Anda di halaman 1dari 3

9.

Diagnosis
b. Limfoma maligna
1) Anamnesis1
Umum:
 Pemebesaran kelenjar getah bening dan malaise umum
- Berat badan menurun 10% dalam waktu 6 bulan
- Demam tinggi 380C 1 minggu tanpa sebab
- Keringan malam
 Keluhan anemia
 Keluhan organ (misalnya lambung, nasofaring)
 Penggunaan obat (Diphantoine)
Khusus:
 Penyakit autoimun (SLE, Sjorgen, Rheuma)2
 Keadaan defisiensi imun3
 Penyakit infeksi (toksoplasma, mononukleosis, tuberkulosis)
2) Pemeriksaan Fisik1
 PembesaranKGB
 Kelainan/pembesaran organ (hati/limpa)
 Performace status: ECOG atau WHO/Kamofsky
3) Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium
o Rutin
Hematologi:
- Darah perifer lengkap (Hb, Ht)
- Gambaran darah tepi (morfologi sel darah)
Urinalisa:
- Urin lengkap
Kimia klinik:
- SGOT, SGPT, LDH, bilirubin, protein total, albumin, asam urat.
- Alkali fosfatase, ureum, kreatinin
- Gula darah sewaktu
- Elektrolit: Na, K, Cl, Ca, P
o Khusus
- Gamma GT
- Cholinesterase (CHE)
- LDH/fraksi
- Serum Protein Elektroforesis (SPE)
- Imuno Elektroforese (IEP)
- Tes coombs
- B2 Mikroglobulin
 Biopsi4,5
Biopsi KGB dilakukan hanya I kelenjar yang paling representatif,
superfisial, dan perifer. Jika terdapat kelenjar perifer/superfi sial yang
representatif, maka tidak perlu biopsi intra abdominal atau intratorakal.
Kelenjar getah bening yang disarankan adalah dari leher dan supraclavicular,
pilihan kedua adalah aksila dan pilihan terakhir adalah inguinal. Spesimen
kelenjar diperiksa:
- Rutin
Histopatologi: REAL-WHO dan Working Formulation
- Khusus
Imunoglobulin permukaan dan Histo/sitokimia
Diagnosis awal harus ditegakkan berdasarkan histopatologi dan dan tidak
cukup hanya dengan sitologi. Pada kondisi tertentu dimana KGB sulit dibiopsi,
maka kombinasi core biopsy FNAB bersama-sama dengan teknik lain (IHK,
Flowcytometri dan lain-lain) mungkin dapat mencukupi untuk diagnosis. Tidak
diperlukan penentuan stadium laparatomi. Aspirasi sumsum tulang (BMP) dan
biopsi sumsum tulang dari 2 sisi spina iliaca dengan hasil spesimen sepanjang
2 cm.
 Radiologi
o Rutin:
- Toraks foto PA dan lateral
- CT scan seluruh abdomen (atas dan bawah)
o Khusus:
- CT scan toraks
- USG Abdomen
- Limfografi, limfosintigrafi
Cairan tubuh lain: cakan pleura, asites, cairan serebrospinal jika dilakukan
pungsi/aspirasi diperiksa sitologi dengan cara cytospin, di samping pemeriksaan rutin
lainnya.
Diagnosis LNH harus ditegakkan dari pemeriksaan histologi biopsi seksisi
kelenjar getah bening atau jaringan ekstranodal. Pemeriksaan dari hasil aspirasi jarum
tidak memadai untuk diagnosis komfirmatif. Dilakukan klasifikasi histopatologik
menurtu klasifikasi yang lazim dipakai (di Indonesia umumnya gabungan working
formulation dan Kiel). Kemudian dilakukan prosedur penderajatan penyakit sehingga
derajat penyakit dapat ditentukan.

1. Shankland KR, Armitage JO, Hancock BW. Non-Hodgkin lymphoma. Lancet 2012; 380:
848–857.
2. Smedby KE, Vajdic CM, Falster M, et al. Autoimmune disorders and risk of non-
Hodgkin lymphoma subtypes : a pooled analysis within the InterLymph Consortium
Autoimmune disorders and risk of non-Hodgkin lymphoma subtypes : a pooled analysis
within the InterLymph Consortium. 2013; 111: 4029–4038.
3. Smith MT, Skibola CF, Allan JM, et al. Causal models of leukaemia and lymphoma.
IARC Sci Publ 2004; 373–92.
4. Swedlow S, Campo E, Harris N. WHO classification of tumours of haemotopoietic and
lymphoid tissues. Geneva, Switzerland: WHO Press, 2008.
5. Santoso, M., Krisfu, C. 2004. Diagnostik dan Penatalaksanaan LNH. Dexa media: No.
4(17).

Anda mungkin juga menyukai