Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR AGRONOMI
“Mencangkok Tanaman Kakao, Puring Mini, dan Jambu Biji”
Dosen Ir. Edyson Indawan, MP
SEMESTER GANJIL 2015/2016

KELOMPOK 3 (Tiga)

NURUL SHOLEHUDDIN 2014330069


MUMHAMMAD RODLI 2014330064
KHAIRUDDIN 2014330034
KUNI MALYATAN MUKMINAH2014330048
MEKAEL ROBERTOS MALO 2014330061
MELFINSINSIUS H PATI 2014330060
PAULUS 2014330059
MUNAWIR GHAZALI 2014330065
PRIMUS ADRIANUS LEDA 2014330075
OKTAVIANUS DONA 2014330071
MATEUS LERE RANGGA 2014330049
LAZARUS BOLIKOLIN 2014330075

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG - JAWA TIMUR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tanaman melakukan beberapa aktivitas yang berguna
dalam rangka mempertahankan hidup, seperti bernapas, berfotosintesis, respirasi, dan
berkembang biak. Awal perkembangbiakan umumnya ditandai dengan perkecambahan. Dan
tentunya di dalamnya terdapat struktur yang cukup rumit. Perkembangbiakan pada setiap
tanaman tidaklah sama. Ada beberapa spesies tanaman yang berkembangbiak dengan cara
generatif dan ada juga yang berkembangbiak dengan cara vegetatif.
Berbagai jenis tanaman sama sama berkembang biak , tapi tanaman berkembang biak
dengan cara yang berbeda beda. Perbanyakan tanaman juga memiliki beberapa jenis cara,
diantaranya adalah perbanyakan segara genetatif maupun vegetatif.
Mencangkok adalah suatu cara mengembangbiakkan tumbuhan dengan jalan
menguliti batang yang ada lalu bungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika akar sudah
muncul akar yang kokoh, maka batang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam di tempat
lain, mencangkok juga dapat diartikan suatu perbanyakan vegetatif secara buatan tanpa
baikan dengan menggunakan bagian dari tanaman.
Perkembangbiakan baik secara vegetatif sebagian besar berasal dari salah satu bagian
tanaman, misalnyaberasal dari batang, akar, daun, dan lain-lain, atau bisa juga disebut bibit.
Sedangkan perkembangbiakan secara generatif umumnya berasal dari biji. Pada
kenyataannya kita dapat membedakan antara bibit dan benih yang keduanya digunakan dalam
proses pembiakan tanaman.
Kegiatan perbanyakan tanaman dengan mencangkok merupakan kegiatan yang biasa
dilakukan di nursery tanaman buah. Tanaman induk yang akan dicangkok
dipilih karena karakternya yang diinginkan. Tanaman induk diusahakan setelah dicangkok
tidak mati sehingga dapat berkembang kembali dan menjadi tanaman induk untuk dicangkok
di kemudian hari lainnya.
Kaitannya terhadap praktikum kegiatan ini yang dilakukan dengan menggunaka
indicator tanaman sri rejeki memberikan pambalajaran dan pengetahuan di bidang
perbanyakan tanaman.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar cangkok.
2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran.
3. Mengetahui secara langsung cara mencangkok tanaman.

1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar cangkok.
2. Dapat mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran
3. Dapat mengetahui secara langsung cara mencangkok tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Mencangkok adalah cara memperbanyak tanaman dimana pembentukan akar pada
calon tanaman baru terjadi ketika masih melekat pada tanaman induknya. Air dan mineral
tetap diangkut melalui xylem ke tunas / cabang yang dicangkok. Dengan demikian, hasil
perbanyakan dengan cara mencangkok lebih tinggi daripada hasil perbanyakan denga stek.
Ada 2 macam cara mencangkok yang sering dilakukan pada tanaman tertentu (Ismiyati
Sutarto,1994).
Merundukkan batang / cabang ke tanah . Pembentukan akar di rangsang dengan
berbagai perlkuan yang dapat menghentikan tranlokasi bahan organic seperti karbohidrat,
auxin dan faktor pertumbuhan yang lan dari dan ujung tunas ke bagian bawah tunas yang di
cangkok (Ismiyati Sutarto).
Mencangkok tanaman adalah salah satu cara teknik memperbanyak tanaman buah
dalam pot, selain itu kualitas buahnya sama dengan induknya dan juga pohonnya tidak terlalu
tinggi. Tanaman yang bisa dicangkok antara lain: jambu, jambu air, mangga, sawo, dan lain-
lain (Wilkins, 1991).
Mencangkok atau okulasi adalah teknik pengembangbiakan tanaman yg sangat cocok
utk di tanam di dalam pot. Di samping karena qualitas buahnya terjaga sama spt induknya
juga nantinya pohon tumbuh tidak terlalu tinggi. Pohon yg dikembangbiakan dg teknik
cangkok tidak akan mempunyai akar tunggang.(Ansown, 1989).
Beberapa tanaman tertentu memilki kemampua untuk memperanyak diri dengan
pencangkokan yang terjadi secara alami, yaitu sulur dan anakan terutama pad tanaman yang
berbentuk roset (Wahyuni, Sri, 1998).
Pembentukan biji melalui proses penyerbukan (jatuhnya tepung sari pada kepala
putik) kemudian dilanjutkan dengan pembuahan (peleburan antara gamet jantan dari tepung
sari dan gamet betina dari putik). Dalam kontek agronomi, benih sebagai bahan tanaman
merupakan biji yang diproduksi, diproses, dan diuji dengan metode standar sehingga
memenuhi persyaratan sebgai bahan tanaman (Kusbiantoro, 1993).
Cabang pilihan yang akan dicangkok dikelupas kulit cabangnya kirakira 7 cm.
Kambium pada cabang dikerik hingga bersih sampai bagian yang dikerik tidak lagi terasa
licin tapi kasar. Pengelupasan kulit cabang ini dimaksudkan untuk memutus aliran hara dari
batang ke cabang sehingga akar dapat terbentuk pada cabang yang dicangkok. Kemudian
pada ujung potongan kulit cabang atas, pasta Rooton F dioleskan. Pengolesan tersebut
dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan akar. (Wahid, 2000).
BAB 3 METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum pembiakan vegetatif dengan cara mencangkok (air layerage)
dilaksanakan di lab Universitas Tribhuwana Tunggadewi pada tanggal 11 Desember 2015,
pukul14.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Tali rafia warna hijau.
2. Sabut kelapa.
3. Plastik.
4. Pisau tajam (cutter).
3.2.1 Bahan
1. Tanaman kakao,
2. tanaman jambu biji,
3. tanaman puring (Codiatum variegatum).
4. pupuk kompos atau pupuk kandang.
5. Tanah.
3.3 Cara Kerja Pengamatan
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Memilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang +
10 cm.
4. Setelah kita kupas kulitnya,kita biarkan saja selama 4 hari untuk kita tunggu lendir kambium
tersebut kering.
5. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kandang dan kompos,
kemudian ditutup dengan serabut kelapa dan plastik.
6. Menjaga kelembapan media dengan cara menyiram air.
7. Perbadingan tanah dan kompos adalah 1: 3.
3.4 Parameter Pengamatan
1. Mengamati tumbuhnya akar
2. Pengaruh media tanam ketanaman yang dicangkok
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel pengamatan cangkok tanaman
Perakaran
No Tanaman Media Cangkok
Tumbuh Tidak Tumbuh
1 Kakao Plastik
2 Puring Mini Sabut Kelapa
3 Jambu Biji Plastik

4.2 Pembahasan
1) Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor
nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari
familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara sistematika mempunyai urutan
taksa sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada masing-masing Tanaman
kakao, tanaman puring mini dan tanaman jambu biji tingkat keberhasilannya tidak sama.
Pada tanaman kakao pencangkokan tidak berhasil karena pencangkokan sebuah
tanaman yang memiliki diameter kurang dari 3 mm,bisa kita pastikan,akan gagal total dalam
kita mencangkok tersebut,sebab batang tanaman tersebut masih terlalu mudah untuk kita
lakukan pencangkokan.
Mengapa batang yang masih mudah sering mengalami kegagalan??banyak faktor
serta penyebabnya,yang paling utama,batang yang masih mudah masih sangat minim untuk
menyimpan cadangan makananya.dengan demikian bisa kita pastian keberhasilan jauh dari
angan-angan kita.Bagitupun jika menggunakan sebuah batang yang besar melebihi 5
cm.faktor penyebab kegagalan pada batang yang terlalu besar adalah sel pada batang tanaman
tersebut sudah kedaluarsa,terlalu tua untuk kita cangkok.cara inipun juga jauh dari kata
keberhasilan.
Kesalahan jika mencangkok sebuah tanaman,gunakan media tanah yang bisa kita
ambil dengan kedalam 40 cm dari permukaan.sebab tanah dengan kedalam tersebut sedikit
mengandung bahan organik serta terbebas dari mikroogranisme sehingga tanah tersebut akan
lebih steril.berikut ini penyebab kegagalan dalam mencangkok tanaman kakao serta cara
mengatasinya.
a) Kecerobahan serta kurangnya berhati-hati saat kita menguliti batang tanaman kakao
yang akan kita cangkok tersebut ini bisa saja akan merusak sebuah jaringan tapis pada
tanaman tersebut.
b) batang busuk,hal ini akibat media yang kita gunakan terlalu basah.
Cara Menaggulanginya.
 Sebaiknya dalam kita menguliti batang berhati-hati,jangan sampai merusak jaringan
tapis batang tanaman tersebut.
 Lakukan penyiraman pada alat serta media yang akan kita gunakan untuk
mencangkok sebelum kita menampelkan pada batang tanaman.
 cari dan sebaiknya gunakan sebuah media tanam untuk mencangkok yang memiliki
cukup porous.

2) Puring mini (Codiaeum variegatum), puring, atau kroton adalah tanaman hias
pekarangan populer berbentuk perdu dengan bentuk dan warna daun yang sangat bervariasi.
Beragam kultivar telah dikembangkan dengan variasi warna dari hijau, kuning, jingga,
merah, ungu, serta campurannya. Bentuk daun pun bermacam-macam: memanjang, oval, tepi
bergelombang, helainya "terputus-putus", dan sebagainya.
Secara botani, puring adalah kerabat jauh singkong serta kastuba. Ciri yang sama
adalah batangnya menghasilkan lateks berwarna putih pekat dan lengket, yang merupakan
ciri khas suku Euphorbiaceae.
Puring berasal dari Kepulauan Nusantara namun kini telah tersebar di seluruh daerah
tropika dan subtropika, serta menjadi salah satu simbol turisme.

Nama latin : Codiaetum variegatum


Nama umum : Puring (Indonesia), Croton (English)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Codiaeum
Spesies : Codiaeum variegatum

Pada tanaman puring mini ini pencangkokan cukup sedemikian berhasil, dengan
beberapa faktor keberhasilan diantaranya :
komposisi media yang digunakan, dan balutan yang digunakan, menggambarkan hasil
yang berbeda-beda. Dalam perbandingan media dapat diketahui, bahwa media yang paling
cocok untuk digunakan dalam mencangkok adalah pupuk kandang, dibuktikan dengan jumlah
dan panjang akar yang selalu lebih besar dibandingkan pada komposisi media yang lain,
dalam satu jenis balutan yang sama (missal membandingkan hasil dari media yang dibaluti
sabut kelapa saja). Hal tersebut dikarenakan di dalam pupuk kandang terdapat berbagai hara-
hara kompleks yang sangat dibutuhkan tanaman dalam pengambilan nutrisi yang kaitannya
dengan pembentukan akar selain itu pupuk kandang juga banyak mengandung
mikroorganisme menguntungkan yang terdapat dalam kotoran hewan yang merupakan bahan
baku pembuatan pupuk kandang, untuk tanaman juga media, yang bisa membantu
pertumbuhan tanaman dan akar. Secara garis besar jumlah dan panjang akar antara media
yang dibalut dengan sabut kelapa lebih banyak dan lebih panjang.
Hal ini bisa terjadi karena faktor pembalut medianya, dalam mencangkok, bagian
yang dicangkok selalu membutuhkan kelembaban, antara sabut kelapa dan plastik, dalam
penyimpanan kelembaban air lebih bagus sabut kelapa, karena walaupun sabut kelapa berpori
juga bersifat meresap dan menahan rembesan air dan tahan lama.

3) Jambu biji
Tumbuhan ini berbentuk pohon, Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), silindris,
permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), batang berwarna
coklat muda, percabangan dikotom. Arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang
mendatar. Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu
cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek.

Klasifikasi

Jambu biji (Psidium guajava L.)


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Dari hasil praktikum diketahui bahwa penggunaan media cangkok dengan pupuk
kompos yang didibalut dengan menggunakan plastik berwarna transparan memberikan hasil
yang baik, hal ini karena pada cangkokan ini diperlakukan baik dengan menyiram media
cangkokan tersebut setiap harinya serta pada prinsipnya pupuk kaompos dapat menyimpan
air cukup lama sehingga persediaan air untuk merangsang pembentukan akar pada cangkokan
akan terus terjaga. Pembalutan dengan plastik membuat temperature cangkokan menjadi
sesuai dan kelembapannya seimbang. Sehingga teknik ini membuktikan bahwa pencakokan
yang baik dapat menggunakan media pupuk kkandang yang dibalut dengan menggunakan
plastic berwarna hitam.
Dalam mencangkok juga diperlukan perawatan yang hati-hati karena tanaman hasil
cangkokan kebanyakan perakarannya menjadi lemah. Mengapa demikian, karena tanaman
hasil cangkokan tersebut memiliki akar serabut sehingga tanaman akan mudah roboh.
Adapun kegagalan dalam pencakokan dikarenakan oleh beberapa hal diantaranya seperti
kurang bersihnya pengkeratan pada batang yang menyebabkan cambium masih tersisa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum yang di lakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1) Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya
perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru mencangkok
merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman.
2) Penutup yang digunakan dalam pencangkokkan ini juga berpengaruh pada tumbuhnya akar
pada cangkokkan. Penutup yang berasal dari serabut lebih efektif daripada penutup dari
plastik karena serabut lebih mudah menahan air yang disiramkan pada cangkokkan sehingga
mudah merangsang akar untuk tumbuh.
3) Perlakuan dengan mengurangi daun berpengaruh terhadap keberhasilan tanaman karena jika
daun tidak dikurangi maka penguapan tanaman akan tinggi dan kemungkinan untuk
mendapat hasil yang optimal sangatlah rendah.
4) Pertumbuhan akar cangkokan dapat secara maksimum apabila kondisi media pembalut,
bahan pembungkus sesuai dan mendukung untuk melakukan pertumbuhan
5) Kegagalan dalam pencangkokan disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah kurang
bersihnya dalam pembersihan cambium pada batang akan dicangkok, alat penyayatan kuarng
steril serta tidak adanya perawatan seperti penyiraman pada cangkokan.
5. 2 Saran
Sebaiknya selalu diperhatikan kekompakan setiap anggota kelompok dan ketelitian
dalam percobaan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam praktikum ini hendaknya lebih mempersiapkan tanaman yang benar – benar
memenuhi Kriteria tanaman untuk dapat dicangkok. Disamping itu dalam proses
pencangkokan harus lebih rajin dalam penjagaan kelembapan media cangkok agar
mendapatkan hasil cangkokan yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS, Jakarta.


Danu dan J. Tampubolon, 2002. Pengaruh Jumlah Mata Ruas Stek dan Konsentrasi
Herawan, T., 2003. Propagasi Klon Acacia mangium Melalui Kultur Jaringan. Jurnal
IBATerhadap Pertumbuhan Stek Batang Gmelina arborea LINN. Balai
Kusbiantoro, b. 1993. Teknik perbanyakan vegetatif, mencangkok. Agro jurnal(2): 9
Kusumo,S,2001. Zat Pengatur Tum buh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.
Wahid. 2000. Media bahan perkembangan vegetatif. Agro jurnal : 4-5
Wahyuni, sri. 1998. Pengembangan vegetatif mencangkok. Agro jurnal : 59
Wilkins. 1991. Fisiologi lingkungan tanaman. Yogyakarta : gajah mada press.
Adinugraha, Hamdan Adma. 2007. “Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia
mangium”. Info Teknis 5 (2).
Ashari, S. 1995. Holtikultura. UI-PRESS, Jakarta.
Kusumo,S.2001. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.
Putri, Kurniawati P. , D, Dharmawati F. , dan Suartana, M. 2007. Pengaruh Media dan
Hormon Tumbuh Akar Terhadap Keberhasilan Cangkok Ulin. Jurnal.
PenelitianHutan Tanaman 4 (2):069 – 118.
Salisbury & Cleon, R. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
Perendaman Terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Jambu Air”. Jurnal Hortikultura 7 (4).
Tjitrosoepomo, Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, 32-235, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Wudianto, R. 1999. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA : MOHAMMAD ARDLI WIJAYA


NIM : 111510501039
GOL / KELOMPOK : KAMIS / 2
ANGGOTA : 1. WIDYA ALVIANI (111510501018)
2. ROFIK NURATUS S. (111510501020)
3. PRETTY A.A (111510501025)
4. ERIN FIQRIYATUL H. (111510501054)
5. SRIANI NUGRAWATI (111510501058)
6. PURWANDHITO R.A (111510501064)
: PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MENCANGKOK (AIR LAYERAGE)
TANGGAL PRAKTIKUM : 15 MARET 2012
TANGGAL PENYERAHAN : 19 APRIL 2012
ASISTEN : 1. DEDY EKO S.
2. FRENGKY HERMAWAN H.P
3. MEIDA WULANDARDI
4. NOVITA FRIDA SAFATA
5. HAIKAL WAHONO
6. IFTITAH FIKA F.
7. AHMAD NUR H.G.A
8. DIYAH AYU S.
10. FIKA AYU S.
11. HERLIA PUTRI A.
12. RAAF LUKMAN SYAH
13. KIKI ULFANIAH
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian sangat erat sekali dengan adanya pembiakan tanaman baik perkembangan
tanaman yang menjadi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Semua jenis tanaman perlu
adanya pembiakan agar tidak terjadi kepunahan. Pembiakan dapat berlangsung secara alami
atau dengan campur tangan mahkluk lain. Pembiakan tanaman dibagi menjadi pembiakan
tanaman secara vegetative dan pembiakan tanaman secara generatif.
Pembiakan tanaman secara Vegetatif adalah pembiakan tanaman dengan
menggunakan bagian organ dari tanaman itu sendiri, seperti sambung, stek, cangkok dan
okulasi. Pembiakan secara generative adalah pembiakan tanaman dengan cara menanam
benih yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut yang kemudian dijadikan sebagai bibit.
Pencangkokan (layerage) merupakan sebagian jenis pembiakan tanaman secara
vegetatif. Tujuan dari pencangkokan adalah untuk mempercepat mendapatkan keturunan
yang sama dengan induknya dan mempercepat hasil yang dihasilkan oleh tanaman yang
dicangkok. Dasar dari pencangkokan adalah bila bagian tepi atau ujung batang terkulai atau
bersentuhan dengan tanah diharapkan akan tumbuh akar vegetatif.
Pencangkokan perlu dipahami cara-caranya supaya mahasiswa lebih mengerti
bagaimana membiakkan tanaman dengan cara vegetatif buatan dan menjaga keturunan dari
suatu tumbuhan tetap memiliki sifat yang sama seperti induknya. Sebagian pencangkokan
bisa dilakukan pada batang yang sudah tidak mengalami pertumbuhan vegetatif atau batang
yang sudah menghasilkan buah, biji atau lainnya yang dianggap menghasilkan nilai ekonomi
bagi manusia.
Sebagian besar pertumbuhan hasil cangkokan lebih cepat dikarenakan cadangan
makanan yang ada pada batang yang telah dicangkok sudah mencukupi untuk melakukan
fotosintesis, sehingga pertumbuhan menjadi langsung berlanjut tanpa mengalami strees atau
terminal. Jenis tanaman yang sering dicangkok adalah tanaman yang menghasilkan buah.
Karena dengan mencangkok tanaman tersebut cepat menghasilkan buah. Beberapa teknik
mencangkok pada praktikum ini akan dipelajari supaya kesalahan yang belum kita ketahui
sebelumnya dalam pencangkokan segera bisa kita perbaiki dan tidak terulang kembali.

1.2 Tujuan
1. Untuk mempelajari dan mengetahui cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan
akar cangkokan.
2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan perakaran.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan vegetatif tanaman dengan layerage atau bisa disebut dengan bumbun dapat
dibedakan menjadi 2 macam cara:
1. Layerage dalam tanah (merunduk), dan
2. Layerage diatas tanah (cangkok),
Layerage dalam tanah adalah perbanyakan tanaman dengan cara melakukan pelengkungan
atau pembekokan cabang, kemudian membenamkan kedalam tanah. Tanaman yang
diperbanyak dengan cara ini haruslah yang mempunyai batang lentur yang mudah
dibengkokkan tanpa rusak sama sekali. Bagian batang yang akan dilenturkan dan ditimbun
biasanya dilukai untuk menstimulir terbentuknya akar atau tunas adventif sebelum dipisahkan
dengan tanaman induk.
Layerage diatas tanah juga disebut air layerage, pot layerage, chinese layerage,
marcotted, atau menurut istilah umum di Indonesia disebut dengan cangkokan. Pencangkokan
tanaman dilakukan atau digunakan untuk pembiakan tanaman dengan syarat:
1. Tidak dapat digunakan cara pembiakan lain.
2. Mempunyai batang/cabang yang berdiameter besar dan tinggi, sehingga tidak mudah untuk
dilengkungkan.
3. Mempunyai batang-batang masak yang bertunas laten pada atau dekat dengan dasar, tetapi
tidak tersedia melakukan regenerasi bila dipakai cara layerage lain.
Cangkok juga tidak harus dilakukan pada tanaman yang menghasilkan buah saja,
tetapi juga bisa dilakukan pada tumbuhan yang batangnya berguna dan banyak manfaatnya
bagi mnausia. Contohnya adalah pencangkokan pada kayu ulin (E.Zwagery) dengan
perlakuan media cangkok dan penambahan hormone tumbuh Rootone-F. Untuk keberhasilan
perkembangbiakan secara vegetatif sangat diperlukan kondisi fisiologis tanaman yang tepat
dan kondisi lingkungan yang optimal untuk proses pembentukan akar (Hartman et al., 1990).
Saat melakukan pencangkokan perlu diperhatikan tanah yang akan digunakan untuk
mencangkok tersebut, tanah yang digunakan harus banyak mengandung unsur hara untuk
keberlanjutan kehidupan batang yang dicangkok. Tanah yang digunakan harus memiliki
agregat tanah yang tinggi, tujuannya adalah tanah dapat mempertahankan kesediaan unsur
hara dan air bagi tanaman. Salah satu stragtegi untuk menjadikan agregat tanah meningkat
adalah dengan menambahkan partikel liat dan bahan perekat tanah yang lain seperti zeolite,
yang dikombinasikan dengan bahan organik.
Cabang yang digunakan untuk mencangkok adalah batang yang berbentuk bagus,
cukup tua, kuliat batang berwarna hijau kecoklat-coklatan, dan produktif berbuah. Pemilihan
cabang air atau cabang liar harus dihindari. Pencangkokan dilakukan sebaiknya pada bulan
April-Mei atau pada saat tumbuhan mengalami pentunasan kembali setelah berbuah atau
panen.
Pada saat pencangkokan juga perlu diperhatikan bahan yang akan dicangkok harus
bebas dari hama dan penyakit. Karena jika bahan yang dicangkok mengandung hama dan
penyakit akan menyebabkan hasil cangkokan tersebut menjadi retensi pathogen. Pada
tanaman yang terserang penyakit juga akan mengalami periode retensi, yaitu selang waktu
vector (hasil cangkokan) masih dapat menularkan pathogen. Contohnya pada tanaman jeruk
(Citrus sp.) yang terkena virus CVPD yang ditularkan oleh serangga. Penularan penyakit
CVPD di alam bergantung pada kepadatan populasi D.citri sebagai serangga vector pada
keberadaan sumber inokolum (Chen, 1998).
Teknik cangkok (marcottage atau air layarage) banyak dilakukan untuk
memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain,
seperti melalui biji, stek atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki
cambium dan zat hijau daun. Tanaman lain yang bisa diperbanyak dengan cara cangkok
adalah salak (Salacca Zalacca) dan papaya (Carica papaya L.). Pencangkokan salak
dilakukan dengan membengkokkan akar dari tunas batangnya. Waktu dan tingkat
keberhasilan setiap tanaman berbeda-beda.

III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2012 pukul 14.00 di Jurusan
Budidaya Tanaman, Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian UNEJ.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Tali rafia
2. Plastik
3. Pisau tajam (cutter)
4. Timba

3.2.2 Bahan
1. Tanaman murbey (Morus nigra)
2. Serabut kelapa
3. Pupuk kompos dan pupuk kandang

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Memilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.
3. Menyayat/menghilangkan kulit dan cambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ±
10 cm.
4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kandang dan pupuk
kompos, kemudian menutup dengan serabut kelapa dan plastic.
5. Menjaga kelembapan media dengan cara menyiram air.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil Pengamatan Perakaran Pada Cangkokan

Parameter Pengamatan

Perlakuan Ulangan
Panjang Akar
Jumlah Akar
(cm)

1 30 1,7
2 87 4,92
Serabut Kompos
3 0 0
n
Rata-rata 39 2,206
1 - -
2 16 2,52
Kandang 3 1 0,5
n
Rata-rata 5 1,06
1 6 2,1
2 0 0
Kompos 3 23 2,27
n
Rata-rata 9,6 1,45
Plastik
1 - -
2 2 0,4
Kandang 3 8 2,31
n
Rata-rata 3 0,9

4.2 Pembahasan
Hasil dari pengamatan pada tabel di atas menunjukkan bahwa pencangkokan yang
menggunakan serabut kelapa hasilnya lebih baik dan mengeluarkan akar lebih banyak dari
pada dengan yang menggunakan plastik, dan penggunaan kompos juga hasilnya lebih baik
daripada yang menggunakan pupuk kandang. Rata-rata akar yang tumbuh pada batang jambu
yang dicangkok dengan menggunakan kompos dan ditutup dengan serabut kelapa adalah 39,
juga merupakan hasil perlakuan paling banyak dari pada perlakuan yang lain. Hal tersebut
dapatn diperjelas dengan grafik di bawah ini:
Grafik jumlah akar yang keluar dalam pencangkokan
Pada pencangkokan (layerage) pembentukan akarnya adalah bila bagian tepi atau
ujung batang terlukai dan bersentuhan dengan tanah cenderung akan berakar, karena bagian
vegetative ini masih berhubungan dan mendapatkan makanan dari induknya. Pertumbuhan
akar pada cangkokan dapat dipermudah dengan perlakuan seperti pelukaan, pengikatan,
etiolasi dan penyalaharaan dari batang (disorientasi) yang mempengaruhi gerakan dan
penumpukan auksin serta karbohidrat pada bagian batang tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pencangkokan antara lain
adalah:
1. Waktu mencangkok, waktu terbaik melakukan pencangkokan pada musim hujan, karena
tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, selain itu cangkokancepat berhasil.
2. Pemilihan batang cangkokan, batang cangkokan sebaiknya jangan diambil dari pohon induk
yang terlalu tua, sebab biasanya dahan pohon induk kurang baik untuk dicangkok dan jangan
diambil dari pohon yang terlalu muda sebab belum diketahui sifat-sifatnya.
3. Pemeliharaan cangkokan, pembiakan dengan cara cangkokan harus dijaga kelembabannya
sepanjang waktu sampai dengan saat akan ditanam.
Kriteria tanaman yang dapat dicangkok adalah diameter batangnya tidak terlalu tipis
atau tidak terlalu tebal, dan umumnya harus memiliki kambium. Dan biasanya pohon yang
ditanam adalah pohon yang memiliki hasil dan hasilnya dapat dimanfaatkan pada kehidupan
sehari-hari, seperti buah-buahan, bunga-bungaan, dan lain sebagainya.
Metode pencangkokan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah dengan
mencangkok batang buah jambu biji. Batang yang dicangkok adalah batang pada cabang
nomor 2 dari batang induknya, artinya batang tersebut tumbuh diatas permukaan tanah tetapi
masih menyatu dengan pohon asli atau induknya. Pencangkokan menggunakan tutup serabut
kelapa dan media tumbuh akarnya adalah kompos dan pupuk kandang. Pada pencangkokan
ini kendalanya adalah merapatkan serabut kelapanya untuk menutupi bagian yang dicangkok,
karena serabut kelapanya mempunyai pori-pori yang besar sehingga penuangan kompos dan
pupuk kandangnya tumpah ke bawah, akibatnya pencangkokan memerlukan waktu yang
lama.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Hasil pencangkokan terbaik adalah dengan menggunakan kompos dan menggunakan serabut
kelapa.
2. Akar terbentuk dari bagian batang yang terlukai dan yang bersentuhan langsung dengan
tanah.
3. Keberhasilan pencangkokan tergantung pada waktu, batang, dan pemeliharaan pencangkokan.
4. Tanaman yang ideal untuk dapat dicangkok adalah mempunyai kambium dan diameter
batangnya tidak terlalu tipis atau terlalu tebal.
5. Kendala yang dihadapi pada praktikum pencangkokan ini adalah ketika penuangan tanah pada
bagian yang dicangkok.

5.2 Saran
Pada praktikum ini seharusnya setiap anggota kelompok ikut serta dalam
pemeliharaan cangkok, supaya semua anggota mengerti kendala apa yang dihadapi dan
bagaimana perawatan yang diberikan pada pencangkokan batang jambu biji tersebut
angkok Jambu Biji

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman merupakan salah satu organisme yang mampu melakukan pembiakan guna
mempertahankan diri dan memperbanyak diri. Tanaman dapat melakukan pembiakan dengan cara
vegetatif (tanpa perkawinan) dan dapat melakukannya derngan cara generatif yaitu melalui
perkawinan. Pembiakan pada tanaman pada umumnya dapat terjadi secara alami maupun dengan
bantuan manusia (terutama untuk tanaman-tanaman yang dibudidayakan dan diambil nilai ekonomi
dan artistiknya). Pada pembiakan dengan cara vegetatif biasanya dan sebagian besar dilakukan oleh
manusia agar diperoleh anakan yang sesuai dengan harapan.

Tanaman untuk memperbanyak jenisnya harus melakukan perkembangbiakan agar terjadi


perbanyakan atau agar tidak terjadi kepunahan. Perkembangbiakan pada tanaman yang dibantu
oleh manusia bisa disebut pembiakan tanaman. Salah pembiakan tanaman adalah pembiakan
dengan mencangkok yang biasa disebut airlayerage atau disebut juga bumbun. Mencangkok
merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman dalam pertanian. Pembiakan tanaman dapat
dibedakan menjadi dua yaitu secara vegetatif dan generatif.

Tehnik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk
dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Pada tehnik ini tidak dikenal
istilah batang bawah dan batang atas. Tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat
keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di
pohon induk. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang
timbulnya perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara
merangsang timbulnya akar tersebut adalah dengan mengupas kulit luar cabang selanjutnya cabang
yang terkupas tadi diberi media tanah.

Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk
mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan.
Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan
tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga
lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering,
Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang
digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang
diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan
ditanam di lapang.

Pembiakan dengan metode mencangkok biasanya dapat dilakukan pada tanaman-tanaman yang
mempunyai sifat berkayu (berkambium). Hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam prosesnya
dan mampu menumbuhkan perakaran pada sekitar lapisan korteks tanaman. Namun hal ini dapat
dipatahkan dengan adanya pencangkokan pada pohon pepaya yang diketahui bahwa pepaya
merupakan tanaman dengan karakteristik tak berkayu. Meskipun mempunyai pohon yang agak
keras, peapaya tidak meliliki kambium pada struktur susunan batangnya. Mencnagkok dapat
dilakukan pada waktu apapun tapi lebih baik dilakukan pada musim penghujan agar frekuensi untuk
penyiraman secara manual dapat berkurang.

Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk
mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan.
Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan
tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga
lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat cukup kering,
Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang
digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang
diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus,

Mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu
muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan
biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media
perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan
ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah
dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai
sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam
pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan mempelajari cara mencangkok, dan untuk mengetahui pertumbuhan akar
cangkokan.
2. Untuk mengetahui pengaruh media cangkokan terhadap pembentukan sistem perakaran.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembiakan Tanaman

Tanaman dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan generatif, yang membedakan
keduanya adalah bahan yang digunakan dalam perbanyakanya. Perbanyakan tumbuhan dengan cara
generatif menggunakan biji sebagai bahan media tanam. Sedangkan perbanyakn tumbuhan dengan
cara vegetatif menggunakan bahan tanam selain biji, dapat berupa cabang, batang, akar dan daun.
Pemilihan dua cara tersebut tergantung pada beberapa hal, diantaranya: tersedianya bahan tanam,
sifat tanaman, ketersediaan tenaga terampil, alat, atau srana serta tujuannya (Salisbury & Cleon,
1995).

Kegiatan pengembangan buah-buahan perlu didukung oleh tersedianya bibit yang


berkualitas dalam jumlah yang cukup. Tetapi penanganan perbanyakan tanaman seing diabaikan
oleh petani tradisional, padahal perbanyakan tanaman yang tepat akan manguntungkan udaha tani
(Sulastri, 2004).

Salah satu metode yang sering dilakukan dalam usaha pembudidayaan tanaman dengan cara
vegetatif buatan adalah dengan cara cangkok. Mencangkok merupakan usaha yang dilakukan untuk
memeperbanyak diri dengan menggunakan batang apikal yang masih tumbuh. Mencangkok hanya
dapat dilakukan pada tanaman dikotil yang mempunyai kambium Pada tanaman monokotil yang
tidak mempunyai kambium dan cenderung tumbuh merambat dan berbatang kecil. Selain itu, pada
tanaman monokotil yang tifak memiliki kambium apabila dilakukan penyayatan pada batang
tanaman akan langsung melukai jaringan pengangkut (floem dan xilem) (Ashari, 1995).

Proses pencangkokan dimulai dengan terbentuknya radikal dari polistirena dan kemudian
gugus COOH dari asam adipat akan menempel pada gugus stirena yang terlebih dahulu dibuat
radikal. Hasil dari pencangkokan akan dikarakterisasi dengan Spektrofotometer infra merah,
kekuatan tarik kopolimer cangkok diukur dengan Tensile tester, dan sifat termalnya ditentukan
dengan fungsi dari komponen awal (Supri, 2003).

Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus dan warna masih
coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan akar yang baik dan sempurna. Besar
cabang yang ideal adalah cabang yang masih berukuran kecil sebesar jari ataupun pensil. Cabang
yang dicangkok tidak perlu terlalu panjang karena akan kesulitan saat penanaman dilapangan dan
sulit diatur. Panjang cabang cukup sekitar 20-30cm saja. Jumlah daun yang disertakan dalam
tanaman hasil cangkokan harus dalam jumlah yang banyak agar tanaman mendapat banyak
masakan makanan. Dan cabang yang gundul akan mempersulit tumbuh akar karena kurangnya
makanan. Cabang yang baik mempunyai bentuk lurus menyamping atau keatas dan giat berbuah.
Pembentukan akar pada cangkok terjadi karena adanya penyayatan pada kulit batang yang
menyebabkan pergerakan karbohidrat ke arah bawah terbendung di bagian atas sayatan. Pada
bagian tersebut akan menumpuk karbohidrat dan auxin, dan dengan adanya media perakaran yang
baik karbohidrat dan auxin tersebut akan menstimulir timbulnya akar. Media perakaran cangkok
yang baik adalah media yang memiliki sifat drainase, aerasi dan kandungan unsur hara yang dapat
mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar cangkok (Putri, 2007).

Cangkok bertujuan untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat baik yang sama
dengan induknya misalnya rasa buah dan agar tanaman lebih kuat terhadap hama penyakit .
Tumbuhan yang akan dicangkok bisa ditanam di dalam pot karena tanaman yang dicangkok tersebut
sangat mudah dirawat, pohonnya juga tidak akan terlalu tinggi seperti tanaman yang tidak dicangkok
dan pohon yang tumbuh dengan cara dicangkok tidak akan mempunyai akar tunggang (Wudianto,
1997).

Pembiakan tanaman dengan cara mencangkok ialah mengusahakan perakaran dari suatu
cabang anaman tanpa memotong cabang tanaman tersebut dari pohon induknya. Beberapa jenis
tnaman buah-buahan di Indonesia dapat dikembangkan dengan cara pencangkokan ini. Caranya
ialah dengan mengerat batang atau cabang tanaman yang akan dicangkok secara melingkar di dua
tempat yang jaraknya 5 -10 cm. Kulit pada bagian yang kita kerat tersebut dikupas sampai pada
bagiankayunya, sehingga lapisan kambiumnya hilang samasekali. Selanjutnya pada bagian yang kita
kupas tersebut ditutup dengan tanah (sebaiknya tanah campur pupuk kandang), kemudian dibalut
dengan sabut kelapa atau plastik. Waktu yang baik untuk mencangkok adalah pada musim hujan,
namun bisa juga dilakukan pada musim kemarau asal selalu disiram dengan air untuk mencegah
kekeringan (Wudianto, 1997).

Tanaman yang sering dicangkok adalah tanaman yang berkayu, hal ini dimaksudkan pada
tanaman bekayu tanaman mudah untuk dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit dicangkok
semisal cemara atau tanaman berdaun jarum. Tanaman tak berkayu pun dapat pula dicangkok tentu
saja dengan cara yang berbeda, sebagai contoh tanaman pepaya dan salak (Wudianto, 1997).

Teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk
dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar.Pada teknik ini tidak ada batang
bawah dan batang atas. Teknik ini relatif sudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih
tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya.Tanaman asal cangkok
bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan.Disamping
keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/ kerugian pembibitan dengan sistem cangkok.Pada
musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang
karena tidak berakar tunggang. Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang
dipotong. Dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga
perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Media untuk
mencangkok bisa menggunakan serbuk sabut kelapa ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula
digunakan campuran kompos/ pupuk kandang dengan tanah (1:1). Kalau disekitar kebun ada
tanaman bambu, maka tanah di bawah bambu yang telah bercampur seresah daun bambu dan
sudah membusuk bisa juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan sebaiknya pada
awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di
awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga
(Adinugraha, 2007).

Jenis – jenis tanaman yang biasanya dibiakan dengan cara pencangkokan adalah pohon
buah-buahan dan tanaman hias,misalkan pada buah-buahan yaitu mangga,beberapa jenis
jeruk,berbagai jenis jambu,delima,lengkeng dll.pada tanaman-tanaman hias yaitu:bunga
sakura,kemuning,soka,bugenvil,sri rejeki,dll. Tanaman tanaman tersebut adalah tanaman yang
berkayu yang mudah untuk di cangkok.Adapun tanaman berkayu yang sulit untuk di cangkok,namun
karena ada caranya ahirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok.sebagai misal
adalah tanaman cemara atau tanaman berdaun jarum lainnya.Pengairan dan Penyiraman,Selama
dua minggu pertama setelah bibit yang berasal dari cangkokan/okulasi ditanam,penyiraman
dilakukan sebanyak dua kali sehari, pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat
dikurangi menjadi satu kali sehari..Dan bila hujan turun terlalu lebat diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tegenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air
Pemeliharaan Lain,Untuk memacu munculnya bunga diperlukan larutan KNO3 (Kalsium Nitrat) yang
akan mempercepat 10 hari lebih awal dari pada tidak diberi KNO3 dan juga mempunyai keunggulan
memperbanyak "dompolan" bunga (tandan)pada setiap stadium(tahap perkembangan) serta
mempercepat pertumbuhan buah (Kusumo, 2001).

Dalam mencangkok umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun
terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus
cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai
media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat
dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah
dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai
sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam
pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang
diiris sebaiknya dioles dengan Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak
keluarnya akar (Kusumo, 2001).

2.2 Jambu Biji (Psidium guajava)

Tanaman buah jambu (Psidium guajava) merupakan salah satu tanaman tropis. Tanaman ini
dikenal dengan sebutan jambu biji. Tanaman ini sudah digunakan sejak lama untuk pengobatan
tradisional terutama daun, kulit, dan buahnya. Tanaman ini berasal dari Meksiko Selatan, Amerika
Tengah.

Synonym: Guajava pyrifera (L.) Kuntze, Myrtus guajava var. pyrifera (L.) Kuntze, Myrtus
guajava (L.) Kuntze, Psidium aromaticum, Psidium cujavillus Burm. f., Psidium guajava var. cujavillum
(Burman) Krug and Urb., Psidium guajava var. guajava, Psidium guava Griseb., Psidium guayava
Raddi, Psidium igatemyensis Barb. Rodr., Psidium pomiferum L., Psidium pumilum var. guadalupense,
Psidium pumilum Vahl, Psidium pyriferum L.

2.3 Klasifikasi Jambu Biji

Menurut Tjitrosoepomo (1985), klasifikasi jambu biji adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida

Subclass : Rosidae
Order : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium L.
Species : P. Guajava L.

2.4 Morfologi Jambu Biji

Tanaman perdu atau pohon kecil dengan tinggi sekitar 4-10 meter. Batang berkayu, bulat,
kulit terkelupas dalam potongan, licin, bercabang, berwarna cokelat kehijauan. Ruas tangkai teratas
segiempat tajam. Percabangan batang termasuk percabangan simpodial, yaitu batang pokok sukar
ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya
atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibanding dengan cabangnya. Arah tumbuh
cabang tegak (fastigiatus). Termasuk tumbuhan bienial, yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, dari
tumbuh sampai berbuah memerlukan waktu kurang lebih 2 tahun (Tjitrosoepomo, 1985).

Daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang-cabang mendatar seolah-olah tersusun


dalam dua baris pada satu bidang. Bertangkai pendek 3 mm sampai 7 mm. Bangun daun bulat telur
agak menjorong , pangkal membulat, tepi daun rata (integer), ujung daun runcing (acutus), panjang
6-14 cm dengan lebar 3-6 cm. Permukaan daun berkerut (rugosus). Warna daun muda berbulu abu-
abu setelah tua berwarna hijau tua. Pertulangan daun menyirip (penninervis) dan berwarna hijau
kekuningan. Secara mikroskopis daun tunggal , bertangkai pendek, pendek tangkai daun 0,5 cm
sampai 1 cm; helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau bulat memanjang, panjang 5
cm sampai 13 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm; pinggir daun rata agak menggulung ke atas; permukaan
atas agak licin, warna hijau kelabu; kelenjar minyak tampak sebagai bintik-bintik berwarna gelap dan
bila daun direndam tampak sebagai bintik-bintik yang tembus cahaya; ibu tulang daun dan cabang
menonjol pada permukaan bawah, bertulang menyirip, warna putih kehijauan (Tjitrosoepomo,
1985).

Sistem akar dari tanaman ini adalah akar tunggang (radix primaria), akar lembaga tumbuh
terus-menerus menjadi akar pohon yang bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil. Psidium
guajava memiliki akar tunggang yang bercabang (ramosus), yaitu berbentuk kerucut panjang,
tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga
memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas,
hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak (Tjitrosoepomo, 1985).

Bunga tunggal terletak di ketiak daun, bertangkai. Perbungaan terdiri 1 sampai 3 bunga.
Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm. Bunga banci dengan hiasan bunga yang jelas dapat
dibedakan dalam kelopak dan mahkota bunga, aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun mahkota
bulat telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera rontok. Benang sari pada tonjolan dasar bunga
yang berbulu, putih, pipih dan lebar, seperti halnya tangkai putik berwarna seperti mentega. Tabung
kelopak berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm. pinggiran tidak rontok (1 cm
panjangnya). Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali diperpanjang di atas bakal buah, tepi kelopak
sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak
sama, bulat telur, warna hijau kekuningan. Bakal buah tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap ruang
(Tjitrosoepomo, 1985).

Buah buni bundar, berbiji banyak. Termasuk buah sejati tunggal yang berdaging. Lapisan luar
tipis agak menjangat atau kaku dan lapisan dalam yang tebal, lunak dan berair. Biji-bijinya terdapat
bebas dalam bagian yang lunak itu. Bagian muda berambut dan berwarna hijau tua. Kalau masak
berwarna kuning, berdaging yang menyelimuti biji-biji. Bentuk peer atau bentuk bulat terbalik,
berwarna kuning, panjang 5-8,5 cm,daging buah putih kekuningan atau merah muda
(Tjitrosoepomo, 1985).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar Produksi Tanaman dengan cara Mencangkok (Air Layerage) ini berlangsung
pada hari Selasa, tanggal 20 Maret 2012 pukul 10.00 WIB bertempat di Desa Sumberjeruk,
Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

1. Tanaman Jambu Biji ( Psidium guajava )

2. Serabut kelapa

3. Pupuk kompos

4. Pupuk kandang

5. Tanah

3.2.2 Alat

1. Tali raffia

2. Pisau tajam

3. Timba

3.3 Cara Kerja

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Memilih batang atau cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

3. Menyayat / menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang tersebut sepanjang ± 10 cm.
4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kandang dan kompos, kemudian
ditutup dengan serabut kelapa dan plastik.

5. Menjaga kelembaban media dengan cara menyiram air.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Dari hasil praktikum dengan acara pencangkokan yang dilakukan dihasilkan data sebagai
berikut :
Tabel 01. Pengamatan Akar Cangkokan pada Media Kompos
Kelompok
No Indikator
1 2 3 4

1 Panjang akar (cm) 0,5 0 0,2 - 0,5 0,5

2 Jumlah akar 60 0 4 5

Keterangan Berhasil Gagal Berhasil Berhasil

Tabel 02. Pengamatan Akar Cangkokan pada Media Pupuk Kandang

No Indikator Kelompok

1 2 3 4

1 Panjang akar ( cm ) 1 0 0 0

2 Jumlah akar 40 0 0 0

Keterangan Berhasil Gagal Gagal Gagal

Grafik 01. Panjang Akar pada Media Kompos dan Pupuk Kandang
Grafik 02. Jumlah Akar pada Media Kompos dan Pupuk Kandang

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum diketahui bahwa penggunaan media cangkok dengan pupuk kompos
yang didibalut dengan menggunakan plastik berwarna hitam memberikan hasil yang baik, hal ini
karena pada cangkokan ini diperlakukan baik dengan menyiram media cangkokan tersebut setiap
harinya serta pada prinsipnya pupuk kaompos dapat menyimpan air cukup lama sehingga
persediaan air untuk merangsang pembentukan akar pada cangkokan akan terus terjaga.
Pembalutan dengan plastik membuat temperature cangkokan menjadi sesuai dan kelembapannya
seimbang. Sehingga teknik ini membuktikan bahwa pencakokan yang baik dapat menggunakan
media pupuk kkandang yang dibalut dengan menggunakan plastic berwarna hitam.
Dari tabel maupun grafik di atas kita dapat mengetahui media yang baik untuk cangkok pada
prakikum ini adalah media kompos yang menggunakan pembungkus media berupa plastic hitam.
Dari perlakuan ini tampak hasil cangkokan yang baik yaitu jumlah akar banyak walaupun panjangnya
kalah dengan media pupuk kandang. Dari hasil tabel dan grafik di atas pencangkokan pada mangga
lebih mudah dilakukan dan pembentukan akarnya lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang
lain. Cangkok jambu biji yang dilakukan oleh kelompok 2 gagal total karena berbagai penyebab.
Dalam pemilihan media merupakan faktor yang sangat penting yang diperlukan dalam
pencangkokan. Media ini diperlukan dalam merangsang pertumbuhan akar pada cangkokan.
Tiap media yang digunakan untuk melakukan pembudidayaan tanaman mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda antara media satu dengan media lain. Tiap media yang digunakan
mempunyai kandungan unsur hara, tidak hanya unsur hara yang menjadikan media tanam tersebut
sebagai media yang baik, diantaranya mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi
yang baik, tidak memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Selain itu bahwa
pembentukan akar pada cangkok tingkat keberhasilannya lebih ditentukan oleh sifat fisik media
dibandingkan dengan sifat kimia yang terkandung dalam media, karena sifat fisik ini berkenaan
dengan ketersediaan air dan adanya kelancaran sirkulasi udara dalam media yang dibutuhkan dalam
proses pembentukan akar. Pada media yang mempunyai beberapa persyaratan yang lengkap diatas,
akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam mencangkok diantaranya : 1) Dalam mengerjakan
pencangkokan harus dengan hati - hati terutama saat menguliti sebab : Pembuluh tapis pada
tumbuhan jika rusak akan menyebabkan kegagalan pencangkokan dan Jaringan disekitar bawah kulit
tumbuhan sangat lemah dan rentan akan infeksi bakteri maupun virus. 2) Memilih dahan yang kira-
kira memiliki diameter antara 5 cm hingga 7 cm. Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit
yang tegap, mulus dan warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan
akar yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang yang masih berukuran kecil
sebesar jari ataupun pensil. Hal tersebut karena dengan cabang yang kecil akan didapatkan tanaman
dengan jumlah banyak dan tanaman tidak memerlukan akar yang banyak sehingga mempercepat
proses pencakokan. 3) Penyiraman tidak membutuhkan air banyak dan hanya perlu disirami sekali
dalam sehari untuk menghindari pembusukan.
Dalam mencangkok juga diperlukan perawatan yang hati-hati karena tanaman hasil
cangkokan kebanyakan perakarannya menjadi lemah. Mengapa demikian, karena tanaman hasil
cangkokan tersebut memiliki akar serabut sehingga tanaman akan mudah roboh. Adapun kegagalan
dalam pencakokan dikarenakan oleh beberapa hal diantaranya seperti kurang bersihnya
pengkeratan pada batang yang menyebabkan cambium masih tersisa pada batang yang dikerat
tersebut, sehingga aliran makanan masih dapat berjalan hingga jaringan di bawahnya keratin
cangkokan. Selain itu juga disebabkan oleh alat penyayatan yang kurang steril dan tidak adanya
perawatan dengan menyiram cangkokan.
Mekanisme pembentukan akar pada tanaman sangatlah sederhana, mulai dari pelukaan
pada batang, pemberian media pada batang akan dicangkok tersebut, melakukan pembalutan pada
media dengan menggunakan serabut kelapa atau plastik, lalu dilakukan pengikatan ujung bawah dan
ujung atasnya, dari perlakuan ini maka akar akan terangsang keluar pada bagian atas sayatan karena
aliran makanan yang dihasilkan oleh daun tidak sampai ke bawah sayatan tapi berhenti di atas
sayatan, yang semakin lama akan semakin menumpuk pada bagian tersebut, sehingga pada bagian
tersebut kulit batang akan mengembang. Pada bagian yang mengembang ini sebenarnya terjadi
penumpukan auksin serta karbohidrat sehingga akan menstimulir timbulnya akar pada bagian atas
sayatan.
Pencangkokan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik pada suatu
tumbuhan, sehingga pemanfaatan terhadap tumbuhan tersebut menjadi lebih optimal. Pada
tumbuhan Jambu Biji proses pencangkokan sebenarnya adalah suatu peristiwa translokasi, yaitu
dengan menyayat batang pada bagian floemnya, sedangkan xylem dibiarkan utuh. Setelah beberapa
lama akan terjadi penggembungan pada bagian yang di sayat karena ada timbunan bahan organik.
Bagian bekas luka yang menggembung disebut kalus. Pada batang atau akar tumbuhan dikotil, jika
mengalami luka maka akan ada usaha untuk memperbaiki bagian tesebut dengan pembentukan
kalus dan dengan bantuan hormon luka atau kambium luka (asam traumalin).
Mencangkok kita pilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita
menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat ini meliputi
ketahanannya terhadap hama dan penyakit, rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan),
keindahan bunga (untuk tanaman hias). Karena kita tahu bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan
hampir seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat,
biasanya disebabkan mutasi gen.

Dalam mencangkok ini ada keuntungan dan kerugiannya. Salah satu keuntungan seperti yang
telah disebutkan di muka, yaitu sifat tanaman baru sama dengan tanaman induk. Selain itu nanti
apabila hasil cangkokan ditanam pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, cangkokan dapat
tumbuh baik. Keuntungan lain adalah tanaman cepat menghasilkan buah dalam waktu yang relatif
singkat. Selain keuntungan di atas ternyata adapula kerugiannya. Yang pertama adalah cangkok tidak
dapat dilakuakan secara besar-besaran, karena jumlah dahan yang dapat dicangkok dari sebuah
pohon terbatas. Kerugian lain adalah kematian pada cangkokan tinggi. Yang terakhir adalah waktu
yang diperlukan untuk mencangkok lama (sekitar satu sampai satu setengah bulan jika tidak
menggunakan zat perangsang).

Teknik pencangkokan adalah dengan menyayat batang pohon induknya dengan


membersihkan kambium. Tujuan membersihkan kambium tersebut supaya akar dapat tumbuh
dengan baik. Apabila masih terdapat sisa kambium yang tertinggal maka mungkin masih ada bagian
xylem yang tertinggal sehingga masih ada aliran bahan makanan sampai ke daun sehingga akar tidak
terbentuk. Sedangkan tujuan dari penyayatan adalah untuk memutus jaringan floem yang
mengangkut sari-sari makanan hasil fotosintesis. Dengan terputusnya jaringan floem maka pada luka
sayatan terjadi penimbunan makanan yang menyebabkan bagian tepi luka menebal sehingga
terbentuk kallus. Kallus ini apabila menyentuh media basah akan merangsang terbentuknya akar.
Karena syarat terbentuknya akar adalah adanya makanan yang terkumpul di bagian sayatan tersebut
yang digunakan untuk pembentukan akar. Jaringan xylem yang mengangkut air dan garam-garam
mineral dari tanah tetap tidak terputus sehingga batang yang dicangkok tetap mendapat suplai dari
tanaman induk.

Ada beberapa syarat agar tanaman hasil cangkokan memuaskan. Syarat tersebut antara
lain pohon induk umurnya sudah cukup, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Ciri dari pohon
yang ideal diantaranya adalah jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok sudah cukup;
pohon induk harus sudah berbunga bagi tanaman hias bunga dan telah berbuah sedikitnya tiga kali
bagi tanaman buah-buahan; mempunyai sifat unggul; batang halus; batang lurus ke atas; warna
kecoklatan, karena pada batang kecoklatan, kallus penutup luka akan lebih cepat terbentuk dan akar
yang keluar juga akan cepat terbentuk; syarat terakhir pohon yang akan dicangkok nampak kuat
dan subur serta tidak terserang hama penyakit yang dapat menggagalkan hasil cangkokan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh dari praktikum
ini yaitu :
1. Mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang timbulnya
perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru mencangkok
merupakan salah satu upaya pembiakan tanaman.
2. Penutup yang digunakan dalam pencangkokkan ini juga berpengaruh pada tumbuhnya akar pada
cangkokkan. Penutup yang berasal dari plastik ini cukup efektif dalam menahan air agar tidak mudah
lolos saat dilakukan penyiraman pada pencangkokan sehingga mudah merangsang akar untuk
tumbuh.
3. Perlakuan dengan mengurangi daun berpengaruh terhadap keberhasilan tanaman karena jika daun
tidak dikurangi maka penguapan tanaman akan tinggi dan kemungkinan untuk mendapatkan hasil
yang optimal sangatlah rendah.
4. Pertumbuhan akar cangkokan dapat secara maksimum apabila kondisi media pembungkus, bahan
pembungkus sesuai dan mendukung untuk melakukan pertumbuhan.
5. Hasil cangkokan yang cukup baik untuk diterapkan dalam proses pencangkokan adalah yang
diterapkan pada kelompok dua yang menggunakan media kompos dan pupuk kandang dengan
penutup plastic hitam.
6. Kegagalan dalam pencangkokan disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah kurang bersihnya
dalam pembersihan cambium pada batang akan dicangkok, alat penyayatan kuarng steril serta tidak
adanya perawatan seperti penyiraman pada cangkokan.

5.2 Saran
Dalam praktikum ini hendaknya lebih mempersiapkan tanaman yang benar-benar memenuhi
kriteria tanaman untuk dapat dicangkok. Disamping itu dalam proses pencangkokan harus lebih rajin
dalam penjagaan kelembapan media cangkok agar mendapatkan hasil cangkokan yang optimal.
Selain itu dalam pembarsihan cambium pada batang yang akan dicangkok harus sebersih mungkin
agar makanan yang disuplai daun menuju akar tidak sampai ke bawah yang dapat menyebabkan
tidak muncul pertumbuhan akar pada cangkokan.

Anda mungkin juga menyukai