Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahn-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Evaluasi Pembelajaran”. Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad Saw, keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir
zaman.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran, dengan harapan berguna bagi penyusun dan bagi pembaca pada umumnya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kritik dan saran yang positif dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini dan pembuatan makala berikutnya.
Dalam penulisan makalah ini saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini, khususnya kepada Bapak Dr. Edi Prio
Baskoro, M.Pd dan Ahmad Mabruri Wihaskoro, S.Pd.I selaku Dosen pembimbing mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan
bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Cirebon, 3 Maret 2012


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


BAB I
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ...................................................................................................................
2. Rumusan Masalah ..............................................................................................................
3. Tujuan Pembahasan ............................................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Instrumen Tes Tulis..................................................................................
1. Komponen atau Kelengkapan Sebelum tes ......................................................................
2. Hal-hal yang Harus Dilakukan Sebelum Menulis Soal Tes Tulis ....................................
B. Tes Tulis ............................................................................................................................
1. Pengetian Tes Tulis ...........................................................................................................
2. Kompenen Kisi-kisi Tes Tulis ..........................................................................................
3. Langkah-langkah Pembuatan Kisi-kisi ....................................................... ......................
C. Fungsi Tes Tulis Dan Cara Penilaiannya .........................................................................
1. Tes Formatif ......................................................................................................................
2. Tes Sumatif .......................................................................................................................
D. Penyusunan Soal Bentuk Tes Tulis ...................................................................................
1. Dasar-dasar Penyusunan Tes Tulis ...................................................................................
2. Cara Penyusunan Bentuk Soal Tes Tulis ..........................................................................
E. Kelebihan Dan Kekurangan Tes Tulis ..............................................................................
1. Kelebihan Tes Tulis (Tes Obyektif)... ................................................................................
2. Kekurangan Tes Tulis (Tes Obyektif).. ..............................................................................
3. Kelebihan Tes Tulis (Tes Subjektif) ..................................................................................
4. Kekurangan Tes Tulis (Tes Subjektif) ...............................................................................

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi. evaluasi adalah
kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan mengolah
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk langkah berikutnya.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan tersebut
dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah
menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta
kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian
atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah
untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan,
juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu
diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam evaluasi diantaranya dengan menggunakan
teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran yang telah diberikan.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan
desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi
deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat
berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau
kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan
ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan
gambar tabel. Untuk tes uraia yang juga disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian
bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes,
seorang guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau
non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen. yang baik, minimal syarat
pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliable (dapat dipercaya).
Seorang guru yang baik perlu memiliki keterampilan untuk mengembangkan berbagai
bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian kopetensi siswa dalam makalah ini kami akan
memfokuskan pembahasan tentang “Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tulis” sehingga
kita bisa mengetahui dan membedakan berbagai instrumen penilaian tes tulis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengembangan instrumen tes tulis ?
2. Kompenen atau kelengkapan beserta hal-hal apa saja yang harus dilakukan sebelum tes tulis
berlangsung?
3. Apakah tes tulis itu ?
4. Kompenen dan langkah-langkah apa saja dalam pembuatan kisi-kisi tes tulis ?
5. Sebutkan fungsi tes dan bagaimana cara penilaiannya ?
6. Bagaimana cara penyusunan bentuk tes tulis itu ?
7. Apa kelebihan dan kekurangan dari tes tulis ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasan makala ini adalah agar kita dapat mengetahui bagaimana pengembangan
dan penilaian dari tes tulis itu, sehingga kita dapat mengetahui berbagai aspek atau kelengkapan
dalam pembuatan soal dan cara penilaian dalam tes tulis. Dan diharapkan makala ini dapat
membantu dalam pembuatan soal tes tulis dan bagaimana cara menentukan penilaiannya untuk
kita sebagai calon pendidik. Dalam makala ini juga membahas tentang masing-masing kelebihan
dan kekurangan yang terdapat dalam tes tulis. Semoga malakah ini bisa bermanfaat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN TES TULIS


1. Komponen atau Kelengkapan Sebelum Tes Terdiri Atas :
a. Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh
siswa.
b. Lembaran jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan bagi testee untuk mengerjakan tes.
Untuk soal bentuk pilihan ganda biasanya dibuatkan lembaran nomer dan huruf a, b, c, d.
Menurut banyaknya alternatif yang disediakan.
c. Kunci jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa
huruf-huruf yang dikehendaki. Untuk tes bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci
ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban. Ide daripada adanya kunci
jawaban ini adalah agar :
 Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
 Pemeriksaannya benar.
 Dapat dilakukan dengan mudah.
 Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
d. Pedoman penilaian (pedoman skoring), berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang
diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.
2. Hal-hal yang harus di lakuakn sebelum menulis soal tes tulis
sebelum menulis soal maka hal-hal yang harus di lakukan diantaranya yaitu:
 menentukan tujuan tes
 menyusun kisi-kisi soal
 penulisan soal
 pemberian skor
 pelaporan hasil tes
Contoh pedoman penilaiaan :
 Tiap soal diberi skor 1.
Jumlah skor : 1x10 = 10.
 Tiap soal diberi skor 2.
Julah skor : 2x5 = 10
 Jumlah skor 20
Skor maksimum 40

B. TES TULIS
1. Pengartian Tes Tulis
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring untuk
menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat
yang dimiliki seseorang atau kelompok.
Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang
yang dikenai tes.
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar dan lain sebagainya. Tes tulis merupakan suatu tes yang menuntut siswa
memberikan jawaban secara tertulis.
Tes tertulis mempunyai dua macam yaitu yang pertama Tes obyektif (tes tertulis yang
menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan
terbatas), yang kedua yaitu Tes Subjektif/Essai (tes tertulis yang meminta siswa memberikan
jawaban berupa uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang pendeknya tes essai adalah
relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes).
2. Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis
Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan adalah menysun kisi-
kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of specification, lay-out, plan, or frame work berfungsi
sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :
 Jenis sekolah/kelas/semester
 Mata pelajaran
 Kurikulum yang diacu
 Alokasi waktu
 Jumlah soal
 Bentuk soal
 Bahan-bahan pengajaran yang akan diukur
 Jenis kompetensi yang akan diukur (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi)
 Banyaknya soal yang akan disusun untuk masing-masing bahan pengajaran dan
kompetensi/aspel intelektual yang akan diukur.
 Bentuk soal
 Tingkat kesukaran masing-masing soal.
3. Langkah-Langkah Pembuatan Kisi-Kisi
Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :
 Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan (berdasarkan silabus)
 Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok materi (berdasarkan pada
luas dan tingkat kedalaman materi)
 Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi.
 Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi setiap
pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan).
 Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi
 Pemberian nomor item.
C. FUNGSI TES DAN CARA PENILAIANNYA
Tes mempunyai dua fungsi yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif.
1. Tes Formatif
Tes formatif adalaah tes yang diberikan kepada murid-murid pada setiap akhir program
satuan pelajaran. Fungsinya yaitu untuk mengetahui sampai dimana pencapaian hasil belajar
murid dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran.
Dalam penilaian formatif ini, jika tujuan-tujuan instruksional khusus telah dirumuskan
dengan tepat, distribusi tingkat kesukaran soal-soal (item tes) dan daya pembeda masing-masing
soal tidak begitu penting. Yang penting adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan
instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan di dalam progam satuan pelajaran.
Standar yang digunakan dalam mengolah hasil tersebut adalah standar mutlak. Dengan
menggunakan standar mutlak dimaksudkan bahwa tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan-tujuan instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, dan bukan untuk mengetahui
status setiap siswa dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya dalam kelas yang sama.
Ada dua jenis pengolahan yang diperlukan di dalam penilaian formatif ini, yaitu :
1) Pengolahan untuk mendapatkan angka presentase siswa yang gagal dalam setiap soal, misalnya :
Soal Nomer % siswa yang gagal
1 30 %
2 85 %
3 60 %
dan sebagainya dan seterusnya

Untuk soal bentuk uraian, pengertian “siswa yang gagal” di atas dapat pula diartikan sebagai
siswa yang jawabannya terhadap suatu soal dipandang kurang memuaskan..
2) Pengolahan untuk mendapatka hasil yang dicapai setipa siswa dalam tes secara keseluruhan
ditinjau dari presentase jawaban yang memuaskan, misalnya :
Hasil yang dicapai
Nama Siswa
( % jawaban yang memuaskan)
1. Iswa 90 %
2. Jamilah 60 %
3. Nurwiyatsih 75 %
dan seterusnya dan seterusnya

Sebagai contoh. Bila skor maksimum yang harus dicapai dalam suatu tes adalah 60, angka yang
dicapai Iswa dalam tes tersebut adalah :
Dengan kata lain, cara menilai tes formatif dilakukan dengan percentages correction (hasil yang
dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar).
Keteranagan :
S = niali yang diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut
Tes formatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
 dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar
 di lakukan secara periodik
 mencakup semua mata pelajaran yang telah di ajarkan
 bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar
 dapat di gunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.
2. Tes Sumatif
Tes sumatif biasanya diadakan tiap caturwulan sekali atau setiap semester (yang baik
adalah setip jangka waktu tertentu bila suatu unit atau bagian bahan pelajaran telah selesai
diajarkan melalui satuan-satuan pelajaran). Fungsi tes sumatif ialah untuk menilai prestasi siswa,
sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selam jangka
waktu tertentu. Kegunaannya yaitu untuk mengisi rapor, penentuan kenaikan kelas, dan
penentuan lulus tidaknya siswa pada ujian akhir sekolah. Oleh karena itu pada umumnya jumlah
item atau soal-soal tes sumatif lebih banyak daripada item tes formatif, dan bentuk soalnya pun
dapat terdiri atas campuran beberapa bentuk item tes (seperti true-false, multiple, choice,
completion, matching, dan essay).
Cara pengolahan hasil tes sumatif yaitu yang relatif yang digunakan yaitu nilai-nilai
standar seperti nilai berskala 1-10, nilai Z (skor standar Z), atau persentile. Skor mentah yang
diperoleh seorang siswa dari suatu tes sumatif yang terdiri atas beberapa macam bentuk tes
merupakan jumlah skor dari tiap-tiap bentuk tes tersebut yang telah dihitung menurut rumus
masing-masing. Skor mentah inilah yang kemudian ditransformasikan kedalam nilai skala 1-10
dengan menyusun tabel distribusi frekuensi.
Tes sumatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
 materi yang di ujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran
 dalam satu program tahunan atau semester
di lakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester
 bertujuan untuk mengukur kebaerhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh
 hasil penilaian sumatuf di gunakan antara lain untuk menentukan kenaikan kelas, kelulusan
sekolah dan lain-lain.

D. PENYUSUNAN SOAL BENTUK TES TULIS


1. Dasar-Dasar Penyusunan Tes Tertulis
 Tes harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai dengan
tujuan instruksional ynag tercantum di dalam kurikulum yang berlaku.
 Tes yang tersusun benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
 Tes hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
 Tes hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri, karena tes dapat
disusun untuk keperluan : pretes/postes, materi tes, tes diagnostic, tes prestasi belajar, tes
formatif, dan tes sumatif.
 Tes hendaknya dapat diguankan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
 Tes yang disusun mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan kesesuaiannya dengan taraf
kemampuan siswa.
 Petunjuk pengerjaan soal jelas dan sesuai dengan persoalan yang disajikan.
 Tes disusun dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan soal pada masing-masing
jenis soal.
 Penulisan soal menggunakan bahasa yang benar.

2. Cara Penyusunan Bentuk Soal Tes Tulis


Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal dengan memilih jawaban. Seperti pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan
menjodohkan.
a. Pilihan Ganda (multiple choice test)
Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami.
Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri
jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan
kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal
dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas
karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Keunggulan soal
bentuk pilihan ganda diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan / perilaku secara objektif.
Contoh soal pilihan ganda :
Berilah tanda (x) huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar!
Jika musim hujan, maka harga payung naik. Jika harga payung naik, maka Iswa tidak membeli
payung. Jadi, jika musim hujan, maka Iswa tidak membeli payung.
Penarikan kesimpulan seperti diatas disebut.......
a. silogisme c. konklusi e. Modus tollens
b. hipotesis d. modus ponens
Bentuk tes pilihan ganda (PG) ini merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak
digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicekup. Bentuk-bentuk soal yang digunakan
yang ada dalam Ebtanas maupun UMPTN yaitu :
 Pilihan ganda bisa.
 Hubungan antar hal (pernyataan-SEBAB-pernyataan).
Contoh soal bentuk hubungan antarhal yang terdiri dari dua buah pertnyataan dengan kata
“sebab” di antara keduanya, sudah disajaikan sebagai contoh soal analisis.
 Kasus (dapat muncul dalam berbagai bentuk).
 Diagram, gambar, tabel, dan sebagainya.
 Asosiasi. Contoh soal bentuk asosiasi yaitu :
Petunjuk pilihan :
 Jika (1), (2), dan (3) betul
 Jika (1) dan (3) betul
 Jika (2) dan (4) betul
 Jika hanya (4) yang betul
 Jika semuanya betul
Soal :
Ditinjau dari tata bentuk kata, maka gabungan kata yang betul diantara empat gabungan
kata berikut adalah :
(1) Perserikatan bangsa-bangsa
(2) Para alumnus
(3) Suatu pemikiran-pemikkiran
(4) Dewan gereja
Cara memilih jawaban dapat dilakukan dengan jalan :
a) Mencoren kemungkinan jawaban yang tidsk benar
b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap benar)
c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf didepan jawaban yang dianggap benar. Yang
sering kita temui adalah melingkari huruf di depan jawaban yang dianggap benar.
d) Membubuhkan tanda kali (X) atau tanda (-) di dalam kotak atau tanda kurung didepan jawaban
yang yang telah disediakan.
e) Menuliskan jawaban pada tempat yang telah disediakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda diantanyanya yaitu :
1) Instruksi pengerjaanya harus jelas, dan bila dipandang perlu baik disertai contoh
mengerjakannya.
2) Dalam pilihan ganda hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal tingkatan-
tingkatan benar, misalnya benar nomer satu, benar nomer dua, dan sebagainya.
3) Kalimat pokoknyan hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian manapun yang dapat
dipilih.
4) Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
5) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.
6) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan telalu sukar.
7) Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.
8) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak seragamdalam panjangnya, sifat uraianya
maupun taraf teknis dan agak bersifat homogen mengenai mengenai isinya dan bentuknya.
9) Hindarkan pengulangan suara atau penglangan kata pada kalimat pokok di alternatif-
alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung pengulangan
tersebut. Hal ini disebabkan karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.
10) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran . karena yang terungkap
mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
11) Soal harus sesuai dengan indicator
12) Pilihan jawaban harus homogen da logis dari segi materi
13) Menggunakan bahasa baku
14) Menggunkana bahasa komunikatif, lugas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.
Efektifitas pengecoh di lakukan dengan menghitung peserta tes yang memilih tiap
alternatif jawaban pada masing-masing item. Kriteria pengecoh yang baik adalah apabila
pengecoh tersebut di pilih paling sedikit 5% dari peserta tes.
Cara mengolah skor pilihan ganda yaitu :
Untuk mengolah skor dalam tes pilihan ganda ini di gunakan dua macam rumus, yaitu:
a) Dengan denda, Degan rumus :
S=R-

S = skor yang di peroleh (Raw Skor)


R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
n = banyaknya opinion
1 = bilanngan tetap
Contoh : murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk multiple choise ini dengan
menggunakan opinion sebanyak 4 buah.
Skor = 17 - = 16
b) Tanpa denda, dengan rumus :
S=R

b. Soal dengan Dua Pilihan Jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak)


Bentuk soal dua pilihan jawaban (true-false) ini menuntut peserta tes untuk memilih dua
kemungkinan jawaban yaitu benar dan salah atau ya dan tidak. Bentuk benar salah ada dua
macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni :
 Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban
yang salah.
 Tampa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau
tanpa memberikan jawaban yang benar.
Kaedah penulisan soal dengan dua pilihan yaitu :
a) Hindari penggunaan kata terpenting, selalu, tidak pernah, hanya sebagian besar dan kata lainnya
yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta tes.
b) Jumlah rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatife sama.
c) Hindari pernyataan negative! Contoh: (B-S) Haji bukan rukun islam
d) Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda! Contoh: (B-S) Banyak
anak sekolah yang terlibat tawuran
e) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku teks, hal ini cenderung membuat peserta tes
untuk menghafal daripada memahami dan menguasai konsep.
Kebaikan tes benar salah :
 Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya
pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
 Mudah menyusunnya.
 Dapat digunakan berkali-kali.
 Dapat dilihat secara cepat dan objektif
 Petunjuk cara mengerjakaannya mudah dimengerti.
Kekurangan tes benar salah :
 Sering membingungkan.
 Mudah ditebak atau diduga.
 Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah.
 Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenlan kembali.
Contoh soal :
Mana diantara bentuk soal di bawah ini yang tepat!
B S Gunung Kelud terletak di Propinsi Jawa Timur
B S Gunung Kelud letaknya bukan di Propinsi Jawa Timur
Cara mengolah skor
a. Dengan denda
S=R-W

S = skor yang diperoleh


R = jawaban benar
W = jawaban salah
Contoh :Jumlah soal = 10 buah
Iswa menjawab betul 8 soal, maka skor yang diperoleh berlian 8 – 2 = 6
Atau menggunakan rumus kedua yaitu :
S=T-2W

Ket : T singkatan dari total (jumlah soal dalam tes)


Contoh : iswa menjawab soal yang salah sebanyak 4 soal dari 20 soal. Maka skor yang diperoleh
isawa adalah s=10-(2x2)=6
b. Tanpa denda
S=R
(untuk soal yang tidak dikerjakan nilainya 0)
c. Bentuk Soal Menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan kalimat satu dengan
kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut (memiliki hubungan satu sama lain).
Soal bentuk menjodohkan (matching) adalah bentuk soal yang terdiri atas dua kelompok
pernyataan. Lajur sebelah kiri merupakan soal atau pernyataan, sedangkan lajur sebelah kanan
merupakan jawaban atau respon.
Kaidah penulisan soal menjodohkan adalah sebagai berikut :
 Tulislah seluruh pernyataan soal disebelah kiri!
 Tuliskan seluruh pernyataan jawaban disebelah kanan!
 Beri petunjuk yang baik berdasarkan pencocokan!
 Buat semua jawaban masuk akal!
 Jawaban harus pendek
 Pernyataan jawaban harus lebih banyak daripada pernyataan soal
Contoh soal :
Pasangkan pertanyaan di lajur kiri dengan jawaban di sebelah kanan
1. Transmigrasi ……….. a. Pindahnya penduduk antara pulau di dalam satu Negara
2. Imigrasi …………….. b. Pindahnya penduduk dari desa ke kota
c. pindahnya penduduk ke Negara lain
Cara Mengolah Skor
S=R
Skor dihitung berdasarkan jawaban yang benar saja

2. Soal dengan mensuplai-jawaban. Seperti isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
dan soal uraian.
a. Bentuk Soal melengkapi
Soal melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban atau
melengkapi tes berupa kata, frase, angka atau symbol.
Kaidah penulisan soal melengkapi :
 Dalam membuat pertanyaan jangan terlalu banyak kata yang dihilangkan
 Jawaban yang diinginkan benar-benar dibatasi
 Jika pernyataan memerlukan jawaban berupa angka, nyatakan dalam satuan-satuan tertentu
 Jangan mengambil langsung dari buku teks
Cara menskor bentuk soal melengkapi :
S=R

Contoh soal :
1. Piso Surit dan Sengko adalah lagu-lagu daerah dari propinsi mana?
…………..
2. Air akan membeku pada suhu ………. Derajat Fahrenheit
b. Bentuk Soal Tes Jawaban Singkat Atau Pendek
Soal bentuk jawaban singkat adalah soal yang jawabannya ditandai dengan adanya
tempat kosong yang disediakan bagi pembuat tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan
petunjuk.
Kaidah Penulisan tes jawaban singkat
 Soal harus sesuai dengan indicator
 Jawaban yang benar hanya satu
 Rumusan kalimat soal harus komunikatif
 Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
 Tidak menggunakan bhasa local
S=R
Cara menskor tes jawaban singkat atau pendek :

Contoh soal bentuk melengkapi (completion)/jawaban singkat.


umrah sering disebut dengan…………….
Presiden RI saat ini ialah………………..
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan
menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu
kemampuan mengingat (pengetahuan).
c. Bentuk Soal Uraian
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari,
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan,
misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara
lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas serta sulit untuk menyusun pedoman
penskorannya.
Menulis soal uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskan soalnya.
Berdasarkan penskorannya, tes uraian dibagi menjadi dua:
1. Soal uraian terikat, yaitu soal atau pertanyaan yang menuntut jawaban dengan pengertian/konsep
tertentu.
2. Soal uraian bebas, yaitu soal yang menuntut jawaban berupa pengertian/konsep menurut
pendapat setiap peserta tes sehingga penskorannya sukar dilakukan secara objektif.
Kaidah penulisan soal uraian:
 Mengacu pada kompetensi
 Pertanyaan harus menggunakan kata Tanya yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa,
jelaskan, bandingkan, hubungkan, buktikan dan hitunglah
 Petunjuk harus jelas sehingga peserta didik mudah mengerjakannya
 Dilengkapi dengan pedoman penskoran
 Hal-hal yang menyertai soal, seperti tabel, bambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya harus
disajikan dengan jelas
 Bahasa harus komunikasi
 Rumusan kata-kata tidak boleh menimbulkan penafsiran ganda
 Menggunakan bahasa baku
Perhatikan contoh berikut
Contoh 1 soal uraikan terikat
Kompetensi dasar:
Memahami bangun segitiga
Masalah
Iswa mengatakan,”Saya dapat menggambarkan sebuah segitiga dengan dua sudutnya
siku-siku”. Setujukah kamu dengan pendapat intan? Jelaskan alasanmu!
Level Diskripsi dan contoh jawaban peserta didik
0 Jawaban yang sesuai. Tidak menggunakan bahasa Geomertri.
“Saya setuju dengan intan karena ia dapat mengerjakannya”
1 Jawaban salah, tetapi beberapa alasan dicoba dikemukakan. “Ya,
karena semua segitiga memiliki sudut siku-siku dan lawannya”.
“Ya, kita dapat membuat yang satu di atas dan yang satu di
bawah.” Sebagian dijawab benar tetapi penalarannya salah:
“Tidak, karena semua segitiga memiliki segitiga siku-siku”.
2 Jawaban benar, tetapi penalarannnya tidak lengkap atau jelas.
“Tidak, karena kita hanya dapat menempatkan satu segitiga siku-
siku pada sebuah segitiga”
“Tidak, ini mungkin persegi atau persegi panjang”.
3 Jawaban benar, tetapi penalarannya baik. Penjelasannya lebih
lengkap dari level 2, tetapi mengandalkan pada pengetahuan
kongkret atau visual daripada pengetahuan abstrak.
“Karena jika kita menempatkan 2 sudut siku-siku secara
bersama, kita memilki 3 sisi, dan sisi-sisi tersebut tidak tertutup.”
“Tidak, karena jika kita menggambarkan 2 sudut siku-siku dan
mencoba menghubungkannya, kita akan mendapatkan persegi
atau persegi panjang, dua sudut siku-siku selalu memiliki 3 sisi.”
4 Jawaban yang sempurna, peserta didik menggunakan
pengetahuan dari segitiga dan sudut.
“segitiga memiliki tiga sudut dan jumlahnya180, jika ada dua
segitiga siku-siku, maka besarnya 180, tetapi ini hanya dua
sudut.”
“Bagaimana mungkin kita memiliki dua sudut siku-siku yang
berarti sama dengan 180 karena kita hanya memiliki 2/3 dari
segitiga yang kita kerjakan?”
“Kita akanmemiliki dua sisi parallel”

S=R
Cara menskor :

Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.


 materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
 konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
 bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda.
3. Ciri-Ciri Tes
Tes yang baik memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
a. Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai dengan kenyataan. Maka
instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat
mengukur apa yang hendak diukur.
b. Reliabilitas
Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa inggris, berasal
dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Jika dihubungkan dengan validitas maka validitas
adalah ketepatan sedangkan reliabilitas adalah ketetapan.
c. Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor
subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Apabila
dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
d. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis
(mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya), mudah pengadministrasiaanya.
e. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak
membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES TULIS
1. Kelebihan Tes tulis (Tes obyektif ) yaitu :
a. Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
b. Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangan
unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa
c. Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-
alat hasil kemajuan teknologi.
d. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
e. Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
2. Kekurangan tes tulis (tes obyektif) yaitu :
a. persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esay karena soalnya banyak dan harus
teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain (yang diukur cenderung aspek kognitif
tingkat rendah)
b. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapakan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan
sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d. Kerjasama antarsiswa pasa waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
e. Tidak menuntut penalaran siswa.
f. Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis.
3. Kelibihan Tes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a. Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.
b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan (menebak
jawaban).
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalan bentuk kalimat
yang bagus
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan
caranya sendiri.
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
f. Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis.
4. KekuranganTes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan
siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena
soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d. Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari
penilai.
e. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
f. Cakupan materi terbatas atau sempit.
g. Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
Ket : apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam tes subjektif
dan sebaliknya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tes tulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa di lakukan di setiap kegiatan
penilaian. Penilaian tes tulis perlu di pelajari karena masing-masing bentuk penilaian tes tulis
mempunyai bentuk yang berbeda. Misalnya, seorang pendidik ingin menfadakan UTS, maka
pendidik dapat membuat soal dalam bentuk pilihan ganda karena bentuk instrumen ini mudah
dalam pengoreksiannya.
Macam-macam penilaian tes tulis (bentuk instrumen) meliputi:
 tes benar salah
 tes menjodohkan
 tes pilihan ganda
 tes melengkapi
 uraian objektif dan non objektif (uraian bebas)
 dan tes jawaban singkat.
Tes mempunyai dua fungsi yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Ciri-ciri tes yang
baik yaitu:
 Validitas
 Reliabilitas
 Objektivitas
 Praktikabilitas
 Ekonomis
Dalaam hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tiga alat bantu
yaitu :
1. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.
2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci skoring.
3. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaan.
Dalam penulisan tes tulis, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya.
Kekurangan-kekurangan dalam tes tulis dapat diminimalisir sedemikian mungkin agar kekurang-
kekurangan tersebut bisa sdikit teratasi.
Tabel Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen :
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
• Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan dll.
• Tes isian: isian singkat dan uraian
• Tes lisan • Daftar pertanyaan
• Tes praktik (tes kinerja) • Tes identifikasi
• Tes simulasi
• Tes uji petik kinerja
• Penugasan individual atau • Pekerjaan rumah
kelompok • Projek
• Penilaian portofolio • Lembar penilaian portofolio
• Jurnal • Buku cacatan jurnal
• Penilaian diri • Kuesioner/lembar penilaian diri
• Penilaian antarteman • Lembar penilaian antarteman

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Reverensi). Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2002.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (cetakan ke 7). Jakarta: PT Bumi
Aksara. 1991.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip Daan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2002.
Azwar, Saefuddin. Tes Prestasi. Yogyakarta: Percetakan Pustaka Pelajar Offset. 1996.
Departemen Pendidikan Nasional Direktor Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Perangkat Penilaiaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan KTSP SMA. 2008.
Yuriani, Asmi. Teknik Penilaian Dan Prosedur Pengembangan Tes.

Anda mungkin juga menyukai