Anda di halaman 1dari 5

Stem sel alternative pengobatan masa depan

Berbagai macam penyakit yang dihadapi masyarakat di era moderen, hal ini disebab
kan oleh banyak faktor diantara nya genetik dan makan . Keberagaman penyakit yang
semakin tinggi ini menyebabkan semakin banyak obat obatan yang dikembangkan, akan
tetapi beberapa penyakit masih sulit disembuhkan dengan obat obatan yang tersedia seperti
penyakit kanker, jantung, gagal ginjal, parkinson, stroke.

Kondisi diatas mendorong para ilmuan mecari pengobatan yang lebih efektif. Saat ini
sel induk merupakan salah satu fokus utama dalam penelitian bioteknologi, khususnya dalam
kaitannya dengan terapi sel serta pengobatan regeneratif. Dunia sekarang sedang mengalami
pergeseran paradigma dalam hal pengobatan, dari obat-obatan kimia konvensional menuju ke
arah terapi yang lebih molekuler, Salah satu dari hasil penelitan tersebut adalah stem sel.
Stem sel merupakan sel yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi berbagai sel-sel
pembentuk jaringan (Abercorbie, 1997) jadi dapat diartikan stem sel merupakan sumber
untuk sel-sel yang baru, sehingga sel sel yang mati dapat di gantikan dengan sel yang baru.
Dari definisi stem sel diatas jelas bahwa Sel-sel induk stem sel yang akan
ditransplantasikan ke jaringan atau organ yang rusak akan berpoliferasi dan akan membentuk
sel, jaringan atau organ yang baru, sehingga jaringan atau organ yang rusak akan kembali
normal. Menurut Cord Blood Registry Website “Stem sel dapat menyembuhkan penyakit
banyak penyakit diantara nya seperti Jantung, Diabetes, luka bakar, osteophorosis,
Alzheimer, Kebutaan, Stroke, dan Parkinson”

Ada beberapa jenis dari stem sel yaitu stem sel embrionik dan stem sel dewasa.
stem sel embrionik merupakan stem cell yang berasal dari embrio manusia (Benjamin, 2006).
Hal ini sangat kontroversial karena cara mendapatkannya bisa dari embrio yang digugurkan,
embrio dari bayi tabung yang gagal, atau kloning. Asal dari sel embrio diantaranya yaitu:
Zygote pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur, Inner cell mass dari suatu
blastocyst (embrio yang terdiri dari 50 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan).
Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in
vitro fertilization). Tapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan embryonic stem sel
yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga embrio dapat terus hidup dan
bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis
terhadap embryonik stem sel dan fetus diperoleh dari klinik aborsi (Benjamin, 2006)
Stem sel embrionik ini dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh sehingga
dapat menggantikan sel sel yang rusak, sel ini juga dapat berproliferasi beratus ratus kali pada
media yang sesuai, jadi akan sangat mungkin di gunakan untuk pengobatan penyakit yang
sulit disembuhkan. Akan tetapi karenal asal sel tersebut berasal dari embrio sehingga
berbenturan dengan masalah etika , status moral embrio berkisar tentang apakah embrio harus
diperlakukan sebagai manusia atau sesuatu yang berpotensi sebagai manusia, atau sebagai
jaringan hidup. Pandangan yang moderat menganggap suatu embrio berhak mendapat
penghormatan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Semakin tua usia embrio, kian tinggi
tingkat penghormatan yang diberikan. Meskipun demikian stem cell ini tetap merupakan satu
fenomena menarik dan merupakan hal baru dalam dunia IPTEK. Stem cell merupakan hal
yang baru dipublikasikan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyrakat. Walaupun masih tergolong mahal, tidak bisa dipungkiri stem cell ini merupakan
sebuah harapan baru dalam bidang pengobatan. Embryonik stem cell yaang biasanya
didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization).
Sel induk dewasa (adult stem cells) adalah sel induk dewasa yang mempunyai dua
karakteristik. Karakteristik pertama adalah sel-sel tersebut dapat berfroliferasi untuk periode
yang panjang untuk memperbaharui diri. Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat
berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai karakteristik morfologi
dan fungsi yang spesial. Salah satu sel induk dewasa adalah sel induk hematopoietik
(hematopoietik stem cell), yaitu sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel
darah merah, sel darah putih, dan keeping darah yang sehat. Sumber sel induk hematopoietik
dapat ditransplantasikan dari beberapa organ seperti: sumsum tulang, sel darah tepi, dan
darah tali pusar.
Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone marrow transplantation). Sumsum
tulang adalah jaringan spons yang terdapat dalam tulang-tulang besar seperti tulang pinggang,
tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk (Citrawathi, 2001). Sumsum tulang
merupakan sumber yang kaya akan sel induk hematopoietik. Sejak dilakukan pertama kali
kira-kira 30 tahun yang lalu, transplantasi sumsum tulang digunakan sebagai bagian dari
pengobatan leukemia, limfoma jenis tertentu, dan anemia aplastik. Karena teknik dan angka
keberhasilannya semakin meningkat, maka pemakaian transplantasi sumsum tulang sekarang
ini semakin meluas. Pada transplantasi ini prosedur yang dilakukan cukup sederhana, yaitu
biasanya dalam keadaan teranastesi total. Sumsum tulang (sekitar 600 cc) diambil dari tulang
panggul donor dengan bantuan sebuah jarum suntik khusus, kemudian sumsum tulang itu
disuntikkan ke dalam vena resipien. Sumsum tulang donor berpindah dan menyatu di dalam
tulang resipien dan sel-selnya mulai berfroliferasi. Pada akhirnya, jika semua berjalan lancar,
seluruh sumsum tulang resipien akan tergantikan dengan sumsum tulang yang baru. Namun,
prosedur transplantasi sumsum tulang memiliki kelemahan karena sel darah putih resipien
telah dihancurkan oleh terapi radiasi dan kemoterapi. Sumsum tulang yang baru memerlukan
waktu sekitar 2-3 minggu untuk menghasilkan sejumlah sel darah putih yang diperlukan guna
melindungi resipien terhadap infeksi. Transplantasi sel induk dari sumsum tulang (bone
marrow transplantation).
Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation) seperti
halnya sumsum tulang, peredaran darah tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah
sel induk yang dikandung tidak sebanyak pada sumsum tulang. Untuk mendapatkan jumlah
sel induk yang jumlahnya mencukupi untuk suatu transplantasi, biasanya pada donor
diberikan granulosyte coloni stimulating factor (G-CSF) untuk menstimulasi sel induk
hematopoietik bergerak dari sumsum tulang ke peredaran darah. Transplantasi ini dilakukan
dengan proses yang disebut aferesis (Klaus, 2001). Jika resipien membutuhkan sel induk
hematopoietik, pada proses ini darah lengkap diambil dari donor dan sebuah mesin akan
memisahkan darah menjadi komponen-komponennya, secara selektif memisahkan sek induk
dan mengembalikan sisa darah ke donor. Transplantasi sel induk darah tepi pertama kali
berhasil dilakukan pada tahun 1986. Keuntungan transplantasi sel induk darah tepi adalah
lebih mudah didapat. Selain itu pengambilan sel induk darah tepi tidak menyakitkan dan
hanya membutuhkan sekitar 100cc. Keuntungan lain sel induk darah tepi lebih mudah
tumbuh. Namun, sel induk darah tepi lebih rentang tidak setahan sumsum tulang. Sumsum
tulang juga lebih lengkap, selain mengandung sel induk juga ada jaringan penunjang untuk
pertumbuhan sel. Karena itu, transplantasi sel induk darah tepi tetap perlu dicampur dengan
sumsum tulang.
Transplantasi sel induk darah tali pusat. Pada tahun 1970-an para peneliti menemukan
bahwa darah plasenta manusia mengandung sel induk yang sama dengan sel induk yang
ditemukan dalam sumsum tulang. Karena sel induk dalam sumsum tulang telah berhasil
mengobati pasien-pasien dengan penyakit-penyakit kelainan darah yang mengancam jiwa
seperti leukemia dan gangguan-gangguan sistem kekebalan tubuh, maka para peneliti percaya
bahwa mereka juga dapat menggunakan sel induk dari darah tali pusat untuk menyelamatkan
jiwa pasien mereka. Darah tali pusat mengandung sel induk yang bermakna dan memiliki
keunggulan diatas transplantasi sel induk dari sumsum tulang atau dari darah tepi bagi
pasien-pasien tertentu. Transplantasi sel induk dari darah tali pusat telah mengubah bahan
sisa dari proses kelahiran menjadi suatu sumber yang dapat menyelamatkan jiwa.
Transplantasi sel induk darah tali pusat pertama kali dilakukan di Prancis pada penderita
anemia fanconi tahun 1988 pada tahun 1991, darah tali pusat di transplantasikan pada
penderita Chronic Myelogenous Leukimia. Kedua trasnplantasi ini berhasil dengan baik.
Sampai saat ini telah dilakukan kira-kira tiga ribu transplantasi darah tali pusat.
Melihat semua keunggulan stem sel dalam pengobatan penyakit yang sangat
menguntungkan maka masyarakat diharapkan tidak membesar-besarkan isu terkait stem cell
yang dipandang melanggar HAM, masyarakat harus bias selektif dan melihat sisi positif
dengan adanya stem sel sebagai solusi dari pengobatan penyakit di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Abercorbie, M. Hickman, M. Johson. 1997. Dictionary Of Biology. Penguin Book. Lid


England.
Citrawathi, Desak Made, dkk. 2001. Anatomi dan Fisiologi Manusia.Singaraja: Jurusan
Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Stem cell treatment page. Cord Blood Registry Website. http://www.cordblood.com/benefits-
cord-blood/umbilical-cord-stem-cells/stem-cell-treatments. diakses 15 Februari 2018
Kalthoff, Klaus. 2001. Analysis of Biological Development. Evenue of The Americans: Mc
Graw Hill Higher Education
Setiawan, Benjamin. 2006. Aplikasi Terapeutik Sel Stem Embrionik pada Berbagai Penyakit
Degeneratif. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No.153, (online) (diakses pada tanggal
14 Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai