Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STATUS PASIEN
1.1. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Tanggal Lahir : 19 Agustus 1992
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan : Sarjana
Alamat : Br. Batas Kaja Desa Sibang Gede Badung
1.2. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu kandung pasien pada tanggal 16 Mei 2019
Keluhan Utama:
Kulit seluruh tubuh menghitam dan terkelupas.
Riwayat Pengobatan:
Pasien minum obat Paracetamol sebelumnya. Setelah muncul gejala kulit dan demam
terus menerus pasien dibawa ke Puskesmas dan mendapatkan obat Cefadroxil, Acyclovir,
Paracetamol, dan Na-sulfasetamida 5% tetes mata.
Pasien memiliki riwayat operasi amandel saat usia 18 tahun di RSUP Sanglah.
Riwayat Alergi:
Pasien alergi obat golongan penisilin saat operasi amandel usia 18 tahun, saat itu
timbul bercak-bercak kemerahan pada seluruh tubuh. Riwayat alergi makanan atau minuman
disangkal.
STATUS OPTHALMOLOGIS
OD PEMERIKSAAN OS
>2/60 Visus (bedside) >2/60
Tidak dilakukan TIO Tidak dilakukan
Krusta (+) Palpebra Krusta (+)
Sekret (+) Sekret (+)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Hiperemis (+) Konjungtiva Hiperemis (+)
Sekret (+) Sekret (+)
Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (+)
Edema (-) Edema (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Papil (-) Papil (-)
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Perdarahan (-) Perdarahan (-)
Pterigium (-) Pterigium (-)
Jernih Kornea Jernih
Permukaan rata Permukaan rata
Sikatriks (-) Sikatriks (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Dalam COA Dalam
Warna coklat Iris Warna coklat
Bulat Pupil Bulat
Letak sentral Letak sentral
Refleks pupil langsung dan tak Refleks pupil langsung dan tak
langsung :+/+ langsung : +/+
Jernih Lensa Jernih
Sulit dinilai Gerakan bola mata Sulit dinilai
Sulit dinilai Funduskopi Sulit dinilai
Sulit dinilai Tes Konfrontasi Sulit dinilai
1.7. TERAPI
- IVFD NS 18 tpm
- Cendo Lyteers eye drop 1 tetes ODS tiap 8 jam
- Gentamicin eye drop 1 tetes ODS tiap 8 jam
- Dipenhidramin 10mg/12jam IV
- Desoxymetasone zalf tiap 12 jam
- Deksametasone 5mg/8jam IV
- Bersihkan kelopak mata
- Kompres air hangat seluruh tubuh
1.8. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
1.9. FOLLOW UP
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea serta menyebarkan tear film
yang telah diproduksi ke konjungtiva dan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata
yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan
mata, karena kelopak mata juga berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan
kornea.1,2
Bola mata terletak di dalam tulang orbita dan terbuka ke sebelah anterior, ditutup oleh
kelopak mata bagian atas dan bawah, jika keduanya merapat bertemu pada fissura palpebra.
Palpebra menutup permukaan anterior kornea dan melipat pada bagian tepinya yang
kemudian melapisi permukaan dalam palpebra. Lipatan di superior dan inferior disebut fornix
konjungtiva. Ketika kelopak mata menutup terbentuk sakus konjungtiva, merupakan ruang
sebelah anterior mata dan terisi sedikit cairan.6
Tiap kelopak mata terdiri atas lempeng jaringan ikat dan otot skelet di tengah sebagai
penyokong, disebelah luar dilapisi oleh kulit dan disebelah dalam dilapisi oleh membran
mukosa (konjungtiva palpebra). Kulit disini tipis mempunyai rambut halus, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea dan dermis yang mengadung banyak serat elastin yang halus. Dermis sedikit
menebal di tepi kelopak mata dan mengandung tiga atau empat deretan rambut-rambut yang
kaku disebut bulu mata, folikelnya terdapat sampai dermis. Bulu mata mengalami pergantian
setiap 100 – 150 hari. Terdapat kelenjar sebasea kecil berhubungan dengan bulu mata,
sedangkan M. Arektor pili tidak ada.7
Di bawah kulit terdapat lapisan otot skelet M. Orbicularis oculi (bagian terbesar) dan
lebih ke dalam lagi terdapat lapisan jaringan ikat (fasia palpebra) yang merupakan lanjutan
tendo M. Levator paplebrae. Juga terdapat lapisan otot polos yang tipis di tepi atas palpebra
superior yaitu M. Tarsalis superior Müller, melekat pada tepi tarsus. Di belakang folikel bulu
mata terdapat M. Siliaris Riolani (muskular skelet).7
Sebelah belakang lapisan otot terdapat lapisan fibrosa yang tipis di bagian perifer
disebut septum orbital dan lempeng tarsus. Tarsus merupakan lempeng jaringan ikat yang
padat melengkung mengikuti bentuk bola mata, berbentuk seperti huruf D yang bagian
horizontalnya sesuai dengan tepi palpebra. Tarsus pada palpebra superior lebarnya 10 -12
mm, sedangkan tarsus pada palpebra inferior lebarnya 5 mm. Pada kedua tarsus ini terbenam
sebaris kelenjar sebasea yang sangat besar yaitu kelenjar tarsalis Meibom. Permukaan
posterior tarsus menjadi satu dengan konjungtiva palpebra. Bentuk palpebra dipertahankan
oleh tarsus ini.6
Epitel konjungtiva berlapis silindris dengan sel – sel goblet, ketebalannya bervariasi
tergantung pada letaknya. Konjungtiva bulbi di tepi kornea, epitelnya menjadi berlapis
gepeng identik dengan epitel kornea. Pada fornix konjungtiva epitelnya lebih tebal.6
Gambar 2 : Histologi palpebra2
M. Orbicularis oculi jalannya melingkar, mendapat persarafan dari N. VII dan
berfungsi untuk menutup kelopak mata. M. Levator palpebra dipersarafi oleh N. III melekat
pada tarsus dan kulit, berfungsi untuk mengangkat palpebra superior. M. Tarsalis superior
Müller dipersarafi oleh saraf simpatis.6
Ada 3 jenis kelenjar pada palpebra, yaitu Kelenjar Meibom adalah kelenjar sebasea
yang panjang dalam lempeng tarsus. Kelenjar ini tidak berhubungan dengan folikel rambut.
Pada palpebra superior ada sekitar 25 dan pada palpebra inferior ada sekitar 20, tampak
sebagai garis vertikal warna kuning di sebelah dalam konjungtiva palpebra. Saluran keluar
kelenjar Meibom bermuara ke tepi palpebra, merupakan satu deretan pada peralihan antara
kulit dan konjungtiva. Ke dalam saluran utama ini bermuara beberapa saluran yang pendek
dari alveoli kelenjar sebasea. Kelenjar Meibom menghasilkan sebum yang membentuk apisan
berminyak pada permukaan air mata, berfungsi untuk mencegah penguapan air mata.6
Kelenjar Moll merupakan kelenjar apokrin tak bercabang, terletak di antara dan di
belakang folikel – folikel bulu mata. Pars terminalis kelenjar Moll tidak berkelok-kelok dan
saluran keluarnya bermuara ke folikel rambut. Fungsi kelenjar ini tidak diketahui.6
Kelenjar Zeiss lebih kecil, merupakan modifikasi kelenjar sebasea dan berhubungan
dengan folikel rambut mata.7
Infeksi kelopak atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada kelopak mata
(palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi kelopak. Blefaritis dapat
disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis
alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik,
sedangkan Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui demodex
folliculorum sebagai vektor).1
Gambar 3 : Radang pada kelopak mata (blefaritis)8
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi penyakit dengan
angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik, mungkin terdapat blefaritis
sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual,
kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses
penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion
notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan, jaringan parut,
hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang
parah berkembang, perforasi kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui
menunjukkan perbedaan ras dalam kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang
berkulit putih, meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering
didiagnosis pada ras ini.8
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada
rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada
penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua
umur.9
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam
insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi pada
kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.8 Akan tetapi apabila
dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda
(42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita (80%).8
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini
mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat
dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.10
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan mungkin
disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil dari respon
mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung
jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien.
Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin
melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan
erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan
inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian.
Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan
titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi
terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus.
Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan
meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.10
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi
dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibom mengeluarkan meibum, lapisan lipid eksternal
dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear film dan mencegah
kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior
telah ditunjukkan dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau
menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan
konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya
mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior,
terjadi perubahan komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester
kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih
tinggi dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya muara
kelenjar.10
a. Blefaritis Anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat
dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkanoleh infeksi
bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe di kepala danalis mata (blefaritis
sebore). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2
c. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit. Merupakan
peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering
terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis
seboroik.3
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan merasa panas dan gatal. Terdapat sisik
berwarna halus–halus dan penebalan margo palpebra disertai dengan madarosis. Sisik ini
mudah dikupas dari dasarnya tanpa mengakibatkan perdarahan.3
Gambar 10 : Meibomianitis11
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan
pengeluaran nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.1,2
g. Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Biasanya
disebabkan oleh infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak. Biasanya dapat
sembuh sendiri atau hanya dengan pemberian kompres hangat.1
Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum
merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi
kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu abses di
kelenjar tersebut.1
Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah,
dan nyeri bila ditekan.1
Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit
kelopak dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut atau bulu mata. Hordeolum internum
memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.1
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga
sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preurikel biasanya turut membesar.1
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali
sehari selama 10 menit sampai nanah keluar.1
Pengangkatan pencabutan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah.
Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar
preaurikel. Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau diklosasilin 125 – 250
mg 4 kali sehari, dapat juga diberikan tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus ditubuh
lain maka sebaiknya diobati juga bersama–sama.1
Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi hordeolum.
Pada hordeolum internum dan eksternum kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada daerah
abses dengan fluktuasi terbesar. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi
topikal dengan pantocaine eye drop 0,5 %. Dilakukan anastesia filtrasi dengan procaine atau
lidocaine di daerah hordeolum dan dilakukan insisi. Insis pada hordeolum eksternum dibuat
sejajar margo palpebra sedangkan pada hordeolum internum dibuat insisi pada daerah
fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. Setelah dilakukan insisi dilakukan
ekskokleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantungnya dan kemudian
diberi salep antibiotik.3Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan
radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.1
Diagnosis banding hordeolum adalah selulitis preseptal, konjungtivitis adenovirus,
dan granuloma pyogenik.1
h. Kalazion
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.1
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemis,
tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar. Kadang-
kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi
kelainan refraksi pada mata tersebut. Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan
sendirinya akibat diabsorpsi.1
Gambar 13 : Kalazion8
Pengobatan pada Kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat, antibiotik
lokal dan sistemik. Untuk mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari
dalamnya atau dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti pada
hordeolum internum yaitu pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.1
Ekskokleasi kalazion terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pantocaine
0,5%. Obat anastesia infiltratif disuntikkan dibawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit
dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjuntiva tarsal dan kalazion
terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret
sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberikan salep mata. Pada abses palpebra
pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan drain kalau perlu diberikaan antibiotik
lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan bila sangat diperlukan untuk rasa sakit.1
Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan
histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu
kegnasan.1
B. Blefaritis virus
a. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf trigeminus.
Biasanya akan mengenai orang usia lanjut. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka
akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.1
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat
pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak
mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang
oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes
zoster mata.1
C. Blefaritis jamur
a. Infeksi Superfisial
Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk epidermomikosis,
diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata diteruskam 1-2 minggu.
Kandida dengan nistatin topikal 100.000 unit per gram.1
b. Infeksi Jamur Profundus
Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan Nocardia efektif
menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik spektrum luas. Spesies lain bisa
digunakan Amfoterisin B dimulai dengan 0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam
dilarutkan dekstrose 5% dalam air.1
D. Phitiriasis Palpebrarum
Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang terinfeksi kutu
dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila, dada atau bulu mata. Pitiriasis
palpebarum merupakan kutu dari bulu mata yang biasanya menjangkiti anak-anak yang
hidup ditempat yang memiliki higinitas yang buruk.9
E. Alergi Kelopak
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada kelopak, maka
dengan berjalannya waktu gejala akan berkurang.1
Pengobatan dengan melakukan pembersihan kelopak dari bahan penyebab, cuci
dengan larutan garam fisiologik, beri salep mengandung steroid sampai gejala berkurang.1
Loss ++ +
Distorted or ++ +
trichiasis
Notching + ++
Cyst Hordeolum ++
Meibomian ++
Conjunctiva Phlyctenule +
Dry eye + + ++
Vascularization + + ++
Infiltrates + + ++
Diagnosis Banding12
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga kebersihan
kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus memastikan bahwa pasien
mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah proses, yang harus dilakukan untuk
jangka waktu yang lama.8
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi
dari 3 langkah penting 8,9
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk memicu
evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien umumnya
diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menerapkannya pada kelopak
berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa direndam, atau dimasak dengan
microwave, kain yang telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk
menghindari penggunaan panas yang berlebihan.8
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang menempel,
seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar. Hal ini dapat
dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Air biasa sering digunakan,
meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam
satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan
untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan
kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan
mungkin berbahaya.8
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum digunakan
adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik kortikosteroid kombinasi
dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka
panjang.8
Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus refrakter
blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau dua bulan penggunaan
tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada pasien dengan penyakit yang
lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga
untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol
sedang dipelajari.8
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep air
mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex, varicella-zoster,
atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi antimikroba spesifik berdasarkan
kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan selenium,
meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon
terapi kortikosteroid topikal.8
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan memerlukan
pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran antibiotik-kortikosteroid
dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati
dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara
empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal harus dikerok dan spesimen
dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian sensitivitas.8
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak dapat
mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan pencukuran bulu, perusakan
folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah. Entropion atau
ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan
rujukan ke ahli bedah oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk
komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit
kornea.8
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin atau
kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas dalam kasus-kasus
lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak anterior dengan cotton
bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat
membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.9
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan tetapi
tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita hamil atau
menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat menyebabkan noda pada
gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin
adalah kemampuan mereka untuk memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di bawah
konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada
pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan
mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12 minggu,
Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12 minggu,
Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi kulit dapat berkembang setelah
penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk anak-
anak.9
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling
sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankan
untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala
blefaritis benar-benar sudah hilang.12
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular
dalam 24-48 jam.
c. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan
disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan
mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla yang dapat
dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama
dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan “hay fever”.
d. Konjungtivitis Gonore
Tandatanda konjungtivitis, yakni:1,15
Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
produksi air mata berlebihan (epifora).
bagian atas.
nonspesifik peradangan.
pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang
jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis
karena alergi. Gejala lainnya adalah:15
mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
2. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing, Australia:
2013; page 52-4.
3. Popham, Jerry MD. Eyelid Anatomy. In Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery.
Available at : http://www.drpopham.com/347-Anatomy. Accessed Mei 28, 2019.
4. Vaughan D. General Ophthalmology. Widya Medika. Jakarta: 2003; page 78-80.
5. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2004.
6. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available at :
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm. Accessed Mei
28, 2019.
7. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104. Accessed Mei 28,
2019
8. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British Medicine Journal.
Last updated: July 26, 2013.
9. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth Heinemann.
Philadelphia; 2011: page 34-38.
10. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred Practice
Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.
11. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article. Accessed Mei 28, 2019.
12. Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD. Differential Diagnosis of
the Swollen Red Eyelid in the American Academy of Family Physicians.2007; page
1815-24.
13. Khurana, A. K., 2000. Diseases of The Conjunctiva in Comprehensive Ophtalmology 4th
edition. Kuala Lumpur: New Age; 74-76
14. Vaughan, D. G., Taylor, A., et al. Conjunctiva in Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology 17th edition. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; 111-112.
15. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 2002.