Anda di halaman 1dari 45

Case Report Session (CRS)

*Kepaniteraan Klinik Senior/ G1A218013


**Pembimbing/ dr.Mirna Iskandar, Sp. S

LOW BACK PAIN et causa HERNIA NUKLEUS PULPOSUS


Ika Puji Lestari, S.Ked* dr. Mirna Iskandar, Sp. S**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN SARAF RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LOW BACK PAIN ec. HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Oleh:
Ika Puji Lestari
G1A218013

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN SARAF RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

Jambi, Maret 2019


Pembimbing

dr. Mirna Iskandar, Sp. S

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus CRS yang berjudul
“LOW BACK PAIN ec. HERNIA NUKLEUS PULPOSUS”. Tulisan ini
dimaksudkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior
di Bagian Saraf RSUD Raden Mattaher Kota Jambi.
Terwujudnya laporan kasus CRS ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
dan dorongan berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Mirna Iskandar Sp.S sebagai
pembimbing.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus CRS ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua
pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan
kedokteran dan kesehatan. Semoga kebaikan dan pertolongan semuanya
mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Jambi, Maret 2019

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah)
yaitu daerah di bawah costa terakhir dan di atas garis inferior gluteal. Selain itu
dapat juga bersumber dari otot, saraf, atau struktur lain di sekitar daerah tersebut.
Nyeri yang dirasakan dapat menyebar sampai ke ekstremitas inferior. Low back
pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar
punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium. Low
back pain (LBP) diartikan juga sebagai gangguan muskuloskeletal yang terjadi
padadaerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan
aktivitas tubuh yang kurang baik.1

Penyebab tersering LBP adalah disebabkan oleh HNP (hernia nukleus


pulposus). Prevalensi hernia nukleus pulposus berkisar antara 1-2% dari populasi.
Kejadian hernia nukleus pulposus paling sering (90%) mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6)
dan paling jarang terkena di daerah torakalis. Prevalensi tertinggi terjadi antara
umur 30-50 tahun, dengan rasio pria dua kali lebih besar daripada wanita. Pada
usia 25-55 tahun, sekitar 95% kejadian HNP terjadi di daerah lumbal. HNP di atas
daerah tersebut lebih sering terjadi pada usia di atas 55 tahun.2,4

4
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Teluk, RT 15
Pekerjaan : Nelayan
MRS : 19 Maret 2019

DAFTAR MASALAH
No Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
.
1. Nyeri pinggang 17 Maret 2019
kanan
2. Kesemutan pada 17 maret 2019
ujung jari saat
kaki diluruskan

II. DATA SUBYEKTIF


Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : Pinggang sebelah kanan
Onset : Berulang, makin memberat sejak2 hari SMRS
Kualitas : sakit dirasa makin memberat sejak 2 hari yang lalu dan
tidak hilang dengan beristirahat
Kuantitas : Kegiatan sehari-hari dibantu istri

Kronologis :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan yang
dirasakan sejak 2 hari SMRS. Awalnya 2 hari yang lalu keluhan dirasakan

5
setelah ⼟ 10 jam duduk di perahu memancing ikan dari pukul 19.00 WIB
sampai pukul 05.00 WIB keesokan harinya. Pada pukul 05.00 WIB ketika akan
berdiri dan beranjak pulang pasien mengeluhkan nyeri di pinggang kanan
namun masih dapat berjalan dan pulang kerumah. Sesampainya dirumah pukul
06.30 WIB pasien berbaring untuk beristirahat, selajutnya pukul 07.00 WIB
ketika pasien hendak bangun, pasien mengeluhkan nyeri semakin bertambah
hebat sehingga pasien kesulitan unuk bergerak. Sejak saat itu pasien hanya
mampu menelungkup di kasur tanpa bisa berjalan kembali.
Setelah 2 hari dirumah kondisi pasien tak kunjung membaik dan semakin
parah, pasien tidak mendapatkan obat dan tidak ada riwayat dipijat
sebelumnya. Pasien juga merasakan seperti kesemutan yang dirasakan menjalar
hingga keujung kaki kanannya, demam (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Skala nyeri 9-10. Selanjutnya pasien dibawa ke RS Raden Mattaher.

Riwayat penyakit dahulu:


 Riwayat Hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat trauma (+) pasien mengeluhkan nyeri pinggang yang hilang
timbul sejak awalnya mengangkat tiang rumah belasan tahun yang lalu.
Namun nyeri masih bisa hilang dengan beristirahat dan hanya dirasakan
nyeri jika batuk ataupun bersin.
 Riwayat keluhan serupa (+) keluhan nyeri pinggang yang hebat pernah
dirasakan 4 bulan yang lalu, pasien mendapatkan perawatan di RS MMC
selama 2 minggu dan dilanjutkan dengan fisioterapi selama 1 bulan.

Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien

Riwayat sosial ekonomi:


Pasien seorang nelayan dengan ekonomi menengah kebawah

6
I. OBYEKTIF
1. Status Presens
Kesadaran : composmentis, GCS: 15 E4M6V5
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82x/m
Suhu : 36,5oC
Respirasi : 22x/m
Kepala :
Mata : CA-/-, SI -/-,
Pupil : isokor,Refleks cahaya (+)
Leher : pembesaran KGB (-)
Dada : Simetris, tidak ada retraksi
Jantung : BJ I dan BJ II regular, Gallop (-), Murmur (-)
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Perut : Soepel, BU (+) N
Alat kelamin : Tidak diperiksa
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik

2. Status Psikitus
Cara berpikir : DBN
Perasaan hati : DBN
Tingkah laku : DBN
Ingatan : DBN
Kecerdasan : DBN

3. Status Neurologikus
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeri tekan : (-)
Simetri : (+)

b. Leher
Sikap : Lurus
Pergerakan : kaku
Kaku kuduk : (-)

c. Nervus kranialis Kanan Kiri


 Saraf kranial :
 N. I (Olfaktorius )
Daya pembau Kanan Kiri Keterangan
Subjektif Dbn Dbn Dbn
Objektif (dengan Bahan) Dbn Dbn Dbn

 N.II (Optikus)

7
Kanan Kiri Keterangan
Daya penglihatan 6/6 6/6
Lapang pandang Dbn Dbn
Dalam batas
Pengenalan warna Dbn Dbn
normal
Funduskopi Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

 N.III (Oculomotorius)
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola
Normal Normal
mata
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Bentuk, besar
Bulat, isokor,  Bulat, isokor,
Reflex cahaya  3 mm  3 mm
+ +
langsung
Reflex + +
konvergensi
+ +
reflex konsensual
Diplopia Tidak Ada Tidak ada

 N. IV (Trokhlearis)
Pergerakan bola mata
Normal Normal
ke bawah-dalam
Diplopia Tidak ada Tidak ada

 N. V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut Normal
Mengunyah Normal
Mengigit Normal
Sensibilitas Muka Kanan Kiri
Oftalmikus Normal Normal
Maksila Normal Normal

8
Mandibula Normal Normal
Reflek Kornea Normal Normal

 N. VI (Abduscens)
Kanan Kiri Keterangan
Gerak bola mata Dbn Dgn Dalam batas
Strabismus (-) (-) normal

 N. VII (Facialis)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Saat diam Simetris Simetris
Mengernyitkan dahi simetris simetris
Senyum
memperlihatkan gigi Dbn Dbn
Daya perasa 2/3 Dbn Dbn
anterior lidah Dbn Dbn

 N. VIII (Vestibulo-Kokhlearis)
Kanan Kiri Keterangan
Pendengaran
Test Rinne (+) (+) Dalam batas
Test Weber (+) (+) normal

Vestibular Dalam batas


Nistagmus horizontal (-) (-) normal

 N. IX (Glossofaringeus)
Kanan Kiri
Arkus farings Dbn Dbn
Daya perasa 2/3 posterior lidah Dbn Dbn

9
 N. X (Vagus)
Kanan Kiri Keterangan
Arkus faring Dbn Dbn
Disfonia dbn Dbn Dalam batas
Refleks muntah dbn Dbn normal

 N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik
Menoleh dbn dbn Dalam batas
Mengangkat bahu dbn dbn normal
Trofi Eutrofi Eutrofi

 N. XII (Hipoglossus)
Kanan Kiri Keterangan
Motorik Dbn Dbn
Trofi eutrofi eutrofi Dalam batas
Tremor (-) (-) normal
Disartri (-) (-)

 Sistem motorik
Kanan Kiri Keterangan
Ekstremitas atas
Kekuatan 5 5
Tonus N N
Trofi Eutrofi Eutrofi
Ger.involunter (-) (-)
Ekstremitas bawah
Kekuatan Nyeri 5
Tonus N N
Trofi Eutrofi Eutrofi

10
Ger.involunter (-) (-)

 Sistem sensorik
Sensasi Kanan Kiri Keterangan
Raba dbn dbn
Nyeri + dbn Ekstremitas
Suhu dbn dbn inferior

Propioseptif dbn dbn

 Refleks
Refleks Kanan Kiri Keterangan
Fisiologis
Biseps (++) (++)
Triseps (++) (++) Dalam batas
Patella (++) (++) normal
Achilles (++) (++)
Patologis
Hoffman (-) (-)
Tromer (-) (-)
Babinski (-) (-) Reflek
Chaddock (-) (-) patologis (-)
Openheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)

 Pemeriksaan LBP

Kanan Kiri Keterangan


Laseque + dbn
Braggard + dbn Ekstremitas
Sicard + dbn inferior

11
Patrick + dbn
Kontra Patrick + dbn

Pemeriksaan Spesifik/Penunjang Anjuran :

Laboratorium : darah rutin, elektrolit dan kadar gula darah, faal ginjal, Ct-scan

Darah rutin
 Wbc 10,1
 Rbc 5,3

 Hgb 15,4

 Hct 46
200
 Plt
Faal ginjal
 ureum 22
 kreatinin 0.8
Elektrolit
 Na 145,66
 K 4,15

 Cl 107,82

 Ca 1,29

 Sistem otonom
 Berkemih : Tidak ada keluhan
 Defekasi : Tidak ada keluhan
 Keringat : Tidak ada keluhan

 Fungsi luhur : Dalam batas normal


 Vertebra : Nyeri tekan Lumbal (+)

Pemeriksaan penunjang :

12
1.Rontgen thoraks dan vertebrae lumbosakral

Kesan:

Thoraks PA : cor normal

Corakan bronchitis

Vertebrae Lumbosakral AP/ Lateral : Spondyloartritis lumbalis

2. MRI Lumbosakral

13
14
MRI Lumbosakral

Kesan MRI vertebrae lumbalis :

Degenerasi discus L3-L4, L4-L5, L5-S1

L3-L4 : Bulging diffuse vertebrae lumbalis ke terutama postero medial lateral


kanan menekan tecal sac dan radiks L3-L4 kanan dan L4 kiri

L4-L5 : Bulging diffuse vertebrae lumbalis ke terutama postero medial lateral


kanan menekan tecal sac dan radiks L3-L4 kanan dan L4 kiri dengan hipertrofi
facet articlaris kanan kiri dan penebalan ligamentum flavum yang menyebabkan
spinal stenosis

L5-S1: protusio discus ke postero medial lateral kiri menekan tecal sac, radiks L5-
S1 kanan.

15
II. RINGKASAN
S: Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang sebelah kanan yang
dirasakan sejak 2 hari SMRS. Awalnya 2 hari yang lalu keluhan dirasakan setelah
⼟ 10 jam duduk di perahu memancing ikan dari pukul 19.00 WIB sampai pukul
05.00 WIB keesokan harinya. Pada pukul 05.00 WIB ketika akan berdiri dan
beranjak pulang pasien mengeluhkan nyeri di pinggang kanan namun masih dapat
berjalan dan pulang kerumah. Sesampainya dirumah pukul 06.30 WIB pasien
berbaring untuk beristirahat, selajutnya pukul 07.00 WIB ketika pasien hendak
bangun, pasien mengeluhkan nyeri semakin bertambah hebat sehingga pasien
kesulitan unuk bergerak. Sejak saat itu pasien hanya mampu menelungkup di
kasur tanpa bisa berjalan kembali.
Setelah 2 hari dirumah kondisi pasien tak kunjung membaik dan semakin
parah, pasien tidak mendapatkan obat dan tidak ada riwayat dipijat sebelumnya.
Pasien juga merasakan seperti kesemutan yang dirasakan menjalar hingga keujung
kaki kanannya, demam (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Skala nyeri 9-10.
Selanjutnya pasien dibawa ke RS Raden Mattaher.
Riwayat penyakit dahulu yakni hipertensi dan riwayat DM disangkal,
riwayat trauma (+) pasien mengeluhkan nyeri pinggang yang hilang timbul sejak
awalnya mengangkat tiang rumah belasan tahun yang lalu. Namun nyeri masih
bisa hilang dengan beristirahat dan hanya dirasakan nyeri jika batuk ataupun
bersin. Riwayat keluhan serupa juga (+) keluhan nyeri pinggang yang hebat
pernah dirasakan 4 bulan yang lalu, pasien mendapatkan perawatan di RS MMC
selama 2 minggu dan dilanjutkan dengan fisioterapi selama 1 bulan.

O : GCS: 15, TD 120/80 mmHg, N: 82x/I


T: 36,5 oC, RR: 22x/i

A : Diagnosa Klinis : Low Back Pain


Diagnosis Topis : Vertebrae L3-L4, L4-L5, L5-S1
Diagnosis Etiologi : Hernia Nukleus Pulposus
Diagnosa banding : Spondyloarthritis lumbalis

16
P: -IVFD NaCl 0,9% 20 tpm

- Ketorolac 30 mg/ml drip 1 amp

- inj. Ranitidine 50 mg/2 ml amp (2x1)

-inj. Tramadol 100 mg/2 ml amp (2x1)

-po. Diazepam 2 mg (3x1)

-po. Gabapentin 300mg (1x1)

-po. Amitriptilin 25 mg (1x1)

-po MST 10 mg (1x1)

- Fisioterapi

Edukasi:
Beri penjelasan kepada pasien mengenai keadaan pasien, mengatur pola makan
yang sehat,penanganan stres dan istirahat yang cukup.

III. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

17
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN:

Tgl S O A P
20-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 110/70 - Po. Diazepam 2mg
menjalar T: 38,6 3x1
- Po.Gabapentin 300mg
sampai HR: 86
1x1
keujung RR: 22
kaki
Skala nyeri
9-10

Posisi
tengkurap
21-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 130/70
menjalar T: 36,6 - Po.Gabapentin 300mg

sampai HR: 90 1x1

keujung RR: 20 - Po. Amitriptilin 25mg


kaki 1x1
Skala nyeri
- Inj.Tramadol
9-10
100mg/2ml 2x1

18
23-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 120/80
menjalar T: 36,7 - Po.Gabapentin 300mg

sampai HR: 92 1x1

keujung RR: 20 - Po. Amitriptilin 25mg


kaki 1x1
Skala nyeri
- Inj.Tramadol
9-10
100mg/2ml 2x1
- Po. MST 10mg 1x1
25-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec.HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 130/90
menjalar T: 36,7 - Po.Gabapentin 300mg

sampai HR: 99 1x1

keujung RR: 20 - Po. Amitriptilin 25mg


kaki 1x1
berkurang
- Inj.Tramadol
Skala nyeri
100mg/2ml 2x1
8
- Po. MST 10mg 1x1

19
28-03- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 120/70
menjalar T: 37,0 - Po.Gabapentin 300mg

sampai HR: 100 1x1

keujung RR: 20 - Po. Amitriptilin 25mg


kaki 1x1
berkurang
- Inj.Tramadol
Skala nyeri
100mg/2ml 2x1
5 - Po. MST 10mg 1x1
1-04- Nyeri pada Kesadaran: LBP ec. HNP - IVFD Nacl 0,9% 20
2019 pinggang cm tpm
- Ketorolac drip 1 amp
kanan(+), TTV:
- Inj. Ranitidine 2x1
Kesemutan TD : 110/70
menjalar T: 36,8 - Po.Gabapentin 300mg

sampai HR: 80 1x1

keujung RR: 20 - Po. Amitriptilin 25mg


kaki 1x1
berkurang
- Inj.Tramadol
Skala nyeri
100mg/2ml 2x1
4 Po. MST 10mg 1x1

Sudah
dapat tidur
miring dan
terlentang

PASIEN
PULANG
BAB III

20
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Low back pain (LBP) merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada punggung
bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal (punggung bawah)
yaitu daerah di bawah costa terakhir dan di atas garis inferior gluteal. Selain itu
dapat juga bersumber dari otot, saraf, atau struktur lain di sekitar daerah tersebut.
Nyeri yang dirasakan dapat menyebar sampai ke ekstremitas inferior. Low back
pain (LBP) dapat disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berasal dari luar
punggung bawah misalnya penyakit atau kelainan pada testis atau ovarium.Low
back pain (LBP) adalah gangguan muskuloskeletal yang terjadi padadaerah
punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan aktivitas tubuh
yang kurang baik.1

Low back pain (LBP) diklasifikasikan berdasar mekanik, non-mekanik, dan


psikogenik. LBP mekanik dibagi menjadi LBP spesifik dan non-spesifik.
Berdasarkan durasinya dibagi menjadi akut (onset tiba-tiba, dan bertahan sampai
kurang dari 6 minggu), subakut (6-12 minggu), dan kronik (lebih dari 12 minggu).
LBP non-spesifik merupakan jenis LBP terbanyak pada populasi. Pada tipe ini,
ketidakseimbangan terjadi antara functional load (usaha yang dibutuhkan untuk
bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari) dengan kemampuan untuk
melakukan aktivitas tersebut. LBP non-spesifik ditandai dengan tidak adanya
perubahan struktur yang abnormal, tidak ada pengurangan discus intervertebralis,
kompresi saraf, trauma tulang dan sendi, skoliosis atau lordosis yang dapat
menyebabkan nyeri punggung.1,2

Hernia nukleus pulposus adalah keadaan dimana terjadi penonjolan


sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus fibrosus diskus
intervertebralis, yang kemudian dapat menekan ke arah kanalis spinalis atau
radiks saraf melalui anulus fibrosus yang robek.3

21
2.2 Epidemiologi

Prevalensi hernia nukleus pulposus berkisar antara 1-2% dari populasi.


Kejadian hernia nukleus pulposus paling sering (90%) mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5, kemudian daerah servikalis (C6-C7 dan C5-C6)
dan paling jarang terkena di daerah torakalis. Prevalensi tertinggi terjadi antara
umur 30-50 tahun, dengan rasio pria dua kali lebih besar daripada wanita. Pada
usia 25-55 tahun, sekitar 95% kejadian HNP terjadi di daerah lumbal. HNP di atas
daerah tersebut lebih sering terjadi pada usia di atas 55 tahun.4
Penelitianepidemiologi yang dilakukan Mario (2005),
menunjukkanbahwatingkatkejadiannyeripunggungbawahdapatmencapai 80-90%,
yang berartisampai 90% populasi diantara umur 18 tahun dan 65 tahun akan
mengalami nyeri punggung bawah pada suatu ketika dalam kehidupannya. Tidak
ada perbedaan yang jelas antara wanita dan pria dalam insidensi. Persentase
tersebut diatas dapat bervariasi menurut negara dan populasi, struktur, sosial-
ekonomi. LBP merupakan penyebab utama dari suatu ketidakmampuan(disability)
pada orang berumur dibawah 40 tahun.2

2.3 Etiologi
Penyebab LBP dapat dibagi menjadi:

1. Vascular

Aneurisma aorta abdominal dan penyakit pembuluh darah perifer dapat


muncul sebagai nyeri punggung atau dengan gejala menyerupai sciatica.6

2. Neurogenic

Regangan, iritasi, dan kompresi nervus dan ganglion lumbaris dapat


menyebabkan nyeri yang menjalar ke salah satu atau kedua kaki. Lesi disepanjang
system saraf pusat terutama pada medulla spinalis, dapat muncul sebagai nyeri
punggung dan nyeri tungkai.6

3. Viserogenik

22
Nyeri punggung bawah dapat diperoleh dari gangguan pada organ yang berada
di rongga abdomen bagian bawah, pelvis, dan struktur retroperitoneal seperti
pancreas dan ginjal. Batu ginjal dapat bergejala seperti nyeri punggung berat. 6

4. Psikogenik

Faktor psikogenik seperti lonjakan emosi dapat mengaburkan manifestasi


klinis nyeri punggung. Faktor tunggal psikogenik jarang menyebabkan nyeri
punggung bawah.6

5. Spondilogenik

Beberapa kondisi yang menyebabkan spondylogenicback pain antara lain :

a. Degenerasi diskus

b. Spondilolistesis

c. Trauma, myofascial sprain/strain, fraktur

d. Infeksi (bacterial tuberculosis)

e. Tumor (benign, malignant, metastatic)

f. Reumatologi, ankylosing, spondylitis/ spondyloarthropathy, fibrositis/


fibromyalgia

g. Metabolic, osteoporosis, osteomalasia, paget disease.6

2.4 Anatomi dan Fisiologi Vertebra


2.4.1 Anatomi Vertebra

Vertebra terdiri dari 7 cervical, 12 thorakal, 5 lumbal, dan tulang yang menyatu
dengan vertebra sacral, bersama dengan 5 tulang coccygeal. Dalam struktur
cervical, thorakal, dan lumbal sama, kecuali untuk atlas dan axis vertebra cervical.
Standar masing-masing vertebra terdiri dari dua pedicles, dua lamina, empat facet
articular, dan proccesus spinosus. Setiap foramen berbatasan dengan superior dan

23
inferior dari pedicles, intervertebral discus anterior dan berdekatan permukaan
vertebra, dan facet joint posterior.5

Gambar 2.1 Anatomi vertebra


2.4.2 Diskus intervertebra

Diskus intervertebral adalah cartilago dan struktur articulating antara


tubuh vertebra. Diskus intervertebra memiliki peran ganda, yaitu support primer
dari colum tulang vertebra sementara cukup elastik untuk gerakan spine (fleksi,
ekstensi dan rotasi). Setiap diskus terdiri dari cincin kolagen elastic, annulus
fibrosus, yang mengelilingi gelatinous nucleus pulposus. Serat collagen dari
annulus yang diatur oblique untuk arah alternative di lapisan (lamellae), yang
memungkinkan untuk flexibility sambil mempertahankan strengthening. Lima
belas sampai dua puluh lima lamella dan annulus. Serat kolagen dari annulus dan
jaringan disekitarnya, yang mengikat struktur setiap tepi vertebra, untuk ligament
longitudinal posterior dan anterior. Nukleus pulposus berdiri sendiri, struktur
gelatinous terdiri dari 88 % air pada diskus muda yang sehat. Hal ini pada
dasarnya memberikan support dan separates vertebrae, peredam shock,
memungkinkan transit kompresi, dan melakukan gerakan.5

24
Gambar 2.2 Discus intervertebralis
2.4.3 Ligamen

Ada beberapa ligamentum yang memperkuat collumna vertebralis sehingga


membentuk postur tubuh seseorang, ligamentum-ligamentum itu antara lain:

1) Ligamentum Longitudinal Anterior

Ligamentum ini melekat pada tiap-tiap korpus disebelah ventral mulai dari
tulang occipital turun ke sacrum. Ligamentum ini semakin melebar ke kaudal dan
selalu terikat erat dengan korpus vertebralis, tetapi tidak pada diskus
intervertebralis. Ligamentum ini berfungsi untuk mengontrol gerakan ekstensi
tulang belakang.

2) Ligamentum Longitudinal Posterior

Ligamen ini dibagi atas lapisan luar dan dalam, terletak sepanjang permukaan
posterior korpus intervertebralis. Lapisan dalam ligamentum ini melebar seperti
jajaran genjang dan melekat erat setinggi discus intervertebralis dan bagian atas
korpus vertebra, sehingga pada daerah ini terjadi perlekatan yang memperkuat
discus intervertebralis, menjadikannya mampu membatasi gerakan fleksi-ekstensi
dan ligamentum ini sangat peka terhadap nyeri karena banyak mengandung saraf
afferent tipe IV.

3) Ligamentum flavum

25
Ligamentum ini terletak diantara arkus-arkus vertebra pada dorsal columna
vertebralis. Ligamentum ini berwarna kuning, disebabkan oleh deretan serabut-
serabut elastin yang terputus-putus hingga membentuk pita, walaupun dalam
keadaan istirahat ligamentum ini tetap teregang. Sewaktu fleksi columna
vertebralis kembali pada sikap tegak. Ligamen ini lebih lentur dibandingkan
dengan ligamentum lain. Ligamen ini juga berfungsi melindungi medulla spinalis.

4) Ligamentum Intertransversarium

Ligamentum merupakan ikatan pendek, melekat langsung pada tepi luar


permukaan sendi pada processus tranversus.

5) Ligamentum Interspinosum

Ligamentum ini merupakan ikatan pendek yang melekat diantara processus


spinosus yang satu dengan yang lain.

6) Ligamentum Supraspinale

Ligamentum ini melekat mengelilingi processus spinolus dimana mulai


dari processus spinolus vertebra cervical ke-7 dan terbentang sejauh sacrum serta
menghubungkan vertebra dan sacrum.

Gambar 2.3 Ligamen vertebra

II.4.4 Foramen Intervertebralis

26
Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal collumna vertebralis antara
tulang belakang atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasi oleh pendikulus
vertebrae bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral discus serta
sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh processus articularis facetnya dan
tepi lateral ligament flavum. Pada foramen intervertebralis terdapat jaringan yang
penting meliputi radiks, saraf sinuvertebra, pembuluh darah, jaringan penyanggah

Gambar 2.4 Foramen intervertebralis


2.4.4 Facet
Sendi facet dibentuk oleh articularis inferior pada bagian atas dan facies
superior (dari vertebra bawahnya) pada facies inferior. Sendi facet merupakan
sendi datar dengan gerak utama adalah gerak geser (glide) menekuk (tilt) dan
rotasi. Sendi facet dibentuk dari sendi synovial dimana permukaan sendi dilapisi
kartilago, hialin, dan sinovialis yang memproduksi cairan sinovium yang
berfungsi sebagai pelican dan member zat gizi.

Selain itu karena bentuk sendi yang datar ini memungkinkan gerakan pada
tiap segmen yang dominan, yaitu: thoraco lumbal yang merupakan perbatasan
antara T12-S1 dengan memiliki arah gerakan fleksi-ekstensi dan ada gerakan
rotasi sedikit pada kedua sisi. Sehingga karena struktur sendi ini memungkinkan
sering terjadi cidera pada daerah tersebut terutama segmen L5-S1. Selain itu ,
daerah ini sering terjadi penyimpangan bentuk L5-S1 atau dikenal sacralisasi yaitu
penyambungan tulang sacrum dengan lumbal ke-5. Pengaruh lain juga karena
perubahan posisi, seperti lordosis dan posisi flat dari lumbal.5

27
Gambar 2.5 Facet joint

2.4.5 Innervasi
Persarafan mengikuti saraf segmental dimana disarafi oleh sinuvertebral
nerve segmen yang bersangkutan dan satu segmen atas, serta satu segmen
bawahnya. Saraf persegmen yang terdapat pada columna vertebralis terdiri dari
saraf sensorik, motorik, dan vegetative. Untuk semua sumber nyeri berhubungan
dengan system saraf. Pada lumbal bagian posterior terdapat foramen intervertebral
dan semua persarafan yang percabangannya terletak disana. Setiap dorsal ramus
berjalan menyilang dan dapat bercabang dua hingga tiga percabangan. Sisi lateral
percabangan berjalan hingga ke lateral lumbal dan mensarafi otot erector spine
hingga iliocostalis. Percabangan medial mensarafi otot multifidus dan
interspinosus ligament dan facet joint.

Bagian anterior terdapat korpus vertebra dan diskus intervertebralis juga


ligament. Persarafan bagian anterior mensarafi ligament longitudinal anterior,
sedangkan bagian posterior mensarafi ligament longitudinal posterior. Dari kedua
bagian itu anterior dan posterior pleksus banyak terdapat percabangan yang masuk
pada korpus dan diskus intervertebralis. Percabangan yang di diskus hanya
mensarafi bagian luar yaitu pada bagian annulus fibrosus dan tidak sampai ke

28
dalam. Untuk persarafan pada korpus tidak terlalu dalam hanya sampai pada
spongiosa.5

Gambar 2.6 Inervasi vertebra

2.4.6 Otot
Spasme otot seringkali juga menyebabkan rasa nyeri akibat iskemia oleh
karena otot yang berkontraksi secara berkepanjangan yang dapat mengakibatkan
timbulnya sampah metabolik didalam otot, sedangkan pada saat itu juga dapat
terjadi vasokonstriksi, penimbunan sampah metabolik itu bertindak sebagai iritasi
yang mengakibatkan perasaan sakit yang umumnya dijumpai pada otot tegang
sehingga toleransi jaringan terhadap suatu regangan yang diterima menurun dan
lingkup gerak sendipun menurun. Otot-otot yang terkena pada spondyloarthrosis
lumbal seperti M. Obliquus externus abdominis, M. Obliquus internus, M.
Semispinalis, M.Quadratus lumborum, M. Multifidus, M. Erector spine, M. Psoas
Mayor 5

29
Gambar 2.7 Otot superfisial punggung

2.5 Patofisiologi

Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang berfungsi


sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis dan juga
memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air diskus berkurang dengan
bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi 70% pada orang usia
lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang
ikut membantu terjadinya perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui
anulus dan menekan radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin
terjadi pada bagian kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen
yang lebih mobil ke yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan
servikotolarak). 7,8
Dimulainya degenerasi diskus mempengaruhi mekanika sendi intervertebral, yang
dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain degenerasi, gerakan repetitive, seperti
fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan mengangkat beban dapat memberi tekanan
abnormal pada nukleus. Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus,
nucleus pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan
herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh. 7,8

Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di


dalam medulla spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini

30
dapat menyebabkan nyeri, rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari
herniasi ini dapat berupa nyeri mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen;
inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus pulposus yang ekstrusi menembus
annulus dan kontak dengan suplai darah; dan nyeri neurogenik, yang berasal dari
penekanan pada nervus.3

2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis umum,


pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang.5

2.6.1 Anamnesis

Dari anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya.


Pertanyaan itu berupa :5

a. Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah
spontan.
b. Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari sendi,
tulang dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
c. Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.
d. Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah
melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin
disebabkan tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor dalam
kanalis vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang setelah
melakukan gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis ankilopoetika;
batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi nyeri pada HNP.
e. Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis
neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal dan
nyeri berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.
f. Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi,
misalnya spondilitis.
g. Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila
progresif mungkin tumor.

31
h. Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
i. Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.

2.6.2 Pemeriksaan Fisik

a. Posisi berdiri:5

 Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.


 Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis,
lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring
tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot.
 Derajat gerakan (range of motion) dan spasme otot.
 Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
 Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi
sakroiliaka, dan lain-lain.
 Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.

b. Posisiduduk:5

 Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.


 Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

c. Posisi berbaring :5

 Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.


 Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
 Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
 Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).
 Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan

32
menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien.
 Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-
off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
 Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra.
 Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
 Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna
pada diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level
kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang
bersamaan.
 Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan
kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
 Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor
neuron (UMN).
 Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa
UMN atau LMN.

2.6.3 Pemeriksaan Neurologis

Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan


saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik dan refleks.5

a. Pemeriksaan sensoris; pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan


sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat
diketahui radiks mana yang terganggu.
b. Pemeriksaan motorik; apakah ada tanda paresis, atropi otot.
c. Pemeriksaan refleks. Bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal
APR (Achilles Pess Reflex) menurun atau menghilang berarti menunjukkan
segmen S1 terganggu.

33
Gambar 2.8 Level Lokalisasi Neurologik

2.6.4 Pemeriksaan Khusus

Adapun tes yang dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis HNP, yaitu : 9,10,11,12

a. Pemeriksaan ROM (Range of Movements)


Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun
secara pasif oleh pemeriksa.Pemeriksaan ROM ini memperkirakan derajat
nyeri, fungsi laesa atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran rasa nyeri.
b. Straight Leg Raise (Laseque) Test
Tes untuk mengetahui adanya nyeri pada nervus ischiadicus. Pasien tidur
dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif,
dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal.Tes ini positif bila timbul rasa
nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari
akar saraf lumbal.
c. Laseque Menyilang
Caranya sama dengan percobaan Laseque Test, tetapi disini secara otomatis
timbul pula rasa nyeri di tungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan
bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut.
d. Tes Patrick dan Kontrapatrick
Tes Patrick, Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk membangkitkan nyeri
di sendi panggul yang mengalami gangguan. Pada iskialgia diskogenik test ini

34
adalah negatif. Tes KontrapatrickTindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan lokasi patologik di sendi sakroiliaka jika terasa nyeri di daerah
bokong, baik yang menjalar sepanjang tungkai maupun yang terbatas pada
daerah gluteal dan sakral saja.
e. Ankle Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada Tendon Achilles.Jika tidak terjadi dorsofleksi pada
kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna
vertebra L5-S1.
f. Knee Jerk Reflex
Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut,
hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra
L2-L3-L4.

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Konservatif
a. Terapi Non Farmakologis
 Terapi Fisik Pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri
punggung bawah akut, misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah
dilakukan.Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi.Beberapa
pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat,
sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
b. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri
punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan
ke otak
c. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus
sampai jaringan lunak dibawahnya.Ultrasound terutama berguna

35
dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong
terjadinya penyembuhan jaringan.

d. High frequency current( HFC CFM)

Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan


panjang gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara
lain :

- Mempercepat resolusi inflamasi kronik


- Mengurangi nyeri
- Mengurangi spasme
- Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous
e. Bugnet Exercises

Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan


berdasarkan kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk
mempertahankan sikap badan melawan kekuatan dari luar.
Kemampuan mempertahankan sikap tubuh melibatkan aktivitas
sensomotorik dan mekanisme refleks sikap.Aktivitas motorik terapi
ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi
mempertahankan sikap tubuh. Tujuan terapi ini:

- Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan


tubuh
- Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan
- Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan
psikis sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah
dan pernafasan.
- Mengurangi nyeri16
Ada empat jenis latihan, seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini.

36
Gambar 2.9
Latihan A,
memperbaiki
postur yang salah

Pada latihan A, sejajarkan lutut dalam posisi terlentang, dan dalam posisi ini,
kencangkan otot abdomen, otot gluteus, dan hamstring (otot bisep femoris, otot
semitendinous, dan otot semimembraneous). Setelah mengencangkan otot-otot
dengan maksimal, relaksasi dan perhatikan untuk tidak mengangkat punggung
bawah. Latihan ini bertujuan untuk memperbaiki postur tubuh yang tidak benar
dengan mengurangi lordosis lumbar spinalis. Dengan kata lain, ketika lordosis
lumbal spinalis berlebihan, gayageser pada lumbar spinalis meningkat,
mengakibatkan stres yang lebih besar (beban) pada jaringan posterior lumbal
spinalis, yang akan menyebabkan low back pain. Selain itu, jika otot-otot
abdomen lemah atau ada faktor risiko obesitas, kelemahan pelvis meningkat,
sehingga lordosis berlebihan dari lumbal spinalis. Oleh karena itu, penguatan otot-
otot perut dapat mencegah peningkatan kelemahan pelvis. 14

-
Gambar 2.10 Latihan B, penguatan otot-otot abdomen

37
Latihan B bertujuan untuk memperkuat otot-otot abdomen. Penguatan otot-
otot perut mengurangi lordosis lumbal spinalis, seperti yang disebutkan
sebelumnya, dan juga dapat meningkatkan tekanan abdominal, memberikan
stabilitas spinal dengan memberikan efek seperti menggunakan korset. Dalam
latihan ini, sendi lutut dan sendi pinggul harus membungkuk. Penguatan otot
abdomen tidak harus dengan mengangkat bagian atas tubuh ke posisi vertikal,
tetapi dapat hanya dengan mempertahankan bahu yang sedikit terangkat dari tanah
selama sekitar lima detik. 14

Gambar 2.11 Latihan C, peregangan regio lumbal

Latihan C, bertujuan untuk mencapai fleksibilitas jaringan lunak sekitar


lumbal spinalis dengan meregangkan bagian lumbar. Lordosis yang berlebihan
dari lumbal spinalis sering menyebabkan kontraktur otot paravertebral serta
menginduksi low back pain disebabkan oleh antefleksi yang tiba-tiba dari tubuh.
Peregangan ini penting untuk menghindari hal tersebut. 14

38
Gambar 2.12 Latihan D, penguatan otot punggung

Latihan D, bertujuan untuk memperkuat otot punggung. Tempatkan bantal


di bawah daerah abdomen bawah untuk mengurangi lengkungan dari lumbal
spinalis. Dengan menggunakan bantal sebagai dasar pendukung, angkat punggung
ke atas. Tidak perlu ikut menggerakkan kepala dengan kuat, dan jika bantal terlalu
besar, lengkungan yang berlebihan dari lumbal spinalis dapat terjadi. Rasa nyeri
dari sendi facet dan jaringan posterior lumbal spinalis juga dapat diinduksi. Jadi
diperlukan kehati-hatian dalam melakukan latihan ini. 14

Pilih dua atau tiga jenis latihan A hingga D, dan mulai dengan lima sampai
sepuluh kali pengulangan setiap latihan dengan frekuensi dua kali sehari (pagi dan
sore). Penting untuk meningkatkan secara bertahap jenis latihan dan frekuensi
sesuai kondisi pasien. Pada dasarnya, jika low back pain berat, latihan di atas
tidak harus dilakukan. 14

 Latihan Dan Modifikasi Gaya Hidup


Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan
memperberat tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan
penting untuk mengurangi NPB pada pasein yang mempunyai berat
badan berlebihan.Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa
stres secepat mungkin.Endurance exercise latihan aerobit yang memberi
stres minimal pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang
dimulai pada minggu kedua setelah awaitan NPB. Conditional exercise
yang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah dua minggu
karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan
pasien. Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak
terbukti lebih efektif daripada latihan tanpa alat.
b. Terapi Farmakologis 15,16
1) Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan
inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik :

39
paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium
diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
2) Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot.Efek terapinya
tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID.Sekitar
30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin,
Esperidone dan Carisoprodol.
3) Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman.Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi
dan ketergantungan obat.

4) Kortikosteroid Oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi.Dipakai pada kasus
HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
5) Anelgetik Adjuvan
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme
nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik.Contohnya : amitriptilin,
Karbamasepin, Gabapentin.
6) Suntikan Pada Titik Picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi
lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu
disekitar tulang punggung.Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason,
metilprednisolon dan triamsinolon.

2.7.2 Terapi Operatif


Indikasi terapi operatif adalah :
- Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.

40
- Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada
gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai
12 minggu.
- Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan
gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
- Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
a. Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
b. Percutaneous Distectomy
Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum
secara aspirasi.
c. Laminotomy/Laminectomy/Foraminotomy/Facetectomy
Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari
vertebra baik parsial maupun total.
d. Spinal Fusion Dan Sacroiliac Joint Fusion:
Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid
diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.15,16

2.8Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari HNP adalah nyeri punggung untuk
jangka waktu yang lama, kehilangan sensasi di tungkai yang diikuti penurunan
fungsi kandung kemih dan usus.Selain itu, kerusakan permanen pada akar saraf
dan medula spinalis dapat terjadi bersamaan dengan hilangnya fungsi motorik dan
sensorik. Hal ini dapat terjadi pada servikal stenosis dan spondilosis yang

41
menekan medulla spinalis dan pembuluh darah, sehingga dapat menimbulkan
mielopati dengan spastik paraplegia atau kuadriplegia. 17

2.9 Prognosis
Pada HNP servikalis 75% pasien akan pulih dengan penanganan terapi
medis yang memadai (10-14 hari), walaupun pada beberapa kasus berlanjut
dengan ketidaknyamanan dan parestesis ringan. Pada beberapa pasien, gejala
radikular atau mielopati kambuh setelah kembali beraktivitas penuh.Untuk 25%
pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dibutuhkan
operasi.Perbaikan tampak pada sekitar 80% pasien yang melakukan terapi operatif
pada diskus servikalis. Pada hernia diskus lumbalis sekitar 10-20% kasus
membutuhkan penangan terapi bedah dan 85% pasien akan pulih sepenuhnya
setelah penanganan bedah. 16

2.10 Pencegahan

1. Latihan Punggung Setiap Hari


 Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras. Tekukan
satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan beberapa detik.
Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain. Lakukanlah beberapa kali.
 Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu luruskanlah ke
lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu tekanlah punggung ke
lantai, tahanlah beberapa detik kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
 Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki berada flat di
lantai. Lakukan sit up parsial,dengan melipatkan tangan di tangan dan
mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali.
2. Berhati-Hatilah Saat Mengangkat
 Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
 Tekukan lutut , bukan punggung, untuk mengangkat benda yang lebih
rendah
 Peganglah benda dekat perut dan dada

42
 Tekukan lagi kaki saat menurunkan benda
 Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda
3. Lindungi Punggung Saat Duduk dan Berdiri
 Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama
 Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja, pastikan
bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu (seperti
ganjalan/bantalan kaki) jika memang diperlukan.
 Jika memang harus berdiri terlalu lama,letakkanlah salah satu kaki pada
bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak dan mengubah
posisi secara periodic.
 Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut daapt tertekuk dengan baik
tidak teregang.
 Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat
duduk dikursi
4. Tetaplah Aktif dan Hidup Sehat
 Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang nyaman dan
sepatu berhak rendah
 Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
 Tidurlah di kasur yang nyaman.
 Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi
trauma.16

DAFTAR PUSTAKA

43
1. Lizier DT, Perez M, et. Al. 2012. Exercises for Treatment of Nonspecific Low
Back Pain.Revista Brasileira de Anestesiologia Vol. 62 No. 6 : Brazil.

2. Gutierrez, Mario. 2005. Understanding Low Back Pain: Breakthroughs and


New Advances in the Diagnosis and Treatment of Low Back Pain. iUniverse:
New England Journal of Medicine.

3. Foster, Mark R. 2014. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape


4. Sudoyo, Aru et. al. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan UI.
5. Ganong, William F, Fisiologi Kedokteran , EGC.Edisi 22 Jakarta 2008
6. Swiontkowski, Marc F dan Steven D. Stovitz. 2012. Manual of Orthopaedics
Seventh Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer
7. Wheeler, Anthony H. 2016. Low Back Pain and Sciatica. Medscape
8. Price, Sylvia A. Dan Lorraine M. Wilson. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis
Prose-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC
9. Saunder.B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging
characterization of a lumbar.Volume 38. 2000

10. Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus.Acta Universitatis


Ouluensis D Medica. 2006.

11. Meli Lucas,Suryami Antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal
133-148
12. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas
Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337

13. Dagenais S, Haldeman S.2012.Evidence-Based Management of Low Back


Pain. USA: Elsevier .
14. Taguchi, Toshihiko. Low Back Pain in Young and Middle-Aged People.
JMAJ 46(10): 417–423, 2003

15. Archard G, Bull E. 2007. Simple Guide : Low Back Pain. Jakarta : Penerbit
Erlangga.

44
16. Samara,D. Lama Dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. Jurnal Kedokteran Trisakti 2004(23): 63-67.
17. Pinzon R.Profi l Klinis Pasien Nyeri Punggung Bawah Akibat Hernia
Nukleus Pulposus. 2012(39):749-751

45

Anda mungkin juga menyukai