Anda di halaman 1dari 11

Pemanfaatan Tenaga Angin di Indonesia

Sejarah Energi Angin

Sebelum mengetahui manfaat dari energi angin, kita akan membahas terlebih
dahulu mengenai sejarah energi angin itu sendiri. Tahukah Anda bahwa energi angin
telah dimanfaatkan banyak orang sejak awal sejarah. Pada awal 5000 SM sudah
banyak orang yang memanfaatkan energi angin untuk mendorong perahu di
sepanjang Sungai Nill.Tak hanya itu saja, pada 200 SM China sudah memanfaatkan
kincir angin sederhana untuk memompa air. sedangkan kincir angin sumbu vertikal
dengan latar buluh tenun digunakan untuk menggiling biji-bijian di Persia dan juga
Timur Tengah.

Pada abad ke 11 cara memanfaatkan dan menggunakan energi angin akhirnya


sudah menyebar ke seluruh dunia. Pada abad tersebut orang-orang di Timur Tenga
menggunakan kincir angin secara luas untuk memproduksi pangan. Di Eropa sendiri
mulai terkenal energi angin semenjak para pedagang dan tentara salib yang pulang
dengan membawa ide ini. Sedangkan Belanda mulai menyempurnakan kincir angin
untuk menguras danau dan rawa-rawa yang ada di Delta Sungai Rhine.

Di akhir Abad 19 teknologi alternatif ini sudah mulai dimanfaatkan untuk memompa
air di peternakan, pertanian serta menghasilkan energi listrik untuk rumah-rumah
dan industri. Di akhir tahun 1920, Amerika menggunakan kincir angin kecil untuk
menghasilkan listrik di daerah pedesaan yang belum menikmati layakan listrik. Akan
tetapi semenjak layanan listrik sudah sampai di pedesaan, penggunaan kincir angin
sudah mulai ditinggalkan.Namun pada tahun 1970-an kincir angin kembali dilirik dan
digunakan kembali karena kekurangan asokan minyak. Tentunya hal ini membuka
jalan untuk menghasilkan pembangkit listrik tenaga angin sebagai sumber energi
alernatif. Salah satu keuntungan dari pemanfaatkan energi angin adalah angin
merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang ekonomis di banyak negara.

Tak hanya itu saja, kekhawatiran mengenai emisi dari bahan bakar fosil, harga
bahan bakar fosil yang tinggi serta dukungan pemerintah mengenai pemanfaatan
energi angin membuat energi alternatif yang satu ini digunakan oleh berbagai
negara untuk menghasilkan energi listrik dan lainnya.
Manfaat Energi Angin dalam Kehidupan Sehari-hari

Bentuk-bentuk dari Manfaat Energi Angin . Pemanfaatan dari energi angin muncul
karena energi angin ini tersedia secara alami di alam tanpa ada batas habisnya.
Karena itulah, tentunya energi angin ini pasti memiliki manfaat seperti eneri alam
lainnya, seperti energi panas bumi, batubara, fosil bahkan energi nuklir. Dengan
memanfaatkan energi dari alam ini, tentunya penggunaannya tidak akan merusak
alam karena terjadinya pergerakan angin terjadi secara alamiah.

Sekarang ini, ada banyak manfaat dari energi angin dalam kehidupan sehari-hari
telah banyk terasa. Bahkan, pada abad 17 sebelum masehi, energi angin telah
dimanfaatkan untuk proses irigasi pertanian oleh masyarakat Babilonia kuno. Pada
bidang kelautan, energi angin digunakan sejak ribuan tahun lalu sebagai penggerak
pada layar kapal. Di bagian belahan dunia lainnya, energi angin ini telah lama
digunakan sebagai penggerak kincir angin untuk keperluan penggilingan gandum
atau tepung.
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit
Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan
menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi
angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator
dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi
Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan.
Secara sederhana sketsa kincir angin adalah sebagai berikut :
Indonesia merupakan negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan
dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 80.791,42 Km merupakan
wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga angin, namun
sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh pemerintah. Sungguh ironis, disaat
Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi dunia mengenai pemanasan global di Nusa
Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah justru akan membangun pembangkit
listrik berbahan bakar batubara yang merupakan penyebab nomor 1 pemanasan
global.

Syarat – syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi
listrik dapat dilihat pada tabel berikut.
Angin kelas 3 adalah batas minimum dan angin kelas 8 adalah batas maksimum
energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling


berkembang saat ini. Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energy
Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh
turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts, menghasilkan lebih dari 1% dari total
kelistrikan secara global. Amerika, Spanyol dan China merupakan negara terdepan
dalam pemanfaatan energi angin. Diharapkan pada tahun 2010 total kapasitas
pembangkit listrik tenaga angin secara glogal mencapai 170 GigaWatt.
Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas
terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di
seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80
kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul
dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua
unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu
pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan
mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025. Indrawan said, April 7, 2008 @ 4:13
am PLTB (pembangkit listrik tenaga bayu) saat ini cukup menjadi primadona di dunia
barat dikarenakan potensi angin yang mereka miliki (daerah sub tropis) sangat besar.
Berangsur-angsur tapi pasti, PLTN mulai diganti dengan penggunaan PLTB ataupun
pembangkit renewable lainnya. Perlu diingat di lokasi-lokasi tersebut size kapasitas
PLTB mereka sudah besar – besar (Min 1 MW). PLTB ukuran kecil seperti di Nusa
penida dengan kapasitas 80 kW sangat teramat jarang sekarang ini. Untuk di Indonesia,
dengan iklim tropisnya mungkin akan cukup sulit untuk menemukan daerah dengan
potensi angin (distribusi anginnya)yang konstan/baik. Ada beberapa daerah di Indonesia
yang katanya memiliki kecepatan angin cukup tinggi (gust wind) berdasarkan survei
yang dilakukan selama 3 bulan, tapi hal ini tidak berguna bagi PLTB bila kecepatan
angin itu hanya cuma bertahan beberapa menit/detik saja dan kemudian hilang. Perlu
adanya survei/studi berkesinambungan yang memerlukan data selama minimal satu
tahun untuk mevalidasi potensi angin didaerah tersebut. Rata-rata PLTB yang dijual di
pasaran untuk kapasitas kecil (kurang dari 100 kW), cut in dan cut out mereka adalah 3
dan 25 m/s dengan kecepatan optimumnya adalah 12 m/s. Didunia saat ini banyak
ditemukan PLTB stand alone yang beredar dipasaran (utk ukuran 10 kW). Penggunanya
adalah daerah-daerah terpencil yang tidak tersentuh oleh ataupun terlalu mahal untuk
dihubungkan oleh grid. Kebanyakan dari mereka tidak pure hanya menggunakan PLTB
tapi juga menggunakan PV. Selain karena disebabkan kebutuhan listrik yang cukup
besar juga disertai dengan diversikasi energi apabila tiba-tiba tidak terdapat angin yang
cukup. Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia saat ini untuk daerah-daerah
terpecil seperti di kepulauan-kepulauan, diperlukan hybrid system antara potensi
renewable energy yang ada dilokasi (seperti PLTB-PV-baterai, PV-PLTMH-Fuel Cell, dll).
Akan tetapi perlu menjadi catatan, semua teknologi untuk
penggunaan energi-energi tersebut masih cukup mahal bila dilihat dari kelayakan
ekonominya terutama FC dan PV.

Pengembangan Energi Angin Memungkinkan

Pemanfaatan tenaga angin sebagai sumber energi di Indonesia bukan tidak mungkin
dikembangkan lebih lanjut. Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir
Indonesia, total kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini
kurang dari 800 kilowatt.

"Kecepatan angin di wilayah Indonesia umumnya di bawah 5,9 meter per detik yang
secara ekonomi kurang layak untuk membangun pembangkit listrik. Namun, bukan
berarti hal itu tidak bermanfaat," kata Kepala Penelitian dan Pengembangan
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Nenny Sri Utami,
membacakan pidato Menteri ESDM saat membuka seminar Teknologi dan
Pemanfaatan Energi Angin sebagai Peluang Usaha Baru di Bogor, Rabu (28/3).

Peta potensi angin

Salah satu program yang harus dilakukan sebelum mengembangkan PLTB adalah
pemetaan potensi energi angin di Indonesia. Hingga sekarang, Indonesia belum
memiliki peta komprehensif, karena pengembangannya butuh biaya miliaran rupiah.

Potensi energi angin di Indonesia umumnya berkecepatan lebih dari 5 meter per
detik (m/detik). Hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(Lapan) pada 120 lokasi menunjukkan, beberapa wilayah memiliki kecepatan angin
di atas 5 m/detik, masing-masing Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Selatan, dan Pantai Selatan Jawa.

Adapun kecepatan angin 4 m/detik hingga 5 m/detik tergolong berskala menengah


dengan potensi kapasitas 10-100 kW.

"Agar lebih bermanfaat dan tepat sasaran, harus ada data potensi energi angin yang
kontinu dan akurat di lokasi terpilih dengan lama pengukuran minimal satu tahun,"
kata Soeripno Martosaputro dari Lapan.
Beberapa tahun belakangan ini manfaat energi angin lebih diperhatikan untuk
alternatif energi dalam berbagai bidang. Mulai untuk energi tenaga pembangkit
listrik, penggerak peralatan industri, hingga aplikasi pada aspek lainnya. Di berbagai
negara, manfaat dari adanya energi angin ini sangat membantu di bidang energi
pembangkit tenaga listrik.

Meskipun pada awalnya, tenaga pembangkit listrik dengan tenaga angin ini
menghabiskan banyak biaya operasional, semakin canggihnya perkembangan
teknologi terkini membuat penggunaan energi angin untuk pembangkit tenaga listrik
menjadi lebih semakin efisien sehingga menurunkan biaya operasional yang
dibutuhkan. Tidak heran, jika energi angin untuk pembangkit tenaga listrik ini menjadi
salah satu pasokan listrik untuk beberapa negara, termasuk Indonesia.

Pemanfaatan Energi Angin di Indonesia

Banyakanya manfaat angin sejak bertahun-tahun silam, juga telah banyak digunakan di
Indonesia. Para nelayan di Indonesia juga pernah menggerakkan kapal mereka dengan
bantuan energi angin laut yang menerpa layar kapal. Pemanfaatan energi angin di
Indonesia lainnya juga terlihat dari didirikannya kincir angin raksasa di beberapa tempat
di nusantara sebagai media pembangkit tenaga listrik tenaga angin.

Tapi, tidak sembarang angin yang digunakan untuk dapat menadi pembangkit
tenaga listrik. Hany angin dengan kecepatan diatas 12km/jam hingga 20km/jam lah
yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Tidak heran, jika pembangkit
listrik tenaga angin ini biasanya dibangun pada kawasan pantai atau pegunungan
dengan intensitas angin yang tergolong kelas 3 keatas.

Manfaat Angin sebagai Energi Alternatif

Di kawasan pesisir di Indonesia, selain digunakan untuk pembangkit tenaga listrik,


energi angin juga digunakan sebagai penggerak baling-baling untuk penggerak
pompa air. Pompa air ini digunakan para nelayan untuk membudidayakan beberapa
komoditas air, seperti ikan kerapu, mutiara dan lainnya. Manfaat angin sebagai
energi alternatif juga dapat dirasakan di bidang pertanian.
Terbukti pada beberapa kawasan pertanian di Indonesia telah menggunakan energi
angin untuk sistem pengairan atau irigasi sawah, sehingga dapat memangkas biaya
untuk irigasi. Pemanfaatan energi angin sangat dianjurkan karena energi ini tersedia
langsung oleh alam dan tidak dapat habis selama masih ada matahari, air dan udara
di bumi. Lalu, pemanfaatan dari ketersediaan energi angin ini bisa ditemui dimana
saja. Sehingga, jika masyarakat mampu memperdayakan energi angin di setiap
daerahnya, maka masing-masing daerahnya dapat mendapatkan energi terbarukan
untuk kebutuhan sehari-harinya.

Pentingnya Menyadari Manfaat Energi Angin.

Bentuk relief Indonesia yang terdiri dari kawasan dataran rendah hingga dataran
tinggi, sebenarnya menyimpan potensi energi alam yang luar biasa. Salah satunya
datang dari pemanfaatan energi angin. Tapi, penelitian dan pembangunan yang
memusatkan untuk pemberdayaan energi alam di Indonesia masih kurang
berkembang. Sehingga, manfaat dari energi angin di Indonesia belum berjalan
sepenuhnya.

Pemanfaatan teknologi energi angin juga dilakukan di Persia , dimana mereka


menggunakan energi angin tersebut untuk proses penggilingan biji-bijian dan
gandum, mereka juga memanfaatkan energi angin untuk memompa air. Penggunaan
teknologi energi angin paling maju terdapat di Belanda yang dijuluki sebagai negeri
kincir angina karena banyak dikembangkan beragam bentuk dari kincir angin dimana
di negara tersebut.
Data Hasil Penelitian Potensi Energi Angin Di beberapa lokasi di Indonesia Salah
satu lokasi yang dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai daerah
pengembangan energi terbarukan, dalam hal ini Pembangkit Listrik Tenaga Angin
adalah di daerah pantai.

Energi Angin merupakan salah satu energi terbarukan yang utama di Dunia saat ini.
Di Eropa, harga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga angin menjadi
paling murah dibandingkan pembangkit lainnya. Pada tahun 2016, 55 GW
pembangkit listrik tenaga angin dibangun, sehingga jumlah total di Dunia mencapai
487 GW. Asia menyumbang setengah dari total kapasitas yang terpasang, dan
sisanya disumbangkan oleh Amerika dan Eropa.
Indonesia memiliki target rasio elektrifikasi sebesar 97% pada tahun 2019 dengan
perencanaan kapasitas terpasang pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (EBT)
16.996 MW dari 11.755 MW di tahun 2015. Energi baru dan terbarukan ditargetkan
memiliki persentase paling sedikit 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050
selama keekonomiannya terpenuhi. Indonesia berada di daerah tropis dengan
kecepatan angin pada umumnya di bawah 5.9 m/s yang secara ekonomi kurang
layak untuk dibangun pembangkit listrik, namun ternyata kondisi ini masih bisa
dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik.

Pada tahun 2017, Indonesia – Denmark melakukan kerjasama untuk membuat peta
potensi angin di Indonesia, sebagai salah satu langkah mendukung pemanfaatan
angin menjadi energi di Indonesia. Kerjasama ini juga sudah terbangun dalam
mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Jeneponto 65 MW dan
Sidrap 70 MW yang keduanya berada di Sulawesi Selatan.

Pembangunan PLTB sempat menjadi keraguan oleh banyak orang dikarenakan


kecepatan angin yang tidak kencang. Ditambah dengan adanya beberapa proyek
PLTB yang tidak kunjung jalan dan belum ada yang terbangun secara ekonomis.

Kesimpulan
Kekhawatiran mengenai emisi dari bahan bakar fosil, harga bahan bakar fosil yang
tinggi serta dukungan pemerintah mengenai pemanfaatan energi angin membuat
energi alternatif yang satu ini digunakan oleh berbagai negara untuk menghasilkan
energi listrik dan lainnya. energi angin telah dimanfaatkan banyak orang sejak awal
sejarah. Kecepatan angin di wilayah Indonesia umumnya di bawah 5,9 meter per
detik yang secara ekonomi kurang layak untuk membangun pembangkit listrik.
Namun, bukan berarti hal itu tidak bermanfaat. Hanya angin dengan kecepatan
diatas 12km/jam hingga 20km/jam lah yang digunakan sebagai pembangkit tenaga
listrik.
Referensi:
http://yusufptm13.blogspot.com/2015/11/dataenergi-angin-di-beberapa-lokasi-di.html
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1177294977&1
https://benergi.com/manfaat-energi-angin-sebagai-energi-alternatif
https://nugrohoadi.wordpress.com/2008/05/03/pembangkit-listrik-tenaga-angin-di-
indonesia/
http://alpensteel.com/article/116-103-energi-angin--wind-turbine--wind-mill/2286--
pemanfaatan-energi-angin-di-indonesia
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/01/16/090100826/melihat-pltb-sidrap-
pembangkit-tenaga-angin-pertama-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai