Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan risalah ilmiah tarbawiah yang bertujuan untuk kebahagiaan
umat manusia dan kehidupannya sebagai rahmatan lil ‘alamin. Dan Islam juga
mengajarkan manusia nilai-nilai theologies atau tauhid yang diaplikasikan dalam
kehidupan, yang dimulai pertama kali pada kehidupan individu, hal tersebut
direflesikan melalui kalimat tauhid, kemudian dilanjutkan pada pembenahan diri
melalui rukun Islam yang kedua sampai yang kelima. Rukun Islam merupakan
refleksi utama dari kehidupan manusia dihadapan Allah swt, dan hasil dari semua
itu adalah akhlaq al-karimah.
Begitu pula tujuan dari sebuah agama (Islam) yaitu mengupayakan
pemeluknya menjadi manusia yang beriman dan betakwa kepada Allah swt,
berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, tidak hanya bersifat individual
tapu juga secara kolektif. Islam yang tidak hanya mengatur hal-hal yang bersifat
‘ubudiyyah semata tapi juga yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan
manusia lainnya sehingga menjadikan kehidupan beragama bagian dari kehidupan
manusia itu sendiri. Dengan demikian terciptalah baldatun thayyibatun wa
rabbun ghofur.

1
2

Islam sejak diwahyukan pertama kepada Nabi Muhammad saw tentu tidak
diturunkan sekaligus akan tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
ummatnya, sehingga dalam penerimaannya tidak berat hingga pada akhirnya
sempurna. Allah swt berfirman:

 ……………
  
 
  
    
 
   
  
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama
bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Q.S. Al Ma’idah [5]: 3)

Perlahan tapi pasti selama 23 tahun semenjak Nabi Muhammad saw diangkat
menjadi rasul, agama yang beliau bawa menjadi bagian dari kehidupan manusia
hingga detik ini, dengan demikian Islam secara utuh dan lengkap memberikan
panduan hidup dan kehidupan kepada ummatnya tanpa ada keraguan di dalamnya
termasuk masalah pendidikan.
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk
pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan
mendidik sehingga mampu menjadi pemimpin serta pendukung dan pengembang
kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah dari Allah berupa bentuk yang dapat diisi
dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang sesuai
3

dengan kedudukannya sebagai makhluk mulia, pikiran, perasaan dan kemampuan


berbuat merupakan komponen dari fitrah.1
Paradigma mengukur kemajuan suatu bangsa saat ini sudah mulai bergeser,
yaitu dari yang semula mengukur kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu
semata-mata pada kekayaan Sumber Daya Alam (SDA), menjadi mengukur
kemajuan suatu bangsa dengan bertumpu pada kekuatan Sumber Daya
Manusia (SDM).
Adanya pradigma baru tersebut mengharuskan suatu bangsa untuk
memperkuat sektor pendidikannya. Kemajuan suatu bangsa mengharuskan
adanya sumber daya manusia yang unggul; dan adanya manusia yang unggul
mengharuskan adanya pendidikan yang unggul; dan adanya pendidikan yang
unggul mengharuskan adanya berbagai komponen atau aspek pendidikan yang
unggul pula. Kepada pendidikan yang unggul itulah harapan untuk
membangun bangsa yang unggul akan dapat diwujudkan.2

Secara khusus, syariat Islam sangat concern dengan masalah pendidikan


individu. Dan dalam agama Islam, pendidikan itu dimaksudkan untuk
menyiapkan pribadi yang taat beribadah kepada Allah swt dalam pengertian luas,
dengan kata lain menyiapkan individu yang tangguh iman dan takwanya, serta
ilmu pengetahuan dan teknologinya.3
Islam adalah syariat agama yang diturunkan kepada umat manusia agar
mereka beribadah kepada Allah swt. Pelakasanaan syariat ini menuntut adanya
pendidikan sehingga manusia pantas memikul amanat dan menjalankan peran
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Syariat Islam hanya dapat dilaksanakan
dengan mendidik diri, generasi dan masyarakat supaya beriman dan tunduk
kepada Allah semata serta selalu mengingat-Nya. Oleh sebab itu, selain
pendidikan Islam menjadi kewajiban orang tua dan guru, juga menjadi amanat
yang harus dipikul oleh suatu generasi dan disampaikan kepada generasi
berikutnya, dan dijalankan oleh para pendidik dalam mendidik anaknya.

1
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh; Prinsip Mendidik Anak dalam Islam, (Bandung:
al-Bayan, 1995), h. 11.
2
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2009),
h. 1.
3
Yusuf Muhammad al-Hasan, Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Muhammad Yusuf Harun,
(Jakarta: Darul Haq, 1998), h. 7.
4

Disamping manusia disebut sebagai homo educandum (makhluk yang harus


dididik), ia juga mempunyai segi-segi kelemahan yang jika tidak mendapat
pendidikan pasti akan terjerumus mengikuti hawa nafsunya, dan mendapatkan
kerugian besar di dunia maupun di akhirat. Untuk itu syariat telah berbuat sebaik
mungkin dalam memperkenalkan manusia terhadap dirinya sendiri. Allah swt
telah menciptakan manusia dalam keadaan suci, bersih dan bebas dari segala
dosa. Allah swt berfirman di dalam al-Qur’an:

 
  
   
   
   
 
 
  

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar Rum [30]: 30)

Seorang anak akan menjadi baik atau buruk tergantung kepada didikan orang
tua atau lingkungannya, bukan kepada tabiat yang asli. Adalah kewajiban orang
tua, para pendidik dan pemimpin-pemimpin yang bertanggung jawab terhadap
generasi baru serta masyarakat untuk memelihara tabiat itu, dan mengarahkannya
kepada hal-hal yang baik serta menjauhkannya dari pengaruh-pengaruh yang
buruk. Di sinilah tampak betapa pentingnya peranan pendidikan itu.4
Anak merupakan amanat yang harus dipikul oleh orang tua. Orang tua
bertanggung jawab atas terlaksananya amanat itu. Bila orang tua salah mendidik
anak, kesalahan itu akan menyebabkan kerusakan yang nyata. Kelalaian yang

4
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh; Prinsip Mendidik Anak dalam Islam…, h. 15.
5

serius, penghianatan kepada amanat itu merupakan pertanda bahwa orang yang
bersangkutan lemah dalam hal agama.
Terjadinya kemerosotan moral peseta didik yang terjadi di negeri ini memang
sudah sangat drastis, hal ini terlihat dari banyaknya pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh peserta didik. Dimulai dari tawuran antar pelajar yang tidak jarang
merenggut korban jiwa, pesta narkoba, bahkan sampai seks bebas.
Agama Islam mengajarkan semua pemeluknya untuk mencari solusi di dalam
al-Qur’an dan hadis dari setiap permasalahan yang mereka hadapi, sebab al-
Qur’an dan hadis merupakan sumber ajaran Islam yang merupakan pedoman
hidup umat Islam. Bagi umat Islam merupakan suatu kewajiban untuk mengikuti
hadis baik yang berupa perintah maupun larangan. Kewajiban untuk mengikuti
hadis ini sama halnya dengan kewajiban untuk mengikuti al-Qur’an. Siapapun
tidak akan memahami al-Qur’an tanpa memahami hadis, begitupun sebaliknya.
Mengggunakan hadis tanpa al-Qur’an adalah sebuah kekufuran, karena al-Qur’an
merupakan dasar hukum agama Islam yang pertama yang di dalamnya berisi garis
besar tentang aqidah dan hukum syariat. Dengan demikian antara al-Qur’an dan
hadis memiliki kaitan yang sangat erat dan untuk memahaminya tidak bisa
berjalan sendiri-sendiri.
Allah swt memerintahkan umat Islam agar mempercayai Rasulullah saw, serta
menyerukan agar mentaati segala bentuk perundang-undangan dan peraturan yang
dibawanya baik berupa perintah maupun larangan. Tuntutan untuk beriman dan
taat kepada rasul-Nya ini sama halnya dengan tuntutan beriman dan taat kepada
Allah. Sebagaimana firman Allah swt:

 
  
 
 
   
6

 

“Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.” (Q.S. Al Hasyr [59]: 7)

Dari paparan di atas, maka penulis mengambil judul di dalam pengkajian ini
yaitu “Kontribusi al-Sunnah Terhadap Pendidikan dalam Pembentukan
Akhlak”.

B. Identifikasi Masalah
Idealnya sebuah lembaga pendidikan seperti sekolah seharusnya menjadi
tempat pembentukan karakter yang baik tingkah lakunya serta beriman dan
bertakwa. Akan tetapi dari paparan latar belakang masalah di atas banyak sekali
tindakan-tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh remaja seperti:
1. tawuran, penggunaan zat NARKOTIKA bahkan sampai seks bebas.
2. Melawan kepada orang yang lebih senior, guru bahkan sampai orang tua.
Dari beberapa penyimpangan tingkah laku yang penulis paparkan di atas
terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya masalah tersebut.
Seperti:
1. Cara mengajar yang salah.
2. Pengaruh orang tua sampai lingkungan.
3. Bahkan akses yang mudah terhadap segala bentuk budaya dari barat. Dan
masih banyak yang lainnya.

C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi
permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan
kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara
jelas dan terfokus.
7

Selanjutnya masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya pada


masalah:
1. Pengertian sunnah dan hadis.
2. Pengertian pendidikan Islam.
3. Korelasi akhlaq dengan pendidikan.

D. Perumusan Masalah
Dalam hal ini yang menjadi perumusan masalah yang penulis buat adalah:
1. Apakah ada hubungan antara al-sunnah dengan pembentukan akhlak?
2. Bagaimana cara seorang muslim menerapkan al-sunnah dalam pendidikan
Islam?
3. Bagaimana peran hadis dalam pendidikan Islam?

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hubungan antara al-sunnah dengan pembentukan akhlak.
2. Mengetahui cara seorang muslim menerapkan al-sunnah dalam pendidikan
Islam.
3. Mengetahui peranan hadis dalam pendidikan Islam.
4. Menjelaskan urgensi akhlak dalam membentuk kepribadian seorang
muslim.

F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian yang penulis buat ini diharapkan:
1. Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan yang berguna untuk lebih
menjadikan al-sunnah ataupun al-hadis sebagai pedoman pendidikan Islam
dalam rangka pembentukan akhlak peserta didik .
2. Dapat menjadi pedoman penulis dalam membentuk karakter para peserta didik
ketika nantinya penulis terjun langsung serta terlibat sebagai orang yang
8

bertanggung jawab untuk membentuk akhlak seorang anak atau peserta didik
dalam arti khusus.
2

Anda mungkin juga menyukai