Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk
memenuhi tugas Managemen Bencana.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan sumbangan pemikiran
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Akhirnya, harapan kami mudah-mudahan makalah yang sederhana ini ada


manfaatnya khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca amin.

Mataram, 6 Agustus 2019

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan 4
1. Tujuan Umum 4
2. Tujuan Khusus 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasca Bencana 5
B. Manajemen Pasca Bencana 6
C. Peran perawat pasca bencana 13
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 14
B. SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia, selain terkenal karena kekayaan dan keindahan alamnya, juga merupakan
negara yang rawan terhadap bencana. Hal ini disebabkan posisi geografis dan geodinamiknya,
sehingga Indonesia memiliki aktivitas vulkanik dan kegempaan yang cukup tinggi. Posisi ini
juga menyebabkan bentuk relief Indonesia yang sangat bervariasi, mulai dari pegunungan
dengan lereng yang curam sampai daerah landai di sepanjang garis pantai yang sangat panjang,
yang kesemuanya memiliki kerentanan terhadap ancaman bahaya tanah longsor, banjir, abrasi
dan tsunami. Kondisi hidrometeorologis yang beragam juga kadang-kadang menimbulkan
ancaman bahaya banjir dan longsor, angin ribut atau angin puting beliung, bahaya kekeringan
yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lain-lain. Ancaman lainnya adalah bencana yang
disebabkan oleh berbagai kegagalan teknologi.
Umumnya bencana yang terjadi mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat baik berupa
korban jiwa manusia, kerugian harta benda maupun kerusakan lingkungan serta musnahnya
hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai antara lain kerusakan sarana dan prasarana serta
fasilitas umum, penderitaan masyarakat dan sebagainya.
Terjadinya bencana besar tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam pada tahun 2004 dan
gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah (Kabupaten Klaten) pada tahun 2006 dan beberapa
bencana lain sebelum dan sesudahnya telah mendorong bangsa Indonesia untuk menerima
kenyataan hidup berdampingan dengan bencana. Sebagai konsekuensi atas penerimaan tersebut,
bangsa Indonesia telah melahirkan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Untuk merealisasikan Undang-Undang tersebut, pada tahun 2008
telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 22 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bencana,
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tentang Peranserta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing
Nonpemerintah dalam Penanggulangan Bencana.
Dari latar belakang diatas, pentingnya pemahaman mengenai manajemen bencana akan
menjadi landasan atau dasar dalam mengembangkan intervensi pengurangan risiko bencana
dalam penanggulangan bencana yang tepat dan akurat.

3
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu memahami tentang berbagai hal yang berhubungan dengan manajemen
pasca bencana
2. Tujuan khusus :
a) Mengetahui pengertian pasca bencana
b) Mengetahui manajemen pasca bencana
c) Mengetahui peran perawat pasca bencana

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasca Bencana


Kondisi pasca bencana adalah keadaan suatu wilayah dalam proses pemulihan
setelah terjadinya bencana. Pada kondisi ini dipelajari langkah apa yang dilakukan oleh
berbagai pihak terkait dalam hal upaya untuk mengembalikan tatanan masyarakat seperti
semula sebelum terjadinya bencana. Beberapa hal yang dipelajari dalam kondisi pasca
bencana ini adalah kecepatan dan ketepatan terutama dalam hal:
1. Penanganan korban (pengungsi)
2. Livelyhood recovery
3. Pembangunan infrastruktur
4. Konseling trauma
5. Tindakan-tindakan preventif ke depan
6. Organisasi kelembagaan
7. Stakeholders yg terlibat
Ruang lingkup studi ini meliputi kajian berbagai aspek penanggulangan bencana
alam yang terjadi di Indonesia, Fase pasca bencana: meliputi rehabilitasi, rekonstruksi.
(Sunarti, 2009).

5
B. Manajemen Pasca Bencana
Manajemen pemulihan (pasca bencana) adalah pengaturan upaya penanggulangan
bencana dengan penekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali
kelembagaan, prasarana, dan sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan
menyeluruh setelah terjadinya bencana dengan fase-fasenyanya yaitu :
1. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah bencana,
perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi
konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban,
pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
a. Prinsip – prinsip yang diutamakan dalam Rehabilitasi :
1) Partisipatif, artinya dalam setiap tahapan proses (perencanaan, pelaksanaan
dan pertanggungjawaban) selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaku
sekaligus penerima manfaat.
2) Transparan dan Akuntabel, artinya dalam setiap langkah dan kegiatan
harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat luas.
3) Sederhana, artinya pelaksanaan seluruh proses kegiatan diupayakan
sederhana dan bisa dilakukan masyarakat dengan tahap mengacu pada tujuan
dan ketentuan dasar pelaksanaan program rehabilitasi ini.
4) Akuntabilitas, artinya seluruh proses pelaksanaan dan pendanaan dilakukan
dengan penuh tanggung jawab.

6
Perlakuan pola khusus bentuk kegiatan rehabilitasi pasca bencana yang akan
diberlakukan, didasarkan atas hasil kajian masyarakat melalui Musyawarah Desa (MD)
dan Musyawarah Antar Desa – (MAD). Perlakuan pola khusus ini meliputi 2 tahapan
pokok :
1) Persiapan Pemulihan
Terdiri dari serangkaian kegiatan yang merupakan bentuk respon cepat sebagai
bagian dari upaya pemulihan (recovery) sebelum dilakukan rehabilitasi dan
rekontruksi pasca bencana yang lebih terencana. Tahapan ini dilakukan melalui
proses review secara partisipatif dampak bencana dan kegiatan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang sudah direncanakan dan
atau sedang dilaksanakan.
Kegiatan tindak cepat adalah kegiatan-kegiatan yang dapat secara cepat
diidentifikasi dan dikuantifikasi bersama masyarakat tanpa harus menunggu
selesainya semua pendataan kerusakan sarana prasarana social ekonomi pedesaan.
Dari hasil review tersebut, masyarakat bisa memilih dan memutuskan pendanaan
kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendapatan kepada warga/keluarga yang
terkena dampak bencana, terutama misalnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara
padat karya.
Kegiatan-kegiatan padat karya yang dilakukan misalnya : kegiatan untuk
pembersihan puing, penataan lokasi atau padat karya untuk pemulihan cepat sarana-
prasarana umum perdesaan yang rusak akibat bencana (jalan tertimbun longsoran,
pembersihan kawasan pemukiman yang dapat dipergunakan kembali). Secara parallel,
sambil melakukan kegiatan tindak cepat juga terus dilakukan pendataan atau pemetaan
terhadap sarana – prasana umum social atau ekonomi yang mengalami kerusakan
secara lebih teliti, sebagai bahan perencanaan untuk tahap rehabilitasi selanjutnya.

2) Rehabilitasi
Ruang lingkup pelaksanaan dalam rehabilitasi adalah :
a) Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana

7
Perbaikan lingkungan fisik meliputi kegiatan : perbaikan
lingkungan fisik untuk kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan
usaha dan kawasan gedung.
Indikator yang harus dicapai pada perbaikan lingkungan adalah
kondisi lingkungan yang memenuhi persyaratan teknis, sosial, ekonomi,
dan budaya serta ekosistem.
b) Perbaikan Prasarana dan Sarana Umum
Prasarana dan sarana umum adalah jaringan infrastruktur dan
fasilitas fisik yang menunjang kegiatan kehidupan sosial dan perekonomian
masyarakat. Prasarana umum atau jaringan infrastruktur fisik disini
mencakup : jaringan jalan/ perhubungan, jaringan air bersih, jaringan listrik,
jaringan komunikasi, jaringan sanitasi dan limbah, dan jaringan irigasi/
pertanian.
Sarana umum atau fasilitas sosial dan umum mencakup : fasilitas
kesehatan, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas
perkantoran pemerintah, dan fasilitas peribadatan.
c) Pemberian Bantuan Perbaikan Rumah Masyarakat
Yang menjadi target pemberian bantuan adalah masyarakat korban
bencana yang rumah/ lingkungannya mengalami kerusakan struktural
hingga tingkat sedang akibat bencana, dan masyarakat korban berkehendak
untuk tetap tinggal di tempat semula. Kerusakan tingkat sedang adalah
kerusakan fisik bangunan sebagaimana Pedoman Teknis (DepPU, 2006)
dan/ atau kerusakan pada halaman dan/ atau kerusakan pada utilitas,
sehingga mengganggu penyelenggaraan fungsi huniannya. Untuk bangunan
rumah rusak berat atau roboh diarahkan untuk rekonstruksi.
Tidak termasuk sasaran pemberian bantuan rehabilitasi adalah
rumah/ lingkungan dalam kategori:
· Pembangunan kembali (masuk dalam rekonstruksi)
· Pemukiman kembali (resettlement dan relokasi)
· Transmigrasi ke luar daerah bencana
d) Pemulihan Sosial Psikologis

8
Pemulihan sosial psikologis adalah pemberian bantuan kepada
masyarakat yang terkena dampak bencana agar dapat berfungsi kembali
secara normal. Sedangkan kegiatan psikososial adalah kegiatan
mengaktifkan elemen-elemen masyarakat agar dapat kembali menjalankan
fungsi sosial secara normal. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja
yang sudah terlatih.
Pemulihan sosial psikologis bertujuan agar masyarakat mampu
melakukan tugas sosial seperti sebelum terjadi bencana, serta tercegah dari
mengalami dampak psikologis lebih lanjut yang mengarah pada gangguan
kesehatan mental.

e) Pelayanan Kesehatan
Pemulihan pelayanan kesehatan adalah aktivitas memulihkan
kembali segala bentuk pelayanan kesehatan sehingga minimal tercapai
kondisi seperti sebelum terjadi bencana.
Pemulihan sistem pelayanan kesehatan adalah semua usaha yang
dilakukan untuk memulihkan kembali fungsi sistem pelayanan kesehatan
yang meliputi : SDM Kesehatan, sarana/prasarana kesehatan, kepercayaan
masyarakat.
f) Pemulihan Sosial Ekonomi Budaya
Pemulihan sosial ekonomi budaya adalah upaya untuk
memfungsikan kembali kegiatan dan/ atau lembaga sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat di daerah bencana.
Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya ditujukan untuk
menghidupkan kembali kegiatan dan lembaga sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di daerah bencana seperti sebelum terjadi bencana.
g) Pemulihan Keamanan dan Ketertiban

9
Pemulihan keamanan adalah kegiatan mengembalikan kondisi
keamanan dan ketertiban masyarakat sebagaimana sebelum terjadi bencana
dan menghilangkan gangguan keamanan dan ketertiban di daerah bencana.
Pemulihan keamanan dan ketertiban ditujukan untuk membantu
memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat di daerah
bencana agar kembali seperti kondisi sebelum terjadi bencana dan terbebas
dari rasa tidak aman dan tidak tertib.
h) Pemulihan Fungsi Pemerintahan
Indikator yang harus dicapai pada pemulihan fungsi pemerintahan adalah :
 Keaktifan kembali petugas pemerintahan.
 Terselamatkan dan terjaganya dokumen-dokumen negara
dan pemerintahan.
 Konsolidasi dan pengaturan tugas pokok dan fungsi
petugas pemerintahan.
 Berfungsinya kembali peralatan pendukung tugas-tugas
pemerintahan.
 Pengaturan kembali tugas-tugas instansi/lembaga yang
saling terkait.
i) Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik
Pemulihan fungsi pelayanan publik adalah berlangsungnya kembali
berbagai pelayanan publik yang mendukung kegiatan/ kehidupan sosial dan
perekonomian wilayah yang terkena bencana.
Pemulihan fungsi pelayanan publik ini meliputi : pelayanan
kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan perekonomian, pelayanan
perkantoran umum/pemerintah, dan pelayanan peribadatan.

10
2. Rekontruksi
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata
yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara
permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan
maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran
dan partisipasi masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah
pasca bencana.
Rencana Rekonstruksi adalah dokumen yang akan digunakan sebagai acuan bagi
penyelenggaraan program rekonstruksi pasca-bencana, yang memuat informasi gambaran
umum daerah pasca bencana meliputi antara lain informasi kependudukan, sosial, budaya,
ekonomi, sarana dan prasarana sebelum terjadi bencana, gambaran kejadian dan dampak
bencana beserta semua informasi tentang kerusakan yang diakibatkannya, informasi
mengenai sumber daya, kebijakan dan strategi rekonstruksi, program dan kegiatan, jadwal
implementasi, rencana anggaran, mekanisme/prosedur kelembagaan pelaksanaan.
Pelaksana Rekonstruksi adalah semua unit kerja yang terlibat dalam kegiatan
rekonstruksi, di bawah koordinasi pengelola dan penanggungjawab kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi pasca bencana pada lembaga yang berwenang menyelenggarakan
penanggulangan bencana di tingkat nasional dan daerah.

Lingkup Pelaksanaan Rekontruksi :


a. Program Rekonstruksi Fisik
Rekonstruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan kondisi fisik melalui
pembangunan kembali secara permanen prasarana dan sarana permukiman, pemerintahan
dan pelayanan masyarakat (kesehatan, pendidikan dan lain-lain), prasarana dan sarana
ekonomi (jaringan perhubungan, air bersih, sanitasi dan drainase, irigasi, listrik dan
telekomunikasi dan lain-lain), prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya dan lain-lain.)
yang rusak akibat bencana, agar kembali ke kondisi semula atau bahkan lebih baik dari
kondisi sebelum bencana.
Cakupan kegiatan rekonstruksi fisik mencakup, tapi tidak terbatas pada, kegiatan
membangun kembali sarana dan prasarana fisik dengan lebih baik dari hal-hal berikut:

11
o Prasarana dan sarana
o Sarana sosial masyarakat;
o Penerapan rancang bangun dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan
bencana.

b. Program Rekonstruksi Non Fisik


Rekonstruksi non fisik adalah tindakan untuk memperbaiki atau memulihkan
kegiatan pelayanan publik dan kegiatan sosial, ekonomi serta kehidupan masyarakat,
antara lain sektor kesehatan, pendidikan, perekonomian, pelayanan kantor pemerintahan,
peribadatan dan kondisi mental/sosial masyarakat yang terganggu oleh bencana, kembali
ke kondisi pelayanan dan kegiatan semula atau bahkan lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Cakupan kegiatan rekonstruksi non-fisik di antaranya adalah:
 Kegiatan pemulihan layanan yang berhubungan dengan kehidupan sosial
dan budaya masyarakat.
 Partisipasi dan peran serta lembaga/organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyarakat.
 Kegiatan pemulihan kegiatan perekonomian masyarakat.
 Fungsi pelayanan publik dan pelayanan utama dalam masyarakat.
 Kesehatan mental masyarakat.

12
C. Peran perawat pasca bencana
Peran perawat pasca bencana adalah :
1. Memberikan terapi bagi korban bencana untuk mengurangi trauma.
2. Selama masa perbaikan perawat membantu korban bencana alam kembali
ke kehidupan normal.
3. Beberapa penyakit dan kondisi fisik yang memerlukan pemulihan dalam
jangka waktu lama memerlukan bekal informasi dan pendampingan.
4. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca
gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan
aman.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama
untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah bencana,
perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat,
pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik,
pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan ketertiban, pemulihan fungsi
pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
Rekonstruksi adalah perumusan kebijakan dan usaha serta langkah-langkah nyata
yang terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun kembali secara
permanen semua prasarana, sarana dan sistem kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan
maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi
masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat di wilayah pasca bencana.
Lingkup pelaksanaan rekonstruksi terdiri atas program rekonstruksi fisik dan
program rekonstruksi non fisik.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi
pembaca khususnya tentang pemulihan pasca bencana.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://diaryforberti.blogspot.com/2014/12/makalah-managemen-penanggulangan-
pasca.html?m=1
Efendi, Ferry Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehtan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam Keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta.

https://www.academia.edu/28844751/MAKALAH_KONSEP_AREA_BENCANA

15

Anda mungkin juga menyukai