Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK

DISUSUN OLEH KELOMPOK III:


1. MARIA IRENE NGONGO (2016610050)
2. MARIA DOMITILA ROSTI (2016610048)
3. MARIA ERLINCE GAINA (2016610049)
4. MARIA NANARIAIN (2016610052)
5. MARIA KONDO (2016610051)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2018
NAMA : MARIA IRENE NGONGO NAMA : MARIA DOMITILA ROSTI

NIM : 2016610050 NIM : 2016610048

BAGIAN: DEFENISI,ETIOLOGI BAGIAN: PATOFISIOLOGI, KLASIFIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN

TUMOR OTAK

NAMA : MARIA ERLINCE GAINA

NIM : 2016610049

BAGIAN: MANIFESTASI KLINIS, PEMERIKSAAN


PENUNJANG,

NAMA : MARIA KONDO NAMA : MARIA NANARIAIN

NIM : 2016610051 NIM : 2016610052

BAGIAN: KOMPLIKASI, DIAGNOSA BAGIAN: INTERVENSI, IMPLEMENTASI


BAB I

I. Pendahuluan

Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang,(lesi organ yang karena proses
pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya,sehingga organ tersebut dapat
mengalami gangguan)jinak maupun ganas,yang tumbuh diotak meningen dan
tengkorak(Ariyani,2012).

II. Defenisi

Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuroepitelium, saraf
kranial, pembuluh darah,kelenjar pineal atau hipofisis (Wong,2004). Tumor intracranial
adalah tumor yang meliputi lesi yang mendesak ruang jinak maupun ganas yang tumbuh di
otak,meningen,dan tengkorak (Muttaqin,2008). Kraniofaringioma merupakan tumor yang
berasal dari sel perkembangan epitel bukal yang secara embriologis dekat dengan tangkai
hiposis(Ginsberg, 2008).

III. Etiologi
Etiologi tumor otak menurut Price dan Wilson (2006) adalah: Penyebab dari tumor
hingga kini saat ini belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa
beberapa agent bertanggung jawab untuk tumor tertentu. Agen tersebut meliputi faktor
herediter, kongenital, virus, toksin, radiasi, dan defisiansi imunologi. Ada juga yang
mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat sekunder dari trauma cerebral dan
penyakit peradangan.

IV. Klasifikasi

Klasifikasi tumor otak menurut Harsono(2008) adalah:

a. Berdasarkan lokasi:
Tumor supratentorial:
1. Hemisfer otak:
a) Glioma: gliomablastomamultiforme, astrositoma,oligodendroglioma.
b) Meningioma:tumor metastasis
a) Tumor stuktur median:adenoma hipofisis, tumor grandula pinealis,kraniofaringioma.
Tumor infratentorial:
a) Schwannoma akustikus.
b) Tumor metastasis.
c) Meningioma.
d) Hemangioblastoma.
Tumor medulla spinalis:
a) Ekstradural: metastasis
b) Intradural
c) Ekstramedular:meningioma, neurofriboma
d) Intramedural: ependinoma, astrositoma.
b. Berdasarkan jenis tumor:
a) Jinak:acoustic neuroma,meningioma.
b) Malignant:astrocytoma(Grade 2,3,4)oligondedroglioma.
V. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Wong (2009) dan Ariani (2012) adalah:
1. Nyeri kepala.
2. Mual dan muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial.
3. Perubahan neuromuscular meliputi: gerakan yang janggal atau tidak terkoordinasi,
hilangnya keseimbangan.
4. Gangguan vokal (bicara terganggu, berdesis, afasia).
5. Perubahan perilaku meliputi: penurunan selera makan, gagal tumbuh, keletihan
(sering tidur siang), koma, perilaku ganjil (pandangan kosong, gerakan otomatis).
VI. Patofisiologis

Tumor intrakranial menyebabakan gangguan neurologis progresif. Gangguan


neurologis pada tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor, yaitu
gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial

1. Gangguan fokal Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu
saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat
(misalnya: gliomablastoma multiforme) Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron


dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat gangguan neurologis fokal, seperti bicara terganggu,berdesis,
dan afasia.
2. Peningkatan tekanan intracranial. Dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan
perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan


mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya
belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah
otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan
tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke
ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus. Peningkatan tekanan intrakranial
akan membahayakan jika perkembanganya cepat. Mekanisme kompensasi bekerja
menurunkan volume darah intracranial,volume cairan serebrospinal,kandungan cairan
intra sel dan mengurangi selsel parenkim. Peningkatan tekanan intracranial yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Herniasi ulkus timbul bila
girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasinmenekan menensefalon, menyebabkan
hilangnya kesadaran dan saraf kranial III. Pada herniasi serebellum,tonsil serebellum
tergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medulla oblongata dan henti pernafassan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis
lain yang terjadi akibat
VII. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Batticaca (2008) :


1. CT-scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).
2. Foto polos
3. Biopsi stereotatik
4. Angiografi serebral
5. EEG (elektroensefalogram)

VIII. Komplikasi
1. Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) :
2. Edema serebral
3. Hidrosefalus
4. Herniasi otak
5. Epilepsi
6. Metastase ketempat lain.
IX. Diagnosa

1. Resiko ketidakefektifsn Perfusi jaringan otak


2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala terkait penyakit
3. Hambatan mobilitas fisik

X. Intervensi
1. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak
Noc: status neurologi
09091 kesadaran
090917 tekanan darah
090918 tekanan nadi

Nic: monitor neurologi

-Monitor tingkat kesadaran

- Monitor TTV: suhu, tekanan darah, denyut nadi dan respirasi

- Catat keluhan sakit

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala terkait penyakit


Noc: status kenyamanan
200801 kesejahteraan fisik
200802 kontrol terhadap gejala
200806 dukungan sosial dari keluarga
Nic: manajemen yeri
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang melimputi lokasi,
karakteristik, onset/ durasi, frekuensi, kualitas,atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus
- Gunakan strategis komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
- Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan
ketat
3. Hambatan mobilitas fisik
Noc: status neurologi: pusat kontrol motorik
091101 keseimbangan
091113 abnormalitas gaya berjalan
091110 aktifitas kejang
Nic: monitor neurologi
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor ttv: suhu, tekanan darah, denyut nadi dan respirasi
- Monitor bentuk otot, gerakan motorik, gaya berjalan dan proprioception

XI. Implementasi
1. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak
- Mengosevasi tingkat kesadaran pasien
- Melakukan TTV
- Mengoservasi keluhan klien
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gejala terkait penyakit
- Observasi perasaan klien
- Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang melimputi lokasi, karakteristik, onset/
durasi, frekuensi, kualitas,atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
- Gunakan strategis komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri
- Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemantauan ketat
3. Hambatan mobilitas fisik
- Observasi perasaan klien
- Melakukan TTV
- Menganjurkan pasien melakukan aktifitas mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Martha, Rosernberg. C dan Smith, Kelly.2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa :
Fatiah Istiqomah . Yogyakarta : Digna Pustaka.

Muttaqin, A. 2008.Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Saraf.Jakarta :


Salemba Medika.

Price Silvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Alih Bahasa : Brahm U. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2004. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah

Brunner & Suddarth vol 3. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta : EGC.

Widagdo, 2012.Tata lakasana masalah penyakit anak dengan kejang.Jakarta : CV Sagung


Seto.

Wilkinson, Judith. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi 6. Alih bahasa: Andry
Hartono. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2004.Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi 4. Alih bahasa: Monika Ester.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai