Setiap bentuk aktifitas manusia memerlukan energi disebut sebagai kerja.
Aktifitas kerja membutuhkan energi agar otot dapat berkontraksi. Pada dasarnya ada dua macam sistem metabolisme energi yang diperlukan dalam setiap aktifitas gerak manusia yaitu, metabolisme (1). Sistem energi anaerob, dan (2). Sistem energi aerobik. Adapun letak perbedaan pada kedua sistem tersebuut adalah ada tidaknya bantuan oksigen (O2) selama proses pemenuhuan kebutuhan energi berlangsung. Seistem aerobik selama proses pemenuhan energinya tidak memerlukan bantuan oksigen (O2), namun menggunakan sistem energi yang tersimpan dalam otot, yaitu ATP dan PC, sebaliknya sistem energi aerobik dalam proses pemenuhan kebutuhan energinya untuk bergerak memerlukan bantuan oksigen (O2) yang diperoleh dengan cara menghirup udara melalui sistem pernafasan. 1. Sistem metabolisme aerobik Adalah serentetan proses kimiawi yang tidak memerlukan adanya oksigen. Pada setiap awal kerja otot, kebutuhan energi dipenuhi oleh persedian ATP yang terdapat dalam sel otot (Bowers dan Fox, dkk. 1992), ATP merupakan senyawa kaya energi sehingga merupakan bentuk energi kimia yang siap pakai untuk aktivitas otot yang pertama kali, namun hanya mampu menopang kerja selama 5 detik bila ttidak ada sistem energi lain. Agar kerja otot dapat berlangsung lebih lama maka diperlukan Phospo Creatin (PC) yang mampu memperpanjang kerja selama kira-kira 10 detik (Nossek, 1992). Phospo Creatin juga merupakan senyawa kaya energi yang berkaitan erat dengan ATP. Di dalam otot menyimpan sejumlah ATP dan PC dalam jumlah sedikit secara kolektif yang di sebut phospagen. Menurut Bowers dan Fox (1992) jumlah ATP-PC didalam otot wanita sebesar 0,3 mol dan untuk laki-laki sebesar 0,6 mol. Dengan demikian jumlah energi yang tersedia bila menggunakan sistem ATP-PC sangat terbatas. Untuk itu apabila kerja otot masih berlangsung lama lagi, maka kebutuhan energi yang diperlukan dipenuhi oleh sistem glikolisis atau asam laktat (glikolisis anaerob). Sistem ini akan mampu memerpanjang kerja sampai denggan 120 detik (McArdle, dkk 1956). Glokolisis adalah proses pemecahan karbohidrat (gula), sedangkan aerobik berarti tanpa bantuan oksigen. Dalam proses glikolosis aerobik gula dipecah mencadi ATP untuk mensuplai energi yang diperlukan oleh otot. Apabila karbohidrat mencadi parsial (bagian), maka salah satu hasil akhirnya adalah asam laktat, sehingga dinamakan sistem asam laktat. Selama berlangsungnya pemenuhan energi anaerob, didalam jaringan otot dan darah akan terjadi timbunan asam laktat. Apabila timbunan asam laktat semakin banyak dan tidak tidak mampu disitesiskan lagi menjadi sumber energi, dalam proses sistem asam laktat, maka akan menyebabkan terjadinya kelelahan otot, salah satu tanda kelelahan otot adalah terjadinya kejang otot (kramp) yang disebabkan oleh tidal lancarnya proses resintesis asam laktat menjadi ATP kembali ke dalam otot. Adapun ciri sistem energi yang anaerobik, meliputi anaerobik alaktik dan laktik adalah sebagai berikut. Ciri sistem energi anaerobik alaktik : -Intensitas kerja maksimal -Lama kerja kira-kira 10 detik - Irama kerja eksplosif -Aktifitas menghasilkan Adenosin diphospat (ADP) + energi Ciri sistem energi anaerobik laktik : -Intensitas kerja maksimal -Lama kerja antara 10 sampai 120 detik -Irama kerja eksplosif -Aktifitas menghasilkan asam laktat dan energi 2. Sistem metabolisme aerobik Aerobik berarti ada bantuan oksigen, sehingga metabolisme aerobik adalah serentetan reaksi kimia yang memerlukan adanya oksigen. Setelah proses pemecahan energi berlangsung selama kurang lebih 120 detik, maka asam laktat sudah tidak dapat di resistensis lagi menjadi sistem energi, untuk itu perlu diperlukan oksigen (O2) untuk membantu proses resistensi asam laktat menjadi sumber energi kembali. Oksigen yang masuk digunakan untuk membantu pemecahan senyawa glikoligen dan karbohidrat (Bowers dan Fox, dkk, 1992). Dengan adanya oksigen maka pemecahan glikogen secara penuh menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) yang akan menjadi ATP. Seluruh rangkaian proses tersebuut dinamakan glikolisis aerobik. Glikolisis aerobik adalah pemecahan glikogen dengan bantuan oksigen. Ada perbedaan antara glikolisis aerobik dan glikolisis anaerobik, yaitu dengan adanya bantuan oksigen asam laktat yang tersimpan dalam otot, dengan kata lain bantuan oksigen dapat membantu menghambat terjadinya asam laktat di dalam otot, tetapi oksigen tersebut tidak merisentesis ATP. Fungsi oksigen dalam proses ini adalah mengalihkan asam laktat dengan asam pyrufat ke dalam sistem aerobik setelah diresitesis ATP. Jadi selama proses glikolisis aerobik, glikogen dipecah menjadi asam pyrufat menghasilkan energi untuk merisentetis ATP (Bowers dan Fox, 1992). Untuk lebih jelasnya proses terjadi reaksi secara beruntun tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : a. (C6H12)6)n 2C3 H4 O3 + Energi (Glykogen) (Asam pyruvat) b. Energi + 3 ADP + Pi ATP Adapun ciri dari sistem energi aerobik di tinjau dari intensitas, durasi, irama adalah sebagai berikut, Ciri-ciri sistem aerobik – Intensitas kerja sedang – Lama kerja lebih dari 3 menit – Irama gerak (kerja) lancar dan terus menerus (kontinyu) – Selama aktifitas menghasilkan karbondioksida + air (CO2H20) Dalam kinerja (penampilan) aktifitas olahraga kedua sistem enerrgi tersebut memiliki karateristik berbeda. Perbedaan ini merupakan dasar pada saat menetukan setiap metode yang disesuaikan dengan tujuan. Banyak faktor yang ikut menentukan pemilihan dan bentuk latihan selain kedua sumber energi tersebut, diantaranya adalah faktor teknik, taktik, macam gerak, dan kebutuhan energi dominan. Selanjutnya aktivitas yang suber energinya dari sistem aerobik cenderung mengunakan power yang rendah dan berhubungan erat dengan ketahanan kardiorespirasi. Sedangkan aktifitas yang suber energinya berasal dari anaerobik cenderung mengunakan power yang tinggi dan berkaitan erat dengan power otit serta ketahanan otot.
Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Tubuh Manusia
Aktivitas fisik berupa olahraga akan menimbulkan perubahan-perubahan pada organ-
organ tubuh. Perubahan pada organ-organ tubuh ini bisa terjadi karena akibat pengaruh dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Perubahan fungsi organ-organ tubuh dikarenakan pengaruh melakukan pelatihan olahraga, baik untuk tujuan kesehatan maupun untuk tujuan prestasi. Peningkatan kemampuan dasar (kemampuan fisik) dan kemampuan keterampilan (kemampuan teknik) menjadi tuntutan latihan kecabangan olahraga untuk mencapai tingkat kemampuan yang maksimal. Peningkatan kemampuan sampai batas maksimal akan menimbulkan perubahan fungsi organ-organ tubuh yang besar pula, maka perubahan fungsi organ-organ tubuh itu akan menimbulkan faktor resiko terjadinya cedera. Perlu diketahui perubahan fungsi organ-organ tubuh agar aktivitas fisik atau pelatihan akan dilakukan secara aman dan efisien. Sumaryanti (2004: 2-4) memaparkan perubahan fungsi organ-organ tubuh akibat aktivitas fisik, diantaranya: 1. Perubahan pada Jantung Pengaruh aktivitas fisik terhadap jantung adalah terjadinya efesiensi kerja jantung hal ini dikarenakan jantung bertambah besar dan kuat, sehingga daya tampung besar dan denyutan bertambah kuat. Orang yang terlatih biasanya rata-rata permenitnya 60 kali detakan, sedangkan orang yang tidak melakukan olahraga rata- rata 80 kali/menitnya. Hal ini menunjukkan selisih 20 kali per menitnya, kalau dilihat selisihnya dalam sehari adalah 28.800 kali denyutan. Penghematan bagi orang yang berolahraga akan menjadikan jantung lebih awet dan boleh berharap hidup lebih lama dengan tingkat produktivitas yang tinggi. 2. Perubahan pada Pembuluh darah Pengaruh aktivitas fisik terhadap pembuluh darah, pembuluh darah akan meningkat tingkat elastisitas, karena berkurangnya timbunan lemak dan penambahan kontraktil pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar jalannya darah dan mencegah timbulnya hipertensi. Kelancaran aliran darah juga akan mempercepat pembuangan zat-zat kelelahan sebagai sisa pembakaran, sehingga bisa diharapkan pemulihan kelelahan cepat. 3. Perubahan pada Paru Pengaruh aktivitas fisik terhadap paru-paru, paru-paru akan bertambah menjadi elastis sehingga kemampuan kembang kempis juga bertambah. Disamping itu juga jumlah alveoli yang aktif akan bertambah dengan adanya olahraga yang teratur. 4. Perubahan pada Otot Pengaruh aktivitas fisik terhadap otot, latihan fisik terhadap otot akan menambah kekuatan, kelentukan, dan daya tahan otot. Hal ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya sistem penyediaan energi otot. Lebih dari itu otot ini akan mendukung kelincahan gerak dan kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal kecelakaan dapat dihindari. 5. Perubahan pada Tulang Pengaruh aktivitas fisik terhadap tulang, latihan fisik menyebabkan aktivitas enzim pada tulang akan meningkat kepadatan, kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah keroposan tulang. Permukaan tulang akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang terus-menerus. 6. Perubahan pada Ligamentum dan Tendo Pengaruh aktivitas fisik terhadap legamentum dan tendo, latihan fisik pada ligamentum dan tendo akan menyebabkan meningkatnya kekuatannya. Hal ini akan membuat ligamentum dan tedo mampu menahan beban berat dan tidak mudah cidera. 7. Perubahan pada Persendian dan Tulang rawan Pengaruh aktivitas fisik terhadap persendian dan tulang rawan, latihan fisik yang teratur pada tulang rawan bertambah tebal di persendiannya, sehingga dapat menjadi peredam dan melindungi tulang dan sendi dari cedera. 8. Perubahan pada Aklimatisasi terhadap Panas Pengaruh aklimatisasi terhadap panas, aklimatisasi terhdap panas melibatkan penyesuaian fisiologis yang memungkinkan seseorang yang tahan bekerja di tempat panas. Kenaikan aklimatisasi terhadap panas disebabkan pada waktu melakukan olahraga terjadi pula kenaikan panas pada badan dan kulit. Keadaan yang sama akan terjadi bila seseorang bekerja di tempat panas.