kelas-kelas: kelas 2000 Psi, kelas 3000 Psi, kelas 4000 Psi dan kelas
6000 Psi.
Forged steel screwed fitting dibuat dari bahan baja karbon tempa, dibagi
dalam beberapa kelas yaitu: kelas 2000 Psi, kelas 3000 Psi dan kelas 6000 Psi.
47
3.2.5 Standar Material Fittings.
Pada uraian didepan telah disinggung beberapa jenis bahan bahan fittings baik
jenis logam maupun bukan logam., Berikut macam bahan material standar fitting
dengan spesifikasinya.
48
Gambar 3. 19 Fitting Baja Karbon Tempa tipe Sambungan Socket
49
Gambar 3. 20 Dimensi Fitting Baja Karbon Tempa tipe sambungan Socket
50
51
Gambar 3. 21SPesifikasi Fitting dan Flange
52
3.3 Flange
3.3.1 Definisi Flange
Flange banyak jenisnya dan tergantung pada dimensi ukuran, fungsi dan
tipenya serta dipakai sebagi penguhubung/penyambung atau perangkat pipa atau
penyambung antara pipa dengan peralatan dengan diperlukan pipe fitting.
Kedua ujung pipa yang sudah dipasang flange dan antara flange diisikan
gasket yang berfungsi sebagai perapat kemudian diikat dengan mur-baut yang
pelaksanaannya secara silang menyilang guna menghindari kebocoran.
1. Screwed flange, sesuai dengan namanya flange ini dibuat berulir dan
disambungkan dengan pipa yang berulir. Flange dibuat kedap dengan pipa
yaitu dengan diberi seal dengan fillet welding pada bagian belakang flange
yang ke pipa, agar tidak bocor melalui uliran. Antara permukaan flange diberi
gasket untuk mencegah kebocoran fluidanya.
2. Welding neck flange, sesuai dengan namanya flange ini dibuat dengan ujung
tirus dan dilubangi sesuai dengan diameter bagian dalam pipanya. Tipe
sambungan las yang digunakan adalah butt welding. Flanges ini sangat sesuai
untuk digunakan pada temperatur, tegangan geser, kejutan tinggi dan tegangan
yang menimbulkan getaran. Jenis flanges ini ada dua macam: biasa (regular)
dan panjang (long). Reguler welding neck flange digunakan untuk pipe fitting-
pipe fitting dengan penyambungan secara las tumpul (butt welding). Long
welding neck flange dipakai terutama untuk vessel dan nozzle peralatan dan
jarang digunakan pada pipa.
53
3. Slip on flange, jenis flange ini dibuat bagian diameter bagian dalamnya sama
dengan ukuran diameter luar pipanya dan bila dipasangkan pada pipa maka
harus dilas pada bagian depan dan belakang dengan metode:
- Type-1, standar prosedur untuk pengelasan sambungan flange ASA 150 dan 300
lbs. Ujung pipa masuk kedalam flange hampir pada permukaannya (face) dan
dilas pada bagian depan dan belakangnya.
- Type-2, standard prosedur untuk sambungan pengelasan ASA 400 lbs atau
tekanan yang lebih tinggi dari forged carbon steel flanges dan untuk pipa-pipa
alloy steel untuk segala ukuran. Alloy flanges dan flange rating digunakan pipa
masuk rata dengan flange face kemudian dilas pada bagian depan dan
belakangnya ke pipa. Bentuk lasan bagian dalam harus dibuat halus/bagus
dengan tujuan untuk menghindari korosi yang terjadi pada daerah lasan. Slip
on flange tidak tahan terhadap benturan maupun getaran, sedangkan sistem
penyambungan dilakukan dengan pengelasan sudut .
4. Lap joint flange, flanges dengan sambungan tumpang tindih dibuat dari bahan
baja karbon tempa untuk flange dan baja tahan karat untuk stub end, sehingga
jika dihubungkan dengan pipa tentu saja bahan pipanya harus sama dengan
bahan pembuat stub end. Sistem penyambungan dilakukan dengan sambungan
las tumpul (butt welding).
5. Socked weld flange, jenis flange ini permukaan bagian dalam berfungsi untuk
menerima ujung pipa dan mengikatnya dengan single weld flange ini umumnya
untuk pipa pipa berukuran kecil dengan tekanan rendah.
6. Blind flange, jenis flange ini digunakan untuk menutup ujung pipa dan kedepan
ada kemungkinan pengembangan jaringan pipa.
54
Gambar 3. 22 Proses flensa baja karbon
55
3.3.3 Tipe Muka Flange
Tipe muka flanges, dibuat dalam berbagai macam dan berbagai variasi
seperti flange yang mempunyai lidah dan alur (tongue and groove). Juga dengan
variasi jantan dan betina (male and female), sebagai berikut:
• Raised Faced (RF) : pinggiran atau muka yang ditinggikan untuk kelas
tekanan 150 lbs dan 300 lbs permukaannya menonjol 1/16” dan untuk
kelas tekanan 400 lbs dan lebih tinggi permukaannya menonjol 1/4“
• Flat Face (FF) : pinggiran atau muka yang rata/datar.
• Ring Type Joint (RTJ): sambungan tipe ring/gelang.
• Lapped Joint (LP): sambungan berimpit.
• Tongue and Groove (T & G) : pinggiran suai berlidah dan beralur.
• Male and Female ( M & F) : pinggiran suai hubungan jantan dan betina
3.3.4 Pemilihan Flanges.
Ada tujuh kelas tekanan dari flange, yaitu: kelas 150 lbs, 300 lbs, 400 lbs, 600
lbs, 900 lbs, 1500 lbs dan 2500 lbs, dan masing-masing kelas tekanan mempunyai
ukuran spesifik dan harus diperhitungkan dalam pemakaiannya dengan pipe fitting
yang lain dan valves.
Flange yang memiliki kelas tekanan semakin besar maka digunakan untuk
servis operasional tekanan lebih tinggi sehingga dimensi flanges-nya semakin tebal
dan jumlah pengikatnya (bolt and nut) banyak maupun dimensi pengikatnya
bertambah besar.
56
• 105 : Spesifikasi material, bahan material baja
karbon tempa dan bentuk produk flange.
• Gr II : Kekuatan material.
3.4 Gasket
3.4.1 Definisi Gasket
Fungsi gasket antara lain untuk perapat antara sambungan flange
sehingga tidak terjadi kebocoran fluida. Ditinjau dari bahannya, gasket ada dua
macam yaitu: gasket logam menurut standard ANSI B 16-10 dan gasket bukan
logam menurut standard B 16-21. Pemakaian dari jenis bahan gasket tergantung
dari temperatur dan jenis fluida yang mengalir dalam pipanya.
SERVIS
BAHANMATERIAL SERVIS BAHAN MATERIAL
Steam:
Exhaust Composition asbestos
Saturated Composition asbestos, Corrugated copper
57
SERVIS
SERVIS BAHAN MATERIAL
BAHANMATERIAL
58
valve, lift chec valve, safety valve. Valve didesain dan dikelompokan sesuai dengan
kelas tekanan dan dipasang pada system perpipaan yang memiliki kelas tekanan
yang sama juga. Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
valve, antara lain: suhu, tekanan, fluida, dan kapasitas alirnya.
1. Starting and stoping flow, penggunaan dari jenis valve ini dapat dipakai
secara umum, jenis-jenisnya: gate valve, ball valve, dan plug valve. Seating
direncanakan sesuai dengan fluida yang melaluinya, bila dibuka dengan
minimum pembatasan aliran dan penurunan tekanan pada valve semakin
besar.
2. Regulating or throttling flow, pengaturan aliran adalah efisien untuk globe
valve, butterfly valve, needle valve, angle valve, dan diaphragma valve.
Seating direncanakan supaya perubahan arah aliran melalui bodi valve,
sehingga akan menambah tahanan/hambatan aliran fluida pada valve ini dan
Disk dikonstruksi untuk pengaturan aliran fluida. Valve ini jarang digunakan
untuk ukuran diameter nominal > 12” karena akan mengalami kesulitan
dalam pembukaan dan penutupannya terhadap tekanan operasionalnya.
3. Preventing of back flow, check valve memiliki fungsi untuk checking atau
menghindari aliran balik didalam jalur perpipaan. Ada dua tipe dasar dari
check valve yaitu: tipe swing check valve, lift check valve dan foot valve.
Check valve akan terbuka dengan adanya tekanan aliran fluida dan tertutup
secara otomatis bila tidak ada aliran fluida secara grafitasi bumi. Swing
check valve secara umum dipasangkan dengan gate valve dan dapat
dipasang posisi horisontal atau tegak, sedangkan lift check valve
dipasangkan dengan globe valve dan dipasang horisontal.
59
5. Relieving pressure, boiler dan peralatan yang lain akan mengalami
kerusakan akibat tekanan berlebihan yang dapat membahayakan dan hal ini
dapat dihindari dengan pemasangan safety valve, relief valve, safety-relief
valve,. Valve ini umumnya adalah spring loaded valve yang membuka
secara otomatis apabila tekanan melebihi limit yang di set pada valve. Safety
valve umumnya dipakai untuk steam, udara atau gas sedangkan relief valve
digunakan untuk fluida cair.
60
3.5.3 Tipe Valve.
Ada 12 (duabelas) tipe valve akan tetapi 9 (sembilan) dari padanya banyak
dipakai dan dapat disebut sebagai tipe valve umum. Disamping itu setiap pabrikan
valve membuat banyak tipe valve yang lain dengan mempertimbangkan secara
khusus artinya valve tersebut digunakan untuk hal hal yang khusus dan
direncanakan serta dipatenkan oleh pabrikan serta tidak seorangpun diijinkan
membuat persis seperti valve tersebut.
61
Gambar 3.28 Tipe Valve Khusus
62
3.5.4 Tipe Material Valve.
Bila ada keraguan, valve dan fitting yang paling sesuai sebaiknya jangan
dikira-kira. Hal ini mengandung resiko bila dipasang pada sistem perpipaan.
Katalog pabrikan dapat memberikan informasi yang tepat apa yang dibutuhkan.
Parameter dalam pemilihan valve, antara lain:
63
3. Steel, baja karbon ada yang produknya dicor (cast carbon steel), dan
ditempa (forged carbon steel). Bodi valve yang terbuat dari coran baja
karbon dipakai untuk servis operasi tinggi dan disarankan untuk fluida
uap, minyak dan fluida korosif, sedangkan bodi valve dari baja karbon
tempa umumnya ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan valve
baja karbon tuang.
4. Cast iron, besi tuang digunakan untuk servis operasi menengah dengan
batasan rating suhunya sampai 450 oF SP rating 250 psi. Fluida yang
dilayani bisa uap, udara, air, fluida yang tidak korosif. Dimensi nominal
ukuran valve dari bahan besi tuang sampai 12 inchi.
5. Maleable iron, besi mampu beban kejut banyak digunakan untuk valve-
valve yang memiliki karakteristik tangguh, kaku dan untuk jalur
perpipaan yang banyak mengalami beban stress maupun beban kejut.
6. Ductile iron, besi lunak memiliki kekuatan yang tinggi, ulet yang baik,
ketahanan korosinya sama dengan besi tuang abu-abu, dan kekuatannya
tiga kali lebih besar dari besi tuang abu abu.
64
65
BAB IV
PEMBAHASAN
3812 : Penomeran
65
Gambar 4. 1 Pipa Line LCO yang terkena Corrosion Pitting
Berdasarkan laporan dari bagian Produksi RCC bahwa terjadi bocoran LCO
pada line 2” dengan lokasi di sekitar pipe rack.
66
Gambar 4. 2 Ultrasonic Thickness yang digunakan untuk mengukur ketebalan
Cara kerja dari thickness gauge dilakukan dengan menempelkan probe ke
permukaan material yang ingin di ukur dan kita bisa melihat hasilnya secara
langsung dengan melihat angka yang terdapat pada thickness gauge tersebut.
1. Siapkan semua alat yang dibutuhkan untuk melakukan pengujian dengan alat
Ultrasonic Thickness
2. Hubungkan Transducer ke main unit.
3. Taruh cairan couplent pada transducer
4. Pilih nilai velocity sesuai dengan speciment (material) yang akan di uji.
5. Kalibrasi, hubungkan transducer pada calibrator block yang ada di main unit.
6. Lalu tempelkan pada permukaan pipa.
7.Setelah mendapatkan hasil dari uji ketebalan menggunakan Ultrasonic
Thickness catat dan dapat di analisis dan di simpulkan bahwa pipa 15-PL-3812-
A2A1-2”-H-30 terjadi korosi
67
4.2.1 Hasil Pemeriksaan Ultrasonic Thickness
Nomin
Actual thickness (mm) MIN
al
No Indentifikasi part Remark
THK THK
0˚ 90˚ 180˚ 270˚
(mm) (mm)
Pitting
1 PIPA 3.71 3.83 4.72 4.21 3.71 5.54
Corrosion
Pitting
2 ELBOW 4.7 4.72 4.65 4.26 4.26 5.54
Corrosion
Pitting
3 PIPA 3.33 4.03 2.37 3.29 2.37 5.54
Corrosion
Pitting
4 ELBOW 2.85 3.57 3.82 3.27 2.85 5.54
Corrosion
Pitting
5 PIPA 4.57 4.51 4.25 4.26 4.25 5.54
Corrosion
68
a. CUI, terlihat setelah insulasi dilepas terjadi kerusakan pada rock wool
dan korosi cukup parah pada elbow dan pipa 2”. Diduga air masuk ke
dalam insulasi melalui celah antara insulasi dengan besi support.
b. Pitting corrosion, spada aat line di stop beroperasi (di block) kondisi
fluida tidak dilakukan drain, sehingga selama stop pipa tersebut masih
terisi fluida LCO ( Light Cycle Oil ) sehingga yang memungkinkan
terjadinya endapan di bagian bawah pipa karena stagnan flow, yang
dapat berakibat pitting corrosion di internal pipa.
69
Gambar 4. 3 Isometric Drawing di unit RCC line LCO
70
Tabel 4. 2 Spesifikasi Pipe di Line LCO
P01A01-A11-
Pipa ¾ “ A53-B-S SMLS PE ANSI-B36 . 10 SCH80
07
71
A105 TRIM: 13CR SEAT: STL CL800 SW
Check Valve 2” P32B1H-A06
API602-MOD PISTON-LIFT STD-PORTBC
Pengertian kode :
PE = Plain Enos
72
Tidak perlu melakukan preheat terlebih dahulu, interpass temperatur
max.300˚C, tidak perlu melakukan postheat dan postweld heat treatment juga tidak
perlu. Gas yang digunakan argon gas lalu kecepatan aliran elektrodanya 8-15 £/min.
, komposisinya 99,9% dan tidak ada gas pendukungnya.
Kareteristik kelistrikan dan teknik menggunakan tungsten elektroda 4.3
tipe 2% thorioted, gas cup size 10- 12,5 mm dan initial dan interpass cleaning brushing dan
grinding , pass per sidenya multi dan elektroda yang digunanakan singel.
ER70S- DC 100 -
1 GTAW 2.4 10-15
G SP 180
DC 90 -140
E7016 3.2 ,
RP
2 SMAW atau 4.0, 120-190 20-28
atau
E7018 5.0
AC 160-250
Ini adalah standar dan settingan amper dan volt untuk EWS 10 yang sudah
tertera pada panduan standar EWS - 10 seperti pengelasan menggunakan GTAW
(Gas Tungsten Arc Welding ) ER70S-G jenis elektroda yang dipake dengan
diameter pipa 2,4” tipe DC SP dengan amper yang digunakan disekitaran 100 –
180A dengan volt yang digunaka sekitaran 10-15V
4.4.3 Personal / Welder Migas
73
suhunya. Dari jenis pengelasannya 6G yang perlu welder atau juru las yang sudah
ahli dalam bidangnya bisa terjadi adanya cacat dalam sambungan pengelasan yang
berdampak pada kerusakan sambungan las.
NDT ( Non Destructive ) biasanya dilakukan paling tidak dua kali. Pertama,
selama dan diakhir proses fabrikasi, hal ini berguna untuk menentukan suatu
komponen dapat diterima setelah melalui tahap-tahap fabrikasi, Hasil NDT ini
dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu komponen. Kedua, NDT dilakukan
setelah komponen digunakan dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah
menemukan kegagalan parsial sebelum melampaui damage tolerance-nya.
Jika terdapat cacat las akan terlihat seperti porosity maka disambungan akan
ada lubang – lubang kecil berwana merah , maka pengelasan tersebut terjadi
kecacatan dalam pengelasan biasanya adanya kotoran kerak bekas pengelasan
74
4.5 Fungsi Line LCO
UNIT RCC
13KG/CM2
TANGKI
GO HTU
LCO
GASOIL
Hasil SOLAR
Proses :
Dari unit RCC (Residu Catalistic Cracking) minyak mentah di masak dan
masuk ke dalam colum , dalam colum tersebut akan terpisah DCO ( Decant oil ) ,
Neptha untuk bahan bakar aftur, dan residu untuk bahan bakar solar dan bensin ,
dari colum di alirkan menggunakan pompa 15 – P – 107 A/B mengalir ke tangki
LCO ( Light Cycle Oil) dan GO HTU lalu masuk ke gasoil setelah itu campuran
yang udah tercampur gasoil mengalir dan tercampur lagi oleh LCO ( Light Cycle
Oil ) dan menghasilkan bahan bakar solar yang ada di SPBU yang biasa digunakan
mobil dengan mesin disel.
75
Fungsi LCO ( Light Cycle Oil ) :
Cairan LCO ( Light Cycle Oil ) dalah residu cair yang diproduksi dalam
industri perminyakan ketika perengkahan katalitik digunakan untuk mengubah
fraksi hidrokarbon berat yang tersisa dari tahap awal penyulingan minyak mentah
menjadi produk yang lebih ringan dan lebih berharga. Beberapa fumgsi dari LCO
(Light Cycle Oil) untuk campuran bahan bakar solar :
76
1. Mencegah adanya vapor (uap air) :
Hal ini merupakan tindakan yang paling penting, namun penghilangan uap
air dengan mencegah adanya uap air kelihatannya cukup sulit.
Penghalang lain seperti cat (paints) atau mastics (misalnya silicones, epoxy
phenolics, coal tar epoxies dan bitumens) dapat dipakai sebagai pencegah secara
fisik untuk air yang akan kontak langsung dengan peralatan. Dengan material-
material tersebut, maka persiapan permukaan menjadi masalah yang kritis, dan
bebas cacat dalam pengecatan sangat penting. Aluminium foil dapat juga dipakai
sebagai barikade fisik sebagus lapisan proteksi katodik.
3. Proper Insulation
CUI pada stainless steel merupakan kasus unik dimana bukan air yang
menyebabkan terjadinya korosi melainkan kandungan Cl- (ioan chloride) yang
terkandung pada isnulation (rockwool). Air merupakan media untuk terjadinya
korosi. Ion Cl- akan menyebabkan terjadinya stress corrosion cracking (Cl SCC)
pada daerah disekitar lasan. Penanggulangan yang efektif adalah dengan mengganti
material rockwool dengan rockwool tanpa chloride
Inspeksi yang bisa dilakukan:
1. Thermogpahy
4. Ultrasonic thickness
77
4.6.2 Lingkungan/Pemicu
78
79
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
79
80
DAFTAR PUSTAKA
PERTAMINA EXOR-1. 1992. Pedoman Operasi : Unit 12 & 13 ARDHM Unit .JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
80
PERTAMINA EXOR-1. 1992. Pedoman Operasi Kilang :Unit 22 Hydrogen
Plant. JGC Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
Rama., dan Agung., Laporan Kerja Praktek PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-
VI Balongan”,Jurusan Teknik Kimia Fakultas TeknikUniversitas Jenderal
Achmad Yani, 2016 : Bandung.
Wibowo, Muhamad Laksamana., dan Nuha. Ahmad Ulin., Laporan Kerja Praktek
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-VI Balongan”, Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia, 2016 :
Yogyakarta.
81