Oleh:
Ika Puji Lestari
G1A218013
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus CRS yang berjudul
“LOW BACK PAIN ec. HERNIA NUKLEUS PULPOSUS”. Tulisan ini
dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior
di Bagian Saraf RSUD Raden Mattaher Kota Jambi.
Terwujudnya laporan kasus CRS ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
dan dorongan berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Mirna Iskandar Sp.S sebagai
pembimbing.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus CRS ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua
pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan
kedokteran dan kesehatan. Semoga kebaikan dan pertolongan semuanya
mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah)
yaitu daerah di bawah costa terakhir dan di atas garis inferior gluteal. Selain itu
dapat juga bersumber dari otot, saraf, atau struktur lain di sekitar daerah tersebut.
Nyeri yang dirasakan dapat menyebar sampai ke ekstremitas inferior. Low back
pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar
punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium. Low
back pain (LBP) diartikan juga sebagai gangguan muskuloskeletal yang terjadi
padadaerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan
aktivitas tubuh yang kurang baik.1
4
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Teluk, RT 15
Pekerjaan : Nelayan
MRS : 19 Maret 2019
DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
.
1. Nyeri pinggang 17 Maret 2019
kanan
2. Kesemutan pada 17 maret 2019
ujung jari saat
kaki diluruskan
Kronologis :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan yang
dirasakan sejak 2 hari SMRS. Awalnya 2 hari yang lalu keluhan dirasakan
5
setelah ⼟ 10 jam duduk di perahu memancing ikan dari pukul 19.00 WIB
sampai pukul 05.00 WIB keesokan harinya. Pada pukul 05.00 WIB ketika akan
berdiri dan beranjak pulang pasien mengeluhkan nyeri di pinggang kanan
namun masih dapat berjalan dan pulang kerumah. Sesampainya dirumah pukul
06.30 WIB pasien berbaring untuk beristirahat, selajutnya pukul 07.00 WIB
ketika pasien hendak bangun, pasien mengeluhkan nyeri semakin bertambah
hebat sehingga pasien kesulitan unuk bergerak. Sejak saat itu pasien hanya
mampu menelungkup di kasur tanpa bisa berjalan kembali.
Setelah 2 hari dirumah kondisi pasien tak kunjung membaik dan semakin
parah, pasien tidak mendapatkan obat dan tidak ada riwayat dipijat
sebelumnya. Pasien juga merasakan seperti kesemutan yang dirasakan menjalar
hingga keujung kaki kanannya, demam (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Skala nyeri 9-10. Selanjutnya pasien dibawa ke RS Raden Mattaher.
6
I. OBYEKTIF
1. Status Presens
Kesadaran : composmentis, GCS: 15 E4M6V5
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/m
Suhu : 36,5oC
Respirasi : 22x/m
Kepala :
Mata : CA-/-, SI -/-,
Pupil : isokor,Refleks cahaya (+)
Leher : pembesaran KGB (-)
Dada : Simetris, tidak ada retraksi
Jantung : BJ I dan BJ II regular, Gallop (-), Murmur (-)
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Perut : Soepel, BU (+) N
Alat kelamin : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik
2. Status Psikitus
Cara berpikir : DBN
Perasaan hati : DBN
Tingkah laku : DBN
Ingatan : DBN
Kecerdasan : DBN
3. Status Neurologikus
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)
b. Leher
Sikap : Lurus
Pergerakan : kaku
Kaku kuduk : (-)
N.II (Optikus)
7
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan 6/6 6/6
Lapang pandang Dbn Dbn
Dalam batas
Pengenalan warna Dbn Dbn
normal
Funduskopi Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
N.III (Oculomotorius)
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola
Normal Normal
mata
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Bentuk, besar
Bulat, isokor, Bulat, isokor,
Reflex cahaya 3 mm 3 mm
+ +
langsung
Reflex + +
konvergensi
+ +
reflex konsensual
Diplopia Tidak Ada Tidak ada
N. IV (Trokhlearis)
Pergerakan bola mata
Normal Normal
ke bawah-dalam
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N. V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut Normal
Mengunyah Normal
Mengigit Normal
Sensibilitas Muka Kanan Kiri
Oftalmikus Normal Normal
Maksila Normal Normal
8
Mandibula Normal Normal
Reflek Kornea Normal Normal
N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata Dbn Dgn Dalam batas
Strabismus (-) (-) normal
N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Saat diam Simetris Simetris
Mengernyitkan dahi simetris simetris
Senyum
memperlihatkan gigi Dbn Dbn
Daya perasa 2/3 Dbn Dbn
anterior lidah Dbn Dbn
N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran
Test Rinne (+) (+) Dalam batas
Test Weber (+) (+) normal
N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri
Arkus farings Dbn Dbn
Daya perasa 2/3 posterior lidah Dbn Dbn
9
N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus faring Dbn Dbn
Disfonia dbn Dbn Dalam batas
Refleks muntah dbn Dbn normal
N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Menoleh dbn dbn Dalam batas
Mengangkat bahu dbn dbn normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
N. XII (Hipoglossus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik Dbn Dbn
Trofi eutrofi eutrofi Dalam batas
Tremor (-) (-) normal
Disartri (-) (-)
Sistem motorik
Kanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi Eutrofi Eutrofi
Ger.involunter (-) (-)
Ekstremitas bawah
Kekuatan Nyeri 5
Tonus N N
Trofi Eutrofi Eutrofi
10
Ger.involunter (-) (-)
Sistem sensorik
Sensasi Kanan Kiri Keterangan
Raba dbn dbn
Nyeri + dbn Ekstremitas
Suhu dbn dbn inferior
Refleks
Refleks Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps (++) (++)
Triseps (++) (++) Dalam batas
Patella (++) (++) normal
Achilles (++) (++)
Patologis
Hoffman (-) (-)
Tromer (-) (-)
Babinski (-) (-) Reflek
Chaddock (-) (-) patologis (-)
Openheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Pemeriksaan LBP
11
Patrick + dbn
Kontra Patrick + dbn
Laboratorium : darah rutin, elektrolit dan kadar gula darah, faal ginjal, Ct-scan
Darah rutin
Wbc 10,1
Rbc 5,3
Hgb 15,4
Hct 46
200
Plt
Faal ginjal
ureum 22
kreatinin 0.8
Elektrolit
Na 145,66
K 4,15
Cl 107,82
Ca 1,29
Sistem otonom
Berkemih : Tidak ada keluhan
Defekasi : Tidak ada keluhan
Keringat : Tidak ada keluhan
Pemeriksaan penunjang :
12
1.Rontgen thoraks dan vertebrae lumbosakral
Kesan:
Corakan bronchitis
2. MRI Lumbosakral
13
14
MRI Lumbosakral
L5-S1: protusio discus ke postero medial lateral kiri menekan tecal sac, radiks L5-
S1 kanan.
15
II. RINGKASAN
S: Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan yang
dirasakan sejak 2 hari SMRS. Awalnya 2 hari yang lalu keluhan dirasakan setelah
⼟ 10 jam duduk di perahu memancing ikan dari pukul 19.00 WIB sampai pukul
05.00 WIB keesokan harinya. Pada pukul 05.00 WIB ketika akan berdiri dan
beranjak pulang pasien mengeluhkan nyeri di pinggang kanan namun masih dapat
berjalan dan pulang kerumah. Sesampainya dirumah pukul 06.30 WIB pasien
berbaring untuk beristirahat, selajutnya pukul 07.00 WIB ketika pasien hendak
bangun, pasien mengeluhkan nyeri semakin bertambah hebat sehingga pasien
kesulitan unuk bergerak. Sejak saat itu pasien hanya mampu menelungkup di
kasur tanpa bisa berjalan kembali.
Setelah 2 hari dirumah kondisi pasien tak kunjung membaik dan semakin
parah, pasien tidak mendapatkan obat dan tidak ada riwayat dipijat sebelumnya.
Pasien juga merasakan seperti kesemutan yang dirasakan menjalar hingga keujung
kaki kanannya, demam (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Skala nyeri 9-10.
Selanjutnya pasien dibawa ke RS Raden Mattaher.
Riwayat penyakit dahulu yakni hipertensi dan riwayat DM disangkal,
riwayat trauma (+) pasien mengeluhkan nyeri pinggang yang hilang timbul sejak
awalnya mengangkat tiang rumah belasan tahun yang lalu. Namun nyeri masih
bisa hilang dengan beristirahat dan hanya dirasakan nyeri jika batuk ataupun
bersin. Riwayat keluhan serupa juga (+) keluhan nyeri pinggang yang hebat
pernah dirasakan 4 bulan yang lalu, pasien mendapatkan perawatan di RS MMC
selama 2 minggu dan dilanjutkan dengan fisioterapi selama 1 bulan.
16
P: -IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Fisioterapi
Edukasi:
Beri penjelasan kepada pasien mengenai keadaan pasien, mengatur pola makan
yang sehat,penanganan stres dan istirahat yang cukup.
III. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
17
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN:
Tgl S O A P
20-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 110/70 - Po. Diazepam 2mg
menjalar T: 38,6 3x1
- Po.Gabapentin 300mg
sampai HR: 86
1x1
keujung RR: 22
kaki
Skala nyeri
9-10
Posisi
tengkurap
21-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 130/70
menjalar T: 36,6 - Po.Gabapentin 300mg
18
23-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 120/80
menjalar T: 36,7 - Po.Gabapentin 300mg
19
28-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 120/70
menjalar T: 37,0 - Po.Gabapentin 300mg
Sudah
dapat tidur
miring dan
terlentang
PASIEN
PULANG
BAB III
20
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah)
yaitu daerah di bawah costa terakhir dan di atas garis inferior gluteal. Selain itu
dapat juga bersumber dari otot, saraf, atau struktur lain di sekitar daerah tersebut.
Nyeri yang dirasakan dapat menyebar sampai ke ekstremitas inferior. Low back
pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar
punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium.Low
back pain (LBP) adalah gangguan muskuloskeletal yang terjadi padadaerah
punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh
yang kurang baik.1
21
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:
1. Vascular
2. Neurogenic
3. Viserogenik
22
Nyeri punggung bawah dapat diperoleh dari gangguan pada organ yang berada
di rongga abdomen bagian bawah, pelvis, dan struktur retroperitoneal seperti
pancreas dan ginjal. Batu ginjal dapat bergejala seperti nyeri punggung berat. 6
4. Psikogenik
5. Spondilogenik
a. Degenerasi diskus
b. Spondilolistesis
Vertebra terdiri dari 7 cervical, 12 thorakal, 5 lumbal, dan tulang yang menyatu
dengan vertebra sacral, bersama dengan 5 tulang coccygeal. Dalam struktur
cervical, thorakal, dan lumbal sama, kecuali untuk atlas dan axis vertebra cervical.
Standar masing-masing vertebra terdiri dari dua pedicles, dua lamina, empat facet
articular, dan proccesus spinosus. Setiap foramen berbatasan dengan superior dan
23
inferior dari pedicles, intervertebral discus anterior dan berdekatan permukaan
vertebra, dan facet joint posterior.5
24
Gambar 2.2 Discus intervertebralis
2.4.3 Ligamen
Ligamentum ini melekat pada tiap-tiap korpus disebelah ventral mulai dari
tulang occipital turun ke sacrum. Ligamentum ini semakin melebar ke kaudal dan
selalu terikat erat dengan korpus vertebralis, tetapi tidak pada diskus
intervertebralis. Ligamentum ini berfungsi untuk mengontrol gerakan ekstensi
tulang belakang.
Ligamen ini dibagi atas lapisan luar dan dalam, terletak sepanjang permukaan
posterior korpus intervertebralis. Lapisan dalam ligamentum ini melebar seperti
jajaran genjang dan melekat erat setinggi discus intervertebralis dan bagian atas
korpus vertebra, sehingga pada daerah ini terjadi perlekatan yang memperkuat
discus intervertebralis, menjadikannya mampu membatasi gerakan fleksi-ekstensi
dan ligamentum ini sangat peka terhadap nyeri karena banyak mengandung saraf
afferent tipe IV.
3) Ligamentum flavum
25
Ligamentum ini terletak diantara arkus-arkus vertebra pada dorsal columna
vertebralis. Ligamentum ini berwarna kuning, disebabkan oleh deretan serabut-
serabut elastin yang terputus-putus hingga membentuk pita, walaupun dalam
keadaan istirahat ligamentum ini tetap teregang. Sewaktu fleksi columna
vertebralis kembali pada sikap tegak. Ligamen ini lebih lentur dibandingkan
dengan ligamentum lain. Ligamen ini juga berfungsi melindungi medulla spinalis.
4) Ligamentum Intertransversarium
5) Ligamentum Interspinosum
6) Ligamentum Supraspinale
26
Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal collumna vertebralis antara
tulang belakang atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasi oleh pendikulus
vertebrae bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral discus serta
sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh processus articularis facetnya dan
tepi lateral ligament flavum. Pada foramen intervertebralis terdapat jaringan yang
penting meliputi radiks, saraf sinuvertebra, pembuluh darah, jaringan penyanggah
Selain itu karena bentuk sendi yang datar ini memungkinkan gerakan pada
tiap segmen yang dominan, yaitu: thoraco lumbal yang merupakan perbatasan
antara T12-S1 dengan memiliki arah gerakan fleksi-ekstensi dan ada gerakan
rotasi sedikit pada kedua sisi. Sehingga karena struktur sendi ini memungkinkan
sering terjadi cidera pada daerah tersebut terutama segmen L5-S1. Selain itu ,
daerah ini sering terjadi penyimpangan bentuk L5-S1 atau dikenal sacralisasi yaitu
penyambungan tulang sacrum dengan lumbal ke-5. Pengaruh lain juga karena
perubahan posisi, seperti lordosis dan posisi flat dari lumbal.5
27
Gambar 2.5 Facet joint
2.4.5 Innervasi
Persarafan mengikuti saraf segmental dimana disarafi oleh sinuvertebral
nerve segmen yang bersangkutan dan satu segmen atas, serta satu segmen
bawahnya. Saraf persegmen yang terdapat pada columna vertebralis terdiri dari
saraf sensorik, motorik, dan vegetative. Untuk semua sumber nyeri berhubungan
dengan system saraf. Pada lumbal bagian posterior terdapat foramen intervertebral
dan semua persarafan yang percabangannya terletak disana. Setiap dorsal ramus
berjalan menyilang dan dapat bercabang dua hingga tiga percabangan. Sisi lateral
percabangan berjalan hingga ke lateral lumbal dan mensarafi otot erector spine
hingga iliocostalis. Percabangan medial mensarafi otot multifidus dan
interspinosus ligament dan facet joint.
28
dalam. Untuk persarafan pada korpus tidak terlalu dalam hanya sampai pada
spongiosa.5
2.4.6 Otot
Spasme otot seringkali juga menyebabkan rasa nyeri akibat iskemia oleh
karena otot yang berkontraksi secara berkepanjangan yang dapat mengakibatkan
timbulnya sampah metabolik didalam otot, sedangkan pada saat itu juga dapat
terjadi vasokonstriksi, penimbunan sampah metabolik itu bertindak sebagai iritasi
yang mengakibatkan perasaan sakit yang umumnya dijumpai pada otot tegang
sehingga toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun dan
lingkup gerak sendipun menurun. Otot-otot yang terkena pada spondyloarthrosis
lumbal seperti M. Obliquus externus abdominis, M. Obliquus internus, M.
Semispinalis, M.Quadratus lumborum, M. Multifidus, M. Erector spine, M. Psoas
Mayor 5
29
Gambar 2.7 Otot superfisial punggung
2.5 Patofisiologi
30
dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari
herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen;
inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus
annulus dan kontak dengan suplai darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari
penekanan pada nervus.3
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
a. Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah
spontan.
b. Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari sendi,
tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
c. Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.
d. Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah
melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin
disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor dalam
kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang setelah
melakukan gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis ankilopoetika;
batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi nyeri pada HNP.
e. Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis
neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal dan
nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.
f. Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi,
misalnya spondilitis.
g. Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila
progresif mungkin tumor.
31
h. Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
i. Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.
a. Posisi berdiri:5
b. Posisiduduk:5
c. Posisi berbaring :5
32
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien.
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-
off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra.
Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna
pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level
kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan
kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
neuron (UMN).
Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa
UMN atau LMN.
33
Gambar 2.8 Level Lokalisasi Neurologik
Adapun tes yang dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis HNP, yaitu : 9,10,11,12
34
adalah negatif. Tes KontrapatrickTindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan lokasi patologik di sendi sakroiliaka jika terasa nyeri di daerah
bokong, baik yang menjalar sepanjang tungkai maupun yang terbatas pada
daerah gluteal dan sakral saja.
e. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada Tendon Achilles.Jika tidak terjadi dorsofleksi pada
kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna
vertebra L5-S1.
f. Knee Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut,
hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra
L2-L3-L4.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Konservatif
a. Terapi Non Farmakologis
Terapi Fisik Pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan.Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi.Beberapa
pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat,
sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
b. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri
punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan
ke otak
c. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus
sampai jaringan lunak dibawahnya.Ultrasound terutama berguna
35
dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong
terjadinya penyembuhan jaringan.
36
Gambar 2.9
Latihan A,
memperbaiki
postur yang salah
Pada latihan A, sejajarkan lutut dalam posisi terlentang, dan dalam posisi ini,
kencangkan otot abdomen, otot gluteus, dan hamstring (otot bisep femoris, otot
semitendinous, dan otot semimembraneous). Setelah mengencangkan otot-otot
dengan maksimal, relaksasi dan perhatikan untuk tidak mengangkat punggung
bawah. Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki postur tubuh yang tidak benar
dengan mengurangi lordosis lumbar spinalis. Dengan kata lain, ketika lordosis
lumbal spinalis berlebihan, gayageser pada lumbar spinalis meningkat,
mengakibatkan stres yang lebih besar (beban) pada jaringan posterior lumbal
spinalis, yang akan menyebabkan low back pain. Selain itu, jika otot-otot
abdomen lemah atau ada faktor risiko obesitas, kelemahan pelvis meningkat,
sehingga lordosis berlebihan dari lumbal spinalis. Oleh karena itu, penguatan otot-
otot perut dapat mencegah peningkatan kelemahan pelvis. 14
-
Gambar 2.10 Latihan B, penguatan otot-otot abdomen
37
Latihan B bertujuan untuk memperkuat otot-otot abdomen. Penguatan otot-
otot perut mengurangi lordosis lumbal spinalis, seperti yang disebutkan
sebelumnya, dan juga dapat meningkatkan tekanan abdominal, memberikan
stabilitas spinal dengan memberikan efek seperti menggunakan korset. Dalam
latihan ini, sendi lutut dan sendi pinggul harus membungkuk. Penguatan otot
abdomen tidak harus dengan mengangkat bagian atas tubuh ke posisi vertikal,
tetapi dapat hanya dengan mempertahankan bahu yang sedikit terangkat dari tanah
selama sekitar lima detik. 14
38
Gambar 2.12 Latihan D, penguatan otot punggung
Pilih dua atau tiga jenis latihan A hingga D, dan mulai dengan lima sampai
sepuluh kali pengulangan setiap latihan dengan frekuensi dua kali sehari (pagi dan
sore). Penting untuk meningkatkan secara bertahap jenis latihan dan frekuensi
sesuai kondisi pasien. Pada dasarnya, jika low back pain berat, latihan di atas
tidak harus dilakukan. 14
39
paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium
diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
2) Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot.Efek terapinya
tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID.Sekitar
30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin,
Esperidone dan Carisoprodol.
3) Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman.Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat.
4) Kortikosteroid Oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi.Dipakai pada kasus
HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
5) Anelgetik Adjuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik.Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
6) Suntikan Pada Titik Picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang punggung.Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.
40
- Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada
gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai
12 minggu.
- Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan
gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
- Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum
secara aspirasi.
c. Laminotomy/Laminectomy/Foraminotomy/Facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari
vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal Fusion Dan Sacroiliac Joint Fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid
diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.15,16
2.8Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk
jangka waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan
fungsi kandung kemih dan usus.Selain itu, kerusakan permanen pada akar saraf
dan medula spinalis dapat terjadi bersamaan dengan hilangnya fungsi motorik dan
sensorik. Hal ini dapat terjadi pada servikal stenosis dan spondilosis yang
41
menekan medulla spinalis dan pembuluh darah, sehingga dapat menimbulkan
mielopati dengan spastik paraplegia atau kuadriplegia. 17
2.9 Prognosis
Pada HNP servikalis 75% pasien akan pulih dengan penanganan terapi
medis yang memadai (10-14 hari), walaupun pada beberapa kasus berlanjut
dengan ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa pasien, gejala
radikular atau mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh.Untuk 25%
pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan
operasi.Perbaikan tampak pada sekitar 80% pasien yang melakukan terapi operatif
pada diskus servikalis. Pada hernia diskus lumbalis sekitar 10-20% kasus
membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien akan pulih sepenuhnya
setelah penanganan bedah. 16
2.10 Pencegahan
42
Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah
posisi secara periodic.
Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik
tidak teregang.
Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi
4. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
Tidurlah di kasur yang nyaman.
Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi
trauma.16
DAFTAR PUSTAKA
43
1. Lizier DT, Perez M, et. Al. 2012. Exercises for Treatment of Nonspecific Low
Back Pain.Revista Brasileira de Anestesiologia Vol. 62 No. 6 : Brazil.
11. Meli Lucas,Suryami Antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal
133-148
12. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337
15. Archard G, Bull E. 2007. Simple Guide : Low Back Pain. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
44
16. Samara,D. Lama Dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. Jurnal Kedokteran Trisakti 2004(23): 63-67.
17. Pinzon R.Profi l Klinis Pasien Nyeri Punggung Bawah Akibat Hernia
Nukleus Pulposus. 2012(39):749-751
45