Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN IPA TERAPAN

“BUDAYA BELUT PADA AIR BERSIH”

DOSEN PENGAMPUH : Dr. Acheng Ruyani, M.S.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK BUDIDAYA BELUT DI AIR BERSIH

FIRIANA (A2L016005)
MELISYA ANGGRAINI (A2L016012)
RIA APRILIA (A2L016014)
TRIA WULANDARI (A2L016019)
UMMU AIMAN (A2L016020)

PROGRAM PASCASARJANA S-2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DANILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2017
KATA PENGATAR

Segala puji saya panjatkan kepada Allah SWT serta syukur atas kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas IPA Terapan ini yang berjudul
Budidaya Belut di Air Bersih.
Tugas IPA Terapan ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan Tugas ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan Tugas Metodelogi
Penelitian ini, terutama kepada SBapak Dr. Acheng Ruyani, M.S. selaku dosen
pengampu mata kuliah IPA Terapan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki Tugas IPA Terapan ini. Akhir kata kami berharap
semoga Tugas IPA Terapan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Lubuklinggau, Juni 2017

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


KATA PENGATAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Dasar Teori...................................................................................... 3
B. Jenis-jenis Belut.. ........................................................................... 3
C. Persyarata Lokasi............................................................................ 4
D. Perkembangbiakan Belut............................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN
A. Waktu dan Tempat....................................................................... 7
B. Alat dan Bahan............................................................................. 7
C. Cara Kerja.................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil............................................................................................. 8
B. Pembahasan................................................................................. 10
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14
LAMPIRAN............................................................................................ 15

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh
bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin.
Belut yang mempunyai nama latin Monopterus Albus sudah lama dikenal
oleh masyarakat baik indonesia maupun diluar negeri karena kandungan
protein dan gizi yang tinggi. Sebagian orang berangapan dengan
mengkonsumsi belut akan menambah vitalitas tubuh, dan sebagian lagi
menjadikannya sebagai obat untuk beberapa jenis penyakit.
Belut dihabitat aslinya hidup disawah, rawa atau tempat yang
berlumpur, belut mampu hidup dalam kondisi habitat yang kurang air
karena mampu untuk menyerap oksigen langsung dari kulitnya. Selama ini
belut yang ada dipasaran hanya mengandalkan belut hasil tangkapan dari
alam, namun untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat
membuat belut mulai dibudidayakan.
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang,
Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di
Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah
lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari
alam atau sebagai pos penampungan (Satwono, 1999).
Sumber daya perikanan darat saat ini sangat menjanjikan untuk
mencukupi kebutuhan nasional akan bahan pangan berbasis protein tinggi.
Peningkatan kontribusi perikanan budidaya dalam mendukung perikanan
nasional menunjukkan semakin besarnya peran perikanan budidaya. Untuk
itu perlu dilahrkan upaya mempertahankan dan meningkatkan sektor
perikanan budidaya melalui peningkatan aktivitas budidaya. Sasaran
peningkatan produksi perikanan budidaya juga perlu didukung oleh upaya
melakukan diversifikasi komoditi ikan budidaya.

1
2

Di antara spesies ikan yang dirasa perlu untuk dikembangkan adalah


belut sawah. Belut sawah (Monopterus AlbusZ), bernilai ekonomi cukup
tinggi di Kota Bengkulu dan sekitarnya, pasaran nasional hingga internasional,
tetapi jarang yang mengkultur secara intensif (informasinya belum ada
sampai saat ini), larva/benihnya masih tergantung pada hasil tangkapan dari
alam. Manfaat dari budidaya belut adalah: 1) Sebagai penyediaan sumber
protein hewani: 2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari; 3) Sebagai obat
penambah darah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membudidaya belut secara umum?
2. Bagaimana pemilihan lokasi yang baik dan benar?
3. Bagaimanapertumbuhan dan perkembangan belut?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membudidaya belut secara umum
2. Untuk mengetahui pemilihan lokasi yang baik dan benar
3. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan belut
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Dasar Teori
Belut merupakan jenis ikan yang banyak hidup liar disungai,
persawahan dan rawa-rawa. Ikan jenis ini biasanya menimbulkan masalah
bagi petani, sebab belut suka menggali lubang yang mengakibatkan sawah
bocor atau kekeringan.
Spesies belut masuk dalam kelas pisces dengan nama latin Monopterus
Albus. Belut merupakan jenis ikan yang paling nikmat dikonsumsi, serta
memiliki kandungan gizi yang tinggi dan tidak kalah dengan ikan.
Dalam pembudidayaan belut banyak hal-hal yang perlu diperhatikan
yaitu dengan tidak asal-asalan. Karena ada prosedur sendiri dalam hal ini.
Anjuran ini didasarkan pada tingkat rata-rata kegagalan 35% bahkan ada juga
yang mencapai 50%.
Berdasarkan kondisi tersebut langkah yang paling tepat adalah
mengetahui tata cara membudidayakan belut, kemudian menganalisis
hasilnya. Setelah hasilnya memuaskan, barulah kegiatan-kegiatan berikut
dilakukan sesuai kebutuhan (Hendrik, 1999).

B. Jenis-jenis Belut

Jenis belut yang ada diindonesia adalah belut sawah, belut rawa, dan
belut kali/sungai. Dari ketiga belut tersebut pertumbuhan dan adaptasi
memiliki ciri yang hampir sama. Tapi memiliki perbedaan yang sangat sedikit
bahkan susah untuk dideteksi.
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animal
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae

3
4

Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa);
Monopterus albus Zuieuw (belut sawah);Macrotema
caligans Cant (belut kali/laut)

Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan
belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis
belut sawah (Susatyo, 2012).

C. Persyaratan Lokasi
1. Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan
geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat
berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2. Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan
tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3. Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar
antara 25-31 ᵒC.
4. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya
akan oksigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-
2 cm.

Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak


memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
Reproduksi belut berbeda dengan jenis ikan teleostei lainnya
dengan adanya fase intersexlhermafroditus dan di alam hanya memijah
satu tahun sekali. Ikan budidayalain (nilem dan tawes) tata-rata 30-60
hari pasca mijah sudah dapat dipijahkan kembali. Sampai saat ini, produksi
benih dengan pendekatan ortificial spawning berbasis aktivitas sumbu
5

hipotalamus - hipofisis - gonad pada belut belum pernah dikembangkan


(Sugiharto,2000).
Para petani pembudidaya belut tradisional, pada umunnya belum
banyak yang memiliki pengetahuan dasar mengenai reproduksi belut. Sejak
peneliti mengenal teknik budidaya belut yang selama ini dilakukan di
masyarakat, yang dilakukan pada penanganannya adalah prinsip
tradisional yang sederhana yaknimembudidaya dan memijahkan induk dengan
cara mencampurkan kedua kelompok induk belut sawah yang berbeda
ukwan panjang tububnya (karena belut memiliki fase pergiliran
kelamin/seks). Hal ini diyakini oleh petani belut, bahwa bila induk yang
berukuran panjang kurang dari 25 cm (diduga berjenis kelamin betina)
dan yang lebih dari 25 cm (diduga jantan) bila dicampurpada satu media
kolam alami akan memijah menghasilkan anakan dan bertambah banyak
jumlahnya dibandingkan jumlah belut pada waktu awal budidaya. Hal ini
dilalarkan sebagai rutinitas penata laksanaan produksi belut tanpa didasari
pengetahuan tentang biologi reproduksinya (Satwono, 1999).

D. Perkembangbiakan Belut
Belut ini mudah berkembang biak dialam, tetapi juga tidak sulit
dikembangbiakkan di kolam, asal media dikolam menyerupai habitat aslinya.
Secara alami berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan
yang amat panjang yaitu mulai dari musim penghujan sampai dengan
permulaan musim kemarau (Kurang lebih empat sampai lima bulan)
Perkawinan belut umumnya tiba akan terlihat belut jantan berbomdong
ramai–ramai berenang ke berbagai penjuru kearah tepian. Diperairan yang
dangkal itulah nantinya belut jantan menggali lubang perkawinan. Lubang
perkawinan diabangun mirip “U”. Selanjutnya dalam lubang tersebut belut
jantan lalu membuat gelembung-gelembung udara yang membusa di
permukaan air diatas salah satu lubnagnya. Busa–busa tersebut berguna untuk
menarik perhatian lawan jenisnya. Belut jantan menanti kehadiran belut betina
dilubang yang tidak diliputi busa (Effendie, 1979).
6

Setelah belut betina yang dinanti tiba, sebelum perkawinan


dilangsungkan akan terjadi cumbu-cumbuan mesra terlebih dahulu. Dalam
perkawinan telur-telur dari betina akan dikeluarkan disekitar lubang dibawah
busa-busa yang mengapung pada permukaan aor. Telur yang sudah dibuahi
selanjutnya akan dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan
dalam lubang persembunyian. Kemudian belut jantanlah yang akan menjalani
tugas menjaga telur – telur tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur ini
belut jantan galaknya bukan main. Setiap mahluk yang mendekat ke sarang
pasti akan diserang (Muthmainnah, 2007).
1. Ciri-Ciri Induk Belut
a. Ciri Induk Belut Jantan
1) Berukuran panjang lebih dari 40 cm
2) Warna permukaan kulit lebih gelap atau abu – abu
3) Bemtuk kepala tumpul
4) Usianya diatas sepuluh tahun
b. Ciri Induk Belut Betina
1) Berukuran panjang antara 20 cm -30 cm
2) Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda
3) Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan
pada perutnya
4) Bentuk kepala runcing
5) Usianya dibawah sembilan bulan
BAB III
PEMBAHASAN

A. Waktu dan Tempat


1. Tanggal : 05 Mei 2017 – 26 Mei 2017
2. Waktu : 08-00 s/d Selesai
3. Tempat : Kebun Biologi

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Drum
b. Pipa
c. Penutup Drum
d. Ember

2. Bahan
a. Belut
b. Air Bersih
c. Dedaunan
d. Enceng Gondok
e. Keong

C. Cara Kerja
1. Siapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk budiya.
2. Siapkan bibit belut dan pakan.
3. Cuci drum yang akan digunakan.
4. Beri drum air bersih lalu letakan belut.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Panjang pH
Minggu Jumlah Adaptasi Belut Gambar
Tubuh Air
I 24 (3 Kg) 30-47cm 7,2 a. Hidup
(05 s/d 08 b. Belum menunjukkan pertumbuhan
Mei 2017) yang nyata
c. Pemberian pakan berupa keong yang
telah dihaluskan dan dilakukan setiap
pagi dan siang setiap hari
d. Penggantian air dilakukan 3 kali
seminggu

II 8 (1 Kg) 30-47cm 7,5 e. Beberapa belut hidup dan sebagian


(06 s/d 12- + (8 ekor) belut mati
Mei 2017) 16 (1 Kg) 20-26 cm f. Pemberian pakan diganti dengan pore
(16 ekor) g. Peggantian dilakukan setiap hari dan
diberi naungan berupa daun ilalang

8
III 17 7,6 h. Beberapa belut hidup dan sebagian
(13 s/d 19 belut mati
Mei 2017) i. Pemberian pakan diganti dengan sore
j. Peggantian dilakukan setiap hari dan
diberi naungan berupa daun ilalang

IV 0 7,3 k. Beberapa belut hidup dan sebagian


(14 s/d 26 belut mati
Mei 2017) l. Pemberian pakan diganti dengan sore
Peggantian dilakukan setiap hari dan
diberi naungan berupa daun ilalang

9
10

B. Pembahasan
Pelaksanaan pembesaran dapat dimulai setelah kolam dan media
pemeliharaan siap. Langkah berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik
agar hasilnya dapat masimal. Bibit belut ini harus dipilih yang sempurna atau
normal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang berkualitas ini akan
menghasilkan hasil yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik pula.
Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.
2. Gerakan lincah dan agresif.
3. Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemas
manakala dipegang.
4. Tubuh dan kepala seimbang / kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
5. Umur antara 2-4 bulan.
Budidaya belut di media air bersih tanpa lumpur, terutama dalam
urusan pakan, tentu sangat berbeda dengan membesarkan belut pada media
lumpur. Bila lumpur telah mengandung banyak zat-zat nutrisi yang
dibutuhkan oleh belut atau dapat ditanami tanaman yang mampu menarik
serangga yang menjadi pakan alami belut, air bersih tidak mengandung satu
pun nutrisi. Untuk itu, pemenuhan nutrisi belut yang dibesarkan padamedia air
bening tanpa lumpur sangat bergantung pada pakan yang diberikan.
Pertumbuhan belut di pengaruhi oleh pakan dan keadaan lingkungan.
Belut yang dibudidayakan adalah belut rawa sebanyak 3 Kg (24 ekor)
dan dimasukan dalam 3 drum sebagai tempat budidaya, setiap drum berjumlah
8 ekor yang terdiri dari 2 jantan dan 6 betina. Pada minggu pertama, kondisi
belut dalam keadaan baik dengan pH air 7,2. Pemberian pakan keong
dilakukan pagi dan sore sedangkan pembersian media belut dilakukan 3 kali
seminggu.
Pada minggu kedua, belut di drum 1 dan 3 mengalami kematian. Akibat
tidak diberi naungan menyebabkan suhu air dalam drum meningkat. Selain itu
sirkulasi udara di dalam drum tidak bersirkulasi dengan baik disebabkan
11

bentuk drum yang kurang tepat.Penyebab kematian lainnya yaitu kondisi air
yang tidak mengalir serta tertimpah buah mangga yang berguguran.
Suhu air sebagai media pemeliharaan mempunyai peranan yang penting
dalam pemeliharaan belut di air bersih tanpa lumpur.Suhu tinggi tidak selalu
berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan stres yang ditandai
dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Akibat yang
ditimbulkan apabila suhu rendah yaitu belut menjadi lebih rentan terhadap
infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Suhu
perairan sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme dan proses-proses
biologis belut.
Pada minggu ketiga, banyak belut yang keluar memlalui saluran
pembuangan air, selain itu ada beberapa belut terjepit didalam saluran
pembuagan air yang menyebabkab kematian. Dari 24 ekor belut tersisa 17
ekor.
Pada minggu keempat, selaian penyebab di atas terjadi kanibalisme
menyebabkan semua belut mati
12

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Belut ada tiga macam/jenis, antara lain : belut sawah, belut rawa,
dan belut kali/sungai. Dari ketiga belut tersebut memiliki pesamaan dan
perbedaan yang sangat sedikit. Jadi, sulit untuk dilihat oleh kasat mata mana
yang belut sawah, rawa atau sungai.
Budidaya belut di media air bersih tanpa lumpur, terutama dalam
urusan pakan, tentusangat berbeda dengan membesarkan belut padamedia
lumpur. Bila lumpur telah mengandungbanyak zat-zat nutrisi yang
dibutuhkan oleh belutatau dapat ditanami tanaman yang mampu
menarikserangga yang menjadi pakan alami belut, airbersih tidak
mengandung satu pun nutrisi.
Budidaya belut itu harus memiliki kesabaran dan tingkat pengetauan
yang tinggi dikareakan tidak semua orang bisa berhasil dalam
membudidayakan belut ini. Belut yang dibudidayakan adalah belut rawa
sebanyak 3 Kg (24 ekor) dan dimasukan dalam 3 drum sebagai tempat
budidaya, setiap drum berjumlah 8 ekor yang terdiri dari 2 jantan dan 6
betina, namun pada hasil akhir belut menggalami kematian dikarenakan
kanibalisme menyebabkan semua belut mati.

B. Saran

Banyak orang diluar sana yang ingin membudidayakan belut tapi


mereka menganggap bahwa belut hanyalah binatang yang sangat menggelikan
yang seperti ular. Semoga dengan laporan ini dapat bermanfaat sebagai titik
tolak pengetahuan tentang belut yang lebih lanjut oleh pihak-pihak yang

12
13

berminat mengkaji lebih dalam. kami berharap agar budidaya belut dapat lebih
dikmaksimalkan dan dilestarikan di lingkungan masyarakat.

14
14

DAFTAR PUSTAKA

Effendie Msc, Prof. Dr. H. Moch Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan
Pustaka Nusantara.

Effendie Msc, Prof. Dr. H. Moch Ichsan. 1979. Metoda Biologi


Perikanan.Yayasan Pustaka Nusantara.

Hendrik, Ronny. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara: Jakarta.

Muthmainnah, D. dan Nurwanti, 2007 . Sudahkah Anda Tahu? Belut Sawah


(Monopterus albus Zuieuw). http://www.dkp.eo.id./content.php2c:3779.
Diakses 1 Juni 2017 .

Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya.

Susatyo, P., Sugiharto, E.T., Winami. 2012. Pemicuan Bimhi Berbasis Aktivitas
Sumbu Hipotalamus-Hipofisis-Gonad Sebagai Dasar Bagi Metode
Penyediaan Benih Belut Sawah (Monapterus albus) Berkelanjutan.
Laporan Peneilitian Riset Unggulan Unsoed, Purwokerto.

14
15

LAMPIRAN

14
16

14
17

14

Anda mungkin juga menyukai