Anda di halaman 1dari 16

20

Jl. Ir. H. Djuanda


Tangerang Selatan,
Banten, Indonesia 15412

i
KATA PENGANTAR
Dunia pendidikan sangat berperan penting bagi
majunya peradaban dunia. Fase-fase sejarah yang
terlewati mendeskripsikan bahwa semakin tua umur bumi
maka semakin berkembang pesat pula kemajuan revolusi.
Di era sekarang, pendidikan menjadi landasal
fundamental seseorang untuk mengetahui banyak hal
tentang apapun disekitarnya. Dia diharuskan
melaksanakan pendidikan itu, baik pendidikan formal
maupun non formal. Jika ia tidak mau menempuh
pendidikan yang ada, maka bersiap-siaplah kebodohan
akan meliputi dirinya.
Dalam dunia perkuliahan, guru bagi para
mahasiswa adalah dosen. Di bangku kuliah, para
mahasiswa tidak ditekankan pada aspek pendidikan
karakter lagi, tetapi diarahkan untuk mencari
penyelesaian masalah (problem solving) dari fenomena
yang ada di sekitar. Selain itu, mahasiswa dituntut untuk
mandiri. Ia tidak disuapi lagi seperti kala ia menepuh
pendidikan dasar dan menengah. Hal ini mengakibatkan
terjadinya dua hal yang sifatnya paradoks. Mahasiswa yng
memang benniat meuntut ilmu pasti dia akan terus
berkembang dan berkembang, akan tetapi mahasiswa
yang tidak ada gairah untuk mengejar ilmu, maka dia
cenderung stagnan, tidak mengalami perpindahan, bahkan
mungkin cenderung mengalami degradasi. Banyak faktor
yang mempengaruhi kedua hal tersebut. Terlebih 3 hal
yang mempengaruhi prestasi setiap orang berbeda-beda,
yakni:1. Motivasi diri; 2. Lingkungan; 3. Cara belajar.

i
Nilai mahsiswa yang cenderung meningkat atau bertahan
atau bahkan menurun dapat terjadi akibat dari salah satu
dari ketiga faktor di atas.

Ciputat, 9 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................i
DAFTAR ISI................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................. 1
A. Latar Belakang .......................................... 1
B. Tujuan ....................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................... 3
A. Keberhasilan Belajar ................................. 3
B. Kegagalan Belajar ..................................... 6
C. Cara Belajar .............................................. 9
BAB III PENUTUP .................................... `12

iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berbanding lurus dengan menuntut
ilmu. Ilmu yang ada harus dikejar oleh orang yang
menginginkannya. Baik itu dengan cara bertanya,
mencari tahu melalui referensi, atau dengan cara yang
lainnya. Ilmu ini sangatlah penting untuk didapatkan,
karena ilmu mempunyai korelasi dengan amal. Ada
kutipan yang menyebutkan bahwa ilmu tanpa amal
pincang & amal tanpa ilmu buta, sehingga harus ada
kesesuaian antara ilmu dan amal. Dalam agama islam
pun demikian, jika seseorang mengerjakan amalan
tertentu maka amalan itu haruslah disertai dengan
ilmu. Sehingga, begitu penting ilmu untuk diperoleh
oleh siapa saja, tidak mengenal batasan usia, tua
maupun muda, kecil maupun dewasa, laki-laki
maupun perempuan, semuanya harus memburu ilmu
pengetahuan. Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
“Jika engkau tidak sabar menahan lelahnya belajar,
maka bersiaplah menanggung perihnya kebodohan”.
Secara umum, pendidikan dibagi menjadi dua,
yakni pendidikan tentang memahami ilmu yang
dipelajari dan pendidikan karekter. Seorang penuntut
ilmu penting untuk didampingi oleh seorang guru.
Guru sangat berperan dalam dunia pendidikan karena
seorang guru dapat menanamkan kedua esensi dari
pendidikan itu, yakni ilmu dan karakter. Di era
modern ini, informasi dapat diperoleh dimana saja,
terlebih dari mesin pencari informasi yang disebut

1
mbah google. Akan tetapi, itu tidak cukup bagi
seseorang yg dididik untuk mempelajari banyak hal
dari google semata. Karena google tidak bisa
memberikan pendidikan karakter yang dibutuhkan
oleh seorang yang dididik itu. Google tidak mengajari
beretika, bersikap ramah, mana yang salah dan mana
yang benar, serta tak mampu mengajari karakter-
karakter lainnya. Berbeda dengan seorang guru, guru
memberikan karakter dan memahamkan ilmu. Dengan
demikian, tidak cukup bagi seseorang untuk sekedar
belajar mandiri, hanya belajar dari google misalkan.
Akan tetapi, disamping seseorang itu mengharuskan
belajar dari seorang guru, dia juga harus aktif mencari
informasi, yang dalam hal ini adalah ilmu, agar ia
tidak ketinggalan arus perkembangan zaman yang
kian hari berkembang semakin cepat.

B. Tujuan
1. Menjadi refleksi & gambaran untuk proses belajar
di masa yang akan datang.
2. Menjadi pengingat untuk bisa sadar akan
pentingnya menuntut ilmu.
3. Agar pembaca bisa lebih memanfaatkan waktu
yang ada.

2
PEMBAHASAN
A. Keberhasilan Belajar
Uraian berikut ini didasarkan pada pengalaman
penulis ketika menempuh pendidikan dan berdasakan
hasil sharing guru penulis kepada para muridnya &
termasuk survey kecil-kecilan yang beliau lakukan
pada mahasiswa baru UI baru-baru ini.

1. Fokus
Setiap orang memiliki tujuan masing-masing.
Tujuan yang ada hendaknya diperjuangkan agar bisa
meraihnya. Berbagai hal yang ada pada era milenial
sekarang adalah banyaknya distraction yang
mengakibatkan seseorang terganggu dalam proses
mencapai tujuannya itu. Maka dari itu, diperlukan
benteng pertahanan yang kokoh yang dengan benteng
itu gangguan yang ada tidak dapat mengusik orang
yang sedang berjuang mencapai tujuannya. Dengan
demikian, dibutuhkan kemampuan untuk bisa fokus
dengan tujuan yang ingin dicapai.
Fokus menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti memusatkan perhatian. Perhatian yang ada
ditujukan terhadap apa yang sedang dikerjakan.
Dalam suatu kasus, seseorang mustahil bisa fokus
membaca buku jika sambil mendengar musik, sambil
menonton video, sambil chattingan, sambil makan,
atau sambil mengobrol. Hal itu akan mejauhkan
kegiatan membaca yang sedang dilakukannya dari
keadaan fokus. Selain itu, ada pula yang fokusnya
terganggu karena beban pikiran yang terus-menerus

3
menghantuinya. Maka dari itu, untuk bisa fokus pada
suatu hal, seseorang harus menepikan segala hal yang
bisa membuat fokusnya terpencar. Jadi, untuk bisa
mencapai tujuan haruslah bisa fokus terhadap tujuan
yang ingin diraih dengan cara mengusir semua hal
yang dapat menggagalkan seseorang untuk bisa fokus.
Termasuk dalam belajar dan persiapan untuk UTS dan
UAS.

2. Tidak Pacaran
Untuk bagian ini mungkin tidak perlu penulis
uraikan secara detail karena memang semua hal yang
berhubungan dengan pacaran itu merugikan. Jika ada
kebahagiaan atau kenikmatan semata, itu sifatkan
sementara. Sedangkan, dampak buruknya meliputi
hilangnya banyak waktu, melakukan hubungan diluar
batas wajar, menghabiskan banyak materi, dan
sebagainya. Selain itu, dalam agama islam sudah jelas
bahwa pacaran itu dilarang, QS. Al – Isra’ : 32, karena
pacaran termasuk ke dalam perbuatan mendekati zina.
Dan juga, penulis belum pernah menemukan di buku
manapun atau referensi apapun yang menyatakan
bahwa pacaran itu diperbolehkan. Karena jelas,
banyak kerugiannya. Sehingga, agar bisa mencapai
target yang ingin dicapai, nilai di Rapor atau IPK
misalnya, seseorang haruslah menghindari hal seperti
ini.

3. Belajar Tekun

4
Dalam perspektif agama, belajar termasuk
kewajiban bagi setiap muslim. Belajar ini sangatlah
berpengaruh bagi seseorang nantinya, dan belajar
tidak mengenal batas, anak kecil maupun orang
dewasa, perempuan maupun laki-laki, ibu maupun
ayah, semuanya harus belajar. Dalam belajar
dibutuhkan ketekunan guna memperoleh apa yang
sedang dipelajari secara menyeluruh. Sehingga ia
mendapatkan hal yang komprensif bukan parsial yang
dengan itu ia bisa menerapkan apa yang ia pelajari.
Ada ungkapan yang berbunyi, “Jika engkau ingin
berhasil dalam suatu bidang, maka engkau harus
menghabiskan jam terbangmu setidaknya 10.000
jam”. Oleh karena itu, ketekunan ini penting sekali
terutama dalam belajar karena semakin tekun,
semakin banyak ia berlatih, maka semakin terbiasa
dengan hal yang sering ia lakukan itu. Hal ini senada
dengan ungkapan, “practice makes perfect”.

4. Membuat Kelompok Belajar


Kelompok belajar sangat berguna untuk
meningkatkan kemampuan dalam belajar. Mungkin
banyak orang yang bertanya, kenapa hal demikian
menjadikan penting? Jawabannya adalah jika dalam
suatu ruang berbentuk segi empat yang bernama kelas
terdapat seseorang yang mempunyai semangat belajar
yang tinggi tetapi ia memiliki personalitas pemalu,
maka dia akan malu bertanya kepada guru atau dosen,
terlebih pengajar yang mempunyai karakter galak,
ketika dia tidak memahami apa yang diajarkan. Hal ini

5
jelas akan menghambat orang tersebut dalam belajar.
Akan tetapi, ketika dibuat kelompok belajar dengan
masing-masing kelompok terdiri dari orang-orang
terdekat dan punya semangat yang tinggi dalam
belajar, hal ini akan meningkatkan orang tersebut
dalam proses belajarnya. Ia akan bertanya dengan
tidak sungkan-sungkan. Selain itu, di dalam kelompok
belajar dapat dipastikan ada yang menjelaskan dan
ada yang menyampaikan. Keduanya mendapat benefit
yang sama. Orang yang menyimak akan mendapat
wawasan baru & memahami apa yang sebelumnya
tidak dipahami serta orang yang menjelaskan belajar
dua kali & melatih dirinya berbicara mengenai konsep
materi tertentu. Singkatnya, orang yang menjelaskan
dan orang yang menyimak sama-sama belajar, orang
yang menyimak belajar mendengarkan dan orang
yang menjelaskan belajar menyampaikan.

B. Kegagalan Belajar
Hal ini diuraikan berdasarkan pada pengalaman
penulis dan pengamatan penulis terhadapat orang-
orang sekitar.

1. Terlalu Menghabiskan Banyak Waktu


Waktu adalah investasi berharga yang telah Allah
berikan untuk manusia. Waktu tidak bisa diputar
kembali jika telah berlalu. QS. Al-‘Asr : 1-3 begitu
menginspirasi, imam Syafi’i rahimahullah berkata
bahwa jika al-Qur’an hanya memuat satu surah saja

6
yakni surah Al-‘Asr, maka cukuplah itu menghimpun
semuanya. Itu dikarenakan esensi waktu itu sangat
berharga. Hal-hal yang sifatnya tidak berfaedah
hendaknya ditinggalkan, sebagaimana sabda
Rasulullah saw., “Di antara kebaikan islam seseorang
adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.”
Hal-hal seperti instagram-an, youtube-an, facebook-
an, jika tidak ada manfaatnya lebih baik ditinggalkan.
Dan kalau ingin sekedar menghibur diri, disarankan
harus tau batasan waktu. Mungkin boleh ditambahkan
alarm agar tidak terlalu kebablasan bermain berbagai
aplikasi ketika membuka ponsel.

2. Malu Bertanya
Sebuah uangkapan berbunyi, “Malu bertanya sesat
di jalan”. Seseorang yang malu bertanya maka dia
akan kesulitan dalam menemukan jawaban dari
pertanyaannya itu. Ini selaras dengan kalimat,”
banyak bertanya banyak pengetahuan”. Maka dari itu,
sangat ditekankan untuk bertanya banyak hal tentang
ilmu pengetahuan guna menambah wawasan. Karena
pada kaidahnya, ilmu pengetahuan itu tidak hanya
sekedar dari membaca buku semata. Di lain hal,
bertanya mengenai suatu hal juga memiliki benefit
tersendiri. Salah satu contohnya adalah menjalin
komunikasi yang sebelumnya jarang terjadi. Dan juga
jangan canggung untuk bertanya karena siapapun
orang yang ditanya, baik itu dosen, guru, kating,
teman atau siapapun itu, mereka akan merasa excited
atas pertanyaan yang disampaikan pada mereka.

7
3. Salah Niat & Kurang Motivasi
Mungkin ini yang yang paling utama yang
menjadi penyebab kegagalan dalam menuntut ilmu.
Dalam hadits disebutkan bahwa seseorang akan
mendapatkan balasan sesuai dengan kadar niatnya. ini
bagian hal yang terpenting karena niat adalah
sepertiga dari amalan. Maka dari itu, masalah niat
perlu diperhatikan. Jika datang ke kampus atau
kesekolah hanya diniatkan untuk bertemu temen-
teman, hanya untuk mengisi absensi, atau hanya untuk
bisa lebih leluasa skip kelas, itu berarti ada yang salah
dengan niatnya. Perkara hati ini mesti betul-betul
diperhatikan.
Satu hal yang bakal berpengaruh juga pada sukses
atau tidaknya menuntut ilmu adalah motivasi.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonseia,
motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Seseorang harus bisa menumbuhkan motivasi diri
sendiri agar dia tetap berjuang untuk tujuan yang ingin
diraihnya. Motivasi yang ada diharapkan menjadikan
ekspektasinya sesuai dengan realitas. Beberapa cara
yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan motivasi
diri adalah mengingat kembali akan tujuan yang ingin
dicapainya, membayangkan kegagalan yang akan
datang jika ia tidak terus berjuang, atau dengan cara
mengingat kembali alasan kenapa ia memulai untuk
berjuang.

8
4. Mager
Suatu kebiasaan yang buruk yang dimiliki kaum
milenial adalah mager (malas gerak). Bedanya mager
dengan tiang pembatas pada rumah yakni kalau malas
gerak disebut mager sedangkan kalau tiang pembatas
pada rumah disebut pager, wkwk. Untuk menghindari
kegagalan dan tujuan yang ingin diraih oleh seseorang
haruslah menghilangkan kebiasaan buruk ini. Guru
sejarah penulis pernah berkata, “terlalu dimanjakan
oleh keadaan membuat seseorang menjadi tidak
berpikir”. Kemajuan teknologi sekarang ini memang
banyak memiliki berbagai keuntungan. Akan tetapi,
tidak sedikit dampak negatif dengan adanya kemajuan
teknologi ini. Karena dengan teknologi yang ada yang
misalnya mbah google, sebagian orang merasa bahwa
menghafal itu bukanlah hal yang penting. Padahal
bukan seperti itu ferguso. Jika mayoritas orang
beranggapan demikian maka akan begitu banyaknya
orang yang merasa malas untuk menghafal yang akan
menjadikan orang tersebut dimanjakan oleh keadaan.
Maka dari itu, rasa mager ini haruslah dihapuskan
yang salah satu caranya yakni bertekad polah untuk
bisa keluar dari zona nyaman.

C. Cara Belajar
Cara belajar setiap orang berbeda-beda, tetapi
memiliki kapasitas dan potensi otak yang sama.
Penulis memiliki cara belajar yang sederhana di setiap
apa yang dipelajari. Hal itu didasarkan atas berupa apa

9
hal yang harus dipelajari itu, apakah berupa hafalan,
analisis kalkulasi, atau pemahaman bacaan. Disini
penulis akan uraikan sedikit cara belajar sederhana
untuk belajar hal-hal mengenai analisis kalkulasi atau
berbau eksak berdasarkan pengalaman penulis.

1. Tidak Diperbolehkan Menghafal Rumus Kecuali


Mengetahui Esensinya
Rumus yang ada dalam beberapa bidang bukanlah
untuk dihafal, melainkan untuk menentukan hasil dari
permasalahan yang ada. Ketika rumus hanya sekedar
dihafal, maka itu tidak akan menghadirkan solusi atas
setiap masalah dalam bidang tersebut. Sehingga
diusahakan jangan mengahafal rumus karena ilmu
eksak itu bukan ilmu hafalan. Lalu bagaimana kita
dapat ingat rumus itu jika tidak dihafal? Caranya
adalah mulailah belajar konsep dari materi yang
dipelajari. Kemudian pelajari turunan rumusnya,
karena hampir musahil suatu rumus tiba-tiba ada.
Pasti ada suatu sebab yang mengawali rumus itu ada.
Jadi, ketika lupa rumus atau gak tau rumusnya, kita
dapat mendapatkan rumus yang dimaksud dari konsep
materinya dan turunan rumus tersebut.

2. Perbanyak Latihan Soal


Ini yang sangat berpengaruh dalam belajar ilmu
eksak. Memperbanyak latihan soal membuat
seseorang yang tadinya tidak bisa menjadi terbiasa.
Selain itu, memperbanyak latihan soal dapat
memperbaiki kesalahan atau kekeliruan saat belajar

10
sebelumnya. Hal ini senada dengan, “practice makes
perfect”.

3. Jangan Lupa Mencatat


Hal ini penting dilakukan karena dalam belajar
jika seseorang sekedar membaca maka ia akan
mendapatkan hasil belajar sebanyak 30%, membaca
dengan melafalkannya maka akan dapat 50%,
membaca dengan melafalkan sekaligus
mendengarkan apa yang dibaca dapat 70%, dan
membaca dengan melafalkan sekaligus
mendengarkan serta mengimplementasikannya maka
akan dapet 90%. Salah satu bentuk implementasi
dalam belajar ilmu-ilmu eksak seperti matematika
adalah dengan mencatat. Dengan demikian, hasil
belajarnya akan lebih meningkat. Di sisi lain,
mencatat juga mempunyai dampak positif lainnya
seperti memperbaiki tulisan.

4. Senantiasa Sertakan Do’a Sebelum dan Setelah


Belajar
Allah yang punya ilmu pengethuan. Hendaknya
kita memohon kepada pemiliknya sehingga proses
belajar kita mendapat kemudahan dari Allah. Sangat
penting sekali untuk berdo’a sebelum dan sesudah
belajar. Selain itu, dengan berdo’a menjadikan
aktivitas kita bernilai akhirat.

11
PENUTUP
Penulis bukanlah manusia sempurna. Layaknya
manusia pada umumnya, penulis sangat berpeluang
berbuat khilaf dan salah. Dan juga, penulis bukan merasa
sudah ahli dalam bidang tertentu, tetapi penulis ingin
melakukan apa yang dapat penulis bagikan tentang apa
yang sebelumnya penulis dapatkan. Mohon maaf apabila
banyak kekeliruan. Kebenaran hanya milik Allah dan
kesalahan berasal dari diri penulis pribadi. Semoga
bermanfaat .

12

Anda mungkin juga menyukai