Pekerjaan Di Ketinggian-Dikonversi
Pekerjaan Di Ketinggian-Dikonversi
SKRIPSI
Oleh :
Isna Shofiana
NIM. 6411411219
Isna Shofiana
Identifikasi Potensi Bahaya Pekerjaan Di Ketinggian Pada Proyek
Pembangunan Gedung Parkir RS. Telogorejo (Studi Deskriptif Pada Proyek
Konstruksi Oleh PT. Adhi Karya Semarang)
xiii + 143 halaman + 4 tabel + 17 gambar + 5 lampiran
iv
Public Health Science Department
Faculty of Sport Science
Semarang State University
August 2015
ABSTRACT
Isna Shofiana
Hazard identification Work At Height On Building Project RS parking.
Telogorejo (Descriptive Study On Construction Projects By PT. Adhi Karya
Semarang)
xiii + 69 pages + 6 tables + 14 pictures + 12 enclosures
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan. Setiap jalan orang
adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
PERSEMBAHAN
2. Almamater Unnes
vi
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
Rumah Sakit Telogorejo (Studi Deskriptif Pada Proyek Konstruksi Oleh PT. Adhi
Karya Semarang)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk
Skripsi.
Negeri Semarang, Bapak Drs. Tri Rustiadi, M.Kes., atas ijin penelitian.
persetujuan penelitian.
5. Penguji Skripsi, Bapak Drs. Herry Koesyanto, MS dan Bapak Drs. Bambang
Wahyono, M.Kes, atas saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
vii
6. Pendamping akademik, Ibu Eko Farida STP., M.Si dan Ibu Galuh Nita
hingga akhir.
7. Bapak Ibu Dosen serta staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
8. Pimpinan Proyek Pembangunan RS. Telogorejo oleh PT. Adhi Karya, atas
ijin penelitian.
Telogorejo oleh PT. Adhi Karya, atas bantuan dalam proses penelitian.
10. Ayahanda Shofuwan dan Ibu Tri Hartini, atas Doa, semangat, motivasi, dan
11. Wikan Sasanahadi, atas kasih, doa, semangat, motivasi, saran, serta dukungan
yang telah diberikan dari awal penulisan skripsi ini sampai selesainya skripsi
ini.
12. Sahabat baikku (Fyan Herfingga, Laksita, Inna Nesyi, Marselia Kartikasari,
Retno Riky) atas doa, bantuan, serta dukungan yang telah diberikan sampai
13. Teman-temanku rombel 5 atas doa, bantuan, dan dukungan yang telah
14. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Angakatan 2011 doa serta
viii
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, doa serta dukungan
telah membantu. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna
Semarang, 2015
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PENGESAHAN .............................................................................................. ii
ABSTRAC....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
LAMPIRAN ........................................................................................................126
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xv
BAB I
PENDAHULUAN
dijadikan naluri dari setiap makhluk hidup. Sejak manusia hidup di muka bumi,
secara tidak sadar aspek keselamatan untuk antisipasi berbagai bahaya disekitar
lingkungan hidupnya telah dikenal oleh mereka. Pada masa itu, tantangan bahaya
yang dihadapi lebih bersifat natural seperti kondisi alam, cuaca, binatang buas dan
Cidera atau kerugian materi diakibatkan oleh kecelakaan, oleh karena itu
(SMK3) adalah agar kecelakaan kerja menurun. Karena itu fenomena kecelakaan,
faktor penyebab, serta cara efektif untuk pencegahan dipelajari oleh para ahli K3.
Indonesia, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang masih tradisional dimana
dinamis, menuntut ketahanan fisik yang tinggi serta banyak menggunakan tenaga
kerja yang tidak terlatih, melibatkan tenaga kerja yang cukup besar serta industri
konstruksi mempunyai bahaya dan risiko yang banyak pada setiap jenis
pekerjaannya. Bahaya tersebut antara lain terjatuh, tertimpa benda, tersetrum, dan
1
2
suatu aktivitas, baik dirumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Apabila hazard
korban jiwa, kerusakan materi dan bahkan gangguan produksi. Menurut The
Health and Safety Statistic 2011 menunjukkan bahwa 171 pekerja meninggal
dunia di tempat kerja dengan rata-rata 0,6 fatalities per 100.000 pekerja. Sektor
yaitu 50,34 juta dan 9 fatality dan 115.379 pekerja lainnya terluka yang
menyebabkan hilangnya 4,4 juta hari kerja hilang (Health and Safety Executive,
2011).
bahaya jatuh (dan tentunya ada bahaya-bahaya lainnya). Menurut Rope and Work
tingkat risiko tinggi (high risk activity) yang memerlukan pengetahuan serta
jika seseorang tidak mengikuti peringatan (precaution) yang ada maka dapat
3
di kurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya.
diluncurkan atau dijatuhkan ke bawah dari tempat yang tinggi sehingga dapat
Per.01/Men/1980).
untuk mencegah dan mengurangi risiko yang mungkin timbul akibat proses
pekerjaan perlu segera dilakukan. Melalui risk management process, risiko yang
sumber bahaya yang ada di tempat kerja dan dievaluasi tingkat risikonya serta
pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan,
menghentikan aktifitasnya. Pekerja tewas jatuh dari lantai 4 bangunan proyek saat
sedang memasang saluran udara, disalah satu ruangan yang diproyeksikan untuk
pekerja terpeleset dan langsung jatuh. Akibatnya pekerja terluka dibagian kepala,
serta kaki dan tangannya patah. Sebelumnya juga pernah terjadi kecelakaan kerja
Slamet Riyadi Solo jatuh dari lantai 22 , pekerja tersebut tewas. Kejadian itu
bermula ketika pekerja kuli menata kayu. Tanpa diduga salah satu kayu
Tubuhnya jatuh di lantai 16. Kecelakaan ini terjadi akibat pekerja kuli sama sekali
tidak menggunakan alat pelindung diri seperti safety helmet, full body harness,
tempat kerja, baik sebelum mesin, instalasi atau peralatan digunakan, maupun
tingkat risiko sehingga tingkat kecelakaan kerja terkurangi. Salah satu teknik
analisis yang dilakukan oleh perusahaan adalah yang disebut analisis keselamatan
pekerjaan atau Job Safety Analysis (JSA). Teknik ini relatif tidak sulit dilakukan,
yang disebut studi gerak atau Motion Studies (Syukri Sahab, 1997: 103).
2015 dengan pihak ahli K3, manager dan pengawas proyek pembangunan gedung
parkir RS. Telogorejo Semarang, proyek yang terdiri dari 12 lantai dengan
ketinggian bangunan 33,68 meter ini memiliki bahaya dan risiko kecelakaan kerja.
Potensi bahaya yang terdapat dalam proyek ini ialah potensi bahaya mekanik,
listrik, dan fisik. Walaupun pada proyek ini belum pernah terjadi kecelakaan kerja
yang sampai mengakibatkan kecacatan dan kematian seperti terjatuh dari lantai
atas.Pada proyek pembangunan ini belum ada data kecelakaan kerja dikarenakan
kecelakaan kerja pihak proyek telah menyediakan APD berupa (full body harness,
safety helmet, tali pengikat, sepatu boots), tetapi 8 dari 10 pekerja kuli bangunan
6
sama sekali tidak memakai APD. Sedangkan 2 pekerja kuli lainnya menggunakan
APD tetapi tidak lengkap, misal hanya menggunakan safety helmet dan safety
shoes saja.
umum yang ada dalam penelitian ini adalah bagaimana identifikasi potensi bahaya
1. Potensi bahaya apa sajakah yang terdapat dalam pekerjaan di ketinggian pada
proyek pembangunan gedung parkir RS. Telogorejo oleh PT. Adhi Karya
Semarang?
proyek pembangunan gedung parkir RS. Telogorejo oleh PT. Adhi Karya
Semarang?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi bahaya
proyek pembangunan gedung parkir RS. Telogorejo oleh PT. Adhi Karya
Semarang.
tersebut.
1.6.1. Tempat
1.6.2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dari mulai tanggal 2 April 2015-30 Juli 2015.
11
1.6.3. Keilmuan
BAB II
LANDASAN TEORI
meter dari tanah atau lebih dari 2 meter dan memiliki potensi jatuh dan harus
ganda) atau harus dilindungi dengan pegangan atau jaring pengaman (HSE UK
2005).
disuatu tempat baik diatas maupun dibawah tingkat dasar, dimana pekerja dapat
mengalami cidera apabila terjatuh dari tempat tersebut (HSE UK, 2007). Dari
seluruh pekerjaan pada ketinggian yang ada, pekerjaan jasa konstruksi yang
(work at height) adalah bentuk kerja dengan mempunyai potensi bahaya jatuh
(dan tentunya ada bahaya-bahaya lainnya). Menurut Rope and Work Corporation
yang dimaksud bekerja diketinggian adalah pekerjaan dengan tingkat risiko tinggi
(high risk activity) yang memerlukan pengetahuan serta ketrampilan khusus untuk
Bekerja pada ketinggian 4 feet (1,24 meter) memiliki atau lebih dari atas
lantai atau tanah banyak resiko. Contoh, pekerjaan sipil (civil work), pekerjaan
Pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan baik oleh karyawan sendiri ataupun oleh
kontraktor.
Bekeja pada ketinggian 6 feet (1,8 meter) atau lebih pada pinggiran atau
sisi yang terbuka. Contoh: bekerja pada atap datar (flat roof), puncak tangki
timbun.
Bekerja di ketinggian 10 feet (3.1 meter) atau lebih pada pinggiran atau
kurangnya seberat 2275 kg (5000 lbs) per orang dan memiliki jangkar yang
4. Pemeriksaan visual “fall arrest equipment” dan system sudah dilakukan dan
dengan fisik yang sehat, dan dengan ketrampilan yang memadai serta
sekali risiko kecelakaan kerja yang ditimbulkan. Untuk mencegah pekerja jatuh
2. Ketika pekerja dapat terjatuh dari ketinggian 2 m atau lebih harus diberikan
pagar pelindung (guard rails) sedikitnya 910 mm (36 inchi) dari lantai, pagar
melebihi 470 mm (18 inchi), dan pijakan kaki (toe boards) setinggi 150 mm
(6 inchi).
yang keras dan datar, jika panjang 3 m atau lebih harus dijejakkan atau diikat
dipakai, jika total ketinggian lebih dari 9 m harus dilengkapi dengan anjungan
Sistem pasif adalah sistem dimana pada saat bekerja melalui suatu
2. Struktur atau area kerja (platform) yang dipasang secara permanen dan
perlengkapannya.
16
3. Bekerja di dalam ruang yang terdapat jendela yang terbuka dengan ukuran
dimana ada pekerja yang naik dan turun (lifting/lowering), maupun berpindah
suatu titik kerja karena tidak terdapat sistem pengaman kolektif (collective
2. Perancah (scaffolding)
3. Struktur atau area kerja (platfrom) untuk pemanjatan seperti tangga pada
menara
Akses Tali dapat di golongkan sebagai sistem aktif. Akses tali adalah
dengan teknik khusus. Metode ini biasanya digunakan untuk mencapai posisi
pekerjaan yang sulit di jangkau sesuai dengan berbagai macam kebutuhan. Sistem
17
ini mengutamakan pada penggunaan alat pelindung diri sebagai pembatas gerak
1. Terdapat tali kerja (working line) dan tali pengaman (safety line),
dan turun di sisi-sisi gedung (facade), atria gedung, menara (tower), jembatan,
dan banyak struktur lainnya. Pekerjaan pada ketinggian secara horisontal seperti
seperti bejana, silo dan lain-lain. Pekerjaan pemanjatan pohon, pemanjatan tebing,
gua, out bound dan lain-lain. Teknik akses tali dapat diandalkan dan cenderung
pekerjaan ringan sampai sedang. Metode akses tali merupakan metode alternatif
untuk menyelesaikan pekerjaan yang ringan sampai dengan tingkat sedang dalam
posisi yang sulit dan yang membutuhkan kecepatan (rapid task force) (Keputusan
No.Kep.45/Djppk/Ix/2008).
18
Menururt Soehatman Ramli (2010: 66) jenis-jenis bahaya itu antara lain
bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun
dengan penggerak. Misalnya mesin gerindra, bubut, potong, press, dan tempa.
mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit,
dari peralatan mekanis yang digerakkan dengan mesin yang digunakan sebagai
sarana untuk pekerjaan di atas ketinggian, alatnya berupa forklift yang dilengkapi
lantai kerja (platform). Kalau pekerja tidak berhati-hati ketika berada di forklift
Sumber bahaya yang berasal dari energi listrik. Energi listrik dapat
singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan
listrik mapun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik.
Apalagi bahaya listrik pada ketinggian, ketika pekerja tersengat listrik pada saat
bekerja pada ujung bangunan dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang berakibat
Jenis bahaya yang bersumber dari senyawa atau unsur atau bahan kimia.
Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan
kimia antara lain, keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun, iritasi oleh
bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam kuat, kabakaran dan ledakan.
Polusi dan pencemaran lingkungan. Ketika terjadi ledakan atau kebakaran pada
Bahaya yang berasal dri faktor-faktor fisik ialah seperti, bising, tekanan,
getaran, suhu panas atau dingin, cahaya atau penerangan, dan radiasi dari bahan
radioaktif (sinar UV atau infra merah). Pada pekerjaan di ketinggian bahaya fisik
tidak bisa jelas melihat lubang atau tidak hati-hati ketika menaiki tangga dan
bangunan.
biologis seperti flora fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari
aktifitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi,
Beberapa bahaya yang ada pada saat bekerja pada ketinggian antara lain
material dari atas (falling object). Dari keempat bahaya yang ada, yang merupakan
faktor penyebab terbesar cidera berat adalah terjatuh dari ketinggian (Ashari.
2007: 53).
khusus yang dikarenakan kondisinya yang tidak lazim. Pada dasarnya ada 4
ketinggian yaitu: pelaku atau pekerja, kondisi lokasi (titik atau lokasi pekerjaan),
teknik yang digunakan, dan peralatan. Bekerja pada ketinggian menuntut para
Namun demikian, hal yang terpenting dalam melakukan suatu pekerjaan adalah
pada ketinggian harus mengacu pada hirarki kontrol yang ada. Hierarki kontrol
Kementrian Tenaga Kerja Singapore (2008) hierarki kontrol risiko dalam bekerja
2.1.5.1. Eliminasi
adalah dengan cara yang paling efektif untuk memastikan orang tidak jatuh dari
2.1.5.2. Subtitusi
Sistem pencegahan jatuh adalah material atau peralatan, atau kombinasi dari
Misalnya: scaffolding, Mast Climbing work platform dan aerial working platform.
bangunan dll. Akses jalan dan jalan keluar yang layak harus disediakan agar
pekerja dapat melakukan mobilisasi alat atau material yang diperlukan dengan
penggunaan hoist builder untuk mngangkat beban berat. Jika hal ini tidak praktis,
2.1.5.4. Administrasi
terhadap bahaya dengan di taatinya prosedur atau instruksi kerja, misalnya, ijin
kerja dan prosedur kerja aman, rotasi kerja untuk mengurangi resiko pekerja dari
yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem
benda, namun dampak dari kejatuhan tersebut dapat dikurangi. Demikian juga
dengan memakai gas masker, bukan berarti tidak bisa terkena gas berbahaya,
Ramli, 2010:109).
mempunyai risiko terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah
(Tarwaka, 2014:283).
dalam memilih dan menggunakan alat pelindung diri (APD) sebagai berikut:
2. Alat pelindung diri (APD) mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
kesehatan lainyya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.
8. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.
24
1. Safety shoes
Sepatu kerja (safety shoes) digunakan untuk melindungi kaki dan bagian
lainnya dari benda-benda keras, tajam, logam atau kaca, larutan kimia, benda
panas, kontak dengan arus listrik. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya
kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas (Tarwaka, 2014: 294).
2. Kacamata Kerja
kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau
panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras (Tarwaka, 2014:
289).
3. Sarung Tangan
tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda
panas dan dingin, kontak dengan arus listrik, sarung tangan dari kulit untuk
melindungi kontak terhadap benda tajam, goresan, sarung tangan dari kain/katun
untuk melindungi kontak dengan panas dan dingin (Tarwaka, 2014: 293).
4. Safety helmet
26
Alat ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang
terjatuh, benturan kepala, terjatuh dan terkena aliran listrik. Topi pelindung harus
tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim
berikut :
pengamanan dari jatuh yang cukup di tempat. Setiap site harus mengukur untuk
dihilangkan.
27
area atau tugas yang mana terdapat risiko personel atau peralatan terjatuh.
2.2.3. Penandaan
dan dirawat sesuai dengan standard Balfour Beatty yang sesuai memperingatkan
personel jatuh dari ketinggian atau bahaya jatuhnya benda. Ketika bersangkutan,
1. Pekerja harus dalam kondisi fit sebelum melakukan kegiatan bekerja di atas
3. Prosedure kerja aman (JSEA) harus dibuat oleh semua pekerja yang terlibat
dalam bekerja di ketinggian & semua pekerja yang harus berpartisipasi dalam
rumusan JSEA.
28
berkompeten
yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa
yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.
menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak melibatkan tenaga kerja yang
pekerja dengan risiko yang tinggi pada setiap pelaksanaan konstruksi. Kecelakaan
kerja pada proyek konstruksi dapat disebabkan oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam konstruksi, mulai dari pihak manajemen sampai dnegan pekerja lini depan.
Untuk memperkecil risiko terjadinya kecelakaan kerja pada awal tahun 1980
konstruksi yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 1 tahun
1980.
bagi pekerja bangunan. Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak
diduga ditabrak atau ditampar sesuatu yang bergerak atau bahan kimia. Pekerja
harus dilengkapi fasilitas APD untuk melindungi diri dari terbentur, misal
30
pemakaian helm agar melindungi kepala dari benda yang tidak sengaja bergerak
atau jatuh menegenai kepala. Contoh kecelakaan akibat terbentur ialah, terkena
Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena atau
Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki
pekerja tersangkut di antara papan-papan yang patah di lantai. Contoh dari caught
on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja terkena pagar kawat,
sedangkan contoh dari caught between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari ketinggian gedung dari
tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Bahaya yang ditimbulkan
dari kecelakaan jatuh pada ketinggian ini ialah dapat menimbulkan cacat fisik
pada korban, banyak juga akibat terjatuh dari ketinggian menimbulkan kehilangan
nyawa atau meninggal. Hal ini disebabkan karena para pekerja tidak memakai
APD yang khusus untuk pekerjaan pada ketinggian, misal seperti menggunakan
yang sangat besar. Pada proses pembangunanya, banyak pekerja yang naik turun
gedung hanya dengan menaiki tangga sementara bahkan hanya memakai perancah
atau scaffolding untuk mencapai lantai atas gedung tersebut. Jelas sekali hal
tersebut membahayakan para pekerja jika mereka tidak hati-hati untuk naik
keatas. Bahkan beberapa pekerja kuli tersebut sama sekali tidak memakai APD
khusus untuk pekerjaan pada ketinggian misal full body harnes dan tali pengikat
untuk menaiki gedung, untuk APD dasar seperti safety helmet dan safety shoes
juga tidak dikenakan. Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan
dilakukan di luar batas kemampuan. Jika pekerja melakukan pekerjaan yang tidak
sesuai kemampuan fisiknya juga akan menimbulkan bahaya kerja, seperti ketika
pembangunan.
proses banyak kabel yang belum rapi dan berserakan, termasuk juga kabel aliran
32
terkena setrum listrik akibat aliran listrik yang tidak rapi. Luka yang di timbulkan
dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan alat atau
perlengkapan yang mengandung listrik. Akibat dari tersengat listrik tersebut dapat
berakibat fatal. Kebakaran biasanya karena konsleting listrik, adanya percikan api
oleh kebakaran tetapi juga menimbulkan korban terbakar, misal pekerja yang
berada pada proyek tersebut tetapi tidak bisa menyelamatkan diri. Kondisi ini
terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak dengan percikan, bunga
adalah upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari
kecelakaan kerja, beberapa tahapan yang harus dipahami dan dilalui yaitu:
disuatu tempat kerja merupakan langkah pertama dan utama di dalam upaya
pencegahan kecelakaan secara efektif dan efisien. Identifikasi masalah ini antara
lain meliputi:
33
3. Model analisa pohon kejadian, yaitu suatu teknik untuk mengidentifikasi dan
dengan tiga azas yaitu azas rumit, azas arti dan azas urutan.
kerja disebabkan karena kesalahan manusia. Teori ini dikembangkan oleh Ferrel.
2.3.4.1. Overload
yang dimiliki pekerja dalam melakukan pekerjaan. Selain beban kerja individu,
terdapat juga beban tambahan dari faktor lingkungan (contohnya kebisingan dan
rasa cemas, dan lain-lain), serta faktor situasi (misalnya tingkat risiko, instruksi
mencegahnya, maka dari itu berarti ia telah melakukan respon yang tidak tepat.
seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan namun orang tersebut belum terlatih
produksi yang memerlukan kapasitas tenaga kerja dan tenaga mesin yang sangat
besar, bahaya yang sering dirimbulkan antara lain terlindas dan terbentur,
Berdasarkan tahapan pekerjaan yang ada pada PT. Adhi Karya, tahapan
1. Pekerjaan persiapan
5. Pekerjaan mebelair
luar lain).
materialnya adalah:
1. Pekerjaan pembesian
2. Pekerjaan pengecoran
37
3. Pekerjaan bekisting
1. Pekerjaan pondasi
3. Pekerjaan kolom
tenaga kerja, yaitu melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebih
masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di samping itu, besarnya sanksi untuk
38
pelanggaran terhadap peraturan ini sangat minim yaitu senilai seratus ribu rupiah.
kesehatan kerja bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope
access).
penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak
kerja tidak semudah yang dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang
saling terkait mulai dari penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang.
kedap suara, menjauhkan manusia dari sumber bising, atau mengurangi waktu
manusia, benda atau material, jika pengendalian pada sumber dan energi tidak
dapat dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, perlindungan diberikan dengan
Sumbe Penerim
r a
Gambar 2.5. Strategi Pengendalian Bahaya (Sumber: Soehatman Ramli, 2010: 38)
41
yang tidak aman. Karena itu, untuk mencegah kecelakaan kerja dilakukan
proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan
dan standar yang berlaku untuk menjamin kelayakan instalasi atau peralatan
kerja.
sistem inter lock, sistem alarm, sistem instrumentasi dan lain sebagainya
antara lain:
1. Pengaturan waktu dan jam kerja, sehingga tingkat kelelahan dan paparan
4. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja (Soehatman Ramli,
2010: 40).
risiko yang mungkin timbul akibat proses pekerjaan. Risiko yang timbul dapat
cara untuk menemukan yang mana sumber energi yang digunakan di tempat kerja
43
kecelakaan dan kerusakan terjadi karena adanya kontak dengan sumber energi
yang melampaui nilai ambang batas tubuh atau struktur bahan. Sumber-sumber
energi sebagai bahaya yang ada, sangat tergantung dari jenis dan kondisi tempat
sekecil apapun risikonya. Potensi bahaya di tempat kerja secara umum dapat
diidentifikasi melalui:
2.7.1. Analisa Kecelakaan, Cedera dan Kejadian Hampir Celaka (near miss)
kecelakaan dan tindakan perbaikan yang dilakukan oleh pihak manajemen dan
pengurus P2K3 merupakan hal yang sangat penting di dalam sistem manajemen
Pekerja merupakan orang yang tepat dan sering mengetahui keadaan yang
sebenarnya yang berkaitan dengan potensi bahaya yang dihadapi, sehingga sangat
tepat bila mereka dilibatkan dalam proses identifikasi potensi bahaya dan evaluasi
pencarian terhadap semua jenis kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat
44
proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang
berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang
mungkin timbul di tempat kerja. Suatu hazard di tempat kerja yang mungkin
nampak jelas dan kelihatan, seperti: sebuah tangki berisi bahan kimia, atau
mungkin juga tidak nampak dengan jelas atau tidak kelihatan, seperti: radiasi, gas
pencemar di udara.
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat
kecelakaan kerja. Salah satu metode untuk mengidentifikasi sumber hazard adalah
job safety analysis (JSA) atau analisis keselamatan kerja. JSA berfokus kepada
hubungan antara pekerja, tugas, alat, dan lingkungan kerja. Jika di dalam analisis
3071, 2002).
Untuk mengetahui bahaya apa saja yang ada pada pekerjaan di atas
dilakukan, membawa check list dan mencatat semua kemungkinan yang dapat
2. Prosedur : apakah prosedur yang terkait pekerjaan tersebut telah dipenuhi dan
sebelumnya terkait pekerjaan yang sama seperti yang akan dikerjakan, jika
diatas ketinggian 1.5 meter dari lantai terbuka, lereng yang sudutnya > 45 derajat
berikut:
9. Tedapat lubang yang bisa menyebabkan bahaya terjatuh pada pekerja proyek
10. Selain bahaya pekerja jatuh, juga sangat besar kemungkinan peralatan pekerja
Menurut B. Boedi Rijanto (2011: 259) Job Safety Analysis (JSA) adalah
suatu prosedur yang digunakan untuk meninjau metode atau cara kerja dan bahaya
yang tidak terlindungi. Bahaya tersebut dapat terjadi karena mungkin telah
diabaikan pada peletakan pabrik atau bangunan dan pada rancangan mesin-mesin,
peralatan, peralatan ringan, tempat kerja dan proses; mungkin telah dikembangkan
47
setelah produksi dimulai, serta akibat dari perubahan pada prosedur kerja atau
pekerjaannya.
1), insiden kecelakaan dan cidera di tempat kerja dapat dikurangi secara efektif
dengan penggunaan sarana Job Safety Analysis (juga disebut sebagai Job Hazard
Analysis atau JHA). Ini adalah alat yang sangat baik untuk digunakan selama
orientasi karyawan baru dan pelatihan serta dapat juga digunakan untuk
kecelakaan tinggi.
4. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat
dari menerapkan Job Safety Analysis (JSA), yang meliputi mempelajari dan
melaporkan setiap langkah pekerjaan yang sudah ada atau potensi (kesehatan dan
mengeliminasi bahaya (Fran dan Darmanto, 2014). Hal-hal positif yang dapat
2. Sebagai alat kontak safety (safety training) terhadap tenaga kerja baru
Study Guide (2002), terdapat empat langkah melaksanakan Job Safety Analysis
ialah:
dianalisis. Setiap pekerjaan dapat dibagi dalam beberapa langkah. Siapa yang
bekerja, berapa jumlah pekerja, dan apa yang dilakukan pekerja menjadi dasar
langkah pekerjaan. Hindari membuat rincian terlalu panjang dan luas. Tidak perlu
karyawan lain yang melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini untuk memastikan
49
tidak ada langkah yang hilang. Gambar foto dan video dapat membantu
analisis hazard yang ada pekerjaan tersebut. Hasil analisis di laporkan melalui
lembar kerja (worksheet). Format lembar kerja JSA umumnya terdiri dari tiga
selamat. Material Safety Data Sheets (MSDSs), pengalaman para pekerja, laporan
Behavior Base Safety (BBS) dapat membantu penyelidikan hazard dan perilaku
tidak selamat yang ada pada masing-masing langkah pekerjaan. Selain itu data-
3. Terdapat benda berupa rantai, sling, kait yang dapat mengahantam pekerja
4. Pekerja dapat terkena aliran listrik, logam panas, acid, air panas ketika
melaksanakan pekerjaan.
5. Pekerja dapat terpapar oleh hazard kesehatan, seperti radiasi, asap beracun,
bekerja.
menjadi tiga kolom yakni kolom langkah pekerjaan, kolom gambaran bahaya dan
kolom pengendalian bahaya. Petunjuk ini harus diikuti dengan cermat, agar
dipastikan benar selesai dan bermanfaat. Ini tidak terlalu ditekan secara khusus.
51
Tugas itu akan terdiri dari serangkaian gerakan. Lihatlah setiap seri gerakan dalam
dilakukan. Deskripsikan secara jelas, sederhana, dan ringkas (biasanya tidak lebih
dari satu atau dua kalimat singkat). Hal-hal penting untuk diingat ketika pengisian
Hal pertama yang harus dilakukan adalah hanya langkah pekerjaan aktual
dijelaskan. Hindari penempatan informasi dalam kolom 1 (atau tempat lain di Job
2006:45).
dipecah menjadi tugas pekerjaan atau langkah. Bagian pertama dari analisi bahaya
pekerjaan, setiap langkah dari pekerjaan yang terdapat saat anda melihat karyawan
Ketiga, beri nomor pada setiap langkah dalam urutan (1, 2, 3, 4, dan
seterusnya). Hal ini akan lebih mudah untuk mengacu kelangkah selanjutnya,
52
terutama dalam Job Safety Analysis yang berlembar-lembar. Hal ini juga
(yaitu, orang yang melakukan langkah dan orang disekitar individu itu). Bahaya
untuk properti atau lingkungan, kecuali bahaya yang mengancam personil tidak
diingat saat pengisian informasi dalam kolom dua: yang pertama yakni tentukan
bahaya yang ada. Setelah anda mencatat langkah-langkah kerja, selanjutnya setiap
langkah diperiksa untuk penentuan bahaya yang ada atau yang mungkin terjadi
Penggunaan pakaian atau perhiasan yang bisa terjebak dalam mesin atau
menyebabkan bahaya. Ada atau tidaknya obyek tetap yang dapat menyebabkan
cedera, seperti tepi mesin yang tajam. Pekerja terjebak dalam atau antara bagian
mesin. Pekerja terluka karena bagian mesin atau material yang bergerak.
Pekerja tersambar oleh suatu objek. Pekerja terjatuh dari satu tingkat ke
tingkat yang lain. Pekerja terluka dari mengangkat atau menarik benda, atau dari
pengelasan sinar, panas, atau hasil kebisingan di lingkungan yang berlebihan hasil
pertanyaan yang berfokus pada kategori bahaya yang dikeluarkan oleh Institut
Standar Nasional Amerika (ANSI): terbentur sesuatu (misalnya, sisi yang tajam,
peralatan yang tidak bergerak). Jatuh ke tingkat yang sama (misalnya, tergelincir
atau terpeleset), Terjepit diantara sesuatu (misalnya, terjept atau tergilas). Celaka
suatu tempat dengan sesuatu yang berbahaya misalnya, listrik, panas atau dingin,
radiasi, Caustic, debu, asap, uap, kabut, gas, kebisingan atau getaran, bahan
yang terbatas, area dengan penerangan yang buruk, bekerja di ruang yang sempit).
Selanjutnya pemberian nomor. Dalam banyak kasus, akan ada lebih dari
satu bahaya khusus yang terkait dengan langkah kerja. Untuk itu masing-masing
bahaya akan diberi nomor sebagai penghubung bahaya dengan langkah pekerjaan.
Misalnya, jika pekerjaan pada langkah-langkah kedua berisi tiga bahaya tertentu,
maka deskripsi bahaya di kolom kedua pada from Job Safety Analysis harus diberi
nomor 2a, 2b dan 2c. Cara ini dapat dijelaskan bahwa pekerjaan pada langkah
kedua berisi tiga bahaya yang menjadi perhatian pekerja (Jefrey W. Vincoli,
2002:264).
54
Kolom ketiga (fitur prosedur kerja aman). Tindakan mitigasi yang efektif
akan menjamin penghapusan bahaya yang baik atau kontrol eksposur maksimal
diberikan. Hal penting untuk diingat ketika mengisi informasi dalam kolom tiga.
Pertama yakni pengendalian langkah yang berbahaya. Setelah setiap bahaya atau
potensi bahaya yang ada dicatat selanjutnya yakni tentuian apakah perkerjaan
dapat dilakukan dengan cara lain agar bahaya dapat dihilangkan., seperti
Florczak, 2002:264)
Kedua pemberian nomor, dalam banyak kasus, mungkin ada lebih dari
setiap tindakan kontrol akan diberi nomor sebagai penghubung kontrol dengan
bahaya yang tepat. Misalnya, jika bahaya terkait dengan langkah kerja kedua
memiliki label 2a dan ada dua tindakan pengendalian yang mungkin atau yang
dibutuhkan untuk bahaya 2a, maka tindakan pengendalian dalam kolom 3 dari
form job safety analysis akan diberi nomor “2A1” dan “2A2”. Dengan cara ini
akan cukup jelas bahwa bahaya 2a untuk langkah pekerjaan kedua berisi dua
bila dimungkinkan. Jika perlu, menggambarkan bagaimana dan apa yang harus
dilakukan, serta apa yang tidak boleh dilakukan seperti yang mungkin terjadi
sisi platform, lantai dan lorong jalan (walkways). Pelindung jatuh jenis ini terdiri
dari, (1) Guard rails (pegangan tangan) dengan rail atas (tinggi: 42 inchi atau
sekitar 107 cm), rail tengah (tinggi 21 inchi atau sekitar 53 cm), dan toe board
(rail pada sisi lantai dengan lebar 4 inchi atau sekitar 10 cm, (2) Floor opening
atau hole covers (penutup lobang lantai) harus betul-betul menutup bagian yang
Body Harness adalah tali pengaman untuk mengurangi risiko cedera fatal akibat
terjatuh dari ketinggian, Full Body Harness dapat mengunci seluruh tubuh
sehingga lebih aman terbuat dari material yang berkwalitas agar mampu
56
membawa beban/objek berat. Harnesses harus diatur secara tepat sesuai dengan
instruksi pembuat. Harnesses hanya di desain untuk menahan jatuh hingga 1,8
meter. Tali penyandang dan inertia reel (kumparan) harus hanya dikoneksi dalam
cara yang menghilangkan jatuh bebas dalam jarak 1,8 meter. Full Body Harness
harus dilengkapi dengan D-ring mounted pada bagian belakang dari harness.
Penggunaan safety belts atau sabuk safety (bukan full body harness) dilarang.
Pemeriksaan sebaiknya dilaksanakan oleh P2K3 atau safety atau personil yang
2.9.2.2. Lanyard
ring mounted di bagian belakang harness. D-ring depan dan samping hanya
digunakan untuk positioning saja. Ujung yang lain pada lanyard harus di kaitkan
57
pada tempat kaitan atau gantungan atau “titik jangkar” (anchor point) pada batas
atau di atas pinggang si pekerja. Snap hook dari ujung lanyard yang dikaitkan
pada anchor point harus dari jenis double-locking (double-action); dalam hal ini
jenis carabiner atau karabiner dapat digunakan untuk sambungan dengan D-ring
belakang. Panjang ideal lanyard adalah 4 feet (1.24m) dan tidak melebihi 6 feet
(1.8m) Sebelum digunakan lanyards harus dicek untuk mengetahui adanya yang
rapuh, robek atau tanda-tanda kerusakan lainnya. Lanyard yang sudah terkena
impact atau akibat dari jatuh sebaiknya tidak digunakan lagi. Lanyard harus
yang dihubungkan pada penambat dengan panjang sesuai pada bidang kerja akan
yang dihubungkan pada penambat dengan panjang melebihi bidang kerja akan
menimbulkan bahaya jatuh saat pekerja harus berada di ujung bidang kerja.
Harus mampu menahan berat minimal 2270 kg (500 lbs). Palang pipa
pada struktur dapat digunakan sebagai anchor point. Sesuatu yang memiliki sisi
atau pinggiran yang tajam tidak dapat digunakan sebagai anchor point karena
Titik labuh harus mampu menahan 15 kN. Dimana tali alat proteksi jatuh
digunakan, diletakkan di tengah dan diatas kepala pemakai. Anak tangga atau
susunan tangga tidak digunakan sebagai titik labuh untuk alat penahan jatuh.
suatu perancah atau pelataran platform yang dibangun sementara dan digunakan
untuk penyangga tenaga kerja atau barang pada saat bekerja diatas ketinggian.
digunakan harus pasti bersih dari bahan-bahan yang licin seperti grease dan oli.
Tangga yang kondisinya tidak sempurna seperti ada bagian yang patah atau lepas
(baik pijakan maupun pegangan) tidak boleh digunakan. Tangga dalam posisi
ketika memanjat atau menurun. Untuk tangga yang terpasang tegak (90º dengan
dasar): Pemanjat tidak boleh membawa barang ketika memanjat atau turun, kedua
Tangga yang Terpasang dengan sudut (Kurang Dari 90º Dari Lantai)
ialah, pemanjat disarankan tidak membawa barang dan paling tidak satu tangan
Hanya satu orang yang diijinkan untuk memanjat dalam waktu yang
sebuah tangga harus tidak lebih dari 20 feet (6 meter). Tangga yang mempunyai
tinggi melebihi ukuran tersebut harus mendapat ijin dari manager setelah dicek
1. Material untuk perancah harus kuat dan bersih dari bahan-bahan yang licin
2. Perancah yang kondisinya tidak sempurna seperti bengkok atau doyong atau
3. Untuk perancah dari jenis yang dapat dipindahkan (mobile scaffolds) yang
mempunyai roda kecil pada empat sudutnya sebelum digunakan harus dicek
harus dalam kondisi yang sangat baik. Hal ini penting khususnya untuk
5. Papan (planks) haarus menutup minimal 3/4 bagian dari luas lantai kerja, dan
terkait kuat pada struktur perancah. Papan harus kuat dengan ketebalan
minimal 1 inchi. Menggunakan papan yang rapuh dan retak tidak dibenarkan,
Pelindung Diri (APD) seperti Seat Harness, Tape Sling, Tali prusik, Safety Rope),
62
(2) Memasang pengaman diri di tiang atau pagar tangki dengan tape sling atau tali
korban,
3. Melakukan penanganan luka pada korban (bila terdapat luka atau fraktur),
Board dan pasang hiss pada korban (untuk korban tidak sadar atau terdapat
fraktur),
tali temali dan peralatan Mountainering) untuk menurunkan korban dari atas
ketinggian,
6. Memastikan anchor atau tambatan untuk system yang kuat dan aman,
7. Memasang tali static dan dynamic pada Protraxion, Carabiner, Paw dan
semua peralatan aman. Proses evakuasi korban jatuh dari ketinggian yaitu
63
(2009)
1. Korban diturunkan secara perlahan (sesuai aba-aba dan perintah kapten tim),
lainnya yang terlibat, dalam proses evakuasi (via HT atau bahasa isyarat),
ambulance,
10. Mencatat dan laporkan kepada tim medis atau puskesmas penanganan yang
12. Mengecek seluruh personil, peralatan evakuasi dan peralatan medis lainnya
Pekerjaan di
Ketinggian
Potensi Bahaya¹
1. Bahaya Mekanis
2. Bahaya Listrik
3. Bahaya Fisik
Tidak Dikendalikan
Dikendalikan
(Sumber: 1Soehatman Ramli, 2010; 2Tarwaka, 2014; 3B. Boedi Rijanto, 2011)
116
BAB VI
6.1. Simpulan
proyek pembangunan gedung parkir RS. Telogorejo oleh PT. Adhi Karya
tersebut terdapat berbagai kekurangan dan kelemahan karena belum adanya sistem
identifikasi dan penanganan potensi bahaya yang dapat berdampak negatif pada
ketinggian:
bahaya yaitu: scaffolding roboh, tangan pekerja tergores, dan terjatuh dari
ketinggian.
terpeleset.
herbel, tertimpa herbel, terkena palu, terjatuh dari ketinggian, terjatuh dan
bahaya yaitu: tergores besi, kejatuhan kolom, tangan tergores, kaki terjepit
bahaya yaitu: tertusuk paku, terkena palu, kaki dan tangan terjepit bekisting,
potensi bahaya yaitu: kejatuhan bekisting, terbentur bekisting dan terjatuh dari
ketinggian.
8. Tidak terdapat JSA (Job Safety Analysis) pada proyek tersebut, sehingga para
6.2. Saran
lebih memperhatikan segel TC. Penggunaan APD berupa safety helmet dan
sarung tangan. Pemberian batas pada tepi bangunan dan papan peringatan,
segel TC (tali pengikat barang pada segel TC harus kuat). Penggunaan APD
berupa safety helmet, sarung tangan dan full body harness, dan harus ada
APD berupa sarung tangan, safety helmet, safety shoesfull body harness dan
tali pengikat. Harus ada pegangan tangan (Guard rails) dan penutup lubang
lantai. Platform maupun scaffolding harus kuat dan kokoh untuk berpijak,
bahaya yang dapat dikendalikan dengan cara yaitu penggunaan APD berupa
sarung tangan untuk menjaga tangan pekerja agar tidak tergores besi dan
bahaya yang dapat dikendalikan dengan cara yaitu pekerja kuli bangunan
diharapkan menggunakan APD berupa Full body harness, safety belt, safety
shoes dan penggunaan Full body harness untuk melindungi pekerja terjatuh
dari ketinggian. Penyediaan platform khusus yang kokoh dan tidak licin.
119
potensi bahaya yang dapat dikendalikan dengan cara yaitu penggunaan APD
khusus di ketinggian yaitu rope acces tali, full body harness dan lanyard.
berupa Full Body Harness, Safety Helmet, Safety Shoes, Rope Acces tali dan
sarung tangan.
8. Penerapan dan sosialisasi JSA (Job Safety Analysis) kepada para pekerja kuli
bangunan agar lebih mengetahui potensi bahaya pada setiap proses pekerjaan
di ketinggian dan agar para pekerja kuli bangunan dapat bekerja dengan aman
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sugeng Budiono, dkk, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan
Antam Tbk, 2008, Modul Bekerja di Ketinggian, Bogor: PT. Antam Tbk.
Antam Tbk, 2009, Evakuasi Korban Pada Ketinggian, Bogor: PT. AntamTbk.
Jefrey W. Vincoli, 2006, Basic Guide to System Safety, Kanada: John Wiley and
Sons, Inc.
John Ridley and John Channing, 2008, Safety at Work Seventh Edition, Inggris:
Elsevier
Indonesia.
Tim Skripsi, 2014, Pedoman Penyusunan Skripsi Tahun 2014, Fakultas Ilmu