Anda di halaman 1dari 7

1.

Diagnosis banding dari kasus diskenario


Jawaban :
 Otitis media serousa adalah terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa tanda
dan gejala infeksi.
 Otitis Media Akut adalah infeksi telinga tengah oleh bakteri atau virus. Otitis media
akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak
terutama usia 3 bulan- 3 tahun.
 Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga. Infeksi ini bisa menyerang
seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu
sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang
(swimmer’s ear).

2. Anatomi dan fisiologi telinga


jawaban :
Telinga merupakan indra pendengaran, terbagi atas beberapa bagian seperti: telinga luar,
tengah, dan dalam.

a. Telinga Luar => merupakan bagian paling luar dari telinga.


Terdiri dari :

- Daun telinga / Pinna/ Aurikula


=> merupakan daun kartilago
=> fungsinya : menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori
eksternal (lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari
aurikula sampai membran timpani).

- Membran timpani (gendang telinga)


=> merupakan perbatasan telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut,
dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada permukaan internal.
=> memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan
gelombang bunyi secara mekanis.
Bagian-bagiannya :
o Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2 lapisan :
 luar : lanjutan epitel telinga
 dalam : epitel kubus bersilia

Terdapat bagian yang diseut dengan atik. Ditempat ini terdapat auditus ad antrum
berupa lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.

o Bagian bawah atau Pars tensa(membran propria), terdiri dari 3 lapisan :


 tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat elastin

Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran timpani disebut dengan
umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu
pukul 7 pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran timpani kanan. Pada
membran timpani terdapat 2 serat, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang
mengakibatkan adanya refleks cahaya kerucut. Bila refleks cahaya datar, maka
dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius.

Membran timpani dibagi atas 4 kuadran untuk menentukan tempat adanya


perforasi:

o atas depan
o atas belakang
o bawah depan
o bawah belakang => tempat dilakukannya miringotomi

b. Telinga Tengah => terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis facialis)
tulang temporal
Terdiri dari :

- Tuba Eustachius
=> menghubungkan telinga tengah dengan faring.
=> normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan
menguap.
=> berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.
Bila tuba membuka => suara akan teredam.

- Osikel auditori (tulang pendengaran)

=> terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill), Stapes (sanggurdi)
=> berfungsi sebagai penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta vestibuli
- Otot

=> bantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada tinggi
(peredam bunyi).

o m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara dipantulkan
o m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga => suara teredam

c. Telinga dalam => berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal
Terdiri dari

- Labirin
Terdiri dari:

o Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa dengan cairan
serebrospinal).

Terdiri dari 3 bagian:

 Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan koklea


dengan saluran semisirkular.
 Saluran semisirkularis
 S. semisirkular anterior(superior) dan posterior mengarah pada bidang vertikal
di setiap sudut kanannya.
 S. semisirkular lateral => terletak horizontal
 Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung
reseptor pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah.
Frekuensi tertinggi berada di bagian depan. Sekat membagi koklea menjadi
3 bagian :
 duktus koklear (skala medial) => bagian labirin membranosa yang
terhubung ke sakulus, berisi cairan endolimfe
 dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala media
=> skala vestibuli dan skala timpani => mengandung cairan perilimfe dan
terus memanjang melalui lubang pada apeks koklea yang disebut
helikotrema.
 membran reissner (membran vestibuler) => pisahkan skala media dari
skala vestibuli yang berhubungan dengan fenestra vestibuli
 membran basilar => pisahkan skala media dengan skala timpani,
berhubungan dengan fenestra koklear
 skala organ korti=> terletak pada membran basilar, terdiri dari reseptor
yang disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki
akson dan langsung bersinaps dengan ujung saraf koklear

o Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak di
dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe (cairan yang serupa dengan cairan
intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus dan sakulus) yang dihubungkan
dengan duktus endolimfe. Setiap duktus mengandung reseptor untuk ekuilibrium
statis ( bagaimana kepala berorientasi terhadap ruang bergantung gaya grafitasi)
dan ekuilibrium dinamis (apakah kepala bergerak atau diam, berapa kecepatan
serta arah gerakan).Utrikulus terhubung dengan duktus semilunaris Sakulus
terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.

d. Fisiologi pendengaran

Energi bunyi ditangkap daun telinga dalam bentuk gelombang > getarkan membran
timpani > melewati tulang pendengaran MIS (maleus, inkus, stapes) > energi
diamplifikasi > diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap jorong sehingga
perilimfe pada skala vestibuli bergerak > getaran diteruskan ke membrana reissner yang
mendorong endolimfe > timbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran
tektoria > terjadi defleksi stereosilia sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel > terjadi depolarisasi rambut > lepaskan
neurotransmiter ke dalam sinaps yang akan timbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius > lanjut ke nukleus auditorius > korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.

3. Patomekanisme timbulnya gejala


Jawaban:
- Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar
sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus
yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh
perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul.
Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau
kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium
inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning
abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat
keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan
sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
- Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya di jumpai
tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin
ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun
kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak
dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang
pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran
menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung
dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah.
- Otalgia (nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda
yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.
Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal
abses atau trombosis sinus lateralis.
- Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo
seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh
kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang
mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena
perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

(sumber : Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronis Pengetahuan Dasar, Terapi Medik,
Mastoidektomi, Timpanoplasti. FK UI. Jakarta)

4. Fistula retroaurikular kongenital/didapat?


Jawaban :
a. Kolesteatom Kongenital

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital menurut Derlaki dan Clemis (1965)
adalah :

1. Berkembang dibelakang membran timpani yang masih utuh.


2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.
3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel
undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang temporal,
umumnya pada apeks petrosa. Kolesteatom ini dapat menyebabkan parese nervus fasialis,
tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.1,2
a. Kolesteatom akuisital atau didapat
Primary acquired cholesteatoma.
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom
timbul akibat proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan
negatif pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi). Kolesteatom
yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida1,2
Secondary acquired cholesteatoma.
Terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel
kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori
migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang
berkangsung lama (teori metaplasi).
(sumber :Djaafar ZA,dkk. 2007. Kelainan Telinga Tengah.Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 6. FKUI. Jakarta)

5. Komplikasi dari diagnosis pada skenario serta pencegahan


jawaban :
- Komplikasi di telinga tengah yaitu perforasi persisten, erosi tulang pendengaran dan
paralisis nervus fasial
- Komplikasi telinga dalam yaitu fistel labirin, labirinitis supuratif dan tuli saraf
(sensorineural)
- Komplikasi ekstradural yaitu abses ekstradural, trombosis sinus lateralis dan petrositis
- Komplikasi ke susunan saraf pusat yaitu meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis

Pencegahan otitis media supuratif kronik


- Menjaga perforasi tetap kering
a. Kontrol infeksi atau alergi saluran pernapasan atas
b. Hindari kemasukan air
Rutin melakukan pembersihan saluran telinga dan telinga tengah dengan
menggunakan penghisap dan kapas kering. Kemudian ke dalam telinga tengah
dimasukkan cairan asam asetat dan hydrocortisone.

(sumber :Djaafar ZA,dkk. 2007. Kelainan Telinga Tengah.Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 6. FKUI. Jakarta)

6. Bagaimana terbentuknya fistula retro auricula


Jawaban :
Fistula adalah koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ atau struktur lainnya.
Fistula biasanya terjadi akibat dari cedera, pembedahan, infeksi atau peradangan
Fistula dapat terjadi karena adanya kerusakan epitel squamous, karena peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah oleh berbagai sebab atau penimbunan cairan yang
terjadi pada proses peradangan. Dalam hal ini karena sekret dari adanya infeksi ditelinga
tengah.

7. Apakah ada hubungan antara mual, muntah, pusing dengan hubungan di telinga?
Jawaban :
Ada hubungannya, karena dengan adanya gejala tersebut menunjukkan adanya
perluasan infeksi ke telinga dalam dan menyebabkan fistula labirin dan labirinitis. Labirinitis
juga dapat terjadi setelah meningitis atau abses subdural.
Tugas Tutorial Januari 2014

SKENARIO 2
KELUHAN PAK ALI

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : SRI RESKI PRATAMA


STAMBUK : G 501 10 006
KELOMPOK : V (LIMA)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2014

Anda mungkin juga menyukai